Anda di halaman 1dari 10

406

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 4 No. 5, Juli 2016: 406-415
ISSN: 2527-8452

KOMPOSISI VEGETASI GULMA PADA TANAMAN TEBU KEPRASAN


LAHAN KERING DI DATARAN RENDAH DAN TINGGI

THE COMPOSITION OF WEEDS VEGETATION IN RATOON CROPS


DRYLAND AT LOW AND HIGH AREA
Akbar Saitama*, Eko Widaryanto dan Karuniawan Puji Wicaksono

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
*E-mail : akbar.saitama@yahoo.com

ABSTRAK ABSTRACT

Persaingan gulma dalam memperebutkan The weeds competition is in to get nutrients,


unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang water, sunlight, and space will affect the
akan mempengaruhi pertumbuhan dan main crop’s growth and production. The
produksi tanaman pokok. Pengamatan observation for dry season was observe at
untuk musim kemarau diamati pada 30, 45, 30, 45, and 60 days after ratooned, and the
dan 60 hari setelah kepras, dan musim rainy season was observed at 15, 30, and
hujan diamati pada 15, 30, dan 45 hari 45 days of rain. The method used in this
hujan. Metode yang digunakan dalam research is a quadrant survey method.
penelitian ini adalah metode survei kuadrat. Sugarcane plots measuring 100 m2 on each
Petak tebu seluas 100 m2 pada setiap altitude that ratooned left untreated during
ketinggian yang telah dikepras dibiarkan the observation. The research result
tidak dirawat selama pengamatan. Hasil discovered 35 weeds species. The SDR
penilitan di jumpai 35 spesies gulma. Nilai value at highland in dry season reached
SDR pada musim kemarau dataran tinggi 1,34-60,86 and 2.91-100 on every obser-
1,34-60,86 dan 2.91-100 pada setiap vation. The SDR value at high area in rainy
pengamatannya. Pengamatan musim hujan season that ratooned in dry season ranged
menunjukan pada lokasi dataran tinggi tebu between 0,34-29,35 and for ratooned crops
yang dikepras kemarau nilai SDR berkisar at low area in dry season ranged between
antara 0,34-29,35 dan pada tebu keprasan 2,02-29,20 and at low area ranged between
musim kemarau dataran rendah pada lokasi 7,0-65,96. The observation at ratooned
dataran rendah berkisar antara 2,02-29,20 crops area that ratooned in early rainy
dan dataran rendah berkisar 7,0-65,96. season at high area ranged between 1,56-
Pengamatan pada lahan tebu yang di 35,52. Coefficient community value at
kepras awal musim hujan di dataran tinggi research location ranged between 1,4%-
1,56-35,52. Nilai koefisien komunitas pada 6,81% which is means that there is a
lokasi penelitian berkisar antara 1,4%- difference above 75%. Diversity Index (H’)
6,81% yang berarti terdapat perbedaan in ranged 0,64-2,75. Dominance Index (C)
diatas 75%. Indeks Keanekaragaman (H’) value in ranged between 0,10-0,69.
berkisar 0,64-2,75. Indeks Dominansi (C)
berkisar antara 0,10-0,69. Keywords: Composition, Vegetation,
Weeds, Sugarcane, Ratooned, Dryland,
Kata kunci: Komposisi, Vegetasi, Gulma, High Area, Low Area
Tebu, Keprasan, Lahan Kering, Dataran
Tinggi, Dataran Rendah PENDAHULUAN
Tebu keprasan merupakan tebu yang
tumbuh dari generasi yang telah dipanen
407

