Anda di halaman 1dari 69

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya

memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Komunikasi merupakan peristiwa sosial yang paling dominan terjadi dalam kehidupan manusia. Komunikasi berperan sangat penting manakala manusia ingin berinteraksi dengan manusia lainnya dan terus berkembang menjadi komunikasi yang sangat modern dan canggih. Perkembangan dan pentingnya komunikasi pada saat ini dapat dibuktikan dengan perangkatperangkat komunikasi yang sudah semakin canggih dan relatif sudah menyebar di .setiap lapisan masyarakat Selain dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi juga sangat berperan dalam kehidupan berorganisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, komunikasi diharapkan efektif sesuai dengan tujuan organisasi yang .direncanakan

Efektifitas komunikasi dapat dinilai dari kinerja sumber daya manusia dalam organisasi. Unsur penting dalam peningkatan kinerja dalam organisasi adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, produktifitas, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu memberikan kontribusi optimal kepada perusahaan. Untuk mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan tersebut, organisasi membutuhkan koordinasi yang tepat kepada setiap sumber-sumber daya manusia dalam organisasi melalui komunikasi yang efektif. Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar.Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik

Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan. Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan prestasi kerja pegawai dan mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut. Dalam hal komunikasi yang terjadi antar pegawai, kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi

semakin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal. Menurut defenisi Carl I. Hovland Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan

(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Salah satu jenis komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara beberapa pribadi yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. Dalam operasionalnya, komunikasi

berlangsung secara timbal balik dan menghasilkan feed back secara langsung dalam menanggapi suatu pesan. Komunikasi yang dilakukan dengan dua arah dan feed back secara langsung akan sangat memungkinkan untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Onong U. Effendy yang mengatakan bahwa, Efektifitas komunikasi antar pribadi itu ialah karena adanya arus balik langsung.

Di dalam suatu organisasi khususnya perkantoran, proses komunikasi adalah proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen. Suatu perkantoran

dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan

kinerja perkantoran akan meningkat Upaya untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai sangat ditentukan oleh keefektifitasan komunikasi antara pimpinan dan pegawai dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Demi terlaksananya segala aktivitas instansi maka harus diterapkan keterbukaan komunikasi antara pimpinan dengan pegawai Melalui sistem ini sangat membantu pimpinan untuk mengetahui kemampuan, kecakapan dan prestasi kerja pegawai akan tugas yang dipercayakan kepada mereka. Seperti yang di kemukakan oleh Miftah Thoha, bahwa : Keterbukaan banyak mempengaruhi organisasi-organisasi dan administrasi perusahaan. Oleh karena itu peranan sistem keterbukaan komunikasi antara pimpinan dengan pegawai pada humas Pemerintah Kota Palembang adalah meningkakan kualitas kerja pegawai untuk mencapai sasaran instansi tanpa adanya interaksi sosial melalui komunikasi maka semua kegiatan idak akan berjalan lancar. Dari deskripsi diatas menarik perhatian penulis untuk mengetahui peranan keerbukaan komunikasi yang diterapkan adalah untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai dan beberapa permasalahan lain menyangkut produktivitas pegawai.berangkat dari persoalan inilah penulis mencoba melakukan penelitian tentang : Peranan Komunikasi Pimpinan Dalam Meningkakan Prestasi Kerja Pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan berikut ini: 1. Kurangnya peranan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang? 2. Belum adanya keterbukaan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang

1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Sejauhmana Peranan Komunikasi Pimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peranan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang

2. Untuk

mengetahui

keterbukaan

komunikasi

pimpinan

dalam

meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang

1.4 Manfaat Penelitian 1. sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya mengenai peranan komunikasi dalam sebuah organisasi. 2. Sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Negara Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang.

1.5 Hipotesis Berdasarkan dari kerangka teori penelitian maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai suatu kesimpulan sementara yaitu sebagai berikut : Jika peranan komunikasi pimpinan dilaksanakan dengan baik, maka akan

meningkatkan prestasi kerja pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Pendapat lain tentang komunikasi menurut Sir Geral Barny, oleh Teguh Meinandar dalam bukunya Dasar-dasar Jurnalistik : Dengan Berkomunikasi orang memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman, karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan, dan kepercayaan dan kontrol sangat diperlukan Komunikasi merupakan suatu proses pengiriman pesan atau symbolsimbol yang mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Jadi dalam komunikasi itu terdapat suatu proses yang dalam tiap prosesnya mengandung arti yang tergantung pada pemahaman dan persepsi komunikan. Oleh karena itu komunikasi akan efektif dan tujuan komunikasi akan tercapai apabila masing-masing pelaku yang terlibat di dalamnya mempunyai persepsi yang sama terhadap simbol. Apabila terdapat perbedaan persepsi maka tujuan komunikasi dapat gagal Menutur Kohler (dalam Muhammad, 2009:1), komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi

