Anggota Kelompok:
Akuntansi
2015
What is manager?
Manager is the person responsible for planning and directing the work of a group
of individuals, monitoring their work, and taking corrective action when
necessary. Manager, for many people, this is their first step into a management.
Henry Mitzberg menguraikan tugas manajer dalam tiga macam bentuk dimana
komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada masing-masing peran.
Manajer yang bertindak sebagai bapak (figurhead) dan pemimpin dari unit
organisasi mereka, berinteraksi dengan bawahan, pelanggan, pembekal, dan
dengan rekan-rekan dalam organisasi.
Manajer mencari informasi dari rekan, bawahan dan kontak-kontak pribadi lain
tentang segala hal yang mungkin mempengaruhi pekerjaan dan tanggung jawab
mereka.
a. Raymond Ross
c. Colin Cherry
Pentingnya komunikasi yang efektif bagi para manajer tidak bisa terlalu
ditekankan untuk satu alasan tertentu: Semua yang dilakukan manajer melibatkan
komunikasi. Tidak hanya beberapa hal, tapi semuanya. Seorang manajer tidak
bisa membuat keputusan tanpa informasi. Informasi tersebut harus
dikomunikasikan. Setelah keputusan dibuat, komunikasi harus terjadi kembali.
Jika tidak, tak seorang pun akan tahu bahwa keputusan itu telah dibuat. Ide
terbaik, saran yang paling kreatif, rencana terbaik, atau desain ulang pekerjaan
yang paling efektif tidak dapat terjadi tanpa komunikasi.
1. Komunikasi informal
Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi tidak selalu bersifat formal,
tetapi juga informal. Jaringan komunikasi informal dalam organisasi ini disebut
sebagai desas desus merupakan sumber informasi yang paling akurat. Desas-
desus memiliki tiga karakteristik penting, yaitu:
2. Komunikasi Interpersonal
Kebanyakan dari kita akan melihat intonasi pertama datang dari seseorang yang
sungguh-sungguh tertarik dalam menjelaskan pertanyaan siswa, sedangkan yang
kedua menunjukkan bahwa orang tersebut membenci pertanyaan tersebut.
Manajer harus mengingat bahwa ketika mereka berkomunikasi, komponen
nonverbal biasanya membawa dampak terbesar. Ini berarti bahwa sebagian besar
dari komunikasi bukan mengenai apa yang Anda katakan, tetapi bagaimana Anda
mengatakannya.
3. Komunikasi nonverbal
Proses Komunikasi
Secara rata-rata, seorang individu harus mendengar sebuah informasi tujuh kali
sebelum ia benarbenar mengerti informasi tersebut. Mengingat fakta ini dan
hambatan komunikasi yang baru saja dijelaskan, apa yang bisa dilakukan manajer
untuk menjadi komunikator yang lebih efektif?
Saya, tidak akan mengupas Ahok dari sisi politik, melainkan dari sudut pandang
ilmu komunikasi. Dalam ilmu komunikasi, cara berkomunikasi memegang
peranan amat penting. Bahkan, kadang-kadang jauh lebih penting dibanding
isinya. Mungkin Anda pernah mendengar kalimat ini:
“Suatu hal yang salah, jika disampaikan terus menerus dan berulang-ulang, bisa
menjadi sebuah kebenaran.”
Mbahnya ilmu Komunikasi Wilbur Schram, seorang pakar asal Kanada, memang
tidak menyebutkan cara sebagai sesuatu yang utama dalam teorinya. Dia hanya
menyebutkan komunikasi sebagai “siapa mengatakan apa kepada siapa melalui
media apa dengan dampak apa…” Tidak ada tambahan dengan cara apa?
Tidak ada simbol tertulis di sana. Sebaliknya jika media yang kita gunakan adalah
e-mail atau surat menyurat. Maka, simbol yang digunakan biasanya adalah
tulisan.
Berbagai penelitian dan riset komunikasi menunjukkan bahwa simbol non verbal
lebih besar dampaknya dalam berkomunikasi (perbandingannya 70:30). Artinya,
jika kita berkomunikasi dengan orang lain, menggunakan simbol verbal berupa
kata-kata terucap, akan sia-sia jika non verbalnya tidak mendukung. Contoh,
Anda memuji seseorang dengan ucapan, “Kerja Anda bagus!” tapi disampaikan
dengan cara berteriak, dan mata Anda tidak melihat kepada orang tersebut.
Mungkin orang yang dipuji akan merespon, “Ini memuji atau ngejek sih?” atau
“Mujinya ikhlas tidak sih?”
Non verbal banyak sekali jenisnya. Mulai dari bahasa tubuh, gerak tubuh, bahasa
diam, ekspresi, parabahasa (intonasi, pitch control, penekanan, speed, dll), jarak,
waktu dan lain sebagainya. Kita harus pelajari hal itu dengan baik, jika ingin
tujuan komunikasi kita tercapai. Kalau kita mengabaikan komunikasi non verbal
maka kita terancam oleh kegagalan tercapainya tujuan komunikasi.
“Maksud saya kan baik…” begitu ucap seseorang tentang isi komunikasinya,
namun dikritik cara berkomunikasinya.
Benar, maksud kita baik, isi komunikasi kita baik, tapi kalau cara
menyampaikannya tidak klop, maka dampak yang akan diterima oleh orang lain
akan berbeda. Bukankah kita ingin maksud dan penerimaannya klop. Kalau
maksud kita baik maka diterima pula dengan baik, begitu bukan? Nah, kalau
demikian maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus dan wajib
memperhatikan cara kita berkomunikasi (non verbal).