Saitama, dkk, Komposisi Vegetasi Gulma…

dilahan budidaya. Sifat dan lokasi tumbuh untuk mengetahui besar Rasio Transmisi
dari tebu keprasan cenderung menurun dari Cahaya (RTC).
ketersediaan nutrisi, namun daya tumbuh Koefisien komunitas (C) berguna
dari tanaman lain (gulma) cenderung ber- untuk membandingkan dua komunitas atau
tambah (Olaoye, 2001). dua macam vegetasi dari dua daerah.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk
W
mengetahui tingkat heterogenitas dan C=2 X 100 %
keragaman tanaman dalam lahan budidaya A+B
tebu, selain itu hal tersebut pelu diketahui Keterangan:
agar dapat mengetahui cara pengelolaan W = jumlah dari dua kerapatan terendah
lahan budidaya terkait dengan pengendalian untuk jenis dari komunitas
tanaman pengganggu (gulma). A = jumlah dari seluruh kerapatan pada
komunitas pertama
BAHAN DAN METODE B = jumlah dari seluruh kerapatan pada
Penelitian dilaksanakan pada bulan komunitas kedua
September 2014 sampai dengan Desember Keanekaragaman jenis adalah para-
2014 pada tanaman perkebunan tebu rakyat meter yang sangat berguna untuk mem-
di Wilayah Petung Sewu sebagai lokasi bandingkan dua komunitas, terutama untuk
dataran tinggi (780 mdpl) dan Kepanjen mempelajari pengaruh gangguan biotik,
sebagai lokasi dataran rendah (242 mdpl). untuk mengetahui tingkatan suksesi atau
Berikut adalah lokasi penelitian yang kestabilan suatu komunitas. Perhitungan H’
digunakan: didapat dari data nilai penting pada analisis
Lokasi 1: Dataran Tinggi, Kepras Kemarau vegetasi. Berikut adalah rumus Keane-
Lokasi 2: Dataran Rendah, Kepras Kemarau karagaman Shannon-Wiener :
Lokasi 1: Dataran Tinggi, Kepras Hujan n
ni ni
Lokasi 2: Dataran Rendah, Kepras Hujan H' = - ln
N N
n=i
Lahan penelitian dibagi atas dua
lokasi yang diamati pada musim kemarau Keterangan:
masing-masing satu lokasi dataran rendah, H’ = Indeks diversitas Shannon-Wiener
dan dataran tinggi yaitu lahan 1 dan 2. ni = Jumlah nilai penting suatu jenis
Pengamatan pada musim hujan dilakukan N = Jumlah nilai penting seluruh jenis
pada empat lokasi yaitu lokasi 1, 2, 3, dan Ln = Logaritme natural (bilangan alami)
4. Lahan tebu yang digunakan adalah tebu
Besaran H’ < 1 menunjukkan
keprasan (ratoon cane) ketiga lahan kering
keanekaragaman tergolong rendah, H’= 1-
dengan tiga kali kepras dengan varietas BL
3.32 menunjukkan keanekaragaman ter-
(Bululawang). Dalam penelitian gulma pada
golong sedang, H’ > 3.322 menunjukkan
lokasi penelitian sebagai objek yang
keanekaragaman spesies tergolong tinggi.
diamati.
Indeks dominansi digunakan untuk
Penelitian ini mengunakan metode
mengetahui kekayaan spesies serta kese-
teknik sampling kuadrat .Luas dari satu
imbangan jumlah individu setiap spesies
lokasi penelitian adalah 100 m2. Total dari
dalam ekosistem. Untuk menentukan nilai
kuadrat yang digunakan adalah 10 kuadrat
indeks dominansi digunakan rumus Simp-
dengan luas 1 m2.
son sebagai berikut :
Pengamatan musim kemarau pada
dilakukan pada umur keprasan 30, 45, dan n 2
60 hari. Sedangkan, pada musim hujan ni
C=
yaitu pada 15, 30, dan 45 pada hari hujan. N
n=i
Parameter yang digunakan dalam analisis Keterangan:
vegetasi yaitu Summed Dominace Ratio C = Indeks dominansi
(SDR). Pengamatan tanaman tebu ni = Nilai penting suatu spesies ke-n
keprasan yaitu panjang tanaman. Selain itu N = Total nilai penting dari seluruh spesies
diamati pula intensitas radiasi matahari
408

