Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA TAKARAN PUPUK KANDANG

KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


MENTIMUN (Cucumis sativa L)

SKRIPSI

OLEH :

SYAHRUL HIDAYAT
1610025421023

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
PAYAKUMBUH
2021
PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA TAKARAN PUPUK KANDANG
KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativa L)

OLEH :

SYAHRUL HIDAYAT
1610025421023

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Yustitia Akbar, MP Ir. Sevindrajuta, MP


NIDN : 1023026101 NIDN : 0010026302

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Pertanian Agroteknologi

Ir. Rahmawati, MP Chika Sumbari, SP, MP


NIDN : 0030076701 NIDN : 1014049501
Ir. Rahmawati, MP

NIDN : 0030076701

Ir. Rahmawati, MP

NIDN : 0030076701
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala, karena


berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kambing
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativa L)”
ini tentunya berbekal kesungguhan usaha, keyakinan dan yang terpenting adalah
berkat taufik, dan hidayah dari Allah SWT.

Penulis menguncapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Ibu Ir. Yustitia


Akbar, MP selaku Pembimbing I dan Bapak Ir. Sevindrajuta, MP selaku
Pembimbing II yang telah memberi petunjuk, masukan, saran dan bimbingan
dalam mempersiapkan dan penyusunan skripsi ini dapat selesai.

Selajutnya penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dekan, Ibu Ketua
Prodi Agroteknologi, Staf Pengajar, Karyawa/ti Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat serta semua pihak yang telah ikut membantu dan
memberikan fasilitas sehingga skripsi ini dapat selesai.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, ilmu pertanian


khususnya dan bernilai ibadah disisi Allah SWT, Aamiin YRA. Dan akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Payakumbuh, September 2021 S.H


ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
III. BAHAN DAN METODE .................................................................. 14
3.1 Tempat Dan Waktu ..................................................................... 14
3.2 Bahan Dan Alat .......................................................................... 14
3.3 Rancangan Percobaan ................................................................. 14
3.4 Pelaksanaan ................................................................................. 15
3.5 Pemeliharaan .............................................................................. 15
3.6 Pengamatan ................................................................................ 17
IV. HASIL, PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN .............................. 19
4.1 Hasil dan Pembahasan .................................................................. 19
4.2 Kesimpulan dan Saran ................................................................. 25
RINGKASAN .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 29
LAMPIRAN ........................................................................................... 33
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tinggi Tanaman (cm) Mentimun pada Pemberian Beberapa


Takaran Pupuk Kandang Kambing pada Umur 4 Minggu 19
Setelah Tanam............................................................

2. Umur Berbunga dan Umur Panen Tanaman Mentimun pada


Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang 20
Kambing....................................................................................
3. Panjang Buah (cm) dan Diameter Buah (cm) Mentimun pada
Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang 21
Kambing...................................................................................

4. Berat Buah Per Tanaman(g), Per Petak (Kg) Dan Per Hektar
(Ton) Mentimun pada Pemberian Beberapa Takaran Pupuk
Kandang Kambing pada Umur 5 Minggu Setelah 23
Tanam..........................................................................
iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Hibrida Cap Panah Merah ..... 33


2. Denah Penempatan Petak Percobaan Di Lapangan Menurut
Rancangan Acak Kelompok (Rak) ...................................................... 34
3. Tata Letak Tanaman Dalam Satu Petak Percobaan .............................. 35
4. Sidik Ragam Masing - Masing Pengamatan ....................................... 36
5. Kandungan Unsur Hara Tanah Inceptisol ............................................ 38
6. Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang Kambing .............................. 39
7. Data Curah Hujan (mm) dari Bulan Agustus 2020 sampai Bulan
Oktober 2020 ...................................................................................... 40
8. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 41
v

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA TAKARAN PUPUK KANDANG


KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativa L)

ABSTRAK

Penelitian dalam bentuk percobaan lapangan tentang “Pengaruh


Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kambing Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativa L.) “ telah
dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Unversitas Muhammadiyah
Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang Koto Nan Ampek Kecamatan
Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, dengan jenis tanah Inceptisol, dan
memiliki ketinggian tempat ± 514 mdpl. Pelaksanaan percobaan ini dimulai dari
bulan Agustus 2020 sampai dengan Oktober 2020.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5
perlakuan dan 4 kelompok, sehingga berjumlah 20 petak percobaan dengan
ukuran petak 1 m x 1,2 m dan dalam setiap petak terdapat 6 tanaman diambil 2
tanaman sebagai tanaman sampel. Adapun perlakukan yang diberikan adalah
pemberian beberapa takaran pupuk kandang kambing sebagai berikut: 0 ton/ha, 10
ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha, 25 ton/ha. Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan
dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5%.

Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian beberapa


takaran pupuk kandang kambing belum dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil secara nyata terhadap tanaman mentimun.
1

I. PENDAHULUAN

Mentimun (Cucumis sativa L.) adalah satu sayuran buah yang banyak
dikomsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik
karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan
nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 g kalori, 0,8 g protein, 0,1 pati, 3 g
karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianime, 0,01 ribovlavin, 14 mg
asam, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1 dan C. Mentimun mentah bersifat
menurunkan panas badan juga meningkatkan stamina. Mentimun juga
mengandung asam malonat yang berfungsi menekan gula darah agar tidak
berubah menjadi lemak, baik untuk mengurangi berat badan kandungan seratnya
berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan kolesterol dan
menetralkan racun (Sumpena, 2002).

Mentimun adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal hampir


disetiap negara. Tanaman ini memiliki berbagai nama daerah seperti timun
(Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau
antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan timon (Aceh). Menurut sejarah para ahli
tanaman memastikan daerah asal tanaman mentimun adalah India, tepatnya di
lereng gunung Himalaya dan sudah meluas ke seluruh baik wilayah tropis maupun
subtropis (Wijoyo, 2012).

Produksi tentang mentimun di Indonesia sesuai data BPS (2008) masih


rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal produksi mentimun hibrida
bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman mentimun dalam skala produksi yang
tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun
ditaman sebagai tanaman selingan. (Arlina, 2015).

Di Indonesia anjuran konsumsi sayuran untuk sehat gizi adalah sebesar


65,5 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2016-2017 konsumsi sayurat sehat gizi baru
terpenuhi 80%. Salah satu upaya untuk meningkatkan persediaan sayuran adalah
meningkatkan produksi mentimun. Pada tahun 2017 luas areal panen mentimun
nasional mecapai 276 ha dengan produksi 662,80 ton. Luas areal panen komoditi
2

mentimun di Payakumbuh Lima Puluh Kota pada tahun 2017 sebesar 13,173 ha
dengan produksi rata-rata 30,172 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2017).

Rendahnya produksi tanaman mentimun ditandai dengan kesuburan tanah


yang masih rendah. Seperti kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan
biologi, untuk meningkatkan kesuburan tanah baik fisik, kimia dan biologi
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik. Pupuk organik adalah
pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa
tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang
dipergunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Susanto,
2002).

Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat


hara bagi tanaman melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap
melalui dekomposisi dengan melepaskan bahan organik yang sederhana dari unsur
hara untuk pertumbuhan tanaman. Kotoran kambing mengandung sedikit air
sehingga mudah terurai (Musnamar, 2006).

Penambahan pupuk kotoran kambing kedalam tanah merupaka salah satu


teknik budidaya yang lebih baik dari segi teknis, ekonomis, sosial maupun dari
lingkungan, karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk kandang mengandung
unsur makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian
besar berasal dari kotoran padat (Sutedjo, 2010).

Kompos kotoran kambing yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman
melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap dengan melepaskan
unsur hara yang sederhana untuk pertumbuhan tanaman (Litbang, 2014).

