Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

PENGARUH KOORDINASI DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP


EFEKTIVITAS KERJA DI SAMSAT KOTAMOBAGU

DISUSUN OLEH :

Nama : Aprilita A. Pasambuna

Nim : 18302085

Jurusan : Manajemen SDM

Mata Kuliah : Seminar Manajemen SDM

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
TAHUN 2021
I. Pendahuluan

I.1Latar Belakang

Efektivitas kerja yang baik sangat berperan penting dalam sebuah masyarakat, karena
mempengaruhi citra serta keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi .Ketika sebuah
efektivitas kerja baik maka sebuah perusahaan/organisasi bisa mencapai suatu tujuan perusahaan
dengan baik dan lancar terutama ketika kita mampu memperhatikan kebutuhan masyarakat
dengan cepat dan baik maka itu sangat menguntungkan bagi perusahaan/organisasi.

pegawai faktor yang sangat esensial dalam mencapai tujuan organisasi, maka koordinasi
antar pegawai harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Lebih jauh Winardi
(2000:15) menyatakan : “bahwa agar organisasi yang bersangkutan dapat bekerja secara
harmonis serta efisien, maka manajemen pada semua tingkatan, harus memusatkan perhatian
mereka pada koordinasi”. Namun demikian pelaksanaan koordinasi ini mudah untuk diucapkan
tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan, terutama dalam organisasi yang lebih kompleks dengan
banyak jenjang dan jumlah bagian yang sudah terspesialisasikan. Koordinasi merupakan hal
yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi, karena disisi lainkoordinasi memberikan
kontribusi yang jelas dan terarah bagi pegawai dalam mengelola dan menjalankan proses kerja
yang terarah dan jelas. Keberhasilan dalam mencapai sasaran target yang ditentukan oleh para
pegawai merupakan tujuan dari efektivitas kerja pegawai, sehingga diperoleh daya guna (efisien)
dan hasil guna (efektif) dalam menjalankan tugasnya tersebut. Efektivitas kerja pegawai yang
dilakukan oleh para pegawai akan tercapai sesuai dengan tujuan sebelumnya bila pimpinan
sebagai atasan dan bertanggungjawab atas tugas-tugas yang dilaksanakan oleh pegawainya
menjalankan semua persyaratan dalam bekerja sesuai dengan ketentuan.

Efektivitas kerja menurut Siagian (2000:51) dalam Siska Ermianty (2015)


“dimaksudkan untuk dapat menyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan”.
Artinya, apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada
bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara
melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.Efektivitas kerja yang
dimaksudkan untuk mencapai sasaran kerja dengan tepat sesuai dengan waktu dan target yang
telah ditetapkan. Setiap pekerjaan yang diselesaikan memiliki nilai dan mutu sesuai dengan
standar baku yang ditentukan oleh organisasi, sehingga dapat bermanfaat dan berguna
penumbuhan organisasi untuk berkembang dan maju mencapai sasaran utama sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan termasuk pada Samsat Kotamobagu.

DeVito (2002:68) dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 ) menyampaikan pengertian


komunikasi interpersonal sebagai pertalian verbal dan nonverbal antara dua (atau kadangkala
lebih dari dua) orang yang saling tergantung satu dengan yang lainnya. Indikator-indikatornya
adalah keterbukaan, empati, perilaku mendukung, perilaku positif dan kesetaraan. Sedangkan
Pearson (2010:49) dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 ) menjelaskan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses yang menggunakan pesan-pesan untuk menggapai kesamaan makna
antara-paling tidakantara dua orang didalam sebuah suasana yang amat mungkin adanya
kesempatan yang mirip bagi pembicara dan pendengar. Pengertian komunikasi interpersonal
dijelaskan Adler (2009:66) dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 ) sebagai semua komunikasi
antara dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal. Menurut Luthans (2011:121)
dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 ), dalam komunikasi interpersonal, penekanan utamanya
adalah pada transfer informasi dari satu orang ke orang lain. Komunikasi dipandang sebagai
metode dasar perubahan perilaku, dan itu menggabungkan proses psikologis (persepsi,
pembelajaran, dan motivasi) di satu sisi dan bahasa di sisi lain. Pada dasarnya, komunikasi
terkait dengan tindakan, oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan, terjadi
dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Gibson (2012:449-455)
dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 )adalah komunikasi yang mengalir dari individu ke individu
dalam tatap muka dan pengaturan grup. Agar komunikasi interpersonal efektif, perlu
memperhatikan hal-hal berikut: (1) menindaklanjuti agar tidak terjadi asumsi yang keliru, (2)
mengatur arus informasi agar optimal, (3) Menggunakan umpan balik, (4) mengembangkan
empati, (5) menggunakan pengulangan pesan, (6) mendorong rasa saling percaya, (7)
menyampaikan pada waktu yang efektif, (8) menyederhanakan bahasa, dan (9) menjadi
pendengar efektif. Berdasarkan beberapa konsep di atas, dapat disintesiskan bahwa komunikasi
interpersonal adalah keadaan dimana terjadinya pergantian pesan antara komunikan dan
komunikator akibat dari adanya penyampaian pesan, informasi, pikiran dan sikap tertentu dari
keduanya. Tujuan dari komunikasi dari komunikasi interpersonal tersebut untuk keterbukaan
pengertian dan identifikasi masalah yang akan berujung pada perubahan perilaku dari seorang
individu.

