DISUSUN OLEH :
Nim : 18302085
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
TAHUN 2021
I. Pendahuluan
I.1Latar Belakang
Efektivitas kerja yang baik sangat berperan penting dalam sebuah masyarakat, karena
mempengaruhi citra serta keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi .Ketika sebuah
efektivitas kerja baik maka sebuah perusahaan/organisasi bisa mencapai suatu tujuan perusahaan
dengan baik dan lancar terutama ketika kita mampu memperhatikan kebutuhan masyarakat
dengan cepat dan baik maka itu sangat menguntungkan bagi perusahaan/organisasi.
pegawai faktor yang sangat esensial dalam mencapai tujuan organisasi, maka koordinasi
antar pegawai harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Lebih jauh Winardi
(2000:15) menyatakan : “bahwa agar organisasi yang bersangkutan dapat bekerja secara
harmonis serta efisien, maka manajemen pada semua tingkatan, harus memusatkan perhatian
mereka pada koordinasi”. Namun demikian pelaksanaan koordinasi ini mudah untuk diucapkan
tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan, terutama dalam organisasi yang lebih kompleks dengan
banyak jenjang dan jumlah bagian yang sudah terspesialisasikan. Koordinasi merupakan hal
yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi, karena disisi lainkoordinasi memberikan
kontribusi yang jelas dan terarah bagi pegawai dalam mengelola dan menjalankan proses kerja
yang terarah dan jelas. Keberhasilan dalam mencapai sasaran target yang ditentukan oleh para
pegawai merupakan tujuan dari efektivitas kerja pegawai, sehingga diperoleh daya guna (efisien)
dan hasil guna (efektif) dalam menjalankan tugasnya tersebut. Efektivitas kerja pegawai yang
dilakukan oleh para pegawai akan tercapai sesuai dengan tujuan sebelumnya bila pimpinan
sebagai atasan dan bertanggungjawab atas tugas-tugas yang dilaksanakan oleh pegawainya
menjalankan semua persyaratan dalam bekerja sesuai dengan ketentuan.
Salah satu faktor yang dipengaruhi koordinasi dan komunikasi interpersonal dalah
efektivitas kerja pegawai. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila dilihat dari
keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian
terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas
adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai
kegiatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut yang dilihat sendiri oleh peneliti selama di Samsat
Kotamobagu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Koordinasi
dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efektivitas Kerja di Samsat Kotamobagu”.
I.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Jadi dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Koordinasi antar pegawai yang masih kurang memadai
2. Kurangnya komunikasi interpersonal antara pegawai dan wajib pajak
3. Masalah efektivitas kerja pegawai yang masih kurang
Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian utama oleh penulis yaitu sebagai
berikut :
Menurut Susanto (2004:41) dalam Riska Yulfia ( 2015 ), efektivitas artinya “informasi
harus sesuai dengan kebutuhan pemakai dalam mendukung suatu proses bisnis”. Pegawai
membutuhkan informasi yang sesuai dalam pekerjaannya. Informasi yang dibutuhkan harus
disajikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
menurut Sondang P Siagian (1995:151) dalam Riska Yulfia ( 2015 ), efektivitas kerja
adalah “penyelesaian pekerjaan tepat waktunya yang telah ditetapkan”. Setiap pekerjaan pasti
memiliki batas waktu untuk menyelesaikannya. Waktu yang diberikan untuk satu pekerjaan
harus benar-benar dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah
bagaimana kita menyelesaikan sebuah pekerjaan yang diberikan dengan tepat waktu, memenuhi
standar aturan perusahaan, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan atau organisasi di
tempat kerja sehingga pekerjaan tersebut bisa disebut pekerjaan yang efektiv.
II.1.2 Indikator Efektivitas Kerja
Alat Ukur Efektivitas Kerja Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan melakukan
program dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menentukan efektivitas kerja pegawai
berhasil dilakukan dengan baik atau tidak. Tugas pegawai dapat berjalan dengan baik apabila
dilakukan pemberitahuan (komunikasi) tentang pendelegasian tugas/tanggung jawab serta
adanya evaluasi kerja dari pimpinan. Untuk mencakup keseluruhan faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas kerja maka penulis menggunakan teori Ricard m Steers (1980:192)
dalam Fauzi Fajar ( 2018 ) yaitu mengukur efektivitas kerja pegawai meliputi unsur kemampuan
menyesuaikan diri, prestasi kerja dan kepuasan kerja :
1) Kemampuan menyesuaikan diri
Kemampuan manusia terbatas dalam segala hal, sehingga dengan keterbatasannya
menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama
dengan orang lain. Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian tujuan.