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena


masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh usia
ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang kambing N
3

2,10%, P205 0,66%, K2O 1,97%, Ca 1,64%, Mg 0.06%, Mn 233 ppm dan Zn
90,8% ppm (Sekmeto, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Bara dan Chozin (2009), menyatakan bahwa


pemberian 15 ton/ha pupuk kandang kambing memberi pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter mentimun. Selanjutnya
menurut Mardiana, (2011) menyatakan bahwa pemberian kompos kotoran
kambing 75 g/polibeg setara dengan 75 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan
yang maksimal pada tanaman cabe rawit.

Menurut penelitian Silvia, (2012) melakukan percobaan menggunakan


pupuk kandang kambing dengan takaran dosis 20 ton/ha. Berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabe rawit dan mengetahui tingkat takaran pupuk
kandang kambing yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman cabe
rawit yang terbaik. Selajutnya hasil penelitian Feri, (2014) menyatakan pemberian
kompos kotoran kambing dengan dosis 20 ton/ha menunjukkan hasil yang
signifikan pada pertumbuhan tanaman pakcoy.

Berdasarkan uraian diatas, penulis telah melakukan penelitian yang


berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kambing
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativa
L.)”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui takaran pemberian
pupuk kandang kambing terbaik terhadap pertumbuhan tanaman mentimun.
4

I. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Morfologi Dan Karakteristik Tanaman Mentimum

Klasifikasi tanaman mentimun (Cucumis sativa L.) dalam tata nama


tumbuhan, diklasifikasikan kedalam:

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Devisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub Class : Symperalae
Ordo : Cucumbitales
Famili : Cucumbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativa L. (Nawangsih, 2001).

Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar


atau memanjat dengan perantara pemegang yang berbentuk pilin (spiral).
Batangya basah, berbulu serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat
mencapai 50-250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh disisi tangkai daun.

Daun mentimun berbentuk bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian
ujung daunnya runcing. Daun ini tumbuh berselang-seling keluar dari buku-buku
(ruas) batang. Perakaran mentimun meliliki akar tunggang dan bulu-bulu akar,
tatapi daya tembusnya relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh
karena itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan
air (Rukmana, 2007).

Bentuk bunga mentimun mirip terompet yang mahkota bunganya berwarna


putih atau kuning cerah. Bunga jantan dicirikan tidak mempunyai bagian yang
membengkak dibawah mahkota bunga, jumlahnya lebih banyak, dan keluarnya
beberapa hari lebi dulu dibandingkan dengan bunga betina. Sedangkan bunga
betina mempunyai bakal buah yang membengkak, terletak dibawah mahkota
bunga, dan umumnya baru muncul pada ruas ke 6 setelah bunga jantan. Bunga
5

betina yang mampu berkembang menjadi buah 60%, sisanya berguguran


sebelum menjadi buah (Rukmana, 2007).

Buah mentimun dipercaya mengandung zat-zat saponin, protein, lemak,


kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1 dan C. Mentimun mentah bersifat
menurunkan panas badan, juga meningkatkan stamina. Mentimun juga
mengandung asam malonat yang berfungsi menekan gula darah agar tidak
berubah menjadi lemak, baik untuk menurunkan berat badan, kandungan seratnya
yang tinggi berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan kolesterol,
dan menetralkan racun (Tafajani, 2011). Buah mentimun letaknya menggantung
dari ketiak antara daun dan batang. Bentuk ukurannya bermacam-macam, tetapi
umumnya bulat panjang atau bulat pendek. Buah mentimun ada yang
permukaannya halus dan ada yang permukaan buahnya berbintik-bintik. Warna
kulit buah hijau keputih-putihan, hijau muda, dan hijau gelap (Tafajani, 2011).

Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar. Tanaman


tersebut menjalar atau memanjat dengan menggunakan alat pemanjat yang
berbentuk sulur berbentuk spiral yang keluar dari sisi tangkai daun. Sulur ketimun
adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh
galah misalnya, sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah
melekat kuat pada galah itu. Kira-kira sehari setelah sentuhan pertama sulur mulai
bergelung, atau menggulung dari bagian ujung maupun pangkal sulur. Gelung-
gelung terbentuk mengelilingi suatu titik di tengah sulur yang disebut titik gelung
balik. Dalam 24 jam sulur telah tergulung ketat (Sunarjono, 2012).

1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun

Mentimun dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi
1.000 meter diatas permukaan laut (dpl). Namun untuk pertumbuhan optimum
tanaman mentimun membutuhkan iklim kering, sinar matahari cukup (tempat
terbuka), dengan temperatur berkisar antara 21,1 - 26,7 Mentimun tumbuh
sangat baik dilingkungan dengan kisaran suhu udara 18 dan
kelembapan udara relatif 50-85% (Wijoyo, 2012).
6

Tanaman mentimun kurang tahan terhadap hujan yang terus menerus,


karena akan mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran dan akan
gagal membentuk buah, sehingga perlu perawatan yang intensif, pada temperatur
siang dan malam harinya sangat berbeda sangat mencolok, akan memudahkan
serangan penyakit tepung (Powder Mildew) maupun busuk daun (Downy Mildew)
(Wijoyo, 2012).

Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok
ditanami mentimun, untuk mendapatkan produksi tinggi dan kwalitas baik
tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung humus, tidak tergenang dengan PH berkisar 6-7 pada PH tanah
kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan zat hara oleh akar sehingga
pertumbuhan tanaman akan terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu masam
tanaman mentimun akan menderita klorosis (tidak normal). Tanah yang kaya akan
bahan organik sangat baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, karena
memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Rukmana, 2004).

Tanaman mentimun membutuhkan kelembapan tanah yang memadai


untuk berproduksi dengan baik, pada musim hujan kelembapan tanah sudah cukup
memadai untuk penanaman mentimun. Pada prinsipnya, pertumbuhan tanaman
kana lebih baik dan hasil panen akan meningkat bila diberi air tambahan selama
musim tumbuhnya. Di daerah yang beriklim kering dibutuhkan sekitar 400 mm
air, selama musim tanam mentimun untuk mendapatkan pertumbuhan dan
produksi yang baik (Zulkarnain, 2013).

2.3. Budidaya Tanaman Mentimun

2.3.1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk membuat lapisan olah yang gembur,


menghilangkan gulma atau sisa-sisa tanaman, menghilangkan racun, dan
menumbuh OTP dalam tanah. Oleh karena itu, rentang waktu yang diperlukan
sejak pengolahan tanah awal sampai siap ditanami minimal 1 bulan, agar patogen
7

dan kepompong hama di dalam tanah mati terjemur sinar matahari (Moekasan,
2014).

Pengolahan tanah tahap pertama, yaitu tanah dicangkul/dibajak dengan


traktor atau alat bajak yang ditarik hewan sapi atau kerbau. Pembajakan tanah
dilakukan sedalam 40 cm. Tahap ini merupakan proses pembalikan tanah sebelah
dalam agar terangkat ke permukaan dan hasil pembajakan ini berupa gumpalan-
gumpalan tanah yang besar. Selanjutnya tanah dibiarkan selama 1 minggu agar
terangin-anginkan dan terkena sinar matahari. Pengolahan tanah untuk kedua
kalinya, yakni membentuk bedengan-bedengan atau guludan-guludan. ukuran
bedengannya dengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan
cm. Sedangkan bila dengan bentuk guludan, ukuran lebar bawah (dasar
cm dan lebar atas cm serta jarak antar guludan cm).
Melakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 10-20 ton/hektar. Caranya,
pupuk kandang tersebut dicampurkan merata dengan tanah. Sebelumnya buat
lubang tanam dengan ukuran 40x40x40 cm pada jarak 100 cm x 50 cm, kemudian
tiap lubang tanam diisi pupuk kandang sebanyak kg. Khusus untuk
mentimun hibrida, tiap hektar lahan diperlukan pupuk kandang sebanyak 20-30
ton. Bedengan-bedengan diaratakan kembali untuk ditanami benih atau bibit
mentimun (Cahyono, 2003).

