Istilah Communication atau komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau
Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi
dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut
menjadi miliknya. Manajemen sering mepunyai masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal
komunikasi yang efektif adalah penting bagi para manajer, paling tidak untuk dua alasan.
Pertama, komunikasi adalah proses melalui fungsi-fungsi manajemen perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai. Kedua, komunikasi adalah
kegiatan untuk para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.
Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan.
Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan
mereka. Pengarahan mengharuskan manajer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agara
tujuan kelompok dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah esensi dari pengawasan.
Jadi, manajer dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi
dan komunikasi dengan pihak lain.
Walaupun komunikasi itu penting dalam semua tahap manajemen, namun ia terutama
penting dalam fungsi kepemimpinan. Sudah umum disepakati tentang perlunya komunikasi
yang efektif, namun kurang adanya kesepakatan tentang definisinya yang persis. Kita
mendefinisikan 'komunikasi' sebagai transfer informasi dari pengirim ke penerima dengan
informasi yang dimengerti, oleh pengirim dan penerima. Definisi ini menjadi basis untuk
model, proses komunikasi yang dibahas secara lebih mendetil di bawah ini yang berfokus
pada pengirim komunikasi, penyampaian pesan, dan penerima pesan itu. Model ini juga
menaruh perhatian, pada suara-suara yang mengganggu komunikasi yang baik, dan pada
umpan balik yang memudahkan komunikasi.
Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu system proses informasi (information-
processing system). Maksudnya, seluruh naggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai
perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan
keamanan, jaminan sosial dan kesehatan.
Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen,
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Disamping itu, mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi
atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada
lapis atas (position of outhority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Penting Komunikasi
Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan mensikronkan seluruh aspek
untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan
kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi tidak akan
mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang
dapat berupa penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin
pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi antara 2
orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi informasi dan orang yang
lain berperan sebagai penerima informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan terfokus
kepada orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. Selama bertahun-tahun, banyak
pengarang telah mengakui pentingnya komunikasi dalam usaha yang terorganisir. Sebagian
orang memandang komunikasi itu sebagai alat pengikat orang-orang dalam organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Ini masih merupakan fungsi pokok dari komunikasi. Sesungguhnya,
kegiatan kelompok itu tidak mungkin tanpa komunikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
koordinasi dan perubahan.
Psikolog-psikolog juga tertarik terhadap komunikasi. Mereka menekankan masalah-
masalah manusia yang terjadi dalam proses komunikasi untuk memprakarsai, menyampaikan,
dan menerima informasi. Mereka berfokus pada identifikasi rintangan-rintangan terhadap
komunikasi yang baik, terutama terhadap mereka yang terlibat dalam hubungan-hubungan
antarpribadi. Sosiolog-sosiolog dan para ahli informasi, di samping psikolog-psikolog, telah
memusatkan perhatian mereka pada studi tentang jaringan-jaringan :komunikasi.
Maksud Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, semua orang pasti akan melakukannya. Mulai dari
berbicara, menulis surat, menelpon, komunikasi suami istri, itu semua termasuk ke dalam
komunikasi. Istilah komunikasi sendiri diambil dari bahasa Inggris yaitu communication yang
berarti sama.
Dalam arti luas, maksud komunikasi dalam perusahaan. adalah untuk melaksanakan
perubahan untuk mempengaruhi tindakan ke arah kesejahteraan perusahaan. Perusahaan,
misalnya, membutuhkan informasi tentang harga, persaingan, teknologi, dan keuangan, di
samping informasi tentang konjunktur (business cycle) dan kegiatan pemerintah. Pengetahuan
ini merupakan basis untuk keputusan-keputusan yang mempengaruhi garis produk, ratio-ratio
produksi, mutu, strategi pemasaran, dan gabungan factor-faktor produksi, dan arus informasi
internal. Akan tetapi, pencernaan informasi dan tindakan untuk menanggapinya, akan menjadi
sangat sulit dalam perusahaan besar dimana terdapat ribuan orang yang terlibat.
