Komunikasi adalah salah satu kepentingan dalam kehidupan sosial manusia, dimana
tanpa adanya komunikasi manusia tidak akan bisa berinteraksi atau tidak akan bisa memenuhi
kebutuhan sosialnya, sebagaiman peneliti menemukan menurut Bahfiarti(2012) Komunikasi
merupakan kebutuhan kita yang paling penting dalam berinteraksi. Hal ini di karenakan
setiap interaksi yang dilakukan oleh dua orang ataulebih, terjadi aktivitas memberi dan
menerima pesan yang memberikan akibat dalam kelanjutan hubungan sosialnya. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya pernyataan bahwa komunikasi terjadi karena adanya kesamaan
antarpribadi itu sendiri. Ketika suatu hubungan tertentu antara orang menjadi berkembang,
komunikasi menjadi bergeserdari yang asalnya dangkal (shallow) dan tidak intim,
berkembang menjadi lebih personal atau lebih intim.
Sementera itu, peneliti menemukan pendapat lain dari Liliweri (2015). Menekankan
komunikasi adalah sebuah proses mental dimana sumber dan penerima berinteraksi dan
bertukar ide, pengetahuan, pengalaman,dan perasaan yang mereka tularkan melalui kode,
pesan, dan saluran yang tepat. Selanjutnya menurut Panuju(2018) Proses mental yang
dimaksud adalah proses untuk saling memberi pengertian. Dalam konteks ini, saling
pengertian cenderung lebih mudah dicapai apabila peserta komunikasi memiliki latar
belakang sosial yang sama, budaya yang sama, pengalaman yang sama serta referensi atau
rujukan yang sama.
Kemudian dari pada itu keberlangsungan komunikasi soial yang baik perlu adanya
komunikasi interpersonal yang di mana komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian
pesan melalui dua atau lebih dari dua orang, artinya komunikasi interpersonal saling
membutuhkan, saling melengkapi dalam sosial masyarakat sebagaimana menurut DeVito
dalam Liliweri (2015:12) Komunikasi interpersonal sangat penting untuk digunakan dalam
suatu lembaga atau instasi pemerintahan, karena dengan efektifnya komuniksai interpersonal
akan menimbulkan suatu kegiatan yang lebih positif dan menjaga suatu keakraban di setiap
pegawai. Komunikasi interpersonal adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan di
terima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara seorang komunikator dengan
seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif dalam upaya
membentuk sikap, pendapat atau perilaku seseorang berhubung sifatnya yang dialogis.
Perilaku dialogis tersebut ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang
menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan
pada saat itu juga, dan komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan yang dikirimkan
itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negative.
Terkait dengan komunikasi interpersonal adalah ini merupakan proses pertukaran
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara
dua orang yang dapat langsung diketahui balikanya (Muhammad, 2005). Selanjutnya,
Menurut Devito dalam Effendy (2003) komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan
oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik.
Berdasarkan definisi Devito ini, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua
orang seperti ibu dan anak yang sedang bercakap-cakapan, atau dua orang dalam suatu
pertemuan, misalnya penyaji makalah dengan salah seorang peserta suatu seminar
(Effendy2003). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal atau nonverbal interpersonal ini adalah yang hanya dua orang,seperti
pemimpin-bawahan,dua karyawan, bawahan-office boy, bawahan- satpam, dan sebagainya
(Mulyana, 2000.73).
Pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator
dengan komunikan, dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena
sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan,
komunikasi mengetahui seacra pasti apakah komunikasi positif “komunikasi yang
berlangsung dalam diri kita meliputi kegiatan berbicara kepada diri kita dan kegiatan-
kegiatan mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan
kita.
Berdasarkan hasil observasi peneliti selama magang di kantor kementerian agama
kabupaten Sumbawa, terdapat komunikasi interpersonal yang dijalankan oleh pimpinan di
karyawannya. Pemimpin selalu mengingatkan karyawan tentang kedisiplinan dan pemberian
pelayananan yang ramah kepada masyarakat. Selain itu komunikasi interpersonal yang
dilakukan oleh pemimpin adalah pemimpin selalu memotivasi karyawan untuk tetap
semangat dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Dari
arahan pimpinan, para karyawan merespon dengan baik, setiap karyawan menjalankan tugas
dengan baik serta menjalankan arahan dari pimpinan.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul Persepsi Karyawan Terhadap Komunikasi Interpersonal Yang Diterapkan
Oleh Pimpinan Pada Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa.