Salah satu faktor yang dipengaruhi koordinasi dan komunikasi interpersonal dalah
efektivitas kerja pegawai. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila dilihat dari
keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian
terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas
adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai
kegiatan.

Kantor Samsat Kotamobagu merupakan salah satu kantor yang aktivitasnya


memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai pembayaran wajib pajak di kotamobagu
namun sering terjadi beberapa kendala terhadap pelayanan pembayaran pajak dikarenakan sering
kali terjadi keterlambatan dalam proses pelayanan. Hal tersebut dikarenakan proses pelayanan di
kantor Samsat masih belum tertata dengan baik salah satunya karena kantor Samsat terdiri dari
beberapa unit didalam satu atap, ada bagian kepolisian, jasa raharja, bapenda dan bank sulut go
maka itu juga menjadi salah satu masalah wajib pajak sering lama menunggu dalam proses
pelayanan karena adanya empat unit kantor dalam satu atap, kurangnya komunikasi interpersonal
antara pegawai dan wajib pajak , system jaringan yang terkadang lalod sehingga membuat berkas
wajib pajak mengalami masalah dan berkas tertahan cukup lama dibagian tertentu sehingga perlu
ditanya kepada pegawai sehingga terjadinya masalah efektivitas kerja pada pegawai atau berkas
sering tidak tepat waktu pada bagian tertentu.

Berdasarkan latar belakang tersebut yang dilihat sendiri oleh peneliti selama di Samsat
Kotamobagu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Koordinasi
dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efektivitas Kerja di Samsat Kotamobagu”.
I.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Jadi dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Koordinasi antar pegawai yang masih kurang memadai
2. Kurangnya komunikasi interpersonal antara pegawai dan wajib pajak
3. Masalah efektivitas kerja pegawai yang masih kurang

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengaruh Koordinasi terhadap Efektivitas Kerja di Samsat Kotamobagu


2. Bagaimanakah pengaruh komunikasi interpersonal terhadap Efektivitas Kerja di Samsat
Kotamobagu ?
3. Bagaimanakah pengaruh Koordinasi dan komunikasi interpersonal terhadap Efektivitas
Kerja di Samsat Kotamobagu ?

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh koordinasi terhadap efektivitas kerja di Samsat


Kotamobagu.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap efektivitas
kerja di Samsat Kotamobagu.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh koordinasi dan komunikasi interpersonal
terhadap efektivitas kerja di Samsat Kotamobagu.
1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian utama oleh penulis yaitu sebagai
berikut :

1. Manfaat Bagi Perusahaan


Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi perusahaan dalam menentukan langkah yang diambil terutama dalam bidang personalia
yang berkaitan dengan koordinasi , komunikasi interpersonal dan efektivitas kerja.

2. Manfaat bagi Mahasiswa


Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan mahasiswa bisa menerapkan ilmu yang
diperoleh kedalam perusahaan dan tempat kuliah sehingga dapat menambah pengalaman,
wawasan serta lebih mengerti dalam proses menganalisis suatu masalah kemudian
mengambil keputusan dan kesimpulan.

3. Manfaat bagi Fakultas atau Universitas


Hasil penelitian ini merupakan sumbangan atau tambahan kepustakaan serta referensi
bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut tentang pengaruh budaya organisasi,
komunikasi interpersonal dan teknologi informasi terhadap kualitas pelayanan pegawai.
II. Kajian Teori

II.1 Efektivitas Kerja


II.1.1 Pengertian Efektivitas Kerja

Menurut Susanto (2004:41) dalam Riska Yulfia ( 2015 ), efektivitas artinya “informasi
harus sesuai dengan kebutuhan pemakai dalam mendukung suatu proses bisnis”. Pegawai
membutuhkan informasi yang sesuai dalam pekerjaannya. Informasi yang dibutuhkan harus
disajikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
menurut Sondang P Siagian (1995:151) dalam Riska Yulfia ( 2015 ), efektivitas kerja
adalah “penyelesaian pekerjaan tepat waktunya yang telah ditetapkan”. Setiap pekerjaan pasti
memiliki batas waktu untuk menyelesaikannya. Waktu yang diberikan untuk satu pekerjaan
harus benar-benar dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Pengertian tentang efektivitas kerja juga dikemukakan oleh Komarudin Sastradipoera


(2001: 294) dalam Fauzi Fajar ( 2018 ), bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Efektivitas terkait dengan pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
disepakati. Tercapainya tujuan dari suatu manajemen ditentukan dari hasil kerja pegawai. Hasil
pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan akan menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan
manajemen.