Jurnal Produksi Tanaman, 4, Nomor 5, Juli 2016, hlm. 406 - 415

Indeks dominansi berkisar antara 0 - Lahan dataran tinggi yang dikepras


1. D = 0, berarti tidak terdapat spesies yang kemarau (lokasi 1) sebelum ditanami tebu
mendominasi. D = 1, berarti pada lokasi merupakan lahan yang ditanami tanaman
terdapat spesies yang mendominasi spesies jeruk kurang lebih 15 tahun.
lainnya. Lahan penelitian dataran rendah yang
dikepras kemarau (lokasi 2) sebelum di-
HASIL DAN PEMBAHASAN tanamai tebu pada 2011, sebelumnya
merupakan lahan tanaman jagung.
Kondisi Lahan Lahan dataran tinggi yang dikepras
Lokasi Penelitian terdiri dari dua awal musim hujan (lokasi 3) sebelumnya
lokasi pada musim kemarau dan empat merupakan lahan tebu yang telah dikepras
lokasi pada musim hujan. Lahan penelitian lebih dari tujuh kali, sehingga dilakukan
pada lokasi 1, 2, 3, dan 4, merupakan lahan pembongkran pada tahun 2011.
tebu kepras ketiga, dengan demikian lahan Lahan dataran rendah keprasan awal
tersebut sudah mengalami panen sebanyak musim hujan (lokasi 4), sebelumnya
tiga kali dan memasuki pada tahun ketiga merupakan lahan yang ditanami tanaman
penanaman. Berikut adalah sejarah lahan cabai.
pada lokasi penelitian:

Lokasi 1 Lokasi 2

Gambar 1 Kondisi Lahan Tebu Keprasan pada Musim Kemarau

Lokasi 1
Lokasi 2

Lokasi 3 Lokasi 3

Gambar 2 Kondisi Lahan Tebu Keprasan pada Musim Hujan


409

Saitama, dkk, Komposisi Vegetasi Gulma…

Tabel 1 Daftar Gulma yang Terdapat pada Lokasi Penelitian


No Spesies Nama Lokal
1 Chromolaena odorata Kirinyu
2 Borreria alata Kentangan
3 Centella asiatica Kaki Kuda
4 Clidemia hirta Herendong
5 Cyanthillium cinereum Maryuna
6 Cynodon dactylon Rumput Grinting
7 Cyperus iria Lulangan
8 Cyperus rotundus Rumput Teki
9 Desmodium intortum Daub Hijau
10 Digitaria ciliaris Rumput Kebo
11 Eleusine indica Jampang
12 Emilia sonchifolia L. Patah Kemudi
13 Euphorbia geniculata Kacang Minyak
14 Euphorbia hirta L. Patikan Kebo
15 Hedyotis corymbosa Rumput Siku-Siku
16 Imperata cylindrica Alang-Alang
17 Ipomoea triloba Rayutan
18 Leucaena leucocephala Lamtoro
19 Ludwigia octovalvis Kerangkong
20 Mecardonia procumbens Daun Bungkuk
21 Mimosa pudica Putri Malu
22 Panicum repens L. Lampuyangan
23 Pennisetum purpureum Rumput Gajah
24 Phyllanthus niruri L. Meniran
25 Physalis minima L. Ceplukan
26 Portulaca oleacea Krokot
27 Clome rutidosperma Maman Ungu
28 Erigeron sumatrensis Jalantir
29 Spigelia anthelmia Jukut Puntir
30 Syendrella nodiflora Jotang Kuda
31 Tridax procumbens Songgolangit
32 Oxalis barrelieri Belimbing tanah
33 Ageratum conyzoides Wedusan
34 Acalypha indica Lelantang
35 Amaranthus spinosus Bayam duri