dan para komunikator dalam orgnaisasi perlu memahami dan menyempurnakan .kemampuan komunikasi mereka Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu usaha atau ungkapan melalui bahasa dari satu orang untuk orang lain, agar mempunyai kesamaan untuk mencapai tujuan bersama dan mengerti akan apa .yang diungkapkan maupun dituliskan Dalam hal ini jelas bahwa tampak komunikasi itu merupakan suatu hubungan antar manusia, dimana seseorang ingin menyampaikan pesannya kepada orang lain agar mereka bertingkah laku sebagai mana yang dimaksud .dengan pesan yang disampaikan Menurut Astrid Susanto dalam bukunya Komunikasi dalam Teori dan Praktek (1997), bahwa dari pengertian-pengertian tersebut dapat dilihat yang : menjadi komponen dari komunikasi itu adalah Komunikator : adalah seorang ataupun sekelompok orang yang .a

mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan .b

Pesan : adalah pernyataan yang didukung oleh lambing atau tanda,

kata-kata tertulis atau secara lisan .c .d sebagai alat

Komunikan : adalah orang yang menerima pesan : adalah sarana atau saluran yang yang Media dipakai

mendukung

pesan

penyampaian/pegiriman pesan

misalnya telepon, radio, surat kabar, majalah, televisi

10

Efek : adalah dampak yang ditimbulkan dari pesan .yang

.e disampaikan

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Namun, apa yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri ? Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006 : 5). Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya menguraikan : Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui

11

media massa dengan audience di seluruh duniaketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasisaat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3). Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin dalam bukunya Understanding Intercultural Communication mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behaviour (Purwasito, 2003 : 198). Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain : 1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya. 2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang

12

memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi informasi. Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. DefinisiDefinisi tersebut antara lain 1. proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini seperti yang

dikemukakan Hovland, Janis & Kelley (1953).

13

2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambargambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan Berelson dan Stainer (1964). 3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Definisi seperti yang dikemukakan Lasswell (1960). 4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959). 5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau

memperkuat ego. Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund (1964). 6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan Ruesch (1957). 7. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan Weaver (1949) (Zubair, 2006).

14

Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain : 1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. 2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan. 4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angkaangka atau tanda-tanda lainnya. 5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi

15

seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006). Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik benang merah bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan beragam dalam mendefinisikan komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata yang abstrak sehingga memiliki banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti sulit dan tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan dengan

perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.

2.2. Bentuk-bentuk Komunikasi Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Komunikasi vertikal Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan bawahan ke pimpinan secara timbal balik.

dan dari

Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas. a. Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat

16

dalam yang lebih memberikan pekerjaan, bawahan, perhatian dan kinerja.

suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini penetapan tujuan, memberikan instruksi menginformasikan kebijakan dan prosedur pada menunjukkan masalah yang memerlukan

mengemukakan umpan balik terhadap

b. Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih untuk menginformasikan tujuan dan tinggi dalam kelompok atau organisasi digunakan memberikan umpan balik kepada atasan,

mereka mengenai kemajuan ke arah meneruskan masalah-

masalah yang . (Robbins, 2002 : 314-315). b. Komunikasi horisontal Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya berlangsung formal yang berlainan dengan komunikasi secara vertical yang terjadi secara formal. c. Komunikasi diagonal Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang lainnya yaitu seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang berbeda dalam kedudukan dan bagian (Effendy, 2000 : komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan tidak

17

17). Pendapat lainnya menyebutkan, komunikasi dapat mengalir secara vertikal atau lateral (menyisi).

2.3. Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi antara lain : :

a. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai panduan formal yang harus dipatuhi oleh

wewenang dan garis karyawan.

b. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana untuk mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.

c. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme dengan mana anggota-anggota oleh menunjukkan

yang terjadi fundamental

kekecewaan dan rasa puas mereka menyiarkan ungkapan

karena itu komunikasi dari perasaan

emosional

dan pemenuhan kebutuhan sosial. d. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan

18

meneruskan data

guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan

alternatif (Robbins, 2002 : 310-311). Fungsi Komunikasi juga untuk menghibur (persuasif) suatu peeristiwa komunikasi sesungguhnya mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang dirasakan, akibat-akibat apa yang ditimbulkannya, apakah tujuan dari aktifitas berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut

2.4. Efek Komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa efek komunikasi adalah sebagai berikut: a. Efek kognitif, yaitu efek yang berkaitan dengan pikiran, nalar, atau rasio. Misalnya komunikasi menyebabkan orang yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti, atau yang semula tidak sadar menjadi sadar. b. Efek afektif, yaitu efek yang berhubungan dengan perasaan. Misalnya, komunikasi menyebabkan orang yang semula merasa tidak senang menjadi senang, yang semula sedih menjadi

19

gembira, atau yang semula merasa takut atau malu menjadi berani. c. Efek konatif, yaitu efek yang menimbulkan niatan untuk berperilaku tertentu, dalam arti kata melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik atau jasmaniah. Misalnya, komunikasi menyebabkan siswa yang semula

malas belajar menjadi rajin, atau orang yang semula perokok menjadi tidak merokok.

