SE
atau t
hitung
= r
2
r - 1
2 - n
Keterangan:
= koefisien regresi
SE
2
=
...
=
p
=
0 Non Autokorelasi (Faktor
pengganggu periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor
pengganggu pada periode lain).
75
b) Ha :
1
=
2
=
...
=
p
0 Autokorelasi (Faktor pengganggu
periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada
periode lain).
2) Kriteria pegujian :
a) Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti
ada autokorelasi.
b) Jika dU < d-hitung < (4 dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi
autokorelasi.
c) Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka
tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.
Gambar 4.1
Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SPSS 18.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut.
76
Tabel 4.12
Model Summary
b
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,654
a
,428 ,221 4,10532 1,939
a. Predictors: (Constant), Efektivitas Komunikasi Organisasi Satpol PP
b. Dependent Variable: Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin
Watson (d) sebesar 1,939. Untuk N=44 pada 2 variabel, Nilai dL
pada tabel adalah 1.46920 dan nilai dU adalah 1.56193. Dengan
menggunakan grafik di atas, dapat dihitung keberadaan DW
sebagai berikut.
- Nilai dL adalah 1.46920
- Nilai dU adalah 1.56193
- Nilai 4 dU adalah 2,43807
- Nilai 4 dL adalah 2,5308
Berdasarkan grafik yang dikemukakan di atas dapat
diketahui bahwa nilai DW = 1,939 berada di antara nilai dU dan 4-
dU atau 1,56193 < 1,939 < 2,43807 yang berarti nilai DW berada
pada daerah penerimaan H
O
. Artinya, pada penelitian ini tidak
terdapat autokorelasi.
77
2. Pembentukan Model Regresi Linier
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, teknik analisis data dengan
menggunakan Analisis Regresi Sederhana dengan model persamaan
sebagai berikut.
= a + bX + e
Keterangan:
Y : Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima
X : Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja
a : konstanta
b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X
e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.
Dengan menggunakan aplikasi PASW 18.0 for Windows diperoleh
taksiran regresi sebagai berikut.
Tabel 4.13
Coefficients
a
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model
B Std. Error Beta
t Sig.
(Constant) 40,772 4,983
8,183 ,000 1
Efektivitas Komunikasi
Organisasi Satpol PP
,145 ,129 ,254 2,349 ,001
a. Dependent Variable: Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dibuat model regresi sebagai
berikut.
78
= 40,772 + 0,145X + e
Persamaan regresi yang terbentuk dapat diartikan sebagai berikut.
(1) Konstanta sebesar 40,772 mengandung arti jika Efektivitas
Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja (X) nilainya
sama dengan 0, maka Implementasi Program Pembinaan Pedagang
Kaki Lima (Y) nilainya sama dengan 40,772.
(2) Variabel Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong
Praja (X) memiliki koefisien regresi positif. Hal ini berarti jika skor
Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja (X)
naik sebesar satu satuan, maka Implementasi Program Pembinaan
Pedagang Kaki Lima (Y) akan mengalami peningkatan sebesar nilai
koefisien regresinya, yaitu sebesar 0,145 kali atau sebesar 14,50 %.
(3) Nilai e dapat diabaikan karena telah dilakukan uji asumsi klasik yang
menyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal, tidak terdapat
heteroskedastisitas, serta tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian,
nilai e dinyatakan sama dengan 0.
3. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan apakah model regresi yang telah diperoleh di
atas dapat digunakan atau tidak, akan dilakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t.
Berdasarkan output pada tabel 4.13 dapat diketahui nilai t
hitung
untuk X adalah sebesar 2,349 sedangkan t
tabel
pada (tingkat kekeliruan)
79
0,05 dan db = 44 2 = 42 untuk pengujian satu sisi adalah 1,684. Kriteria
pengujian satu sisi adalah tolak Ho jika t
hitung
> t
tabel
.
Karena nilai t
hitung
(2,349) lebih besar daripada nilai t
tabel
(1,684)
pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 40, maka H
O
ditolak dan H
A
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat pengaruh Efektivitas Komunikasi Organisasi
Satuan Polisi Pamong Praja terhadap Implementasi Program Pembinaan
Pedagang Kaki Lima di kota Karang Tumaritis.
Besar pengaruh antar kedua variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.14
Model Summary
Change Statistics Model
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,654
a
,428 ,221 4,10532 ,428 ,122 1 42 ,001
a. Predictors: (Constant), Efektivitas Komunikasi Organisasi Satpol PP
Tabel 4.14 di atas menunjukkan koefisien determinasi untuk
variabel Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima Kota
Karang Tumaritis (Y) dan Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi
Pamong Praja (X) adalah 0,428. Nilai ini mengandung makna bahwa
sebesar 42,80% Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima di
Karang Tumaritis (Y) dipengaruhi oleh Efektivitas Komunikasi Organisasi
80
Satuan Polisi Pamong Praja (X). Sedangkan sisanya sebesar 57,20 %
merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Implementasi
Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Karang Tumaritis dipengaruhi
oleh Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja.