Menurut Saxena (1986:07) dalam Indrawijaya (2014), efektivitas suatu ukuran


yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai. Makin
besar target yang dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas.

Menurut Siagian dalam Misnawati (2016), efektivitas adalah pemanfaatan sumber


daya, sasaran dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankan.
Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitas
kerja pada organisasi baik swasta maupun pemerintah maka sasasarannya tertuju pada
proses pelaksanaan dan tingkat keberhasilan yang dilakukan oleh para karyawan itu sendiri.
Menurut Siagian dalam Rachmad Fauzi ( 2020 ) menyatakan bahwa Efektivitas kerja
sebagai penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditetapkan, artinya apakah
pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak tergantung bilamana tugas itu dilaksanakan, dan
tidak menjawab bagaimana melaksanakannya, berapa biayanya.
Menurut Etzoni dalam Rachmad Fauzi ( 2020 ), Efektivitas kerja adalah tingkat sejauh
mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan saran
tertentu yang tersedia dalam memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari
ketegangan yang tidak perlu di antara anggota-anggotanya.
Menurut Kusdi dalam Rachmad Fauzi ( 2020 ), Efektivitas Kerja adalah sejauh mana
organisasi mencapai berbagai sasaran ( jangka pendek ) dan tujuan ( jangka panjang ) yang
ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan mencerminkan konstituen
strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan organisasi.
Menurut Misnawati dalam Rachmad Fauzi ( 2020 ) faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas dalam organisasi adalah waktu, tugas, produktivitas, motivasi, evaluasi kerja,
pengawasan, lingkungan kerja, perlengkapan dan fasilitas. Efektivitas menunjukkan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran
berarti makin tinggi efektivitas kerja organisasi sasarannya tertuju pada proses pelaksanaan dan
tingkat keberhasilan yang dilakukan oleh para pegawai itu sendiri. Efektivitas kerja adalah
keberhasilan pelaksanaan seluruh program kerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab para
pegawai sehingga mencapai hasil yang sama atau lebih besar dari sasaran yang telah ditentukan,
melalui prestasi kerja, semangat kerja, dan kepatuhan kerja.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah
bagaimana kita menyelesaikan sebuah pekerjaan yang diberikan dengan tepat waktu, memenuhi
standar aturan perusahaan, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan atau organisasi di
tempat kerja sehingga pekerjaan tersebut bisa disebut pekerjaan yang efektiv.
II.1.2 Indikator Efektivitas Kerja

Alat Ukur Efektivitas Kerja Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan melakukan
program dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menentukan efektivitas kerja pegawai
berhasil dilakukan dengan baik atau tidak. Tugas pegawai dapat berjalan dengan baik apabila
dilakukan pemberitahuan (komunikasi) tentang pendelegasian tugas/tanggung jawab serta
adanya evaluasi kerja dari pimpinan. Untuk mencakup keseluruhan faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas kerja maka penulis menggunakan teori Ricard m Steers (1980:192)
dalam Fauzi Fajar ( 2018 ) yaitu mengukur efektivitas kerja pegawai meliputi unsur kemampuan
menyesuaikan diri, prestasi kerja dan kepuasan kerja :
1) Kemampuan menyesuaikan diri
Kemampuan manusia terbatas dalam segala hal, sehingga dengan keterbatasannya
menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama
dengan orang lain. Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian tujuan.
Setiap orang yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang
yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan
menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai. Menurut Ricard
m Steers (1980:193) indikator-indikator penilaian kemampuan menyesuaikan diri pegawai yaitu:
a) Situasi
Situasi baik di dalam kantor maupun di luar yang kondusif dapat menimbulkan rasa
nyaman bagi para pegawai untuk melaksanakan tugasnya
b) Komunikasi
Komunikasi yang lancar antar pegawai dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan
untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar,
memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi pegawainya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
c) Kerjasama
Saling bekerja sama antar pegawai dapat menjadikan pekerjaan semakin mudah. Setiap
pegawai mampu bekerjasama dengan baik dengan sesamanya sehingga tujuan organisasi dapat
terwujud.
2) Prestasi kerja
Secara umum prestasi kerja dapat diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai pada suatu
pekerjaan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Prestasi kerja adalah “suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu” (Melayu Hasibuan, 2007:94).
3) Kepuasan kerja
Merupakan tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran atau pekerjaannya
dalam organisasi.