Ketiga efek di atas saling berhubungan satu sama lain. Efek konatif tercapai jika efek kognitif dan afektif sudah tercapai. Komunikasi akan berhasil secara efektif apabila komunikator menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan dapat dimengerti; pemberi pesan adalah orang yang dapat dipercaya; pesan yang disampaikan adalah sesuatu yang berguna; pesan disampaikan secara jelas, menarik, dan objektif; menggunakan mediaatau sarana atau lambang-lambang atau ekspresi tubuh yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi; ada keserasian antara pemberi dan penerima pesan; dan ada lingkungan atau suasana yang cukup mendukung.

2.5. Komunikasi dalam Organisasi Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin communis

20

atau common dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, commonness. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi

perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan

21

utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya Dimensi-Dimensi

Komunikasi hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori: 1. Komunikasi antar pribadi Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha

menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.

2. Komunikasi kelompok Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi. 3. Komunikasi massa Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik. Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi: 1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon

22

yang

diharapkan

tanpa

mengadakan

seleksi

dan

interpretasi.

Komunikasinya bersifat monolog. 2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. 3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan. Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan: 1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan. 2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

23

Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human

communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships). Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masingmasing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut: 1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orangorang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada

bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

24

2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. 3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama. Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu: 1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau

25

kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. 2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver. Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.

26

Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut: Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut: 1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk

dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. 2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar. 3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis

27

seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki. 4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut. 5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.

2.6. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

28

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan

karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: 1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur

29

organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana

semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada: 1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah. 2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi. 3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi. 4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

2.

Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan

kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi Integratif

30

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

2.7. Gaya Komunikasi Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang

31

digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). Menurut Steward dalam berkomunikasi ada beberapa gaya yang sering kita jumpai di tengah-tengah masyarakat atau orator lain :

1.

The Controlling style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan

adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau oneway communications. Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu

32

arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. 2. The Equalitarian style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi

33

serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi. 3. The Structuring style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemprakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul. 4. The Dynamic style

34

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan

pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. 5. The Relinguishing style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. 6. The Withdrawal style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya

35

ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

2.8. Pengertian Prestasi Kerja Membahas mengenai motivasi kerja, tidak dapat terlepas dari pembahasan mengenai prestasi kerja. Karena motivasi kerja merupakan bagian yang terpenting dari tingkah laku kerja tersebut. Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan..Menurut Hasibuan (1995:105), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu..Menurut Moh. As'ud (1995:47), prestasi kerja sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Terdapat banyak pengertian tentang prestasi kerja, diantaranya yang dikemukakan oleh Suprihanto bahwa : Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standart, target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan lebuh dahulu dan disepakati bersama. ( Suprihanto, 1988 ;7). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang pegawai atau tenaga kerja dalam suatu periode tertentu yang diperbandingkan dengan kriteria atau standart, target atau sasaran yang telah ditentukan.

36

2.9. Penilaian Prestasi Kerja Penilaian prestasi kerja ini pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu perusahaan secara efektif dan efisien. Penilaian prestasi kerja juga memungkinkan para karyawan untuk mengetahui bagaimana prestasi kerja mereka, dan sejauh mana hasil kerja mereka dinilai oleh atasan. Kegiatan penilaian ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberi umpan balik kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja mereka. Hal ini akan dapat memotivasi mereka untuk kemajuan-kemajuan mereka di masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pelaksanaan Penilaian prestasi di dalam suatu organisasi sangatlah penting. Karena dengan penilaian prestasi pihak manajemen dapat mengetahui tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan mengembangkan karyawannya, sesuai dengan potensi dan keterampilan dari karyawan tersebut. Agar pengertian tentang Penilaian prestasi dapat lebih mudah dipahami, disini dikemukakan beberapa pendapat, menurut Edwin B. Flippo (Flippo, 1996:84) penilaian prestasi kerja didefinisikan sebagai berikut: Performance appraisal is that it provides information of great assistance in making and enforcing decisions about such as promotion, pay increases, layoff and transfer.

37

Penilaian prestasi kerja adalah sebagai penyedia informasi yang sangat membantu dalam membuat dan menerapkan keputusan-keputusan seperti promosi jabatan, peningkatan gaji, pemutusan hubungan kerja dan transfer.)