Setiap orang yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang
yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan
menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai. Menurut Ricard
m Steers (1980:193) indikator-indikator penilaian kemampuan menyesuaikan diri pegawai yaitu:
a) Situasi
Situasi baik di dalam kantor maupun di luar yang kondusif dapat menimbulkan rasa
nyaman bagi para pegawai untuk melaksanakan tugasnya
b) Komunikasi
Komunikasi yang lancar antar pegawai dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan
untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar,
memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi pegawainya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
c) Kerjasama
Saling bekerja sama antar pegawai dapat menjadikan pekerjaan semakin mudah. Setiap
pegawai mampu bekerjasama dengan baik dengan sesamanya sehingga tujuan organisasi dapat
terwujud.
2) Prestasi kerja
Secara umum prestasi kerja dapat diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai pada suatu
pekerjaan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Prestasi kerja adalah “suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu” (Melayu Hasibuan, 2007:94).
3) Kepuasan kerja
Merupakan tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran atau pekerjaannya
dalam organisasi.
1) Koordinasi Vertikal.
2) Koordinasi Horizontal
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi adalah
bagaimana cara kita melakukan kerja sama dalam sebuah pekerjaan di suatu instansi/organisasi
sehingga suatu pekerjaan bisa mencapai tujuan dengan baik.
2.2.2 Indikator Koordinasi
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi adalah
bagaimana sebuah perusahaan mampu bekerja sama dalam unit yang berbeda-beda sehingga
suatu tujuan tercapai dengan baik sesuai dengan harapan dari perusahaan. Kita harus tau
bagaimana kita bekerja bersama dengan baik dan menjalin komunikasi yang baik karena dengan
adanya jalinan yang baik sebuah perusahaan akan sukses dengan cepat dalam mencapai tujuan
seperti yang diharapkan melalui kerja sama.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi
Kesaling tergantungan yang dimaksud dapat dijelaskan oleh Ermaya (2006, 35) sebagai
berikut: (1) saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan
organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian
tetapi tergantung pada pelaksanaan setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir; (2)
saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), di mana suatu satuan
organsasi harus melaksanakan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat
bekerja; dan (3) saling ketergantungan tumbal balik (reciprocal interdependence). Merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Dari ketiga hubungan di atas, maka kebutuhan koordinasi saling ketergantungan yang
menyatu akan lebih besar dari macam saling ketergantungan yang lain. Senada dengan pendapat
di atas J. Panglaykiim ( 2004 : 43 ) menyatakan, bahwa koordinasi dapat berjalan efektif
apabila : (1) memungkinkan adanya pertimbangan dan putusan yang merupakan “Group
Judgment” pertimbangan dari segolongan ; (2) mempertinggi koordinasi ; (3) menyusun
kerjasama dari pada eksekutif dalam melaksanakan rencana; dan (4) melatih para anggotannya
dalam membahas masalah.
II.3 Komunikasi Interpersonal
menurut Deddy Mulyana dalam Fauzi Fajar ( 2018 ),, “Komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung”. Orang-orang
yang melakukan komunikasi interpersonal berada pada satu tempat sehingga dapat bebas
melakukan tatap muka. Setiap orang dalam komunikasi interpersonal dapat menentukan topik
pembicaraan dengan bebas. Komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh salah satu pihak
dalam pembicaraannya.
Menurut Miftah Thoha (2012:167) dalam Riska Yulfia ( 2015 ), komunikasi adalah
“suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain”.
Komunikasi tidak akan terjadi apabila tidak ada penyampai berita dan penerima berita. Banyak
terdapat penghalang dan penyaring di dalam saluran komunikasi. Dalam sebuah komunikasi juga
terdapat gangguan yang mencoba unutk mengurangi kejelasan dan ketepatan berita. Halangan
besar untuk mencapai komunikasi yang efektif adalah jika terjadi persepsi.
DeVito (2002:68) dalam Theresia Sulastri dkk ( 2020 ) menyampaikan pengertian
komunikasi interpersonal sebagai pertalian verbal dan nonverbal antara dua (atau kadangkala
lebih dari dua) orang yang saling tergantung satu dengan yang lainnya. Indikator-indikatornya
adalah keterbukaan, empati, perilaku mendukung, perilaku positif dan kesetaraan.