II.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja


Menurut Stephen P Robbins (1990:24) dalam Riska Yulfia ( 2015 ) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mendorong peningkatan efektivitas kerja pegawai, adalah:
1) Sikap (disiplin)
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin sangat
diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai efektivitas kerja.
2) Kepentingan atau minat
Minat merupakan dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada sesuatu.
Keinginan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan dibutuhkan dalam sebuah instansi.
3) Motif Motif merupakan dorongan dari dalam diri manusia yang timbul dikarenakan
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Motif seseorang dapat mendorong tingkat
efektivitas kerja.
4) Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu merupakan sesuatu yang pernah dialami.
Pengalaman ini yang akan memotifasi pekerja untuk mencapai efektivitas kerja.
5) Harapan (ekspektasi) Ekspektasi merupakan harapan yang dibebankan pada seseorang
yang dianggap akan mampu membawa dampak yang lebih baik. Sebuah instansi yang
menerpakan ekspektasi pada pegawai akan mendapatkan efektivitas kerja yang tinggi.
II.2 Koordinasi
II.2.1Pengertian Koordinasi
menurut Sarwoto, (2006:37) dalam Rifaldi Pratama ( 2019 ) yaitu : “Koordinasi adalah
proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan- kegiatan dari satuan-satuan yang terpisah
(unit-unit) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien”.
menurut Syani, (2008:71)dalam Rifaldi Pratama ( 2019 ) menerangkan bahwa
Koordinasi adalah pengaturan tata hubungan dari pada bersama untuk memperoleh kesatuan
tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur
agar pembagian kerja dari berbagai orang atau kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebulatan
yang terintegrasi”.

Sarwoto, (2006:37), dalam Rifaldi Pratama (2019) menerangkan koordinasi dapat


dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu :

1) Koordinasi Vertikal.

Koordinasi vertikal adalah tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan, kesatuan


kerja yang ada dibawah wewenangnya dan tanggung jawabnya.

2) Koordinasi Horizontal

Koordinasi horizontal adalah penyatuan kegiatan antara departemen yang mempunyai


hirarki atau tingkatan yang sama dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Tugas
dari setiap bagian berbeda-beda, untuk mencapai agar setiap bagian tidak saling mengisi.
Koordinasi horizontal dalam hakekatnya relatif lebih sulit dilaksanakan bila dibandingkan
dengan koordinasi vertikal, karena menyangkut beberapa bagian yang mempunyai fungsi yang
berbeda, sedangkan koordinasi vertikal hanya dalam bagian tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi adalah
bagaimana cara kita melakukan kerja sama dalam sebuah pekerjaan di suatu instansi/organisasi
sehingga suatu pekerjaan bisa mencapai tujuan dengan baik.
2.2.2 Indikator Koordinasi

Sugandha (2008:18) berpendapat bahwa indikator koordinasi adalah sebagai berikut:


a. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang u
ntuk merubah sikap dan perilaku orang lain dengan melalui informasi atau pendapat atau
pesan atau idea yang disampaikannya kepada orang tersebut.
b. Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam
organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.
c. Kesatuan Tindakan
Kesatuan tindakan adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk
memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dimaksudkan
bahwa kesatuan usahaitu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah dirncanakan
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah pertanggungjawaban atas kegiatan yang di lakukan. Tanggung
jawab koordinasi terletak pada pimpinan organisasi, oleh karena itu, koordinasi merupakan
tugas seorang pimpinan. Pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila pimpinan
dan bawahan tidak melakukan kerja sama.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi adalah
bagaimana sebuah perusahaan mampu bekerja sama dalam unit yang berbeda-beda sehingga
suatu tujuan tercapai dengan baik sesuai dengan harapan dari perusahaan. Kita harus tau
bagaimana kita bekerja bersama dengan baik dan menjalin komunikasi yang baik karena dengan
adanya jalinan yang baik sebuah perusahaan akan sukses dengan cepat dalam mencapai tujuan
seperti yang diharapkan melalui kerja sama.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi

Menurut Handoko (2016 : 197) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


koordinasi kerja antara lain : (1) perlu mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar: hirarki
manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah kegiatan, aturan dan prosedur (SOP) yang
berlaku ; (2) menjadi diperlukan bila bermacam-macam bagian organisasi menjadi lebih saling
ketergantungan dan lebih luas dalam aturan dan fungsi; (3) menyatukan masing-masing
sumberdaya dan pengelompokkan agar tugas dan pekerjaan dapat berdiri sendiri. Mengurangi
saling ketergantungan.