Sedangkan menurut T. Hani Handoko (Handoko, 1995:135) yaitu: Penilaian prestasi adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Dimana kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaak kerja mereka. Pengertian penilaian prestasi kerja menurut Lloyd L. Byars dan Leslie W. Rue (Byars dan Rue, 2004:251) adalah: Performance appraisal is a process of determining and communicating to an employee how he or she is performing on the job, and ideally, establishing a plan of improvement. penilaian prestasi kerja karyawan adalah proses untuk menentukan dan mengkomunikasikan kepada karyawan tentang bagaimana performanya dalam melakukan pekerjaannya dan idealnya, membuat rencana untuk membangun kariernya) Sesuai dengan sejumlah definisi di atas, maka pengertian penilaian prestasi kerja karyawan dapat dipadatkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan penilaian prestasi kerja karyawan sangat penting dilakukan untuk membantu pihak manajemen di dalam mengambil keputusan mengenai pemberian bonus, kenaikan jabatan, kenaikan upah, pemindahan maupun pemutusan hubungan kerja karyawan.

38

2. Penilaian prestasi kerja juga memberikan informasi kepada karyawan tentang hasil kerja dan kualitas pekerjaannya, sehingga menjadi indikator untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang dan juga bagi pengembangan kariernya. Ukuran terakhir keberhasilan dari suatu departemen personalia adalah prestasi kerja. Karena baik departemen itu sendiri maupun karyawan memerlukan umpan balik atas upayanya masing-masing, maka prestasi kerja dari setiap karyawan perlu dinilai. Oleh karena itu Penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja Menurut Heidrahman dan Suad Husnan (1990:126), faktor-faktor prestasi kerja yang perlu dinilai adalah sebagai berikut : 1. Kuantitas Kerja Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan selesai 2. Kualitas kerja Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, kebersihan hasil kerja. 3. Keandalan Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan memenuhi atau mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan kerjasama 4. Inisiatif

39

Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan. 5. Kerajinan Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang bersifat rutin. 6. Sikap Perilaku karyawan terhadap perusahaan atau atasan atau teman kerja

7. Kehadiran Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu/jam kerja yang telah ditentukan. Bahwa keberhasilan daripada organisasi sangat ditentukan oleh prestasi kerja pegawai. Dengan demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai. Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan (1987 : 123) ialah hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Soetomo (1985 :113) menjelaskan bahwa : a. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepdanya; b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampian, pengalaman dan kesungguhan Pegawai

40

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat menigkatkan status pegawai yang bersangkutan. Adapun ukuran prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan menurut Darma (1986 : 26) meliputi : a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikannya; b. Kualitas yaitu mutu yang dihasilkan; c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Kemudian agar menjamin obyektifitas prestasi kerja pegawai, perlu diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan dari para pegawai dalam suatu unit organisasi.. Penilaian pelaksanaan pekerjaan menurut Moekijat (1995 : 99) adalah merupakan suatu proses penilaian individu mengenai pelaksanaan pekerjaannya di tempat kerja untuk memperoleh kemajuan secara sistematis. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa menilai prestasi kerja seorang pegawai ialah membandingkan hasil pekerjaannya dengan standar yang ditentukan oleh organisasi mengenai baik dan tidaknya hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh pegawai tersebut. Untuk itu penilaian prestasi kerja seseorang pegawai pada prinsipnya dapat dilihat dari tingkat kemajuan yang telah dicapai. Tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10

41

Tahun 1979. Dalam DP3 telah ditetapkan unsur-unsur yang menjadi dasar penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang meliputi : Kesetiaan, Prestasi Kerja, Tanggung Jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa dan Kepemimpinan. Berkaitan dengan hal tersebut Musanef (1992 : 207-208) menyatakan bahwa tujuan penilaian prestasi kerja pegawai adalah : a. Untuk memperoleh bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan pegawai; b. Sebagai bahan pertimbangan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan, pemindahan, kenaikan gaji berkala dan lain-lain. BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dikantor kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako kota Palembang yang berkaitan dengan peranan komunikasi pimpinan dalam prestasi pegawai dikelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menjelaskan kausal antara variabel variabel melalui pengujian hipotesis. yaitu menjelaskan pengaruh variabel komunikasi pimpinan terhadap prestasi kerja pegawai. Sedangkan menrut faisal (1992) explanatory research ditunjukan untuk menemukan dan mengembangkan teori sehingga hasilnya dapat menjelaskan terjadinya suatu gejala atau kenyataan sosial tertentu.

42

3.2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan guna memperoleh data menggunakan teknik-teknik dibawah ini : a. Kuisoner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup yang diajukan kepada responden. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data deskriptif yang dikuantifikasikan yang akan digunakan untuk menguji hipotesis. Kuesioner: dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Metode ini digunakan untuk menggali data primer. b. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap responden yang telah ditetapkan sampel. 41 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi Populasi adalah sekelompok orang kejadian, atau segala ssesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu, dan pendapat lain mengatakan populasi (universe) adalah sebagian keseluruhan unsur-unsur yang mempunyai satu ciri atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. 3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti, untuk menemukan sampel maka menurut Suharsimi Arikunto (1998:120), menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar

43

dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.maka dari itu sampel dalam penelitian ini adalah 25 orang

3.4.