2.3.2. Penanaman

Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2-3 biji


perlubang dan ditutupi dengan tanah tipis. Dengan jarak tanam 40x40 cm, biji
yang digunakan terlihat segar dan tidak terserang hama dan penyakit Sebaiknya
penanaman benih diikuti dengan pemberian pupuk buatan. Pupuk diletakkan
di sebelah kanan dan kiri lubang tanam sekaligus sebanyak setengah dosis
yang digunakan. Setengah dosis sisanya akan diberikan setelah benih tumbuh.
sebelum dipasang ajir ( Sunarjono, 2012). Tanaman buncis tidak memerlukan
persemaian, karena termasuk tanaman yang sukar dipindahkan, sehingga benih
buncis dapat langsung ditanam di lahan (Adrianto dan Indarto, 2004).
8

2.3.3. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan seawal mungkin, yakni sejak tanam hingga umur


15 hari setelah tanam. Pada sistem tanam langsung (benih), penyulaman tanaman
yang mati atau tumbuhnya abnormal diganti dengan benih yang baru. Disamping
menyulam, juga dilakukan seleksi tanaman. Caranya, tanaman yang tumbuhnya
lemah dicabut dan disisakan satu tanaman terbaik per lubang tanam. (Rukmana,
2007).

b. Pengairan

Pengairan dilakukan rutin dua kali sehari (pagi dan sore hari), terutama
pada fase awal pertumbuhan dan keadaan cuacanya kering. Cara pengairannya
dileb atau disiram dengan menggunakan alat bantu gembor (embrat). Pengairan
berikutnya disesuaikan dengan kondisi iklim, asalkan tanahnya dijaga agar tidak
kekeringan. Pada fase pembungaan dan pembuahan, keadaan air tanah harus
memadai (cukup). Bila pada fase ini tanaman mentimun kekurangan air, akan
menyebabkan buah-buahnya abnormal (bengkok-bengkok) (Rukmana, 2007).

c. Pemasangan ajir (turus)

Pemasangan ajir (turus) sebaiknya dilakukan seawal mungkin ( hari


setelah tanam) agar tidak mengganggu atau merusak perakaran tanaman
mentimun. Fungsi ajir adalah merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan,
dan tempat memopang buah yang letaknya bergelantungan. Ajir (turus) dapat
berupa bilah bambu, cabang-cabang kayu maupun bahan lain, dapat pula diganti
dengan bentangan tali rafia. Tiap tanaman dipasang satu turus yang posisinya
tegak, atau menggabungkan 3 buah turus yang diikat menjadi 1 pada bagian
ujung-ujung atasnya (Sinarjono, 2012).

d. Penyiangan

Penyiangan rumput-rumputan liar sebaiknya dilakukan bersamaan dengan


waktu pemupukan. Gulma dan rumpu-rumput liar merupakan inang dari beberapa
9

jenis OTP. Oleh karena itu, menjaga kebersihan kebun merupakan keharusan.
Penyiangan dilakukan menjelang pemupukan susulan pertama, selanjutnya
diulang tiap 2 minggu (Moekasan, 2014).

e. Pemupukan

Penggunaan pupuk pengganti bahan kimia dalam pupuk anorganik dan


pestisida, dapat menggunakan pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan
mikroba. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal
dari hewan maupun tumbuhan yang berfungsi sebagai penyuplai unsur hara tanah
sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih
baik (Nurhidayati, 2008).

Kotoran kambing, domba, sapi, dan ayam merupakan pupuk kandang yang
paling sering digunankan. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa
berupa cair yang berasal dari kencing hewan (urine). Setiap hewan akan
menghasilkan kotoran dengan jumlah dan komposisi yang beragam. Pada
umumnya, kotoran ini mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman.
Puupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat
banyak mengandung unsur fosfor (Parnata, 2004).

f. Pemangkasan

Pemangkasan merupakan upaya menciptakan keadaan tanaman menjadi


lebih baik, sehingga sinar matahari dapat masuk keseluruh bagian tanaman.
Meningkatnya intersepsi cahaya yang masuk ke tajuk tanaman serta meningkatnya
sirkulasi udara dan ketersediaan CO2 dalam tajuk. Ketersediaan cahaya dan CO2
yang cukup serta faktor-faktor lainnya yang mendukung akan meningkatkan laju
fotosintesis yang pada akhirnya meningkatkan ketersediaan fotosintat yang sangat
dibutuhkan dalam pertambahan panjang batang tanaman (Soeb, 2000).

g. Pengendalian hama dan penyakit

Hama dan penyakit pada mentimun sebenarnya tidak terlalu banyak.


Pemberantasan dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara
10

pemberantasannya antara lain dengan cara mekanis (pemotongan daun) maupun


dengan cara kimia (penyemprotan pestisida). Hama yang sering menggangu yakni
Thrips dan Imagothripis yang merusak tanamn dengan cara menghisap cairan sel.
Tanda awal dari kerusakan ini bila daun dihadapkan ke sinar matahari kan
kelihatan bintik berwarna putih. Pengendalian serangan hama ini dapat dilakukan
dengan penyemprotan insektisida (Khotimah, 2007).

Menurut Sugito (1992), penyakit yang sering menyerang yakni Downy


Mildew (Pseudomonas cubensis, Berk dan Curt) diawali dengan adanya bintik
hitam pada permukaan daun yang kemudian berubah menjadi kuning, kemudian
meluas menjadi bercak. Pemberantassan penyakit ini dilakukan dengan cara
penyemprotan fungisida seperti Benlate dan Dithane. Penyakit layu sering
menyerang pada musim hujan ketika tanah tergenang dang terlalu basah.
Penyebab penyakit layu diakibatkan oleh Fusarium wilt F. dengan cara
pengendalian membuat drainase atau saluran air yang baik dan pembuatan bedeng
tanaman yang tinggi cm (Sumpena, 2001).

h. Panen dan Pasca Panen

Buah mentimun dapat dipanen pada umur 30-50 hst, ciri-ciri buah yang
dapat dipanen, yaitu buah masih berduri, panjang buauh antara 10-30 cm atau
tergantung jenis yang diusahakan jarak panen dilakukan antara 1-2 hari sekali.
Panen dilakukan dengan cara memotong tangkainya dengan pisau atau gunting.
Tangkai buah yang bekas dipotong sebaiknya dicelupkan kedalam larutan lilin
untuk mempertahankan laju penguapan dan kelayuan sehingga kesegaran buah
mentimun dapat terjaga relatif lama (Sumpena, 2001).

2.4 Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang kambing dapat digolongkan yaitu pupuk organik. Pupuk


organik dihasilkan dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia seperti pupuk hijau,
kompos, pupuk kandang, dan hasil sekresi hewan dan manusia (Soedyanto, 1984).
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada pupuk anorganik.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang dan
11

sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),
limah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah
kota (sampah). Pupuk organik berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Pupuk organik memiliki fungsi
kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen fosfor, kalium,
kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt,
mangan, dan besi meskipun jumlahnya relative (Suriandikarta, 2005).

Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi


humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi sebagai pengikat
butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam bentuk agregat yang mantap.
Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, bahan organik penting dalam
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion
logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni
7 tanaman atau menghambat penyediaan hara Al, Fe, dan Mn dapat dikurangi.
Penggunaan pupuk organik dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena
bahan-bahan organik tersebut tidak dibuang sembarangan yang dapat mengotori
lingkungan terutama pada perairan umum. Penggunaan bahan organik sebagai
pupuk merupakan upaya penciptaan sumber daya alam yang terbarukan. Bahan
organik juga dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman serta
dapat digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang dan lahan yang
tercemar (Diah, 2005).

