Oleh : KELOMPOK 2 Zilda Ayu Imawati Tri Wahyuni Wahyu Hidayanti Yani Kusuma W. Tiara Eka Saputri Suci Ramadhani Viko Mahendra Wemmy Andriana P. Wiwik Tri Wulandari 105040100111082 105040100111087 105040101111023 105040101111030 105040101111038 105040101111051 105040101111055 105040101111068 105040101111078
Dusun ini terletak dalam wilayah sebuah Sub-DAS kecil atau DAS Mikro bagian dari DAS Sumber Brantas, yang dinamai DAS Mikro Talun
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
No
1 2 3 4 5 6 7
Penggunaan Lahan
Kebun Tanaman Campuran Tahunan Kebun Tanaman Semusim Kebun Tanaman Campuran Tahunan Kebun Tanaman Tahunan Kebun Tanaman Semusim Kebun Tanaman Semusim Semak - semak
Plot 2
Penggunaan Lahan Kebun Tanaman Campuran Tahunan Kebun Tanaman Semusim Kebun Tanaman Semusim Tutupan Lahan Apel Wortel Ubi
Semak - semak
Rumput
Plot 3
Penggunaan Lahan Kebun Tanaman Campuran Tahunan Kebun Tanaman Tahunan Kebun Tanaman Campuran Musiman (tumpangsari jeruk) Kebun Tanaman Semusim Kebun Tanaman Semusim Tutupan Lahan Pisang Jeruk Kubis Wortel Tomat
Plot 4
Penggunaan Lahan Kebun Tanaman Campuran Tahunan Kebun Tanaman Semusim Tutupan Lahan Pohon Pinus Wortel
Selada
Jeruk Cabai Kubis
30
6,51
30
6,51
30
6,51
6,76
6,76
6,76
6,85
6,85
6,85
30
7,07 40,10
31
7,07 40,10
31
7,07 40,10
45,17
45,17
45,17
44,67
44,67
44,67
43,19
43,19
43,19
2. Biodiversitas Tanaman
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Alpukat Pisang Rumput gajah Kopi Talas Singkong Jeruk Apel Wortel
Tomat
Cabe
Sawi
Tingkat biodiversitas paling tinggi terdapat pada plot 1, karena masih banyak tanaman yang terdapat didalamnya.
Analisis Gulma
Kelebatan
Plot 1
1
2 1 2 1 2 1
Agak lebat
Lebat 100 % 25 % 70 % 80 % 60 %
Plot 2
Plot 3
Plot 4
60 %
Presentase hama tertinggi berada pada plot 3 Presentasi musuh alami tertinggi berada pada plot 1 Presentase serangga lain tertinggi pada plot 4
4. C-Stock
C-stock tertinggi berada pada plot 1 yaitu sebesar 150 ton/ha, karena masih terdapat tanaman berbasis pohon (tahunan) sebagai lubuk C, dengan penggunaan lahan hutan campuran. Sedangkan untuk plot 2 dapat menyimpan 50 ton/ha karbon, plot 3 dan 4 hanya 1 ton/ha, karena tutupan lahannya adalah tanaman semusim.
Dari keseluruhan penggunaan lahan (lanskap) di dusun Kekep belum mengarah pada praktek pertanian berlanjut.
Plot 2. Bapak Satemo menanam jehe, alpukat, rumput gajah dan kopi. Lahan yang digunakan milik Pemerintah dengan sistem bagi hasil untuk Pemerintah. Bibit tanaman mendapat bantuan dari Pemerintah namun untuk pupuk diperoleh dari kotoran hewan milik pak Satemo sendiri. Tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri. Serta modal yang digunakan adalah modal sendiri dan terkadang meminjam di koperasi. Hasil produksi dijual pada pengepul karena hasil yang didapat jauh lebih besar daripada dijual ke pasar karean terkena biaya transportasi. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 2.925.000 dari hasil produksi. Pak Satemo sudah menerapkan pertanian berlanjut dengan adanya pengurangan penggunaan bahan kimia.