Rancangan Uji Hipotesa Untuk menganalisa data dan pengujian hipotesis penulis menggunakan

rumus korelasi produt moment sebagai berikut: NXY (X) (Y) Rxy = {NX2 (X) 2 } {NY2 (Y)2}

Keterangan : Rxy N Y X = koefesien korelasi prudeut moment = jumlah responden = variabel terikat = variabel bebas

Penggunaan rumus ini karena penulis ingin mengetahui korelasi dari kedua variabel x (bebas) dan variabel y (terikat). Menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi, instrumen penelitian yang dipergunakan adalah skala likert yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Sementara itu, Muhammad Nasir dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi alasan memakai rumus ini adalah sepasang variabel x dan y mempunyai korelasi maka dapat.dicari dengan rumus Pearson. Pendapat ini diperkuat ikeh Suharisimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian, bahwa alasan pemilihan korelasi ini untuk menentukan hubungan antara gejalai interval. Sedangkan untuk mengetahui

44

tingkat korelasi variabel x dan y setelah dinilai dan dites menggunakan statistik dapat melihat koefisien korelasi. Sementara itu, Jalludin Rahmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi mengemukakan bahwa tingkat hubungan dapat dinilai dari hasil sebagai berikut: 3.5. kurang dari 0,20 0,20 - 0,40 0,40 0,70 0,70 0,90 lebih dari 0,90 : hubungan rendah sekali ; hubungan rendah tapi pasti : hubungan yang cukup berarti : hubungan tinggi, kuat : hubungan sangat tinggi

Variabel dan Definisi Menurut Sutrisno Hadi ( dalam Arikunto, 2006 : 116 ) variabel sebagai

gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga varianel adalah objek penelitian yang bervariasi. Berkaitan dengan pendapat diatas, maka variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dibedakan menjadi variabel Dependen dan variabel independen Variabel Independen variabel bebas yaitu Strategi Komunikasi yang diberi simbol (X)dengan indikator Variabel dependen (Y) atau variabel terikat adalah peningkatan karir dari prestasi kerja dengan indikator

3.6 Teknik Analisis Data

45

Pada dasarnya data-data yang diperoleh, dianalisis secara kuantitatif, teknik yang digunakan dalam menganalisa data adalah dalam bentuk kuisioner yang disebarkan. Setiap pertanyaan diberi empat item, dengan memberikan penilaian dan analisis dengan cara kwantitatif persentase dan selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

76% s/d 100% amat tinggi 56% s/d 75% tinggi 40% s/d 55% sedang Kurang dari 40% kurang 3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian 3.7.1 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang 3.7.2 Jadwal Penelitian

Bulan Kegiatan Pengajuan Judul Membuat Desain Seminar Desain Usulan Skripsi Pengumpulan Data Bimbingan Pengelolaan Data Ujian Skripsi

Juni 2012 X

Juli 2012 X

Agustu s 2012

Septem Oktobe ber r 2012 2012

Nove mber 2012

X X X

X X X X

46

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Penelitian Kelurahan Sako Baru berdiri pada tanggal 18 agustus 1997. Dimana pada awalnya Kelurahan Sako baru merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Sako sudah pecah menjadi 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Sako, kelurahan Sialang, dan Kelurahan Lebung Gajah. Kelurahan Sialang merupakan Kelurahan yang didalamnya terdapat pusat pemerintahan Kecamatan Sako dengan luas wilayah 9.7 Ha, 16180 jumlah penduduk, dan 3428 kepala keluarga

4.2. Kondisi Wilayah Wilayah Keluatahan Sako Baru Palembang terletak dalam wilayah pusat Pemerintahan Kecamatan Sako yang sebagian besar merupakan daerah dataran sedang dengan ketinggian 5 mdpl yang memiliki luas silayah 9.7 Ha dengan

47

suhu udara rata-rata berkisar 24 C 32 C dan dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sako Kota Palembang Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lebong Gajah Kecamatan Sako Kota Palembang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju Sangkal Kota Palembang.

4.3. Keadaan Umum Berdasarkan data terakhir tentang Demografi di Kelurahan Sako Baru secara singkat adalah sebagai berikut : Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Rukun Warga Jumlah Rukun Tetangga : 6831 Jiwa : 1638 Jiwa : 05 RW : 21 RT

- Kependudukan a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk : 3479 Jiwa : 3355 Jiwa : 6834 Jiwa

48

b. Jumlah Penduduk menurut Kewarganegaraan WNI Pribumi WNI Keturunan WNA : 6794 Jiwa : 40 Jiwa : 0 Jiwa