Kondisi lahan pada musim hujan cenderung yang terendah yaitu alang-alang dengan
sedikit ditumbuhi gulma (Gambar 1). nilai 2,00. Pada pengamatan 45 hari setelah
Sedangkan pada musim hujan baik lokasi kepras didapat hasil kirinyu tertinggi dan
dataran tinggi (Lokasi 1 dan 3), terlihat yang terendah adalah rumput grinting dan
banyak dijumpai gulma berdaun lebar alang-alang dengan nilai 1,34. Pada
(Gambar 2), sedangkan pada dataran tinggi pengamatan 60 hari setelah kepras nilai
lokasi 2 dan 4, banyak dijumpai teki. SDR spesies tertinggi yaitu Tebu 43,62
sedangkan yang terendah adalah jukut
Analisis Vegetasi puntir yaitu 0,91.
Analisis vegetasi merupakan kegiatan Pengamatan 30 hari setelah kepras
yang sangat penting dilakakuan agar belum ada gulma yang tumbuh.
mengetahui komposisi vegetasi supaya Pengamatan 45 hari setelah kepras selain
dapat menentukan tindakan pengendalian. tebu terdapat juga gulma yaitu wedusan
Gulma yang ditemukan pada lokasi dengan nilai SDR 3.71, songgolangit
pengamatan terdapat 35 spesies (Tabel 1). dengan nilai SDR 3,59. Pada pengamatan
Umur 30 hari setelah dikepras 60 hari setelah kepras, terdapat rumput
didapatkan hasil tertinggi, kirinyu sedangkan gajah dengan nilai SDR 7,48, Rumput
410

Jurnal Produksi Tanaman, 4, Nomor 5, Juli 2016, hlm. 406 - 415

Grinting dengan nilai SDR 7,48, dan terendah pada ketiga interval pengamatan
wedusan yaitu 6.83. yaitu rayutan dengan nilai SDR pada 15 hari
Hasil pengamatan pada lokasi 7, pada 30 hari 10,79, dan pada 45 hari
dataran tinggi (tebu kepras musim kemarau) 11,7.
menunjukan 15, 30, dan 45 hari musim
hujan, SDR tertinggi E. geniculata. Sedang- Perbedaan Komposisi Vegetasi
kan, pada 15 hari setelah hujan nilai SDR Perbedaan komposisi vegetasi pada
terendah yaitu jukut puntir dan jotang kuda penelitian dihitung dengan mengunakan
dengan nilai 1,09. Penga-matan 30 hari rumus koefisien komunitas. Berikut adalah
musim hujan nilai SDR terendah terdapat hasil perhitungan dari perbandingan
pada meniran , rumput teki, dan dan lamtoro vegetasi pada lokasi pengamatan:
dengan nilai SDR 0,70. Pada pengamatan Perbedaan komposisi tebu keprasan
45 hari musim hujan nilai SDR terendah dataran tinggi dan rendah pada musim
yaitu. Berdasarkan pengamatan pada lahan kemarau, hasil perhitungan, koefisien
tebu keprasan di dataran rendah pada komunitas (C) didapat hasil 6,81% yang
pengamatan 15, 30, dan 45 hari musim artinya kedua lahan yaitu lahan tebu
hujan nilai SDR tertinggi yaitu rumput teki keprasan yang dikepras pada musim
32,06 pada 15 hari, E. geniculata 41,85 kemarau persamaan komposisi vegetasi di
pada 30 hari dan 38,92 pada 45 hari. Nilai musim hujan sebesar 6,81% atau per-
SDR terendah pada 15 hari musim hujan bedaan sebesar 93,19%.
terdapat pada grinting yaitu 2,02. Pada Tebu keprasan dataran tinggi dan
pengamatan 30 hari setelah hujan nilai SDR rendah pada musim hujan (tebu yang
terendah yaitu akar kucing dan maman dikepras musim kemarau). Nilai koefisien
ungu yaitu 2,66. Pada pengamatan 45 komunitas (C) didapat hasil 2,92% yang
musim hujan SDR terendah yaitu temu artinya kedua lahan yaitu lahan tebu
wiyang. keprasan yang dikepras pada musim
SDR tertinggi pada pengamatan 15 kemarau persamaan komposisi vegetasi di
hari musim hujan adalah rayutan yaitu musim hujan sebesar 2,92% atau
35,52. Sedangkan pada pengamatan 30 perbedaan sebesar 97,08%.
dan 45 hari musim hujan didapat hasil SDR Perbandingan komposisi kera-gaman
tertinggi yaitu pada rumput grinting yaitu tebu yang dikeprasan mumsim kemarau
26,46 pada 30 hari dan 19,90 pada 45 hari. dan musim hujan (lokasi dataran tinggi).
Nilai SDR terendah pada pengamatan 15 Hasil perhitungan koefisien keragam-an (C)
hari musim hujan adalah wedusan yaitu didapat hasil 1,4%. Nilai 1,4% ber-arti pada
2,37. Hasil pengamatan pada lahan tebu kedua lahan yaitu lahan tebu yang dikepras
keprasan yang dikepras pada awal musim pada musim awal hujan dan lahan tebu
hujan selain tanaman tebu yaitu rumput teki yang dikepras pada musim kemarau
dan rayutan. Nilai SDR tertinggi pada 15, memiliki persamaan komposisi vegetasi se-
30, dan 45 musim hujan yaitu rumput teki besar 1,4%, dan perbedaan komposisi
dengan nilai 60,71 pada 15 hari, 65,96 pada vegetasi sebesar 98,6%.
30 hari dan 65,6 pada 45 hari. SDR
411