Adapun penelitian terdahulu oleh Ilham Habibi Zakaria (2020) dengan judul Pengaruh
Penggunaan Teknologi Informasi, Kemampuan Berkomunikasi Interpersonal, dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kerja Karyawan (Studi Empiris Pada Bank Syaiah Kota Ambon)
Yang bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan teknologi informasi, kemampuan
komunikasi interpersonal, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada Bank
syariah di kota Ambon, yang di mana hasil penelitianya menunjukan variable penggunaan
teknologi informasi pengaruh terhadap kinerja karyawan, sedangkan variabel kemampuan
berkomunikasi interpersonal dan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan.
Kemudian penelitian selanjutnya oleh afif alfiyanto, ivanriyadi, fitri hidayati dengan
judul Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
Di SMP Negeri 23 Palembang dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi
interpersonal kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru di SMP Negri 23
Palembang, dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi interpersonal kepala
sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat
dilihat melalui prinsip aktivitas komunikasi interpersonal antara lain yaitu 1) Keterbukaan 2)
Empati 3) Dukungan 4) Rasa positifdan 5) Kesetaraan dalam komunikasi antara kepala
sekolah dengan guru.
Kemudian penelitian selanjutnya dari Unsul Abrar 2015 tujuan penelitian ini untuk
menguji pengaruh peran kepemimpinan, motivasi dan komunikasi interpersonal terhadap
kepuasan kerja dan kinerja di IAIN Jamber. Hasil peneelitian ini menunjukan bahwa 1) ada
pengaruh peran kepemimpinan terhadap kepuasan kerja di IAIN Jamber 2) ada pengaruh
motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan di IAIN Jamber 3) ada pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap kepuasan kerja di IAIN Jamber 4. Ada pengaruh peran kepemimpinan
terhadap kinerja di IAIN Jamber. 5) ada pengaruh motivasi kinerja di IAIN Jamber 6. Ada
pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja di IAIN Jamber 7) ada pengaruh
kepuasan kerja terhadap kinerja di IAIN Jamber.
Perbedaan penilaian dari suatu kinerja karyawan atau pemimpin, dengan persepsi
karyawan terhadap pemimpin, sedangkan factor pendukung adalah mengingatkan dan
motivasi kerja, ada rasa kebersamaan dan saling menghormati antar pemimpin dan karyawan,
sikap saling terbuka antar karyawan dan pemimpin sehingga ada masalah dan kesulitan maka
mereka akan memecahkan masalah untuk mencari jalan keluar. Sementara pada penelitian ini
peneliti akan mencari bagaimana persepsi karyawan terhadap komunikasi interpersonal
pimpinan dalam memberikan motivasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan dapat dipahami sebagai keinginan untuk membuka diri dalam
rangka berinteraksi dengan orang lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya
tiga aspek dari komunikasi interpersonal, yaitu komunikator harus terbuka pada
komunikan demikian sebaliknya, kesediaan komunikator untuk bersaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang, serta mengakui perasaan, pikiran serta
mempertanggung jawabkannya.
2. Empati (empathy)
Empati didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang
dirasakan oleh orang lain. Hal ini termasuk salah satu cara untuk melakukan
pemahaman terhadap orang lain.
3. Dukungan (supportiveness)
Dukungan meliputi tiga hal. Pertama, descriptiveness dipahami sebagai
lingkungan yang tidak dievaluasi menjadi orang bebas dalam mengucapkan
perasaannya, tidak devensife sehingga orang tidak malu dalam mengungkapkan
perasaannya dan orang tidak akan merasa bahwa dirinya bahan kritikan terus
menerus. Kedua, spontanity dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi secara spontan dan mempunyai pandangan yang berorientasi ke depan,
yang mempunyai sikap terbuka dalam menyampaikan pemikirannya. Dan ketiga,
provisionalism dipahami sebagai kemampuan untuk berfikir secara terbuka ( open
minded).
4. Perasaan positif (positiveness)
Sikap positif dalam komunikasi interpersonal berarti bahwa kemampuan
seseorang dalam memandang dirinya secara positif dan menghargai orang lain. Sikap
positif tidak dapat lepas dari upaya menghargai keberadaan serta pentingnya orang
lain. Dorong positif umumnya berbentuk pujian penghargaan, dan terdiri atas perilaku
yang bisa kita harapkan.
5. Kesetaraan (equality)
Keefektifan komunikasi interpersonal juga di tentukanoleh kesamaan- kesamaan
yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku,kebiasaan, pengalaman,
dan sebagainya.