4.4. Susunan Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KELURAHAN SIALANG KECAMATAN SAKO KOTA PALEMBANG

LURAH

JABATAN FUNGSIONAL BABINSA BABIN KAMTIBMAS PLKB STAF

SEKRETARIS LURAH STAF STAF

49

KASI PEMERINTAHAN

KASI TRANTIB

KASI PEMBANGUNAN

KASI KES.SOS

STAF

STAF

STAF

STAF

4.5. Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Sako Baru dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari

berpedoman dengan Peraturan daerah NO.17 Tahun 2007 tentang Struktur Pemerintahan Kelurahan dan Keputusan Walikota palembang No.101 tahun 20012005 tentang uraian tugas pokok dan fungsi Kelurahan, yaitu: - Melakukan kegiatan di bidang Pemerintahan - Melakukan kegiatan dibidang Pembangunan - Melakukan kegiatan dibidang Kemasyarakatan - Melakukan kegiatan dibidang Ketentraman dan Ketertiban Bidang Pemerintahan - Administrasi Kependudukan. - Administrasi PBB. - Perizinan Bidang Pembangunan - Fasilitas Umum

50

- Fasilitas Sosial. Bidang Kemasyarakatan - Membentuk Yayasan Masjid - Membentuk Koperasi Masjid - Pembinaan IRMAS - Pembinaan Posyandu - Pembinaan Karang Taruna - Pembinaan Pokmas . Dll. Bidang Ketentraman dan Ketertiban - Pembinaan Poskamling. - Pengawasan terhadap pelaksanaan Perda di masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari Lurah dibantu oleh Sekretaris Lurah dan Kepala Seksi yaitu : Sekretaris Lurah Kasi Pemerintahan Kasi Trantib Kasi PMK Kasi Kasi Kesos

Tugas Sekretaris dan Seksi Pembantu Lurah adalah sebagai berikut : - Sekretaris Lurah Bertugas membantu lurah dalam bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan kepada seluruh perangkat Kelurahan - Seksi Pemerintahan

51

Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang pemerintahan umu, pembinaan wilayah dan masyarakat, administrasi kependudukan dan catatan sipil serta pelaksanaan kesatuan bangsa - Seksi Ketentraman dan Ketertiban Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang penertiban pelaksanaan Perda dan Peraturan Perundang-undangan lainnya membina perlindungan masyarakat, pelaksanaan rehabilitasi dan relokasi korban bencana, operasionalisasi penertiban tempa usaha, bangunan usaha informal, reklame, sarana dan prasarana umum, tempat hiburan, membantu tempat pelaksanaan penyelesaian sengketa lainnya,

pelaksanaan pembinaan perlindungan masyarakat serta penertiban pelanggaran lingkungan. - Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang terhadap peraturan perundang-undangan mengenai

pelaksanaan pembangunan masyarakat Kelurahan, Perekonomian, Perbankan, Perkreditan rakyat, Perkoperasian, Peternakan, Peranian, Perkebunan, Perikanan, Indusri Kecil, Usaha Informal dan Kehutanan, serta meningkatkan kelancaran distribusi hasil produksi serta membanu pelaksanaan pembinaan kelestarian lingkungan hidup. - Seksi Kesejahteraan Sosial Bertugas melaksanakan kewenangan lurah dibidang pelaksanaan kesejahteraan masyaraka khususnya di wilayah Kelurahan Sako Baru

52

4.6. Visi dan Misi - Visi Menjadikan Kelurahan Sako Baru sebagai instansi yang mampu mengayomi masyarakat dan mampu menyelenggarakan fungsi pemerintah secara efektif dan efisien

- Misi 1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat 2. Meningkatkan tertib administrasi di segala bidang 3. Meningkakan peran serta masyarakat dalam pembangunan 4. Meningkatkan kinerja Aparatur 5. Mewujudkan kondisi masyarakat yang tertb, aman dan tentram.

4.7. Tujuan dan Sasaran - Tujuan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Khususnya di Kelurahan Sako Baru 2. Meningkatkan kompetensi aparatur kelurahan sesuai dengan tugas dan fungsi. 3. Meningkatkan tanggung jawab kelurahan dalam pelaksanaan tugas - Sasaran

53

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan secara spesific, terukur, dalam jangka waktu tertentu yang secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil yang ingin dicapai itu adalah : 1. Semakin baiknya kualitas layanan kepada masyarakat 2. Tersedianya aparatur kelurahan dan kecamatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Semakin besarnya kesadaran aparatur dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Data Seluruh data yang telah diperoleh melalui penyebaran angket kepada seluruh responden dalam penelitian tentang Peranan Komunikasi Pimpinan Dalam Meningkakan Prestasi Kerja Pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang. Data yang diperoleh tersebut kemudian penulis dijabarkan kedalam bentuk tabulasi.dari 25 orang responden yang dijadikan sampel penelitian, semuanya mengembalikan angket dan untuk memudahkan dalam menganalisanya, angket tersebut diberi skor sesuai dengan kiteria jawaban yang sudah ditetapkan. Nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yaitu Jika Peranan Komunikasi Pimpinan

55

dilaksanakan dengan baik, maka akan meningkatkan prestasi pegawai di Kelurahan Sako Baru Kecamatan Sako Kota Palembang.