Dengan kata lain, semakin baik Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan
Polisi Pamong Praja dilakukan, maka akan semakin baik pula Implementasi
Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Karang Tumaritis. Sebaliknya,
makin tidak baik Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong
Praja akan berakibat semakin tidak baiknya Implementasi Program
Pembinaan Pedagang Kaki Lima di kota Karang Tumaritis.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil analisis data penelitian, disusun kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut.
1. Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja di kota
Karang Tumaritis relatif cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan
atau ketidaksempurnaan dari dimensi-dimensi yang dikemukakan, yaitu
yang terdiri atas (1) saluran komunikasi formal, (2) sturktur organisasi, (3)
spesialisasi jabatan, dan (4) pemilikan informasi yang ditunjukkan dengan
rata-rata tanggapan responden sebesar 77,91%.
2. Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima di kota Karang
Tumaritis relatif cukup baik serta berdasar kepada dimensi dan indikator
yang dirumuskan yang terdiri atas (1) efisiensi dan efektivitas, (2) otoritas
dan tanggung jawab, (3) disiplin, dan (4) inisiatif yang ditunjukkan dengan
tanggapan responden rata-rata sebesar 77,48%.
3. Nilai koefisien komunikasi ternyata adalah 0,145 pada taraf signifikansi
sebesar 0,001 (sig <0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi
berpengaruh terhadap implementasi program pada persamaan regresi =
40,772 + 0,145X + e dengan nilai t-hitung sebesar 2,349. Adapun
kekuatan hubungannnya sebesar 0,145 tergolong rendah.
82
4. Komunikasi yang tinggi menghasilkan implementasi program yang tinggi
sebanyak 0,428 pada koefisien determinasi, atau sebesar 42,8%
implementasi program dipengaruhi oleh komunikasi. Ini dapat
disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi mempunyai pengaruh yang
positif terhadap implementasi program, oleh karena itu dapat dikatakan
apabila komunikasi berjalan dengan efektif maka dalam pelaksanaan
program dapat berjalan dengan baik.
B. Saran-saran
Berdasar temuan penelitian, beberapa hal disarankan sebagai berikut.
1. Satpol PP Kota Karang Tumaritis hendaknya selalu melakukan
komunikasi antara atasan dan bawahannya sehingga tidak terjadi
miscommunication saat menjalankan tugas di lapangan.
2. Hendaknya sistem pengawasan yang lebih ketat diberlakukan pada
pegawai Satpol PP Kota Karang Tumaritis, sehingga terjadinya
ketidakdisiplinan pegawai dapat diminimalisir yang nantinya akan
mengeefektivkan implementasi program yang telah ditetapkan.
3. Diharapkan adanya berbagai pelatihan ataupun beasiswa untuk
melanjutkan sekolah pegawai Satpol PP, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan kerja pegawai dalam berkerja agar lebih baik
dan mampu menunjang implementasi program.
4. Hendaknya para pembuat kebijakan program Satpol PP mampu
merumuskan kebijakan program yang memenangkan semua pihak yang
83
terkait dengan implementasi program organisasi agar semua program
mampu mendapatkan dukungan sepenuhnya.
84
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori Dan Aplikasi. Bandung :
Alfabeta.
Gibson, I and Donnelly. 1997. Organizations Behaviour, Structure, Processes,
9Ed, Richard D. Irwin Inc.
Handoko, H.T. 2009 ; Manajemen, Yogyakarta: BPFE,Yogyakarta.
Islamy Irfan, M. 2007. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara,
Jakarta, Bumi Aksara.
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi Jakarta : Bumi Aksara.
Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 2003. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Nitisemito, Alex S. 2001. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,
Yogyakarta: STIE, YKPN.
Internet:
Komunikasi dalam Organisasi (Online) terdapat pada http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2007/12/, dikutip pada tanggal 12 Februari 2014
Terry. 2000. Komunikasi dalam Organisasi. (Online). Terdapat pada
http://www.scribd.com dikutip tanggal 5 Februari 2014)
85
Kuesioner Penelitian
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI SATUAN
POLISI PAMONG PRAJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM
PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA KARANG
TUMARITIS
Dalam rangka meneliti pengaruh Efektivitas Komunikasi Organisasi
Satuan Polisi Pamong Praja terhadap Implementasi Program Pembinaan Pedagang
Kaki Lima ZZZ, berikut ini kami sampaikan sejumlah pertanyaan dan pernyataan
yang kami anggap relevan untuk hal tersebut. Untuk itu, kami memohon bantuan
Bapak/Ibu untuk dapat mengisi kuesioner ini.
Kami sangat berharap Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini sesuai
dengan yang diketahui dan dialami sendiri oleh Bapak/Ibu, sehingga data yang
kami peroleh memiliki validitas yang dapat dipertanggung-jawabkan.
