Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Salah satu keberhasilan dalam bisnis beroganisasi adalah pentingnya komunikasi. Komunikasi
bisnis adalah setiap komunikasi yang digunakan untuk membangun partnerships, sumber daya
intelektual, untuk mempromosikan satu gagasan; suatu produk; servis; atau suatu organisasi, dengan
sasaran untuk menciptakan nilai bagi bisnis yang dijalankan.
Komunikasi Bisnis meliputi pengetahuan yang menyeluruh dari sisi internal dan eksternal bisnis
tersebut. Komunikasi yang internal termasuk komunikasi visi (perseroan/perusahaan), strategi, rencana-
rencana, kultur/budaya perusahaan, nilai-nilai dan prinsip dasar yang terdapat di perusahaan, motivasi
karyawan, serta gagasan-gagasan, dll. Komunikasi eksternal termasuk merek, pemasaran, iklan,
hubungan pelanggan, humas, hubungan-hubungan media, negosiasi-negosiasi bisnis, dll. Bagaimanapun
bentuknya, semua hal tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan suatu nilai bisnis (create
business value).
1.3 Tujuan
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga kompleks dalam kehidupan
manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain,
baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Secara etimologi atau menurut
asal katanya, komunikasi berasal dari bahasa Latin “Communicare” yang berarti
memberitahukan atau berlaku di mana-mana. Sedangkan ditinjau dari segi terminologi atau
istilah, menurut Barelson dan Steiner (1964) mengemukakan bahwa “Komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-
simbol seperti kata- kata, gambar, angka-angka dan lain-lain”.
Sedangkan Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin Organizare, yang secara harfiah berarti
paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Organisasi menurut Everet
M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai
suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui
jenjang kepangkatan dan pembagian tugas, sedangkan menurut Robert Bonnington dalam buku
Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana di mana
manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur
formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Hubungan komunikasi dan organisasi sangat terkait, dimana untuk mencapai tujuan suatu
organisasi dibutuhkan adanya proses komunikasi yang dapat mentransfer pesan- pesan dari
pengirim ke penerima. Secara umum komunikasi mempunyai dua fungsi penting dalam
organisasi.
a. Menetapkan tujuan
Setiap kegiatan bisnis dalam organisasi pasti memiliki sebuah tujuan. Tujuan organisasi
dapat didefinisikan dalam arti keuangan ( finansial ), mutu produk,penguasaan pasar,
kepuasan karyawan, atau memberikan pelayanan bagi pelanggan
e. Pelayanan pelanggan
Semua organisasi akan berhubungan dengan customer ( internal dan eksternal) atau
pelangganya dengan menggunakan komunikasi dalam bentuk formal maupun norformal
g. Membuat produk
Untuk menuangkan ide atau gaasan mengenai produk baru, kemudian menempatkannya
dalam proses produksi, yang akhirnya sampai menjadi suatu produk yang dapat
dipasarkan. Diperlukan komunikasi dengan seorang designer produk,pemasar untuk
meneliti pasar, manajer penjualan untuk melakukan kampanye penjualan dll.
Semua organisasi akan melakukan suatu komunikasi dalam tujuan bisnisnya. Namun, perlu
diketahui pendekatan komunikasi yang dipakai dari satu organisasi ke organisasi lain dapat
bervariasi, maka terjalin pola komunikasi dalam suatu organisasi. Secara umum, pola
komunikasi dibedakan menjadi dua.
1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan nampak berbagai macam
posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya.
Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan
maupun dari manajer kepada karyawan, maka ola tranformasinya dapat berbentuk komunikasi
dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi
diagonal.
Secara sederhana, transformasi informasi dari pimpinan dalam semua level ke bawah
merupakan komunikasi dari atas ke bawah ( top-down atau downward communications ). Aliran
komunikasi dari atas ke bawah tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan
kewenangannya dalam suatu organisasi. Komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk
lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal
antara supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan kelompok.
Disamping itu, komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk tulisan seperti memo, manual
pelatihan, kotak informasi, surat kabar, majalah, papan pengumuman, buku petunjuk karyawan,
maupun bulletin.menurut Katz dan Kahn, komunikasi dari atas ke bawah memiliki lima tujuan
pokok, yaitu:
Salah satu kelemahan dari saluran komunikasi dari atas ke bawah ini adalah kemungkinan
terjadinya penyaringan ataupun sensor informasi penting yang ditunjukan ke para bawahannya.
Dengan kata lain, informasi yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya.
Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus benar-
benar memiliki rasa percaya kepada para bawahannya. Kalua tidak, informasi sebagus apapun
dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya, Karena yang muncul hanyalah rasa curiga atau
ketidak percayaan terhadap informasi tersebut.
Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah adanya kemungkinan
bawahan hanya menyampaikan informasi (laporan) yang baik-baik saja (ABS/Asal Bapak
Senang), sedangkan informasi yang agaknya mempunyai kesan negative atau tidak disenangi
oleh manajer cenderung disimpan dan tidak disampaikan.
Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena para bawahan beranggapan bahwa dengan
hanya melaporkan hal yang baik-baik saja, ia dapat menjaga atau menyalamatkan posisinya,
serta mendapatkan rasa aman dalam suatu organisasi tersebut. Seorang bawahan umumnya tidak
ingin prestasi kerjanya dinilai tidak berhasil atau gagal total. Sehingga mereka memilih tidak
melaporkan kegagalan tersebutsama sekali.
c. Komunikasi horizontal
d. Komunikasi diagonal
Bentuk komunikasi yang satu ini memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi
sebelumnya. Komunikasi diagonal ( diagonal communikcations ) melibatkan komunikasi antara
dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer
pemasaran dengan bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian promosi, antara
manajer produksi dengan bagian akuntansi, dan antara manajer keuangan dengan bagian
penelitian.
Disamping kebaikan atau keuntungan, komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan.
Salah satu kelemahan komunikasi diagonal adalah bahwa komunikasi diagonal dapat
mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi
diagonal dalam suatu organisasi besar sulit untuk dikendalikan secara efektif.
Dilihat dari sudut pandang individual (perseorangan), komunikasi formal sering membuat
frustasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu, khususnya mengenai keterbatasan untuk masuk
ke dalam proses pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi bersar, untuk dapat
berkomunikasi dengan manajer puncak harus lebih dahulu melalui lapisan manajer yang ada di
bawahnya. Artinya, banyak jalur yang harus dilalui untuk dapat berkomunikasi secara langsung
dengan manajer puncak.
2. Saluran informasi informal
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa
mempedulikan jenjang hierarkhi, pangkat, dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara
luas. Meskipun hal-hal yang mereka perbicarakan biasanya bersifat umum, seperti mengobrol
tentang humor yang baru didengar, keluarga, anak-anak, dunia olahraga, music, acara film,
sinetron TV, kadangkala mereka juga berbicara hal-hal yang berkaitan sengan situasi kerja yang
ada dalam organisasinya. Lebih lanjut, banyak orang yang lebih percaya desas-desus atau rumor
yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber informasi dalam sutau prganisai. Meraka
kadangkala tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap informasi yang berasal dari para manajer
suatu organisasi.
Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media media pertama.
Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer
untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk
memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-
sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yan akan dipergunakan sebagai hasil pilihan
dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan
dituju.
Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan
komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Dengan demikian, proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massa
media) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-massmedia). (Effendy, 2005 : 11).
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal mengelola komunikasi, pertama:
bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin; kedua: bagaimana menangani krisis
komunikasi. Kedua hal tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
Dalam organisasi besar, pada umumnya volume pesan-pesan (tertulis) adalah lebih
banyak dari pada dalam organisasi yang berskala kecil, tetapi semua perusahaan memusatkan
perhatiannya kepada bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit) dari kegiatan komunisi
dengan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat memaksimumkan manfaat dan meminimumkan biaya
tersebut, manajer perlu mamperhatikan berbagai hal berikut.
4. Melatih petugas.
b. Penanganan krisis komunikasi
Mengelola arus pesan-pesan bisnis dari hari ke hari adalah suatu hal yang biasa, tetapi tes
keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada saat munculnya krisis komunikasi dalam
suatu organisasi. Mengapa demikian? Semakin besar tantangan atau resiko yang harus dihadapi,
semakin tinggi tingkat kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan. Krisisi komuniksi ini
merupakan suatu ajang uji coba keterampilan yang cukup menantang.
Dalam suatu situasi krisis komunikasi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
Bila anda tahu dinamika komunikasi, anda akan dapat membaca secara akurat apa yang
sedang terjadi di dalam suatu organisasi. Pada saat yang sama, anda dapat menyesuaikan pesan-
pesan anda sendiri dengan menggunakan jaringan komunikasi untuk mendapatkan manfaat yang
terbaik.
1 Membaca.
2 Mendengar.
3 Percakapan menarik.
4 Wawancara.
5 Berdiskusi dengan kelompok-kelompok kecil.
6 Berpidato dan presentasi.
7 Menulis surat, memo, dan laporan.
Penutup
Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan komunikasi bisnis dalam
suatu organisasi tergantung dari hubungan komunikasi, pola komunikasi serta pengelolaannya
dimana itu semua saling terkait satu sama lain. Faktor lainnya juga adalah keterampilan
komunikasi di suatu organisasi jika keterampilan komunikasinya baik tentunya dapat diterima
oleh semua pihak. Namun, jika keterampilan komunikasinya buruk tentunya dapat menimbulkan
masalah, balik lagi kepada hubungan komunikasinya dan pola komunikasinya, jika hubungan
komunikasi dan pola komunikasi tersebut sesuai atau terkordinasi dengan baik tentunya
keberhasilan bisnis dalam suatu organisasi dapat optimal.
Daftar pustaka
Buku Komunikasi Bisnis. BAB 2, EDISI KE 2, Drs. Djoko purwanto, M.B.A.
https://pakarkomunikasi.com/pola-komunikasi-organisasi
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-organisasi