Kesaling tergantungan yang dimaksud dapat dijelaskan oleh Ermaya (2006, 35) sebagai
berikut: (1) saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan
organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian
tetapi tergantung pada pelaksanaan setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir; (2)
saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), di mana suatu satuan
organsasi harus melaksanakan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat
bekerja; dan (3) saling ketergantungan tumbal balik (reciprocal interdependence). Merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.

Dari ketiga hubungan di atas, maka kebutuhan koordinasi saling ketergantungan yang
menyatu akan lebih besar dari macam saling ketergantungan yang lain. Senada dengan pendapat
di atas J. Panglaykiim ( 2004 : 43 ) menyatakan, bahwa koordinasi dapat berjalan efektif
apabila : (1) memungkinkan adanya pertimbangan dan putusan yang merupakan “Group
Judgment” pertimbangan dari segolongan ; (2) mempertinggi koordinasi ; (3) menyusun
kerjasama dari pada eksekutif dalam melaksanakan rencana; dan (4) melatih para anggotannya
dalam membahas masalah.
II.3 Komunikasi Interpersonal

2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut Djoko Purwanto dalam Fauzi Fajar ( 2018 ), Komunikasi interpersonal


digambarkan sebagai komunikasi yang dilakukan antara dua individu yang saling berinteraksi
dan saling memberikan umpan balik satu sama lain. Setiap interaksi yang dilakukan dan umpan
balik yang diberikan berbeda-beda, tergantung pada masalah yang dikomunikasikan.

menurut Deddy Mulyana dalam Fauzi Fajar ( 2018 ),, “Komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung”. Orang-orang
yang melakukan komunikasi interpersonal berada pada satu tempat sehingga dapat bebas
melakukan tatap muka. Setiap orang dalam komunikasi interpersonal dapat menentukan topik
pembicaraan dengan bebas. Komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh salah satu pihak
dalam pembicaraannya.

Menurut Suranto Aw dalam Fauzi Fajar ( 2018 ), “komunikasi interpersonal adalah


proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan dan penerima pesan baik
secara langsung maupun tidak langsung”. Komunikasi interpersonal dikatakan secara langsung
apabila dilakukan dengan bertatap muka tanpa menggunakan media. Begitupun dengan
komunikasi interpersonal secara tidak langsung yang prosesnya menggunakan media.

Menurut Miftah Thoha (2012:167) dalam Riska Yulfia ( 2015 ), komunikasi adalah
“suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain”.
Komunikasi tidak akan terjadi apabila tidak ada penyampai berita dan penerima berita. Banyak
terdapat penghalang dan penyaring di dalam saluran komunikasi. Dalam sebuah komunikasi juga
terdapat gangguan yang mencoba unutk mengurangi kejelasan dan ketepatan berita. Halangan
besar untuk mencapai komunikasi yang efektif adalah jika terjadi persepsi.
DeVito (2002:68) dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 ) menyampaikan pengertian
komunikasi interpersonal sebagai pertalian verbal dan nonverbal antara dua (atau kadangkala
lebih dari dua) orang yang saling tergantung satu dengan yang lainnya. Indikator-indikatornya
adalah keterbukaan, empati, perilaku mendukung, perilaku positif dan kesetaraan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi


interpersonal adalah sebuah interaksi yang dilakukan dua orang dengan bertatap muka sehingga
pesan yang disampaikan bisa di pahami secara langsung melalui tatap muka dan berbicara
langsug. Oleh karena itu kita sangat memerlukan komunikasi interpersonal dalam sebuah
perusahaan agar bisa membuat hubungan yang baik melalui komunikasi yang dilakukan secara
langsung.