Komunikasi itu esaensial bagi fungsi internal perusahaan, karena ia memadukan
(integrates) fungsi-fungsi manajerial. Khusus, komunikasi itu dibutukan untuk :
• Menetapkan dan menyebarkan sasaran-sasaran perusahaan.
• Membuat rencana untuk tercapainya sasaran-sasaran itu.
• Mengorganisir manusia dan sumber-sumber daya yang lain dengan cara
yang paling efektif dan efisien.
• Menseleksi, mengembangkan dan menilai anggota-anggota organisasi.
• Memimpin, mengarahkan, dan menggerakkan (motivate), dan menciptakan iklim, dimana
pegawai-pegawai ingin memberikan sumbangannya.
• Mengawasi penyelenggaraan.
Gambar 8.1. menunjukkan bahwa komunikasi itu bukan saja memudahkan fungsi-
fungsi manajerial, tetapi juga menghubungkan perusahaan dengan lingkungan luar. Melalui
pertukaran informasilah manajer-manajer mengetahui kebutuhan-kebutuhan langganan,
tersedianya suplaier-suplaiera, claim-claim persero, peraturan-peraturan pemerintah dan
perhatian masyarakat. Melalui komunikasilah suatu organisasi itu menjadi sistem terbuka
yang berinteraksi dengan lingkungannya, suatu fakta yang ditekankan di seluruh buku ini.
PROSES KOMUNIKASI
Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur yang berkaitan
dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang dikatakan atau dikirimkan (pesan),
saluran komunikasi apa yang digunakan (media), ditujukan untuk siapa (komunikan), dan
apa akibat yang akan ditimbulkannya (efek).
Secara sederhana, proses komunikasi itu melibatkan pengirim yang menyampaikan
pesan melalui saluran tertentu kepada penerima, seperti tampak dalam Gambar 8.2. Marilah
kita periksa lebih dekat langkah- langkah tertentu dalam proses ini.
Pengirim Pesan
Komunikasi itu dimulai dari pengirim yang mempunyai suatu pikiran atau ide, yang
kemudian disandi (encoded) dengan suatu cara yang dapat dipahami, baik oleh pengirim
maupun oleh penerima. Kita biasanya menganggap pensandian (encoding) pesan itu ke
dalam bahasa Inggris, tetapi ada banyak cara lain pensandian ini, seperti penterjemahan
pikiran itu ke dalam bahasa komputer.
Penyampaian Pesan
Informasi itu disampaikan melalui suatu saluran yang menghu- bungkan pengirim
dengan penerima. Pesan itu mungkin lisan atau tulisan, mungkin disampaikan melalui
memo, komputer, telepon, telegram, atau televisi. Televisi, tentu saja juga memudahkan
penyampaian gerak isyarat dan visual. Adakalanya, dipakai dua atau lebih saluran. Dalam
percakapan telepon, misalnya, 2 orang dapat mencapai persetujuan prinsip yang mereka
perkuat kemudian dengan sebuah surat. Karena banyak pilihan yang tersedia yang masing-
masingnya mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka pemilihan saluran yang tepat itu
vital bagi efektifnya komunikasi.
Penerima Pesan
Si penerima harus siap menerima pesan itu sehingga dapat di- jabarkan (decoded) ke
dalam pikiran. Seseorang yang sedang memikirkan pertandingan sepakbola yang
menggairahkan, mungkin kurang cukup perhatiannya pada apa yang dikatakan tentang laporan
inventaris, misalnya, sehingga meningkatkan kemungkinan macetnya komunikasi. Langkah
berikut dalam proses ini adalah decoding (menjabarkan, menterjemahkan code), di mana
penerima mengubah pesan itu ke dalam pikiran. Komunikasi yang akurat hanya dapat terjadi
jika kedua belah pihak, pengirim dan penerima memberikan makna yang sama atau hampir
sama untuk simbol-simbol yang membentuk pesan itu. Suatu pesan yang dinyatakan (encoded)
dalam bahasa Perancis membutuhkan si penerima yang mengerti bahasa. Perancis. Ini sudah
jelas; yang kurang jelas dan seringkali diabaikan adalah pemakaian jargon (bahasa khusus)
teknis atau profesional yang mungkin tidak dimengerti oleh si penerima pesan itu. Jadi,
komunikasi itu baru lengkap jika dipahami. Pemahaman itu terdapat dalam pikiran pengirim
dan penerima. Orang-orang dengan pikiran tertutup biasanya tidak akan sempurna memahami
pesan itu, terutama jika informasi itu bertentangan dengan sistem nilainya.