Pupuk kandang yang berasal dari kandang kambing memiliki beberapa


manfaat, yaitu menurut Pranata (2010) kotoran kambing mengandung nitrogen
dan kalium lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran sapi. Menurut Silvia (2012)
pupuk kandang kambing memiliki kadar K yang lebih tingggi dari kotoran pupuk
kandang sapi, kerbau, babi, ayam dan kuda. Unsur K sendiri sangat berperan
penting dalam hak metabolisme pada bagian tubuh tanaman seperti halnya pada
pembelahan sel dan proses sintesis protein, serta berperan penting bagi
pembentukan buah pada tanaman. Pada kadar hara P hampir sama dengan pupuk
kandang lainnya.
12

Pupuk kandang secara bertahap akan terdekomposisi dan unsur hara hasil
proses dekomposisi secara bertahap pula akan tersedia bagi tanaman. Pemberian
pupuk kandang secara teratur kedalam tanah, menghasilkan hara pada tanah
tersebut dalam jangka waktu lama akan tetap baik (Subatra, 2013). Tanaman akan
tubuh dengan baik dan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tersedia dengan
cukup dan seimbang serta pembentukan pucuk atau daun baru akan lebih baik
dengan tersedianya nutrisi (Dewi, 2016).

Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran-


butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N
pupuk kandang kotoran kambing umumnya ˃ 30. Pupuk kandang yang baik harus
mempunyai rasio C/N < 20, sehingga pupuk kandang kotoran kambing akan lebih
baik penggunaanya apabila dikomposkan terlebih dahulu. Jika pupuk kandang
akan digunakan secara langsung, pupuk kandang ini akan memberikan manfaat
yang lebih baik pada musim kedua pertanaman (Hartatik dan Widowati, 2010).

Menurut Rochiman K, (2010) kandungan bahan organik yang terdapat


pada kotoran kambing dapat meningkatkan kandungan bahan kering tanaman
melalui proses penguraian (dekomposisi) yang terjadi secara bertahap dengan
melepaskan bahan organik yang sederhana serta mampu meningkatkan N dan P
dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Berdarakan hasil penelitian Hartono
(2011) kandungan protein kasar dari Rumput Setaria yang diberi feses kambing
dengan dosis berbeda lebih tinggi dari kandungan protein kasar Rumput Setaria
dengan diberi feses sapi, namun kandungan nutrient dari Rumput Setaria yang
diberi pupuk kandang feses kambing dengan dosis yang berbeda tidak dapat
meningkatkan kandungan protein kasar dan menurutkan kandungan lemak kasar.
Selain itu, pemberian pupuk kandang feses kambing dengan dosis yang berbeda
telah dapat menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering.

Hasil penelitian Dinariana, Heddy, dan Guritno, 2014. Pemberian pupuk


kandang kambing pada dosis 10 ton/ha mampu meningkatkan hasil panen tongkol
segar dengan klobot sebesar 19,46% dibandingkan tanpa aplikasi pupuk kandang
13

kambing, tetapi tidak berbeda nyata dengan aplikasi pupuk kandang kambing 7,5
ton/ha. Kerapatan tanaman 75.556 tanaman/ha mampu meningkatkan hasil panen
tongkol segar dengan klobot sebesar 41,59% dibandingkan kerapatan tanaman
45.333 tanaman/ha.

Hasil penelitian Sinuraya dan Melati (2019) menunjukkan bahwa


perlakuan dosis pupuk kandang kambing berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan jagung manis organik. Perlakuan dosis pupuk kandang 30 ton/ha
nyata meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Perlakuan dosis pupuk
kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dan komponen produksi
jagung manis organik.
14

II. BAHAN DAN METODA

2.1. Tempat dan Waktu

Percobaan telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian


Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang Koto
Nan Empat Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh yang terletak pada
ketinggian 514 meter diatas permukaan laut dengan jenis tanah Inseptisol.
Percobaan ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Agustus
2020 sampai Oktober 2020.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih mentimun


Varietas hibrida cap panah merah, pupuk urea, SP36, KCL dan pupuk kandang
kambing, insektisida merek decis. Sedangkan alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cangkul, sabit, papan merek, tali, timbangan, gunting,
gembor, bambu, alat ukur, alat tulis, jangka sorong.

2.3. Rancangan Perobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dimana


terdapat 5 perlakuan dan 4 kelompok sehingga seluruhnya terdiri dari 20 petak
percobaan. Setiap petak terdapat 6 tanaman dengan 2 sebagai tanaman sampel.
Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji F
pada taraf nyata 5% bila F hitung besar dari F tabel 5% maka dilanjutkan dengan
uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Adapun
perlakukan yang diberikan adalah pemberian beberapa takaran pupuk kandang
kambing sebagai berikut:

a. 0 ton/ha
b. 10 ton/ha
c. 15 ton/ha
d. 20 ton/ha
e. 25 ton/ha
15

2.4. Pelaksanaan

2.4.1. Pengolahan Tanah

Lahan percobaan dibersihkan dari gulma kemudian dilakukan pengolahan


tanah pertama dengan mencangkul kedalamn 30 cm dan dibiarkan selama 1
minggu. Setelah 1 minggu dilakukan pengolahan tanah kedua dengan
menghancurkan bongkahan tanah sampai diperoleh tanah petakan yang gembur,
sekaligus pembuatan petak percobaan dengan ukuran 1 m x 120 m dan tinggi
petakan 30 cm. Jarak petak dalam kelompok dan baris 50 cm jarak kepinggir
lahan 50 cm.

2.4.2. Pemberian Perlakuan

Pupuk kandang kambing diberikan setelah selesai pengolahan tanah kedua.


Diberikan sesuai dengan perlakuan yaitu A, takaran pupuk 0 ton/ha atau setara
dengan 0 kg/petak, B takaran pupuk 10 ton/ha atau setara dengan 1,2 kg/petak, C
takaran pupuk 15 ton/ha atau setara dengan 1,8 kg/petak, D takaran pupuk 20
ton/ha atau setara dengan 2,4 kg/petak dan E takaran pupuk 25 ton/ha atau setara
dengan 3 kg/petak. Pemberian pupuk dengan cara disebar pada petak percobaan
kemudian diaduk hingga tercampur merata dengan tanah lalu dibiarkan selama
satu minggu.

2.4.3. Penanaman

Penanaman dilakukan satu minggu setelah pengolahan tanah kedua. Benih


ditanam 2 biji perlobang dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanaman 50 cm – 40
cm. Sedangkan tanaman sampel ditentukan 2 minggu setelah tanam.

2.5. Pemeliharaan

2.5.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara menyiram tanaman dengan


gembor sampai kedalam tanah lembab, dan tidak dilakukan penyiraman ketika
hujan turun.
16

2.5.2. Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap bibit yang tidak tumbuh dilakukan pada 3


HST, pada tiap lubang yang tidak tumbuh ditanam dengan tanaman sisipan yang
sudah ditanam sebelumnya di areal pinggir lahan.

2.5.3. Penjarangan

Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam dengan pemotongan


satu tanaman per lobang, dengan menyisahkan satu tanaman perlobang.

2.5.4. Pemasangan Turus

Pemasangan turus dilakukan 3 hari setelah tanam agar tidak merusak akar
tanaman. Turus yang digunakan dari bilah-bilah bambu yang berukuran 2 meter,
kemudian dihubungkan dengan tali rafia dengan tujuan agar sulur dapat menjalar
dengan baik. Turus ditancapkan dengan jarak 3 cm.

2.5.5. Penyiangan dan Penbumbunan

Penyiangan dilakukan pada minggu ke 2 minggu setelah tanam dengan


cara membuang gulma yang berada disekitar tanaman mentimun.Pembumbunan
dilakukan sejalan dengan penyiangan dengan cara menaikkan tanah di samping
tanaman ke pangkal tanaman.