2.3.2 Indikator Komunikasi Interpersonal

Indikator-Indikator Komunikasi
Adapun indikator-indikator komunikasi (Muhammad, 2011 : 43) adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan (opennes)
merupakan sikap jujur, rendah hati, dan adil didalam menerima pendapat orang lain.
2. Empati (empathy)
adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan kesanggupan untuk
menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
3. dukungan (support)
adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima
individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.
4. Rasa positif (positiveness)
Bersikap positif baik ketika mengemukakan pendapat atau gagasan yang bertentangan
maupun gagasan yang mendukung, karena rasa positif itu sudah dengan sendirinya mendukung
proses pelaksanaan komunikasi yang efektif 5. Kesamaan (equality) yaitu siap menerima anggota
komunikasi lain sama atau setara.
Selanjutnya menurut Sugiyo dalam Fauzi Fajar (2018), terdapat sepuluh karakteristik
komunikasi interpersonal yaitu:
1) Keterbukaan
2) Adanya empati dari komunikator
3) Adanya dukungan dan partisipasi
4) Rasa positif
5) Kesamaan
6) Arus pesan yang cenderung dua arah
7) Tatap muka
8) Tingkat umpan balik yang tinggi
9) Interaksi minimal dua orang
10) Adanya akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja, direncanakan atau yang tidak
direncanakan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima karakteristik
pokok yang terdiri dari keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan.
Komunikasi interpersonal menghasilkan umpan balik yang dapat menunjukan apakah tujuan dari
komunikasi sudah tercapai atau belum.
Berdasarkan uraian tersebut, komunikasi interpersonal mengacu pada lima indikator.
Indikator-indikator tersebut yaitu keterbukaan, sikap mendukung, sikap positif, sikap empati dan
kesetaraan dalam komunikasi.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Menurut Lunandi (1994, 85) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal.Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Citra Diri (Self Image) 


Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya,
kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi
orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama
manusia lain yang penting bagi dirinya.
2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others) 
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak
lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang
dengan orang yang satu komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi
gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan
citra pihak lain.

3. Lingkungan Fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada
norma sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah
barang tentu ada kaitannya juga dengan kedua faktor di atas.

4. Lingkungan Sosial
Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan
komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus
memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.

5. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat
dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang
stabil, karena komunikasi berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya
mempengaruhi pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu
yang terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada
proporsi yang lebih wajar.

6. Bahasa Badan
Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim  melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga
merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan
tetapi dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan
secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.

2.3.4 Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal

Proses kumunikasi tidak akan berjalan tanpa adanya komponenkomponen yang


berperan didalamnya. Komponen-komponen tersebut saling berpengaruh sesuai kemampuan
masing-masing komponen.
Menurut Suranto Aw (2011: 7-9), komponen-komponen komunikasi interpersonal,
antara lain:
1) Sumber/komunikator Sumber/komunikator adalah orang yang memiliki kebutuhan
untuk berkomunikasi.
2) Encoding Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam
menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan nonverbal, yang disusun
berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3) Pesan Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal, atau
gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada
pihak lain.
4) Saluran Saluran merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima
atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.
5) Penerima/komunikan Penerima/Komunikan adalah seseorang yang menerima,
mamahami, dan menginterpretasi pesan
6) Decoding Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima.
7) Respon Respon yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan
sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan
8) Gangguan (noise) Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau
penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks Komunikasi Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling
tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
diperoleh bahwa proses komunkasi interpersonal memiliki 9 komponen di dalamnya yang harus
ada, supaya komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Lebih lanjut dijelaskan menurut Djuarsa
Sendjaja S. (2013: 65-67) “komponen

Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal Proses kumunikasi tidak akan berjalan


tanpa adanya komponenkomponen yang berperan didalamnya. Komponen-komponen tersebut.

II.4 Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Koordinasi ( X1) terhadap Efektivitas Kerja ( Y )

Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan


unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi. Jelas manfaat koordinasi sangat menentukan terselenggaranya usaha yang telah
diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam hal pencapaian efektivitas kerja
karyawan. Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departementasi dan pembagian
kerja, akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesatuan arah
( Mondy dalam Fauzi Fajar, 2018 ).

2. Pengaruh Komunikasi Interpersonal ( X2 ) terhadap Efektivitas Kerja ( Y )

Komunikasi Interpersonal adalah proses penyampaian pesan seseorang dengan orang lain
yang memungkinkan pesertanya melakukan umpan balik satu dengan yang lainnya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi interpersonal dalam sebuah instansi digunakan
sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pekerjaan dan hal-hal yang berkaitan dengan instansi.
Komunikasi interpersonal memiliki hubungan dalam tercapainya tingkat efektivitas kerja
tersebut. Sehingga pekerjaan harus selalu dikomunikasikan kepada pimpinan untuk menghindari
terjadinya kesalahan informasi.
3. Pengaruh Koordinasi ( X1 ) dan Komunikasi Interpersonal ( X 2 ) terhadap
Efektivitas Kerja ( Y )

Koordinasi dan Komunikasi Interpersonal memiliki hubungan dalam tercapainya


efektivitas kerja. Efektivitas kerja dapat tercapai melalui Koordinasi yang baik pimpinan kepada
bawahan dan komunikasi interpersonal antara pimpinan dan bawahan. Kendala dalam pekerjaan
dapat dikomunikasikan, agar mendapatkan solusi dari permasalahan pekerjaan tersebut. Jika
Koordinasi pegawai rendah, maka pemimpin bisa melakukan komunikasi untuk mencari tahu
penyebab dan memberikan solusi terhadap permasalahan bawahan sehingga memberikan
dampak yang baik pada tiap-tiap unit menjadi satu kesatuan.