Komunikasi ke atas.
Komunikasi ke atas itu mengalir dari bawahan-bawahan ke atasan dan terus ke atas
pada hierarki organisasi. Sayangnya, arus ini seringkali terhalang oleh manajer-manajer
dalam rantai komunikasi yang menyaring pesan-pesan itu dan tidak menyampaikan semua
informasi — terutama berita-berita yang tidak menguntungkan — kepada boss mereka.
Namun, penyampaian informasi yang objektif adalah esensial bagi tujuan pengawasan.
Manajemen atas perlu mengetahui secara spesifik tentang prestasi produksi, informasi
pemasaran, data keuangan, apa-apa yang dipi- kirkan oleh pegawai-pegawai rendah,
sebagainya.
Terdapat pula aspek kemanusiaan pada komunikasi ke atas ini yang terutama bersifat
tak langsung dan biasanya dijumpai dalam lingkungan organisasi yang partisipatif dan
demokratis. Alat-alat yang lazim untuk komunikasi ke atas ini — di samping rantai komando
— adalah sistem sasaran, prosedur permintaan dan pengaduan, sistem keluhan, sidang-
sidang penyuluhan, penetapan bersama tujuan-tujuan dalam operasi MBO yang efektif,
grapevine. rapat-rapat kelompok, praktek kebijaksanaan pintu terbuka, kuesioner moral,
wawancara keluar, dan ombudsperson. Konsep ombudsperson, yang relatif sedikit dipakai di
Amerika Serikat sampai akhir-akhir ini, sekarang tampaknya semakin luas diterima.
Komunikasi ke atas yang efektif itu membutuhkan lingkungan, di mana bawahan-bawahan
merasa bebas untuk berkomunikasi. Karma iklim organisasi itu sangat
dipengaruhi oleh manajemen atas, maka tanggung jawab untuk menciptakan arus komunikasi
ke atas yang bebas itu terletak sebagian besar — walaupun tak seluruhnya — pada para
atasan.
Komunikasi tertulis.
Komunikasi tertulis mempunyai kelebihan dapat memberikan records, rujukan
(references), dan pembelaan hukum. Kita dapat dengan hati-hati menyiapkan pesan dan
mengarahkannya kepada banyak pemirsa melalui pos massal. Komunikasi tertulis dapat pula
meningkatkan keseragaman kebijaksanaan dan prosedur dan dalam beberapa hal dapat
menurunkan biaya.
Kekurangannya adalah pesan tertulis itu dapat menciptakan timbunan kertas, pesan itu
mungkin tidak efektif dinyatakan oleh penulisnya, dan mungkin tidak memberikan umpan
balik yang segera. Jadi, mungkin banyak waktu diperlukan untuk mengetahui apakah pesan
itu telah diterima dan telah dipahami dengan benar.
Komunikasi lisan.
Banyak informasi yang dikomunikasikan secara lisan. Sebuah studi mendapatkan
bahwa 70% dai para responden menyatakan bahwa atasan- atasan memberikan 75% tugas-
tugas secara lisan. Komunikasi lisan (oral) itu dapat terjadi dalam pertemuan tatap muka
antara 2 orang, atau jika seorang manajer berpidato di depan banyak pemirsa; ia dapat
bersifatformal atau informal, dan dapat direncanakan atau kebetulan.
Keuntungan komunikasi lisan adalah bahwa ia dapat dipakai untuk saling tukar
informasi yang cepat dengan umpan balik yang segera. Orang dapat mengajukan pertanyaan
dan menjelaskan hal-hal. Dalam interaksi tatap muka ini, pengaruhnya dapat segera
diketahui. Selanjutnya, pertemuan dengan atasan dapat memberikan perasaan diri penting
kepada bawahan. Jelas, pertemuan informal atau yang direncanakan dapat sangat membantu
pemahaman tentang isu-isu.