60
a b
140

Panjang Tanaman (cm)


55 128,4 Lokasi Dataran

Panjang Tanaman (cm)


50 50 120 Tinggi, Kepras
45,5 46,5 107,6
100 98,6 Kemarau
40
82,8 85,4 Lokasi Dataran
34,5 80
30
27,8 68,8 65,6 Rendah, Kepras
60
Kemarau
20 46,4 46,15
40 38,6 Lokasi Dataran
28,5
10 20 19,8 Tinggi, Kepras
Hujan
0 0

15 30 45
Lokasi Dataran
30 45 60
Rendah, Kepras
Usia (Hari Setelah Kepras) Hari Hujan (Hari) Hujan

Gambar 3 Grafik Panjang Tanaman (cm), (a) Musim Kemaraum, (b), Musim Hujan

Panjang Tanaman tebu kepras bernilai 46,5 cm pada dataran


Tanaman tebu (S. officinarum L.) rendah dan 55 cm pada dataran tinggi.
ialah tanaman untuk bahan baku gula. Begitu pun pada musim hujan lahan dataran
Sebagai bahan baku utama, tanaman tebu tinggi panjang tanaman tebu memiliki rata
mempunyai peranan penting terhadap rata yang lebih besar dibandingkan dengan
kelangsungan industri pergulaan Indonesia. tanaman dataran rendah. Salah satu faktor
Permasalahan defisit gula selain masalah ialah ketersediaan air dan lahan yang lebih
kualitas tebu yaitu rendemen yang me- banyak vegetasi tanaman pohon disekitar
nurun, tetapi juga secara kuantitas tebu. lahan tebu sehingga hasil menunjukan
Secara kuantitas selain dari bobot dari tebu, ketersediaan air cukup.
diameter batang, tebu juga dilihat dari Gulma merupakan tumbuhan yang
panjang dari batang tebu itu sendiri. mengganggu atau merugikan kepentingan
Tingkat keprasan pada tebu rakyat yang manusia sehingga manusia berusaha untuk
cukup tinggi membuat salah satunya mengendalikanya. Gulma dapat menimbul-
penurunan kuantitas tebu. kan kerugian secara perlahan selama gulma
Tebu varietas Bululawang (BL) yang itu berinteraksi dengan tanaman. Kerugian
dikepras pada pengamatan merupakan tebu tersebut terjadi melalui proses persaingan
yang tergolong tebu masak akhir. Sehingga atau kompetisi antara gulma dan tanaman
umumnya tebu ini dapat dipanen pada umur dalam memperoleh sarana tumbuh seperti
11 sampai 12 bulan. Tebu BL yang dikepras hara, air, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
membuat waktu kompetisi dari tanaman Selain persaingan, kerugian tanaman dapat
dengan gulma lebih lama. Menurut Puspita- juga terjadi melalui proses alelopati, yaitu
sari et al. (2013), tebu memerlukan masa proses penekanan pertumbuhan akibat
bebas dari persaingan dengan gulma antara senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluar-
2–3 bulan setelah tanam karena pada saat kan oleh gulma. Tingkat persaingan ter-
tersebut tanaman tebu sedang membentuk gantung pada curah hujan, varietas, kondisi
dan menumbuhkan tunas-tunas induk muda tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman
serta dimulainya fase peranakan. Selepas dan gulma bersaing, umur tanaman saat
masa kritis tersebut tebu mampu bersaing gulma mulai bersaing. Oleh sebab itu,
dengan gulma. secara ekonomi gulma sangat merugikan
Hasil pengamatan pada musim usaha pertanian karena di antara komponen
kemarau panjang tanaman tebu me- produksi, biaya untuk pengendalian gulma
nunjukan panjang tanaman tebu pada cukup besar, sering lebih mahal dari biaya
dataran tinggi lebih tinggi dibandingkan pengendalian hama dan penyakit (Faisal et
pada dataran rendah (Gambar 3). Panjang al., 2011).
tanaman dataran tinggi pada 60 hari setelah
412

Jurnal Produksi Tanaman, 4, Nomor 5, Juli 2016, hlm. 406 - 415

H' C
3 2,75 Lokasi Dataran
0,8
0,69 Tinggi, Kepras
2,5 2,16
0,7 Kemarau
1,84 0,6 Lokasi Dataran
2 0,49
1,66
0,5 Rendah, Kepras
1,5 0,4 Kemarau
0,86 0,26 Lokasi Dataran
1 0,3 0,24
0,64
0,2 0,13 Tinggi, Kepras
0,5 0,1
Hujan
0,1
0 Lokasi Dataran
0
Redah, Kepras
Kemarau Hujan Kemarau Hujan Hujan

Gambar 4 Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) dan Indeks Dominansi


Simpson (C) pada Lahan Penelitian

Intensitas Radiasi Matahari RTC


900
120 Lokasi Dataran
822 100
783 796 100100 100
Tinggi, Kepras
800 100 Kemarau
705
700 Lokasi Dataran
600 80 Rendah, Kepras
500
Kemarau
Lux

60 Lokasi Dataran
400
Tinggi, Kepras
300 40 22,62 Hujan
186
200 143
103
18,26 Lokasi Dataran
118 20 16,76 12,93
100 28 25 26 24 3,19 Redah, Kepras
3,97 3,16 3,02
Hujan
0 0
Atas Canopy Tengah Permukaan Atas Canopy Tengah Permukaan
Tanaman Tanah Tanaman Tanah

Gambar 5 (a).Intensitas Cahaya Matahari (Lux), (b). Rasio Transmisi Cahaya (RTC)