Indikator-Indikator Komunikasi
Adapun indikator-indikator komunikasi (Muhammad, 2011 : 43) adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan (opennes)
merupakan sikap jujur, rendah hati, dan adil didalam menerima pendapat orang lain.
2. Empati (empathy)
adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan kesanggupan untuk
menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
3. dukungan (support)
adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima
individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.
4. Rasa positif (positiveness)
Bersikap positif baik ketika mengemukakan pendapat atau gagasan yang bertentangan
maupun gagasan yang mendukung, karena rasa positif itu sudah dengan sendirinya mendukung
proses pelaksanaan komunikasi yang efektif 5. Kesamaan (equality) yaitu siap menerima anggota
komunikasi lain sama atau setara.
Selanjutnya menurut Sugiyo dalam Fauzi Fajar (2018), terdapat sepuluh karakteristik
komunikasi interpersonal yaitu:
1) Keterbukaan
2) Adanya empati dari komunikator
3) Adanya dukungan dan partisipasi
4) Rasa positif
5) Kesamaan
6) Arus pesan yang cenderung dua arah
7) Tatap muka
8) Tingkat umpan balik yang tinggi
9) Interaksi minimal dua orang
10) Adanya akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja, direncanakan atau yang tidak
direncanakan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima karakteristik
pokok yang terdiri dari keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan.
Komunikasi interpersonal menghasilkan umpan balik yang dapat menunjukan apakah tujuan dari
komunikasi sudah tercapai atau belum.
Berdasarkan uraian tersebut, komunikasi interpersonal mengacu pada lima indikator.
Indikator-indikator tersebut yaitu keterbukaan, sikap mendukung, sikap positif, sikap empati dan
kesetaraan dalam komunikasi.
Menurut Lunandi (1994, 85) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal.Faktor-faktor tersebut adalah :
3. Lingkungan Fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada
norma sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah
barang tentu ada kaitannya juga dengan kedua faktor di atas.
4. Lingkungan Sosial
Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan
komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus
memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
5. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat
dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang
stabil, karena komunikasi berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya
mempengaruhi pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu
yang terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada
proporsi yang lebih wajar.
6. Bahasa Badan
Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga
merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan
tetapi dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan
secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.
Komunikasi Interpersonal adalah proses penyampaian pesan seseorang dengan orang lain
yang memungkinkan pesertanya melakukan umpan balik satu dengan yang lainnya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi interpersonal dalam sebuah instansi digunakan
sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pekerjaan dan hal-hal yang berkaitan dengan instansi.
Komunikasi interpersonal memiliki hubungan dalam tercapainya tingkat efektivitas kerja
tersebut. Sehingga pekerjaan harus selalu dikomunikasikan kepada pimpinan untuk menghindari
terjadinya kesalahan informasi.
3. Pengaruh Koordinasi ( X1 ) dan Komunikasi Interpersonal ( X 2 ) terhadap
Efektivitas Kerja ( Y )
Hubungan antar variable-variabel dalam penelitian ini dapat terlihat seperti pada gambar 1.
Koordinasi
( X1)
Efektivitas Kerja ( Y )
Komunikasi
Interpersonal
( X2 )
berdasarkan hasil
penelitian menyatakan
Riska Yulfia Fitriani (2015)
bahwa Komunikasi
“ Pengaruh Komunikasi
Analisis Regresi Linier Interpersonal dan
1 Interpersonal dan Gaya
Berganda Kepemimpinan
Kepemimpinan Terhadap
mempunyai pengaruh
Efektivitas Kerja Pegawai”
positif dan signifikan
terhadap efektivitas kerja
Berdasarkan hasil
Rifaldi Pratama ( 2019 )
penelitian menyatakan
“ Pengaruh Koordinasi Kerja
bahwa Koordinasi dan
dan Wewenang Karyawan Analisis Regresi Linier
2 Wewenang mempunyai
Terhadap Efektivitas Kerja Berganda
pengaruh positif dan
Karyawan Pada Dinas
signifikan terhadap
Perhubungan Kota Medan”
efektivitas kerja
Rachmad Fauzi ( 2020 ) Berdasarkan hasil
“ Pengaruh Pendelegasian penelitian menyatakan
Wewenang Terhadap Efektivitas bahwa tidak ada
3 Analisis Regresi Linear
Kerja Pegawai di Kantor Camat pengaruh pendelegasian
Sorkam Barat Kabupaten wewenang terhadap
Tapanuli Tengah” efektivitas kerja
Fauzi Fajar Askarullah ( 2018) Berdasarkan hasil
“ Hubungan antara Motivasi penelitian terdapat
Kerja dan Komunikasi hubungan positif dan
4 Interpersonal terhadap Uji Prasyarat Analisis signifikan antara
Efektivitas Kerja Pegawai komunikasi interpersonal
Sekretariat DPRD Provinsi Jawa terhadap efektivitas kerja
Barat” pegawai
Berdasarkan hasil
Rahmadeni Lubis ( 2010 ) penelitian koordinasi
“ Pengaruh Koordinasi terhadap telah cukup berjalan
5 Penelitian Deskriptif
Efektivitas Kerja di Sekretariat dengan baik dan
DPRD Provinsi Sumatera Utara” efektivitas kerja
cenderung baik.