5.1.2 Analisis Data 5.1.2.1 Analisis Variabel (X)

5 Tabel 5.1 4 Tanggapan Responden dalam Kehadiran / Absensi No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 21 4 0 0 0 25 Presentase 84 16 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 1 dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 26 orang responden atau 84% yang menyatakan sangat setuju, 4 orang responden atau sebanyak 16% menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju. Tabel 5.2 Tanggapan Responden dalam Minat Pegawai No Tanggapan Jumlah Presentase

56

1 2 3 4 5

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah

23 2 0 0 0 25

92 8 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 3 dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 23 orang responden atau 92% yang menyatakan sangat setuju, 2 orang responden atau sebanyak 8% menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju. Tabel 5.3 Tanggapan Responden dalam Program Kerja Pimpinan No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 25 0 0 0 0 25 Presentase 100 0 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 2 dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau 100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.

57

Tabel 5.4 Tanggapan Responden dalam Kreatifitas Pegawai No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 25 0 0 0 0 25 Presentase 100 0 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 4 dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau 80% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan setuju ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju. Tabel 5.5 Tanggapan Responden dalam Hubungan Timbal Balik antara Pimpinan dengan Pegawai No Tanggapan Jumlah Presentase

58

1 2 3 4 5

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju

20 5 0 0 0

80 20 0 0 0 100

Jumlah 25 Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 5

Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 20 orang responden atau 80% yang menyatakan sangat setuju, 5 orang responden atau sebanyak 20% menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.

5.1.2.2 Analisis Variabel (Y) Tabel 5.6 Tanggapan Responden dalam Peningkatan Prestasi Kerja No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 25 0 0 0 0 25 Presentase 100 0 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 6

59

dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau 100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju.

Tabel 5.7 Tanggapan Responden dalam Kebersamaan No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 25 0 0 0 0 25 Presentase 100 0 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 7 Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau 100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju. Tabel 5.8 Tanggapan Responden dalam Kejujuran No Tanggapan Jumlah Presentase

60

1 2 3 4 5

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah

23 2 0 0 0 25

92 8 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 8 Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 23 orang responden atau 92% yang menyatakan sangat setuju, 2 orang responden atau sebanyak 8% menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju. Tabel 5.9 Tanggapan Responden dalam Motivasi Peningkatan Prestasi No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 25 0 0 0 0 25 Presentase 100 0 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 9 dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 25 orang responden atau 100% yang menyatakan sangat setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan setuju, ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju. Tabel 5.10

61

Tanggapan Responden dalam Peningkatan Keterampilan melalui Penilaian Prestasi Kerja No 1 2 3 4 5 Tanggapan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah Jumlah 22 3 0 0 0 25 Presentase 88 12 0 0 0 100

Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 10 dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 22 orang responden atau 88% yang menyatakan sangat setuju, 3 orang responden atau sebanyak 12% menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang setuju, dan tidak setuju

62

Tabel 5.11 Jawaban dari Masing-masing Responden untuk Variabel Bebas (X)
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Nomor Items
1 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 3 4 5 5 5 5 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 3 3 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4

JUMLAH
24
24 21 25 23 23 24 23 24 24 22 20 21 21 22 22 25 25 22 22 24 24

63

23 24 25

4 5 5

5 5 5

5 4 5

3 5 5

5 5 5

22 24 25 575

JUMLAH

Tabel 5.12 Jawaban dari Masing-masing Responden untuk Variabel Terikat (Y)
No
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nomor Items
1 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 2 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5
JUMLAH

4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 3 5

5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5

Jumlah
23
24 21 24 22 22 22 22 23 22 22 22 23 21 22 22 23 23 22 22 23 24 22 22 22 559

Tabel 5.13 Jawaban Nilai Jawaban Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y)

64

Responden
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

X
24
24 21 25 23 23 24 23 24 24 22 20 21 21 22 22 25 25 22 22 24 24 22 24 25 575

Y
23
24 21 24 22 22 22 22 23 22 22 22 23 21 22 22 23 23 22 22 23 24 22 22 22 559

X.Y
552 576 441 600 506 506 528 506 552 552 484 440 483 441 484 484 575 575 484 484 552 576 484 528 550 12953

X2
576 576 441 625 529 529 576 529 576 576 484 400 441 441 484 484 625 625 484 484 576 576 484 576 625 13322

Y2
529 576 441 576 484 484 484 484 529 484 484 484 529 441 484 484 529 529 484 484 529 576 484 484 484 12560

Jumlah

5.2. Pengujian Hipotesis Jadi jumlah nilai variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) adalah X Y X2 Y2 = 575 = 559 = 13332 = 12560