Indeks Keanekaragaman dan Indeks rendah dan lahan tebu yang di kepras pada
Dominansi awal musim hujan dataran rendah. Hasil
Keanekaragaman dan dominansi penelitian menunjukan seluruh lokasi peng-
penting diamatai diamati untuk mengetahui amatan tidak ada yang tergolong keaneka-
tingkat variasi dari spesies yang ada dalam ragamannya tinggi. Semakin banyak jenis
suatu ekosistem. Hasil penelitian me- yang ditemukan maka keanekaragaman
nunjukan Indeks Keanekaragaman (H’) akan semakin besar, meskipun nilai ini
yang tertinggi ialah pada lokasi pengamatan sangat tergantung dari jumlah inividu
musim hujan di lokasi penelitian tebu yang masing-masing jenis (Insafitri, 2010).
dikepras pada musim kemarau dataran Indeks dominasi simpson (C), pada
tinggi dimana nilai H’ ialah 2,75 dan yang penelitian berkisar antara 0,10 sampai
terendah pada musim kemarau lokasi tebu dengan 0,69. Pada lahan penelitian tanam-
yang dikepras musim kemarau dataran an budidaya yaitu tebu dan gulma berada
rendah dengan nilai H’ 0,64 (Gambar 4). pada posisi seimbang jika dilihat dari nilai
Nilai H’ yang tergolong rendah (<1,22) yaitu ini. Nilai indeks dominansi simpson (C)
pada musim kemarau lahan tebu yang berkisar antar 0-1. Perhitungan ini didapat
kepras pada musim kemarau di dataran
413

Saitama, dkk, Komposisi Vegetasi Gulma…

dari nilai angka penting pada analisa Pengendalian Gulma


vegetasi masing-masing pengamatan. Gulma dan pertanaman yang
diusaha-kan manusia adalah sama-sama
Intensitas Radiasi Matahari tumbuhan yang mempunyai kebutuhan
Hasil dari penelitian menunjukan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya
besarnya radiasi matahari pada lokasi peng- (Qiang, 2005). Kedua tumbuhan ini sama-
amatan berkisar 705 sampai dengan 822 sama membutuhkan cahaya, air, hara gas
lux. Sedangkan pada bagian tengah tanam- CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain
an tebu kisaran radiasi matahari sebesar sebagai-nya. Apabila dua tumbuhan tumbuh
103 sampai 186 lux. Pada bagian bawah ber-dekatan, maka akan perakaran kedua
diketahui berkisar antara 24 sampai 28 lux. tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama
Nilai RTC (Rasio Transmisi Cahaya) yang lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling
disajiakan dalam Gambar 5, menunjukan menaungi, dengan akibat tumbuhan yang
penurunan yang tinggi dari intensitas radiasi memiliki sistem perakaran yang lebih luas,
matahari pada bagian atas dari tanaman lebih dalam dan lebih besar volumenya
tebu kebagian tengah, hingga permukaan serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan
tanah. Pada bagian tengah tanaman tebu lebih mendominasi tumbuhan lainnya.