2.5.6. Pemupukan

Pupuk yang diberikan adalah sesuai dengan dosis anjuran yaitu 250 kg/ha
pupuk urea setara dengan 25 gram/petak, 120 kg/ha pupuk SP36 setara dengan 12
gram/petak dan 125 kg/ha pupuk KCL setara dengan 12,5 gram/petak. Pupuk urea
diberikan 2 kali yaitu umur 1 dan 3 minggu setelah tanam, sedangkan pupuk SP36
dan KCL diberikan pada umur 1 minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dengan
cara melingkar disekeliling tanaman dengan jarak 15 cm dari pangkal tanaman.

2.5.7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman mentimun dilakukan secara


mekanis dengan cara membuang bagian tanaman yang diserang hama dan
17

penyakit dan menggunakan insektisida merek decis. Hama yang menyerangnya


yaitu hama Kutu daun(Myzus persicae),Kumbang daun( Aulacophora femoralis)

2.5.8. Panen

Panen dilakukan sewaktu tanaman berumur 33 HST dengan kriteria panen


buah telah berwarna hijau keputihan, duri telah mulai hilang. Panen dilakukan
dengan cara memotong tangkai buah dengan menggunakan gunting stek.

2.6. Parameter Pengamatan

2.6.1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur tanaman 2 minggu


setelah ditanam sampai tanaman berbungan dilakukan sekali seminggu.
Pengamatan dengan cara mengikuti lilitan tanaman dengan menggunakan tali rafia
dari pangkal batang sampai titik tumbuh batang utaman dan cocokkan dengan
meteran. Dilakukan pada setiap tanaman sampel.

2.6.2. Umur Berbunga (Hari)

Umur berbungan diamati dengan cara menghitung jumlah hari yang


dibutuhkan mulai tanam sampai tanaman mengeluarkan bunga lebih kurang 50%
dalam satu petak.

2.6.3. Umur Panen (Hari)

Diamati dengan cara menghitung jumlah hari, dari awal tanam sampai
panen pertama.

2.6.4. Panjang Buah (cm)

Pengamatan panjang buah dilakukan dengan cara mengukur buah mulai


dari pangkal buah sampai ujung buah yang dipanen pada setiap tanaman sampel
dengan menggunakan penggaris.
18

2.6.5. Diameter Buah (cm)

Pengamatan diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong


dibagian tengah buah. Buah yang diukur diameternya adalah yang sama dengan
panjang buah pada tanaman sampel.

2.6.6. Berat Buah Pertanam (g)

Pengamatan terhadap berat buah pertanam dilakukan setelah mentimun


dipanen dengan cara menimbang berat buah setiap kali panen. Dilakukan pada
tanaman sampel pada setiap petak. Kemudian dijumlahkan dari semua yang telah
dilakukan sebelumnya.

2.6.7. Berat Buah Tanaman, Per Petak dan Per Hektar (kg/ha)

Pengamatan terhadap berat buah per petak adalah dengan cara menimbang
semua buah yang ada pada satu petak percobaan, kemudain jumlahkan dari semua
panen yang telah dilakukan sebelumnya.

Sedangkan untuk mengetahui berat buah per hektar, maka berat buah per
petak dikonversikan ke berat per hektar dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Berat buah per hektar =


19

III. HASIL, PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman mentimun pada pemberian


beberapa takaran pupuk kandang kambing setelah dianalisis secara statistika
dengan uji F pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 1, dan sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 5.1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman (cm) Mentimun pada Pemberian Beberapa Takaran Pupuk
Kandang Kambing pada umur 4 Minggu Setelah Tanam.

Takaran Pupuk Kandang Kambing Tinggi Tanaman (cm)


0 ton/ha 74,27
10 ton/ha 74,75
15 ton/ha 72,75
20 ton/ha 74,13
25 ton/ha 69,25
KK 15.66 %
Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing


takaran: 0 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha, dan 25 ton/ha, menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata sesamanya terhadap tinggi tanaman mentimun umur 4
minggu setelah tanam. Berbeda tidak nyatanya tinggi tanaman pada pemberian
beberapa takaran pupuk kandang kambing. Di sebabkan karna pupuk kandang
kambing lambat menyediakan unsur hara bagi tanaman mentimun. Sehingga
tanaman mentimun hanya dapat menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah dan
pupuk an organik yang di berikan seperti Urea, KCL,SP36.

Disamping itu pengolahan tanah dengan maksimal menyababkan tanah


menjadi gembur sehingga akar dapat berkembang dengan baik dan dapat
menyerap unsur hara dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat
hayati,(2012) bahwa pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh struktur dan
tekstur tanah, unsur hara tanah yang tersedia dalam keadaan optimum dan
20

seimbang. Dengan membaiknya kondisi tanah menyebabkan akar akan


berkembang dengan baik, sehingga unsur hara yang diberikan terutama unsur N
dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman, dimana unsur N bisa
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lingga dan Marsono (2007) menyatakan bahwa peranan utama N bagi tanaman
adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang,
cabang, dan daunan. Selain itu N berperan penting dalam pembentukan hijauan
yang sangat berguna dalam proses fotosintesis

4.1.2. Umur Berbunga Dan Umur Panen (hari)

Hasil pengamatan terhadap umur berbunga dan umur panen tanaman


mentimun pada pemberian beberapa takaran pupuk kandang kambing dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur Berbunga dan Umur Panen Tanaman Mentimun pada pemberian
beberapa takaran pupuk kandang kambing.

Muncul Umur
Takaran Pupuk Kandang Kambing
Bunga(Hari) Panen(Hari)
0 ton/ha 28 37
10 ton/ha 28 37
15 ton/ha 28 37
20 ton/ha 28 37
25 ton/ha 28 37
*Data tidak diolah

Tabel 2 memperlihatkan bahwa pemebrian pupuk kandang kambing


takaran: 0 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha, dan 25 ton/ha, menunjukkan
jumlah hari yang sama terhadap umur berbunga yakni 28 HST dan umur panen
yakni 37 HST.

Samanya umur berbunga dan umur panen pada pemberian beberapa


takaran pupuk kandang kambing diduga erat hubungannya dengan sifat genetik
tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan tempat tumbuhnya. Apabila tanaman
diberikan lingkungan yang sesuai maka tanaman akan mengeluarkan bunga dan
umur panen yang sesuai dengan sifat genetiknya. Seperti terlihat pada deskripsi
21

tanaman mentimun pada Lampiran 1, apabila lingkungan sesuai maka tanaman


akan mengeluarkan bunga sesuai sifat genetiknya. Pada deskripsi terlihat umur
berbunga 26- 29 hari setelah tanam, dan umur panen pada deskripsi umur 36 - 38
hari, sementara pada percobaan ini didapat umur berbunga 28 hari setelah tanam,
dan umur panen 37 hari setelah tanam. Ini terlihat bahwa tanaman berbunga dan
panen sesuai sifat tanaman. .

Hal ini sejalan dengan pendapat Wulan, (2012) menyatakan kondisi


lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk
berbunga dan menghasilkan biji. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki masa
reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu tanaman yang
diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari
tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari tanah itu adalah genetika dari tanaman
tersebut yang terekspresikan melalui pertumbuhan sehingga diperoleh hasil,
sedangkan faktor luarnya adalah faktor biotik maupun abiotik yang meliputi
unsur-unsur yang menjadi pengaruh pada kualitas dan kuantitas antara lain iklim,
curah hujan, kelembapan, intensitas cahaya, kesuburan tanah, serta ada tidaknya
hama dan penyakit.

Selanjutnya Damanik, Bachtiar, Sarifuddin dan Hamidah (2011), yang


menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik
sedangkan kemampuan tanaman untuk memunculkan karakter genetiknya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan diartikan sebagai
gabungan semua keadaan dan pengaruh luar yang memengaruhi kehidupan dan
perkembangan suatu organisme.