Berdasarkan penjelasan diatas, koordinasi dan komunikasi interpersonal secara bersama-


sama diduga memiliki hubungan positif dengan efektivitas kerja. Hubungan antara variable-
variabel dalam penelitian ini dapat dilakukan sebagai berikut.

Hubungan antar variable-variabel dalam penelitian ini dapat terlihat seperti pada gambar 1.

Koordinasi
( X1)

Efektivitas Kerja ( Y )

Komunikasi
Interpersonal
( X2 )

Gambar 1. 1 Kerangka Berfikir


2.5 Hipotesis

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis


mengajukan hipotesis :

H1. Koordinasi berpengaruh terhadap Efektivitas Kerja di Samsat Kotamobagu.

H2. Komunikasi Interpersonal berpengaruh terhadap Efektivitas Kerja di Samsat Kotamobagu.

H3. Koordinasi dan Komunikasi Interpersonal berpengaruh terhadap Efektivitas Kerja di


Samsat Kotamobagu.

2.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran dan memperjelas kerangka
berfikir dalam pembahasan. Disamping itu juga bertujuan untuk mendapatkan bahan
perbandingan dan acuan. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil penelitian
terdahulu.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Jenis Penelitian/ Metode


No Penelitian/Tahun/Judul Hasil
Analisis

berdasarkan hasil
penelitian menyatakan
Riska Yulfia Fitriani (2015)
bahwa Komunikasi
“ Pengaruh Komunikasi
Analisis Regresi Linier Interpersonal dan
1 Interpersonal dan Gaya
Berganda Kepemimpinan
Kepemimpinan Terhadap
mempunyai pengaruh
Efektivitas Kerja Pegawai”
positif dan signifikan
terhadap efektivitas kerja
Berdasarkan hasil
Rifaldi Pratama ( 2019 )
penelitian menyatakan
“ Pengaruh Koordinasi Kerja
bahwa Koordinasi dan
dan Wewenang Karyawan Analisis Regresi Linier
2 Wewenang mempunyai
Terhadap Efektivitas Kerja Berganda
pengaruh positif dan
Karyawan Pada Dinas
signifikan terhadap
Perhubungan Kota Medan”
efektivitas kerja
Rachmad Fauzi ( 2020 ) Berdasarkan hasil
“ Pengaruh Pendelegasian penelitian menyatakan
Wewenang Terhadap Efektivitas bahwa tidak ada
3 Analisis Regresi Linear
Kerja Pegawai di Kantor Camat pengaruh pendelegasian
Sorkam Barat Kabupaten wewenang terhadap
Tapanuli Tengah” efektivitas kerja
Fauzi Fajar Askarullah ( 2018) Berdasarkan hasil
“ Hubungan antara Motivasi penelitian terdapat
Kerja dan Komunikasi hubungan positif dan
4 Interpersonal terhadap Uji Prasyarat Analisis signifikan antara
Efektivitas Kerja Pegawai komunikasi interpersonal
Sekretariat DPRD Provinsi Jawa terhadap efektivitas kerja
Barat” pegawai
Berdasarkan hasil
Rahmadeni Lubis ( 2010 ) penelitian koordinasi
“ Pengaruh Koordinasi terhadap telah cukup berjalan
5 Penelitian Deskriptif
Efektivitas Kerja di Sekretariat dengan baik dan
DPRD Provinsi Sumatera Utara” efektivitas kerja
cenderung baik.
III. Metode Penelitian

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey yakni dilakukan melalui wawancara


langsung karena merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan diperoleh secara lengkap,
pertanyaan, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat dijelaskan dan hasilnya dapat
diperoleh saat itu juga.