besaran RTC berkisar antara 12,93% Puspitasari et al. (2013), pada tanaman
sampai dengan 22,63%. Pada permukaan tebu keberadaan gulma yang dibiarkan
tanah sinar matahari yang sampai tumbuh hingga umur tebu 11 bulan akan
permukaan menunjukan kisaran 3,02% nyata menurunkan jumlah batang umur 3
sampai dengan 3,97%. Hasil tidak me- dan 6 bulan masing-masing sebesar 26,94
nunjukan hal yang berbeda karena pada % dan 19,62 %. Disamping itu juga
kondisi pengamatan 45 hari musim hujan berpengaruh terhadap penurunan produksi
kondisi lahan hampir tertutupi oleh gulma tebu dan hasil gula masing-masing 15,31 %
sehingga gulma berkompetisi cahaya. dan 21,80 %.
Radiasi yang diterima oleh tanah rendah Pengertian dari pengendalian gulma
akan membuat besaran lengas tanah tinggi, (control) harus dibedakan dengan pem-
hal ini menguntungkan bagi gulma dengan berantasan (eradication). Pengendalian
lengas tanah yang tinggi maka laju gulma (weed control) dapat didefinisikan
pertumbuhan gulma akan baik. sebagai proses membatasi infestasi gulma
Gulma pada lahan budidaya meng- sedemikian rupa sehingga tanaman dapat
kompetisi seluruh ruang iklim mikro dari dibudidayakan secara produktif dan efisien.
tanaman. Gulma tidak hanya meng- Dalam pengendalian gulma tidak ada
kompetisi seluruh nutrisi, air, dan ruang keharusan untuk membunuh seluruh gulma,
tumbuh zona perakaran tetapi juga unsur melainkan cukup menekan pertumbuhan
abiotik seperti radiasi matahari. Secara dan atau mengurangi populasinya sampai
sederhana tumbuhan merupakan organisme pada tingkat dimana penurunan produksi
yang mampu memasak tanaman sendiri yang terjadi tidak berarti atau keuntungan
(autotrof). Proses pengelolaan tanaman yang diperoleh dari penekanan gulma
dalam setiap organisme di-pengaruhi dari sedapat mungkin seimbang dengan usaha
ketersedian air dan cahaya matahari. ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan
Sehingga penting diketahui bagai-mana kata lain pengendalian bertujuan hanya
besarnya laju radiasi matahari pada setiap menekan populasi gulma sampai tingkat
tingkatan tajuk dari tanaman tebu penelitian. populasi yang tidak merugikan secara
Fotosintesis adalah proses pengubahan ekonomik atau tidak melampaui ambang
energi cahaya ke dalam bentuk energi yang ekonomi sehingga sama sekali tidak
lebih bermanfaat. Menurut Dewi et al. bertujuan menekan populasi gulma sampai
(2014), ada beberapa faktor mempengaruhi nol (Hendrival 2014).
intensitas radiasi matahari dipermukaan Menurut Dekker (2011), spesies
tanah salah satunya ialah persentase gulma berkompetisi antara ruang dan waktu
tutupan permukaan. dengan jumlah kelebihan setiap spesiesnya
dengan habitat yang mendukung. Gulma
414