Akan tetapi, komunikasi lisan itu juga mempunyai kelemahan-- kelemahan. Ia tidak
selalu menghemat waktu, seperti setiap manajer mengetahui mereka yang menghadiri rapat-
rapat dimana tidak ada hasilnya atau tak ada kesepakatan yang dicapai. Rapat-rapat ini dapat
mahal dilihat dari segi waktu dan uang.
Kurangnya Perencanaan
Komunikasi yang baik itu jarang yang terjadi dengan begitu saja. Sering sekali orang
mulai berbicara dan menulis tanpa terlebih dahulu memikirkan, merencanakan, dan
menyatakan maksud pesan itu. Namun, memberikan alasan untuk petunjuk, memilih saluran
yang paling cocok, dan memilih waktu yang tepat, dapat sangat memperbaiki pemahaman dan
mengurangi penolakan terhadap perubahan.
Penyimpangan Semantik
Sebuah rintangan lain terhadap efektifnya komunikasi adalah distorsi semantik, yang
mungkin disengaja atau kebetulan. Sebuah iklan berbunyi "Kami menjual untuk kurang"
adalah disengaja kabur (ambiguous = mendua arti), ia menimbulkan pertanyaan: Kurang dari
apa? Kata-kata dapat memberikan respons yang berbeda. Bagi sebagian orang kata
'pemerintah' berarti campur tangan atau defisit pembelanjaan, bagi orang-orang lain, kata yang
sama mungkin berarti bantuan, pemerataan, dan keadilan.
Penciptaan Informasi
Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai sumber memerlukan
pengolahan lebih lanjut agar sifatnya berubah menjadi informasi yang memiliki nilai sebagai
alat pendukung proses pengambilan keputusan. Dalam penciptaan informasi diperlukan
identifikasi dan penggalian data-data dari berbagai sumber yang tepat. Sumber-sumber
informasi yang dapat dan layak digali sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain
karena sangat tergantung pada proses pengambilan keputusan apa yang akan didukungnya
dan untuk kepentingan apa informasi tersebut dipergunakan.
Pentingnya identifikasi dan pengenalan sumber-sumber informasi yang pantas dan
layak digarap semakin relevan untuk diperhatikan karena di samping lebih menjamin bahwa
data yang dikumpulkan untuk diolah bermutu tinggi, juga karena proses penciptaan
informasi tersebut harus diupayakan agar berlangsung dengan tingkat efisien yang tinggi.
Penyimpanan Informasi
Informasi yang telah terolah dengan baik perlu disimpan dengan sebaik mungkin karena
tidak semua informasi yang dimiliki digunakan segera. Penyimpanan informasi juga berguna
untuk memudahkan dalam pencarian informasi yang sudah diperoleh jika sewaktu-waktu
diperlukan. Penyimpanan informasi dapat dilakukan dengan menggunakan system kartu, tape,
microfilm, harddisk, floppy disk, dan sebagainya.
Penggunaan Informasi
Penggunaan informasi diperlukan baik dalam konteks individu maupun kelompok atau
organisasi. Pada tingkat individu misalnya informasi tentang pendidikan, kesehatan, lapangan
pekerjaan, dan sebagainya. Sedangkan pada tingkat kelompok seperti kelompok dalam
masyarakat juga memerlukan informasi untuk memenuhi dan memperlancar keperluan
kelompok tersebut
Penilaian Kritis dan Sistem Umpan Balik
Agar penilaian yang dilakukan mencapai sasarannya diperlukan standar penilaian:
Validitas informasi yang diterima, Signifikansi informasi tersebut, Kegunaan spesifiknya,
termasuk mendukung proses pengambilan keputusan, Hubungan informasi tersebut dengan
informasi lain
Hasil penilaian tersebut harus diumpanbalikkan kepada berbagai pihak dan dengan
umpan balik tersebut diharapkan proses manajemen dalam organisasi dapat berlangsung
dengan lebih lancer, efisien, dan efektif yang pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi
sebagai keseluruhan.