Komunikasi antar personal adalah komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau
lebih, didalam komunikasi selalu ada hambatan yang selalu mengganggu kelancaran
jalannya proses komunikasi. Sehingganinformasi dan gagasan yang disampaikan tidak
dapat diterima dan mengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Adapun Hambatan atau gangguan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan
atas tujuh macam menurut Hafied Cangara (2000), yaitu:
1. Hambatan teknis
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalan berkomunikasi
mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran melalui
kerusakan.
2. Hambatan Sematik
Hambatan Sematik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan
pada bahasa yang digunakan.
3. Hambatan psikoligis
Hambatan Psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh adanya
persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima
kepada sumber, situasi berduka atau karena kondisi kejiwaan sehingga dalam
penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
4. Hambatan Fisik
Hambatan Fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis. Dalam
komunikasi interpersonal, hambatan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan
organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera pada penerima.
5. Hambatan Status
Hambatan Status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara
peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan
bawahan. Perbedaan ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu
memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni
bawahan cenderung hormat kepada atasan, atau rakyat pada raja yang memimpinnya.
7. Hambatan Budaya
Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan
norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi.
2.3 Persepsi
Secara umum persepsi sering disebut sebagai suatu pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sehingga suatu stimulus yang sama belum tentu dipersepsikan sama oleh beberapa individu
(Jalaludin, 2000).
W.R. Nord (dalam Gibson, dkk, 1987) mengatakan definisi yang hampir mirip, yaitu
bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.
Keadaan ini memberikan gambaran bahwa perspsi itu bersifat subjektif
Sementara, menurut Luthans (Thoha, 1983) mengatakan bahwa persepsi meliputi suatu
interaksi dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran. Apabila dihubungkan dengan
organisasi Liliweri (2001) mendefinisikan persepsi sebagai suatu sikap, pendapat, pandangan,
penilaian dari karyawan atas tingkat keterbukaan komunikasi antara pimpinan terhadap
bawahan maupun dari bawahan terhadap atasan.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sikap,
pendapat, pandangan atau penilaian seseorang mengenai objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan pesan tentang objek tersebut.
Sedangkan persepsi yang dimaksud dalam penelitian kali ini adalah sikap, pendapat dan
pandangan atau penilaian bawahan mengenai komunikasi interpersonal atasan yang diperoleh
melalui peristiwa atau hubungan - hubungan dengan atasan sehingga dapat menyimpulkan
dan menafsirkan segala informasi yang berkaitan dengan atasan dan komunikasi interpersonal
tersebut.
Menurut Bimo Walgito ada bebarapa jenis persepsi yaitu: persepsi melalui indera
pendengaran, persepsi melalui indera penciuman, persepsi melalui indera pengecepan dan
persepsi melalui indera kulit atau perasa.
Sedangkan menurut Irwanto sebagaimana dikutip oleh Bimo Walgito dalam bukunya
yang berjudul “Pengantar Psikologi” ada dua jenis persepsi yaitu:
1. Persepsi positif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan
yang selaras dengan objek persepsi yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.
2. Persepsi negative, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan
yang tidak selaras dengan objek persepsi. Hal ini akan diteruskan dengan kepastian untuk
meneriman atau menolak dan mementang segala usaha objek yang dipersepsikan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi berasal dari
panca indera, apabila persepsi tersebut selaras dengan pengetahuan maka hal tersebut
dikatakan sebagai persepsi positif, akan tetapi jika objek persepsi tidak selaras dengan
pengetahuan maka hal tersebut akan menjadi persepsi negative.
u
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kausal komparatif, dengan obyek
penelitian karyawan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa. Menurut pendapat
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. penelitian kausal komporatif yaitu data yang dikumpulkan
setelah semua fenomena/kejadian yang diteliti berlangsung atau hal-hal terjadi sehingga tidak
dikontrol. Sedangkan menurut Sugiyono (2019) penelitian kausal komparatif merupakan
penelitian yang menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
3
3.4 Lokasi dan Obyek Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa,
banyak untuk di teliti pada KEMENAG Kab. Sumbawa salah satunya persepsi karyawan
terhadap komunikasi interpersonal yang diterapkan oleh pimpinan pada kementerian agama
kabupaten sumbawa. Serta memudahkan peneliti ketika penelitian. Beralamat di Jalan
Durian No. 29, Uma Sima, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara
Barat.