4.1.3. Panjang Buah (cm) dan Diameter Buah (cm)

Hasil pengamatan terhadap panjang buah dan diameter buah mentimun


pada pemberian beberapa takaran pupuk kandang kambing setelah dianalisis
secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 3, dan
sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5.2.
22

Tabel 3. Panjang Buah (cm) dan Diameter Buah (cm) Mentimun pada Pemberian
Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kambing.

Takaran Pupuk Panjang Buah Diameter Buah


Kandang Kambing (cm) (cm)
0 ton/ha 14.58 2,14
10 ton/ha 14.03 2,28
15 ton/ha 13.85 2,61
20 ton/ha 14.40 2,33
25 ton/ha 12.48 2,13
KK 1.58% 17,37%
Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%

Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing


takaran: 0 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha, dan 25 ton/ha, menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata sesamanya terhadap panjang buah dan diameter
tanaman mentimun. Berbeda tidak nyatanya panjang buah dan diameter buah
mentimun, Pada beberapa takaran pupuk kandang kambing. Di sebabkan sangat
erat hubungannya dengan sifat genetik dan lingkungan tempat hidup tanaman
mentimun. Dimana dalam percobaan ini telah menggunakan varietas hibrida cap
panah merah yang mempunyai sifat pertumbuhan yang sama dengan genetiknya
yang dapat kita lihat pada tabel 3 dan deskripsi tanaman mentimun pada Lampiran
1.

Dengan adanya penyiraman setiap hari juga akan menambah ketersediaan


air dalam tanah yang akan dapat melarutkan hara yang ada di dalam tanah maupun
hara yang diberikan lewat pemupukan. Sedangkan tanaman mentimun adalah
tanaman yang mengandung air dan membutuhkan air yang cukup untuk proses
pertumbuhannya, dengan cara melakukan penyiraman yang cukup, maka tanaman
akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Apabila faktor lingkungan
mendukung seperti ketersediaan air, CO2, suhu, unsur hara dan cahaya yang
mencukupi maka panjang buah dan diameter buah pertambahan sel sesuai degan
sifat genetiknya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner,Pearce dan Mitchell(1991)


menyatakan dua faktor yang mempegaruhi kecepatan panjang buah dan diameter
buah pada tanaman yaitu faktor eksternal (lingkungan) yang di pengaruhi dalam
23

pristiwa ini adalah cahaya matahari, curah hujan, kecepatan angin dan ketersedian
unsur hara di dalam tanah. Faktor internal (genetik) yaitu apabila umur tanaman
sudah melewati masa vegetatif maka pertumbuhan tanaman mentimun akan
dilangsungkan degan usia seperti generatif pertumbuhan bunga dan buah.

Hal ini sesuai dengan Ellisa (2004) bahwa faktor yang mempegaruhi saat
pembentukan panjang buah dan diameter buah yaitu faktor eksternal (lingkungan)
yang di pengaruhi dalam pristiwa ini adalah cahaya matahari, curah hujan,
kecepatan angin dan ketersedian unsur hara di dalam tanah.

Selanjutnya Marsono dan Sigit (2001) menyatakan bahwa ketersedian


unsur hara yang cukup dan berimbang merupakan faktor utama berlangsungnya
proses metabolisme dalam tanaman, disamping faktor utama berlansungnya
proses metabolisme dalam tanaman, disamping faktor lainnya seperti cahaya, air,
suhu dan CO2. Proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik jika semua
elemen yang dibutuhkan berada dalam keadaan tersedia dengan optimal.

Sebagaimana yang kita ketahui P yang sangat mempengaruhi dalam


pembentukan buah. Unsur P yang terkandung di dalam tanah berperan dalam
pembentukan buah. Hal ini sejalan dengan Yuwono (2002) bahwa fungsi fosfor
adalah untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah
dan biji.

4.1.4. Berat Buah Pertanaman(g), Berat Buah Perpetak (kg), dan Berat
Buah Perhektar (ton)

Hasil pengamatan terhadap berat buah per tanaman(g), perpetak (kg) dan
per hektar (ton) mentimun pada pemberian beberapa takaran pupuk kandang
kambing setelah dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5% dapat
dilihat pada Tabel 4, dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1.
24

Tabel 4. Berat Buah Per Tanaman(g), Per Petak (Kg) Dan Per Hektar (Ton)
Mentimun pada Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kambing
pada Umur 5 Minggu Setelah Tanam.

Takaran Pupuk Berat Berat Perpetak Berat Perhektar


Kandang Kambing Pertanaman (gr) (kg) (ton)
0 ton/ha 246,00 2,40 19,96
10 ton/ha 248,75 2,73 22,71
15 ton/ha 271,25 2,45 20,42
20 ton/ha 305,00 3,30 27,50
25 ton/ha 317,50 1,53 12,71
KK 33.76 % 29,09 29,09%
Angka-angka pada lajur di atas berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing


takaran : 0 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha, dan 25 ton/ha, menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata sesamanya terhadap berat buah per tanaman(g), per
petak (kg) dan per hektar (ton) tanaman mentimun umur 5 minggu setelah tanam.

Berbeda tidak nyatanya berat buah per tanaman(g), per petak (kg) dan per
hektar (ton) tanaman mentimun pada pemberian terhadap beberapa takaran pupuk
kandang kambing diduga erat hubunganya dengan pertumbuhan vegetatif
sebelumnya. Dimana pertumbuhan vegetatif yang baik akan memberikan hasil
yang baik juga. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniawati (2008) menyatakan
pertumbuhan organ vegetatif yang optimal,khususnya organ-organ tanaman yang
dilakukan proses fotosintesis nantinya akan mampu mensuplai asimilat bagi
perkembagan buah.dalam pertumbuahan dan perkembagan buah memerlukan
asimilat dalam jumlah yang cukup. Peningkatan suplai asimilat yang menunju ke
buah akan menyebabkan buah tumbuh dan berkembang dengan baik.

Menurut Bara dan Chozin (2009), pupuk kandang merupakan sumber


nitrogen yang memberikan pengaruh paling cepat dan mencolok pada
pertumbuhan tanaman dibandingkan unsur lainnya, nitrogen yang tersedia di
dalam tanah dan mencukupi kebutuhan tanaman dapat meningkatkan tinggi
tanaman, sehingga mentimun dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya tanaman
tidak dapat tumbuh dengan baik jika unsur hara nitrogen tidak tercukupi pada
tanaman. Pernyataan ini diperkuat oleh Purwati dan Anas (2009), bahwa
25

kekurangan unsur hara nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan


pertumbuhannya tersendat, serta daun berwarna hijau muda dan akhirnya kuning.

Agromedia (2007) menambahkan bahwa unsur hara yang cukup tersedia


bagi tanaman akan membuat tanaman tumbuh dengan sempurna, untuk
mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik dan normal
diperlukan unsur hara yang cukup dan berimbang, dengan cara pemupukan
merupakan satu–satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan
unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan pemupukan tanaman akan
tumbuh optimal dan berproduksi maksimal.

4.2. Kesimpulan dan Saran

4.2.1 Kesimpulan

Pemberian beberapa takaran pupuk kandang kambing belum dapat


meningkatkan pertumbuhan dan hasil secara nyata terhadap tanaman mentimun.

4.2.2 Saran

Perlu penelitian lebih lanjut tentang penggunaan takaran pupuk kandang


kambing untuk budidaya tanaman mentimun.
26

RINGKASAN

Mentimun (Cucumis sativa L.) adalah satu sayuran buah yang banyak
dikomsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik
karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan
nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 g kalori, 0,8 g protein, 0,1 pati, 3 g
karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianime, 0,01 ribovlavin, 14 mg
asam, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1 dan C. Mentimun mentah bersifat
menurunkan panas badan juga meningkatkan stamina. Mentimun juga
mengandung asam malonat yang berfungsi menekan gula darah agar tidak
berubah menjadi lemak, baik untuk mengurangi berat badan kandungan seratnya
berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan kolesterol dan
menetralkan racun (Sumpena, 2002).