Plot 3 Bapak Mat memiliki lahan 5ha yang digunakan budidaya tomat dan wortel. Bibit diperoleh dengan ,membeli dan membuat sendiri, pupuk yang digunakan pupuk ZA dan organik perbandingan 1:1. tenaga ketja menyewe dengan upah Rp.25.000/hari. Hasil produksi dijual ke pasar dengan rincian tomat Rp 4.000/kg, wortel Rp 3.000/kg. Hasil produksi tersebut sudah mencukupi kebutuhan konsumsi secara berkelanjutan. selain itu juga ditunjang pendapatan dari ternak kelinci.
Plot 4. Lahan yang disewa seluas 0,25ha untuk budidaya wortel dan bunga kol.. Bibit diperoleh dengan membeli, pupuk dan pestisida yang digunakan tergolong bahan kimia. Tenaga kerjanya menyewa pria dan wanita. Hasil produksi wortel 10ton dihargai Rp 50 juta dan bunga kol 2 ton dihargai Rp 6 juta. Dari perhitungan R/C ratio usaha tani termasuk layak sehingga layak untuk dikembangkan
Plot 1 menerapkan adanya pertanian berlanjut dengan adanya penggunaan bahan alami dalam budidayanya melalui aplikasi pupuk organik. Plot 2 kondisi lingkungannya sudah baik namun hutan alami yang ada disekitar mengalami pengurangan mengakibatkan rusaknya sebagian ekosistem. Plot 3 penggunaan bahan kimia rutin dilakukan sehingga masih belum bisa dikatakan ramah lingkungan. Plot 4 juga masih menggunakan bahan-bahan kimia.
Plot 1 kesetaraan dalam kebebasan dasar dimaknai sebagai hak asasi manusia yang paling mendasar, hal ini terlihat bagaimana jalinan akses petani terhadap tanah dan faktor-faktor produksi lainnya sebagai upaya mewujudkan kedaulatan pangan hal ini lah yang biasanya disebut dengan berkeadilan pertanian. Seperti penguasaan lahan petani, menjaga biodiversitas lingkungan, akses pasar, dan bersifat manusiawi. Plot 2 sistem pertanian yang berkeadilan sosial meliputi penyediaan akses ke informasi, pasar, dan usahatani lain yang terkait dengan sumberdaya khususnya lahan. Plot 3 keadilan dalam sistem pertanian ditunjukkan dengan saling membantu apabila ada permasalahan dalam pertanian yang menyangkut kepentiungan bersama. Plot 4 sistem pertanian sudah berkeadilan sosial karena tidak memandang adanya perbedaan gender, status sosial, ras, suku, dan keyakinan agama.
Plot 1. Budaya yang biasanya dijalankan adalah pada kegiatan-kegiatan pertanian dengan gotong royong, adapaun gotong royong yang dilakukan yaitu dengan membersihkan selokan-selokan, jalanan ataupun membangun sumber air.
Plot 2. Bapak Sutemo masih mengikuti kegiatan adat istiadat setempat dengan mengikuti kerja bakti setiap minggunya untuk membangun sumber air dan mengikuti acara syukuran apabila sudah memasuki masa panen sebagai tindakan rasa Syukur terhadap Tuhan YME.
Plot3. Beberapa masyarakat masih mempercayai adanya tempat-tempat yang dikeramatkan, walaupun sebagian masyarakat ada yang tidak percaya. Beberapa tempat yang dikeramatkan anatara lain seperti sumber mata air dan punden.
Plot 4. Budaya yang dilakukan yaitu pranata mangsa sesuai keadaan kondisi cuaca, curah hujan, kelembaban udara, sinar matahari dan suhu udara.
3 4 4 3 3 3,4
3 4 1 2 3 2,6
3 4 1 2 4 2,8
2 4 1 2 2 2,2
Berdasarkan pembahahasan diatas, dari ketiga tempat pengamatan semuanya ada beberapa yang masih belum mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan konsep pertanian berlanjut. Sebab pada pelaksanaan pengelolaan lahan masih ada aspek yang belum terpenuhi. Sehingga agar implementasi konsep pertanian berlanjut dapat berjalan dengan baik, upaya pengelolaan harus diperbaiki terutama terkait dengan pengelolaan hama, gulma dan manajemen karbon.
TERIMA KASIH