3.2 Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Kuantitatif merupakan penelitian yang berbentuk angka untuk menguji
suatu hipotesis, dan untuk jenis penelitian

3.3 Operasionalisasi Variabel


A. Efektivitas Kerja ( Y )

Efektivitas Kerja adalah penyelesaian penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu dan
tujuan yang telah ditentukan. Pekerjaan dapat dikatakan efektif bila diselesaikan tepat pada
waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Indikator-indikator efektivitas kerja menggunakan teori Ricard m Steers (1980:192)


dalam Fauzi Fajar ( 2018 ) adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan menyesuaikan diri
b. Prestasi kerja
c. Kepuasan kerja

B. Koordinasi ( X1 )

Koordinasi adalah penyelarasan secara teratur atau penyusunan kembali kegiatan-


kegiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk mencapai tujuan bersama.
Teridentifikasi melalui intern dan ekstern.
Sugandha ( 2008 ) berpendapat bahwa indikator koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi
b. Pembagian Kerja
c. Kesatuan Tindakan
d. Tanggung Jawab

C. Komunikasi Interpersonal ( X2 )
Komunikasi Interpersonal adalah proses penyampaian pesan seseorang dengan orang
lain yang memungkinkan pesertanya melakukan umpan balik satu dengan yang lainnya baik
secara langsung maupun tidak langsung .
Adapun indikator-indikator komunikasi (Muhammad, 2011 : 43) adalah sebagai berikut :
a. Keterbukaan (opennes)
merupakan sikap jujur, rendah hati, dan adil didalam menerima pendapat orang lain.
b. Empati (empathy)
adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan kesanggupan untuk
menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
c. dukungan (support)
adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang
diterima individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.
d. Rasa positif (positiveness)
Bersikap positif baik ketika mengemukakan pendapat atau gagasan yang bertentangan
maupun gagasan yang mendukung, karena rasa positif itu sudah dengan sendirinya mendukung
proses pelaksanaan komunikasi yang efektif 5. Kesamaan (equality) yaitu siap menerima anggota
komunikasi lain sama atau setara.
3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai samsat yang berada di samsat
kotamobagu Sejumlah 35 orang.

3.4.2 Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35 Pegawai ( sudah termasuk
tenaga honor dan tenaga tetap ).

a. Tekhnik Sampling

Tekhnik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tekhnik Simple Random
Sampling pemilihan acak dari segmen kecil individu atau anggota dari keseluruhan populasi.

n=N

35=35

Keterangan :

n : Besar Sampel

N : Besar Populasi

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan tekhnik pengumpulan data dengan
menggunakan angket/kuisioner.
3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini metode analisis regresi berganda yang dilakukan untuk mengetahui
besarnya pengaruh koordinasi, komunikasi interpersonal terhadap efektivitas kerja.

Rumus Uji Regresi Berganda adalah Y = a + b1X1+ b2X2 + e


Dimana :

Y = Efektivitas Kerja
a = Konstanta ( nilai intercept)

b1 dan b2 = Koefisien Regresi Parsial

e = Epsilon/kesalahan penduga

X1 = Koordinasi

X2 = Komunikasi Interpersonal

3.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis diajukan dengan uji parsial ( uji statistik t ) dan uji simultan ( uji F ).
Menurut Imam Ghozali ( 2018 : 98 ), uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
Sedangkan uji F menguji joint hipotesis bahwa b1, b2, b3 secara bersama-sama dengan nol.

3.6.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan selama 5 bulan sejak januari sampai juni yang
berlokasi di samsat kotamobagu.
DAFTAR PUSTAKA

Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Askarullah, F. F. (2018). Hubungan Antara Motivasi dan Komunikasi Interpersonal Terhadap


Efektivitas Kerja Pegawai Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat.

fitriani, r. y. (2015). pengaruh komunikasi interpersonal dan gaya kepemimpinan terhadap


efektivitas kerja pegawai pada kantor kepala desa caturharjo kecamatan sleman kabupaten
sleman. skripsi .

KhairulDabutar, (2005), Peranan Koordinasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas
Pendapatan Kota Medan. Jurnal Implikasi ManajemenVol.11 No.1-4

Octaviani Darsanti Putri. (2012). Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten. Skripsi. FE UNY.

Priatama, (2009), Pengaruh Koordinasi Terhadap Peningkatan Efektivitas Kerja Karyawan Pada
PTPN IV(Persero) Medan. Jurnal Implikasi ManajemenVol.12

Ricard m Steers. (1980). Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga. Saifudin Azwan. (2009).
Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siska ermianty, N. (2016). Analisis koordinasi terhadap efektivitas kerja pegawai pada
sekretariat dinas pelayanan pajak kota bandung. Thesis ( S2) .

Sondang P Siagian. (1995). Teori Motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. (2003).
Filsafat Administasi. rev.ed Jakarta: Bumi Aksara.

Sri Haryani. (2001). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Stephen P. Robins.
(1990). Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. (2012). Statistika untuk
Penelitian. Bandung

Suranto, Aw. (2011). Komunikasi Intrpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. . (2005). Komunikasi
Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana

Yuike Artiyani. (2012). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada
Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Utara. Skripsi: USU

Anda mungkin juga menyukai