Produksi tenaman mentimun di Indonesia sesuai data BPS (2008) masih


rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal produksi mentimun hibrida
bisa mencapai 20 ton/ha. Budidaya tanaman mentimun dalam skala produksi yang
tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun
ditaman sebagai tanaman selingan. (Arlina, 2015).

Di Indonesia anjuran konsumsi sayuran untuk sehat gizi adalah sebesar


65,5 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2016-2017 konsumsi sayuran sehat gizi baru
terpenuhi 80%. Salah satu upaya untuk meningkatkan persediaan sayuran adalah
meningkatkan produksi mentimun. Pada tahun 2017 luas areal panen mentimun
nasional mecapai 276 ha dengan produksi 662,80 ton. Luas areal panen komoditi
mentimun di Payakumbuh Lima Puluh Kota pada tahun 2017 sebesar 13,173 ha
dengan produksi rata-rata 30,172 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2017).

Rendahnya produksi tanaman mentimun ditandai dengan kesuburan tanah


yang masih rendah. Seperti kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan
biologi, untuk meningkatkan kesuburan tanah baik fisik, kimia dan biologi
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik.
27

Pupuk organik adalah pupu yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang dipergunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah (Susanto, 2002).

Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat


hara bagi tanaman melalui proses penguraian. Proses ini terjadi secara bertahap
melalui dekomposisi dengan melepaskan bahan organik yang sederhana dari unsur
hara untuk pertumbuhan tanaman. Kotoran kambing mengandung sedikit air
sehingga mudah terurai (Musnamar, 2006).

Penambahan pupuk kotoran kambing kedalam tanah merupaka salah satu


teknik budidaya yang lebih baik dari segi teknis, ekonomis, sosial maupun dari
lingkungan, karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk kandang mengandung
unsur makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian
besar berasal dari kotoran padat (Sutedjo, 2010).

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena


masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh usia
ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang kambing N
2,10%, P205 0,66%, K2O 1,97%, Ca 1,64%, Mg 0.06%, Mn 233 ppm dan Zn
90,8% ppm (Sekmeto, 2006).

Menurut penelitian Silvia, (2012) melakukan percobaan menggunakan


pupuk kandang kambing dengan takaran dosis 20 ton/ha. Berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabe rawit dan mengetahui tingkat takaran pupuk
kandang kambing yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman cabe
rawit yang terbaik. Selajutnya hasil penelitian Feri, (2014) menyatakan pemberian
kompos kotoran kambing dengan dosis 20 ton/ha menunjukkan hasil yang
signifikan pada pertumbuhan tanaman pakcoy.
28

Berdasarkan uraian diatas, penulis telah melakukan penelitian yang


berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Kambing
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativa L.)”.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui takaran pemberian
pupuk kandang kambing terbaik terhadap pertumbuhan tanaman mentimun.

Penelitian telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian


Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kelurahan Tanjung Gadang Koto
Nan Empat Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh yang terletak pada
ketinggian 514 meter diatas permukaan laut dengan jenis tanah Inseptisol.
Percobaan ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mualai bulan Agustus
2020 sampai Oktober 2020.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dimana


terdapat 5 perlakuan dan 4 kelompok sehingga seluruhnya terdiri dari 20 petak
percobaan. Setiap petak terdapat 6 tanaman dengan 2 sebagai tanaman sampel.
Data hasil pengamatan dirata-ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji F
pada taraf nyata 5% bila F hitung besar dari F tabel 5% maka dilanjutkan dengan
uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Adapun
perlakukan yang diberikan adalah pemberian beberapa takaran pupuk kandang
kambing sebagai berikut: 0 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha, 25 ton/ha.

Pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman mentimun adalah tinggi


tanaman (cm), umur berbunga (hari), umur panen (hari), panjang buah (cm),
diameter buah (cm), berat buah pertanam (g), berat buah tanaman per petak dan
per hektar (kg/ha).

Dari hasil percobaan dapat diambil kesimpulan bahwa perlu penelitian


lebih lanjut tentang penggunaan pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan
dan hasil mentimun
29

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2007. Dasar-Dasar Bercocok Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta. Agromedia Pustaka.

Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani;


Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit
Absolut, Yogyakarta. Hal. 9-92. Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P.
2009. Respon Pertumbuhan dan Hasil Produksi Beberapa Varietas
Kedelai (Glycine Max L) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran
Sapi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Arlina. 2015. Mengenal Karakteristik Dan Syarat Tumbuh. Html w.w.w. Petani
hebat.com/2015/10/klasifikasi dan morfologi tanaman timun.html

Badan Pusat Statistik. 2017.Tanaman Holtikultura: Tabel hasil Produksi Tanaman


Ketimun Indonesia. Jl Khatib Sulaiman No. 48 Padang 25135

Bara, A dan M.A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung
(Zea mays. L) Di Lahan Kering. Dalam Kumpulan Makalah Seminar
hasil Penelitian Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Barmin. 2006. Budidaya Tanaman Dalam Pot. Jakarta: Insan Cendikia

Brian Feri Andrea, et al. 2014. Pengaruh Jenis Kompos Ternak Dan Waktu
Penyiangan Terhadap Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa sub.
Chienensis) Organik. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Cahyono, B. 2003. Timun. Semarang: Aneka Ilmu.

Damanik, et al. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Usu Press. Medan.

Diah, Setyorini. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta


Penelitian dan Pengembangan Pertaninan. Vol. 27, No.6.

Elisa. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Bayu Media.


Malang: Jawa Timur.

Feri, Deden. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Jeruk (Citrus
sp).Tersedia: http//insipirasisahabat.blogspot,co.id/2014/03/hama-dan-
penyakit-padatanaman-jeruk.html.

Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman.
Universitas Undonesia Press. Jakarta.
30

Hartatik dan L.R. Widowati. 2010. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id.

Hartono, B. 2011. Produksi Dan Kandungan Nutrient Rumput Setaria (Setaria


Sphacelata) Pada Pemotongan Pertama Yang Diberi Pupuk Kandang
Dengan Dosis Berbeda. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.

Hendro Sunarjono.1998. Prospek Peningkatan Produksi Bawang Merah Dengan


Biji. Warta Litbang Pertanian. Vol.8.No.4-6.

Imdad, H P dan Nawangsih, AA. 2001. Sayuran Jepang Edisi Ke-3. Jakarta: PT
Penebar Swadaya.

Khotimah, N. 2007. Budidaya Tanaman Pangan.Jakarta Barat: Karya Mandiri


Nusantara.

Litbang. 2014. Kotoran Kambing-Domba Pun Bisa Bernilai


Ekonomis.http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/wr255039.pdf

Mardiana, A. 2011. Karakteristik Pelet Kompos Berbasis Kototran Kambing


Hasil Biofiltrasi Sebagai pupuk. Depok: Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia Universitas Indonesia.

Marsono dan Paulus Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Jakarta.
Penerbar Swadaya.

Moekasan, T.K, Pujiastuti. Y., Sodikin, E., Rauf, A. 2014. Panduan Praktis
Budidaya Mentimun Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Haman
Terpadu (PHT). Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Musnamar. 2006. Peranan Pupuk Kandang.Jakarta: Penebar Swadaya.

Nawangsih. 2001. Budidaya Mendtimun Intensif Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Nurhidayati, et al. 2008. E-Book Pertanian Organik . Malang. Program Studi


Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Islam Malang.

Nurholilah, I. 2012. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah.


http://ilanurholilah.blogspot.com/2012-09-23-archive.htmi.

Parnata, Ayub S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta.
Agromedia Pustaka.