XY = 12953 NXY (X) (Y) rxy = {NX2 (X) 2 } {NY2 (Y)2} 25.12953 (575) (559) rxy = {25.13332) (575) 2 } {25.12560) - (559)2}

65

323825 322000 rxy = { (333300) (330625) } {314000) (312481)} 1825 rxy = (2675) (1519) 1825 rxy = 4063325 1825 rxy = 2016

rxy = 0,90 berdasarkan perhitungan hasil pengujian hipotesis tersebut, maka didapatkan nilai variabel X dan Y adalah 0,90 Dari perhitungan hasil pengujian hipotesis tersebut maka didapatkan nilai variabel X dan Y adalah 0,90.artinya hipotesa yang diajukan dapat diterima ( terdapat hubungan baik ). Untuk menguji hipotesis digunakan formulasi r product moment : H0 : b1 H1 : b1 = 0 (tidak berpengaruh)
0 (berpengaruh nyata)

Dengan taraf kesalahan , N = 25 diketahui r table = 0,394 , bila r hitung < r tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila r dihitung > tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. Karena r hiung > dari r tabel maka H1

66

diterima.dengan membandingkan nilai r tersebut ternyata r hitung > r tabel maka dapat penulis simpulkan bahwa hipotesis dapat diterima. Dengan demikian, berarti strategi komunikasi pimpinan dengan pegawai dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang dikatakan baik dan berhasil.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil uji hipotesis yang telah di uraikan diatas, maka penulis berkesimpulan antara lain sebagai berikut ini : 1. Dari Hubungan antara variabel X dan Y dilakukan dengan melihat besarnya korelasi dari hasil perhitungan. Adapun kedua variabel yang

67

telah diuji yakni . Dengan demikian hasil penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah. 2. Frekuensi tatap muka dari pimpinan kepada bawahan dapat meningkatkan kedisiplinan apabila para bawahan mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugas masing-masing. Hal ini dapat dibuktikan dari analisis tanggapan responden tersebut. 3. Melalui komunikasi antarpersonal yang dilakukan pimpinan dengan

pegawai, dapat terlihat efek pesan dalam menimbulkan inisiatif dan rasa tanggung jawab dari bawahan terhadap pekerjaan yang telah ditugaskan pimpinan kepadanya, dengan demikian kinerja pegawai dapat tercapai dengan lebih baik. 4. Efektivitas pesan yang disampaikanoleh pimpinan melalui komunikasi antar pribadi dapat member motivasi para bawahan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, sehingga pekerjaan yang diberikan berjalan dengan lancar. 6.2. Saran Berdasarkan kesimpulan 6 tersebut 7 diatas, maka penulis dapat

mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Dalam melaksanakan tugas pendekatan antara atasan dengan bawahan lebih ditingkatkan lagi 2. Untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai perlu memperhatikan prinsipprinsip komunikasi yang baik agar bawahan dapat melaksanakan tugas nya dengan baik dan lancar.

68

3. Mengingatnya pentingnya komunikasi persuasif dalam bersosialisasi dengan pegawai, maka pimpinan dapat lebih meningkatkan intensitas

pertemuan sehingga member kesan bagi para pegawai

DAFTAR PUSTAKA

A.Ali Hasymi, 1996, Intisari Manajemen, Bina Aksara, Jakarta. Armstrong, Michael, 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan, PT. Alex Media Komputindo Jakarta. AsAd, Moh., 1998, Sari Ilmu Sumber Daya Manusia-Psikologi Industri, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta. Dharma, A., 1986, Manajemen Prestasi Kerja, Jakarta, Rajawali.

69

Effendy, O.U, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Karya, Bandung. , 2001, Dimensi-dimensi Komunikasi, Alumni Bandung Hadi, Sutrisno, 1997, Metedologi research, Jilid 1, Cetakan kedua puluh sembilaan, Penerbit Andi, Yogyakarta. Handoko, T, Hani, 1986, Manajemen, Edisi kedua, BPEE., Yogyakarta. Lateiner, A.R., and Lavine, J.E, 1990, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, Terjemahan Aksara Baru, Jakarta. Maulana agus, 1997, Komunikasi Antarmanusia, Profesional Books Meinandar, Teguh, 1991, Dasar-dasat Jurnalistik, Amrico, Bandung. Moenir A.S., 1995, Pendekatan manusiawi dan organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian, Cetakan keenam, P.T. Ikrar Mandiri abadi, Jakarta. Miftah Thoha, Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi, Fisipol, UGM, Rajawali, Jakarta, 1998. .Miftah Thoha, Perilaku Organisasi dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta, 1992. Moenir A.S., 1995, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Cetakan keenam, PT Ikrar Mandiri abadi, Jakarta. Nasir. M, 1996, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Pratikno, Riyono, 1995, Komunikasi Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung. Rahmat Jalaludin, 1994, Metode Penelitian Komunikasi, Remadja Karya CV

Anda mungkin juga menyukai