1. PETUNJUK PENGISIAN
a. Sangat diharapkan Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan pada
kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan yang diketahui dan dialami
sendiri oleh Bapak/Ibu sebenarnya.
b. Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada angka yang terdapat
pada kolom pilihan jawaban sesuai dengan pernyataan yang dikemuka-
kan.
c. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak berpengaruh apa pun terhadap
kedudukan Bapak/Ibu sebagai Anggota Satuan Polisi Pamong Praja.
d. Bapak/Ibu dapat memilih salah satu alternatif jawaban sebagai yang
disediakan pada masing-masing item angket.
2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Umur : ....................... tahun
b. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)
c. Pendidikan : ..........................................................................
86
*) Coret yang tidak perlu
Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom alternatif jawaban
dengan ketentuan pilihlah:
- SS jika Bapak/Ibu Sangat Setuju atas isi pernyataan yang diberikan.
- S jika Bapak/Ibu Setuju atas isi pernyataan yang diberikan.
- R jika Bapak/Ibu Ragu-ragu atas isi pernyataan yang diberikan.
- KS jika Bapak/Ibu Kurang Setuju atas isi pernyataan yang diberikan.
- STS jika Bapak/Ibu Sangat Tidak Setuju atas isi pernyataan yang diberikan
Alternatif Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan
SS S R KS STS
Efektivitas Komunikasi Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja
1. Pegawai Satpol PP Kota Karang Tumaritis harus
selalu menjaga komunikasi yang jelas
dilingkungan kerjanya
2. Kelengkapan media yang digunakan pegawai
Satpol PP Kota Karang Tumaritis perlu diberikan
agar informasi dapat diterima secara cepat.
3. Penggunaan bahasa yang baik pada pegawai
dalam menjaga hubungan dengan pegawai Satpol
PP Kota Karang Tumaritis perlu diciptakan.
4. Diperlukan kejelasan informasi di kalangan
pegawai Satpol PP Kota Karang Tumaritis dalam
melaksanakan tugasnya.
5. Jabatan komunikator pegawai Satpol PP Kota
Karang Tumaritis sangat diperlukan.
6. Komunikasi sangat penting untuk diterima pada
masing-masing jabatan yang berkepentingan.
7. Komunikasi sangat penting untuk diterima pada
masing-masing jabatan yang berkepentingan.
8. Diperlukan tingkatan tingkat keahlian
87
Alternatif Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan
SS S R KS STS
komunikator dalam penyampaian informasi
pegawai Satpol PP Kota Karang Tumaritis.
9. Diperlukan tingkat keahlian mengelola informasi
pegawai Satpol PP Kota Karang Tumaritis agar
tidak terjadi miss communication di kalangan
pegawai.
10. Diperlukan kemampuan individu dalam
memperoleh informasi.
11. Diperlukan cara yang mudah bagi anggota Satpol
PP untuk memperoleh informasi agar distribusi
informasi dapat cepat diterima masing-masing
individu.
Implementasi Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima
1. Kejelasan tujuan implementasi program harus
ditekankan pada pegawai Satpol PP Kota Karang
Tumaritis agar tidak terjadi penyelewengan
tugas.
2. Kejelasan tentang objek sasaran dalam
implementasi program harus selalu
diinformasikan kepada pegawai Satpol PP Kota
Karang Tumaritis agar pelaksanaan tugas di
lapangan dapat terarah.
3. Kejelasan informasi yang diterima oleh pelasana
pegawai Satpol PP Kota Karang Tumaritis di
lapangan masih kurang jelas sehingga dapat
menimbulkan permasalahan tugas lapangan.
4. Kelengkapan informasi tentang objek kebijakan
harus dimiliki pegawai Satpol PP Kota Karang
Tumaritis guna menunjang efektivitas tugas di
lapangan.
5. Dampak keluaran di kalangan pegawai Satpol PP
Kota Karang Tumaritis harus sesuai dengan
tugas yang diembannya.
6. Kondisi keluaran pegawai Satpol PP Kota
88
Alternatif Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan
SS S R KS STS
Karang Tumaritis sebagai penerima program
harus benar-benar dapat menunjukkan bahwa
Satpol PP mampu melaksanakan program
dengan tepat.
7. Dukungan terhadap pelakasanaan program di
kalangan pegawai Satpol PP Kota Karang
Tumaritis harus sesuai dengan tugas yang
diembannya.
8. Persebaran persentase struktur kerja pegawai
Satpol PP Kota Karang Tumaritis harus jelas
sehingga pegawai dapat melaksanakan tugas
sesuai dengan job discriptionnya.
9. Persebaran persentase struktur kerja pegawai
Satpol PP Kota Karang Tumaritis harus
memahami alur kerja/ garis komando sesuai
dengan kinerja mereka.
10. Persebaran persentase struktur kerja pegawai
Satpol PP Kota Karang Tumaritis harus
memahami tingkat kesulitan dalam pengelolaan
barang atau dana sehingga pegawai mampu
mengalokasi atau mengakomodasi kebutuhan
barang atau dana tersebut.