Pranata, A,S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Jakarta:
Agromedia.
31

Purwanti, A. dan Anas, D.S. 2009. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sayuran Dalam Nethouse.

Rochiman, K, dan S. S. Harjadi. 2010. Pengaruh Pupuk Kandang, urea Dan


Interval Pemotongan Terhadap Produksi Serta Ketahanan. Jurnal
Argonomi Indonesia. Vol.2.No.16.1983.

Rukmana, R. 2004. Budidaya Mentimun. Yogyakarta: Kanisius.

Rukmana, R. 2007. Mentimun. Yogyakarta: Kanisius.

Sekmeto, R. 2006. Pupuk Kandang. Yogyakarta: PT Citra Aji Prama.

Silvia, M. 2012. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Rawit


(Capsicum frutescent L) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran
Kambing Pada Tanah Utisol.agroscientiae,19(3).

Soeb, M. 2000. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Mulsa Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L).
Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian USU. Medan.

Soedyanto dan Hamadi. 1984. Pupuk Kandang Hijau dan Kompos. Bumi Restu.
Yogyakarta.

Subatra K. 2013. Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk N dan P Terhadap


Ketersediaan N, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi di Musim
Tanam Kedua Pada Tanah Gambut. Jurnal Lahan Suboptimal.
Vol.2,No.2

Subhan et al. 2005. dan Rizwan. 2008. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap
Produksi.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Lembang: Penebar Swadaya.

Sumpena, U. 2002. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa Secara Tumpang


Gilir. Lembang: Penebar Swadaya.

Sunarjono, H. 2012. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suriadikarta, D.A. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bandung. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Suryana, N. K. 2008. Pengaruh Naungan dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika (Capsicum annum var.
Grossum) Jurnal Agrisains.Vol 9(2): 89- 95.

Susanto, R. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius


32

Sutedjo, Mulyani. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tafajani, D, S. 2011. Panduan Komplit Bertanam Sayur Dan Buah-buahan.


Yogyakarta: Cahama Atma.

Wijoyo, P.M. 2012. Budidaya Mentimun Yang Lebih Menguntungkan. Jakarta:


PT Pustaka Agro Indonesia.

Wulan Nurul Ulama. 2012. Botani Tanaman Caisin.


http://asmaaulkhusna.blogspot.com/2012/06/botani-tanaman-Caisin-
kedudukan-tanaman.html.

Zulkarnain, 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta: Bumi Aksara.


33

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Hibrida Cap Panah


Merah

Nomor Sk Kementan : 614/Kpts/SR.120/02/2010


Rekomendasi Dataran : Rendah-Menengah
Umur Berbunga : 26-29 HST
Umur Panen : 35-38 HST
Tipe Pertumbuhan : Merambat
Warna Buah : Hijau
Keputihan Rasa Buah : Manis, Segar
Berat Buah : 300-350 g
Panjang Buah : 8-15 cm
Diameter Buah : 2-5 cm
Potensi Hasil : 60 – 70 ton ha-1
Ketahanan Penyakit : virus gemini, embun bulu, dan antraknosa
Sumber : PT. East Wesr Seed Indonesia, Cap Panah
Merah 2015
34

Lampiran 2. Denah Penempatan Petak Percobaan Di Lapangan Menurut


Rancangan Acak Kelompok (RAK)
I II III IV

B a D C A
b U

D E A B

A B c
D E
S

C A E D
d

E C B C

Keterangan :
I, II, III, IV : Kelompok
A,B,C,D,E : Perlakuan
a. Jarak Antar Kelompok : 50 cm
b. Jarak Antar Petak : 50 cm
c. Lebar Petak :1m
d. Panjang Petak : 1,2 m
35

Lampiran 3. Tata Letak Tanaman dalam Satu Petak Percobaan


B

X x

d
A

X c X

x
X

Keterangan :
X : Tanaman mentimun
X : Tanaman sampel
A : Panjang petakan (1.2m)
B : Lebar petakan (1m)
C : Jarak antar baris (40 cm)
D : Jarak dalam baris (40 cm)
36

Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam

3.1. Tinggi Tanaman (cm)


F Tabel
SK DB JK KT Fh
5%
Kelompok 3 406,30 3,11 3,49
1218,90
Perlakuan 4 80,27 20,07 0,15)ns 3,26
Galat 12 1569,27 130,77
Total 19 2868,44
ns) non signifikan

3.2. Panjang buah(cm)


F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5%

Kelompok 10.99 2.75 1.81


3 3,49

Perlakuan 17.65 5.88 2,72)ns


4 3,26

Galat 14.36 1.20


12

Total 43.01
19
ns) non signifikan

3.3. Diameter Buah (cm)


F Tabel
SK DB JK KT Fh
5%
Kelompok 3 0,52 0,17 1,10 3,49
)ns
Perlakuan 4 0,62 0,16 0,98 3,26
Galat 12 1,91 0,16
Total 19 3,05
ns) non signifikan
37

3.4. Berat Per Tanaman

F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5%

3 37676,20 12558,73 1,43 3,49


Kelompok
4 16855,70 4213,92 0,48)ns 3,26
Perlakuan
12 105602,30 8800,19
Galat
19
Total
ns) non signifikan

3.5. Berat perpetak(kg)

Ft
SK DB JK KT Fh
5%

Kelompok 3 0,70 0,23 0,45 3,49

Perlakuan 4 6,61 1,65 3,18)ns 3,26

Galat 12 6,24 0,52

Total 19

ns) non signifikan

3.6. Berat per hektar (ton)

Ft
SK DB JK KT Fh
5%
Kelompok 3 48,62 16,21 0,45 3,49
Perlakuan 4 459,05 114,76 3,18)ns 3,26
Galat 12 433,35 36,11
Total 19
ns) non signifikan
38

Lampiran 5. Kandungan Unsur Hara Tanah Inceptisol

Unsur Hara Kandungan Kriteria

C Organik Tanah 2,47 % Sedang

pH (H2O) Tanah 4,73 % Asam

Rata-rata KTK
Tanah (me/100 16,33 %
gram) Rata-rata Sedang
N Total Tanah.
Rata-rataN Total Tanah 0,26 % Sedang

Rata-rata P Tersedia (ppm) 8,62 % Sangat Rendah

Sumber: Balai PengkajianTeknologi Pertanian Sumatera Barat (2019).


39

Lampiran 6. Kandungan Pupuk Kandang Kambing

Unsur Hara Kandungan Kriteria

Tinggi
N 0,70 %

Sedang
P2O5 0,40 %

K2O 0,25% Rendah

C/N 20 – 25 % Tinggi

Bahan Organik 31 % Sedang

(https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/04pupuk%20k
andang.pdf)
40

Lampiran 7. Data Curah Hujan (mm) Dari Bulan Agustus 2020 Sampai
Bulan Oktober 2020
Curah Hujan (mm)
No
Agustus September Oktober
1 1,1 0 1,5
2 0 0 1
3 0 0 10,5
4 0 0 1,5
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 2,5 3
10 0 0 0
11 0 1,1 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 1,2 1,1 6
15 3,8 1,1 3,5
16 2,2 0 0
17 1,2 0 0
18 0 6,4 0
19 1,1 1,1 0
20 1,1 0 0
21 0 0 0
22 2,5 0 17
23 0 1,1 3,5
24 3,3 1,1 0
25 0 8,3 0
26 1,3 1,1 0
27 0 1,1 0
28 0 0 0
29 0 0 0
30 64,9 0 5,5
31 0 X 0
Jumlah 83,7 26 53
Rata-Rata 2,7 0,83871 1,71
Sumber : Balai Penyuluh Peranian (BPP) Kecamatan Payakumbuh Utara Kota
Payakumbuh (2020)
41

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Umur Tanaman Mentimun 2 MST

Gambar 2. Hama Yang Menyerang Tanaman Mentimu

Anda mungkin juga menyukai