III. Metode Penelitian
Efektivitas Kerja adalah penyelesaian penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu dan
tujuan yang telah ditentukan. Pekerjaan dapat dikatakan efektif bila diselesaikan tepat pada
waktu yang telah ditentukan dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. Koordinasi ( X1 )
C. Komunikasi Interpersonal ( X2 )
Komunikasi Interpersonal adalah proses penyampaian pesan seseorang dengan orang
lain yang memungkinkan pesertanya melakukan umpan balik satu dengan yang lainnya baik
secara langsung maupun tidak langsung .
Adapun indikator-indikator komunikasi (Muhammad, 2011 : 43) adalah sebagai berikut :
a. Keterbukaan (opennes)
merupakan sikap jujur, rendah hati, dan adil didalam menerima pendapat orang lain.
b. Empati (empathy)
adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan kesanggupan untuk
menempatkan diri dalam keadaan orang lain.
c. dukungan (support)
adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang
diterima individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.
d. Rasa positif (positiveness)
Bersikap positif baik ketika mengemukakan pendapat atau gagasan yang bertentangan
maupun gagasan yang mendukung, karena rasa positif itu sudah dengan sendirinya mendukung
proses pelaksanaan komunikasi yang efektif 5. Kesamaan (equality) yaitu siap menerima anggota
komunikasi lain sama atau setara.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai samsat yang berada di samsat
kotamobagu Sejumlah 35 orang.
3.4.2 Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35 Pegawai ( sudah termasuk
tenaga honor dan tenaga tetap ).
a. Tekhnik Sampling
Tekhnik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tekhnik Simple Random
Sampling pemilihan acak dari segmen kecil individu atau anggota dari keseluruhan populasi.
n=N
35=35
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan tekhnik pengumpulan data dengan
menggunakan angket/kuisioner.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis regresi berganda yang dilakukan untuk mengetahui
besarnya pengaruh koordinasi, komunikasi interpersonal terhadap efektivitas kerja.
Y = Efektivitas Kerja
a = Konstanta ( nilai intercept)
e = Epsilon/kesalahan penduga
X1 = Koordinasi
X2 = Komunikasi Interpersonal
Uji hipotesis diajukan dengan uji parsial ( uji statistik t ) dan uji simultan ( uji F ).
Menurut Imam Ghozali ( 2018 : 98 ), uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
Sedangkan uji F menguji joint hipotesis bahwa b1, b2, b3 secara bersama-sama dengan nol.
Proses penelitian ini dilakukan selama 5 bulan sejak januari sampai juni yang
berlokasi di samsat kotamobagu.
DAFTAR PUSTAKA
Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
KhairulDabutar, (2005), Peranan Koordinasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas
Pendapatan Kota Medan. Jurnal Implikasi ManajemenVol.11 No.1-4
Octaviani Darsanti Putri. (2012). Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten. Skripsi. FE UNY.
Priatama, (2009), Pengaruh Koordinasi Terhadap Peningkatan Efektivitas Kerja Karyawan Pada
PTPN IV(Persero) Medan. Jurnal Implikasi ManajemenVol.12
Ricard m Steers. (1980). Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga. Saifudin Azwan. (2009).
Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siska ermianty, N. (2016). Analisis koordinasi terhadap efektivitas kerja pegawai pada
sekretariat dinas pelayanan pajak kota bandung. Thesis ( S2) .
Sondang P Siagian. (1995). Teori Motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. (2003).
Filsafat Administasi. rev.ed Jakarta: Bumi Aksara.
Sri Haryani. (2001). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Stephen P. Robins.
(1990). Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. (2012). Statistika untuk
Penelitian. Bandung
Suranto, Aw. (2011). Komunikasi Intrpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. . (2005). Komunikasi
Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana
Yuike Artiyani. (2012). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada
Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Utara. Skripsi: USU