Jurnal Produksi Tanaman, 4, Nomor 5, Juli 2016, hlm. 406 - 415

menghasilkan lebih banyak benih untuk upaya pengendalian yang utama dilakukan
bertahan. Banyak biji berkecambah lebih adalah pengendalian gulma purna tumbuh.
dan membentuk tumbuhan utuh dan akan Waktu yang baik dalam mengendalikan
terus menerus untuk memproduksi benih gulma pada lokasi dataran tinggi adalah 30
sendiri (Santosa, 2008) . Berdasarkan hasil hari musim hujan, dan dataran rendah 45
penelitian pada lahan penelitian diketahui hari musim hujan karena tebu sudah lebih
pada lahan dataran tinggi gulma yang dari 45 cm dan juga gulma tumbuh dengan
dominan adalah gulma berdaun lebar dapat baik.
direkomendasi-kan pengendalian meng-
gunakan herbisida pra tumbuh (pree DAFTAR PUSTAKA
emergence) sebagai upaya pencengahan
yang dilakukan setelah panen dan juga Dekker, Jack. 2011. Evoluntionary Ecology
herbisida purna tumbuh (post emergence) of Weeds. Ames Iwowa: Weed
yang dilakukan setelah tanaman setinggi 45 Biology Lab., Agronomy Dpt., Iwowa
cm. Menurut Odero dan Dusky (2014), State Univ.
untuk pengendalian gulma tahunan dan Ernawati, L. dan E. Suryani. 2013.
berdaun lebar pada tebu keprasan Analisa Faktor Produktivitas Gula
menggunakan herbisida pra tumbuh K-4. Nasional dan Pengaruhnya terhadap
Aplikasi harus di lakukan segera setelah Harga Gula Domestik dan Perminta-
panen atau sebelum gulma tumbuh. Selain an Gula Impor dengan Menggunakan
itu herbisida K-4 dapat diaplikasikan Sistem Dinamaik. J. Teknik Jurusan
sebagai herbisida pasca tumbuh. Peng- Sistem Informasi. 1 (1) : 1-7.
palikasian herbisida K-4 sebagai herbisida Faisal, R., B.M.S. Edy. dan A. Nelly.
pratumbuh dapat dilaku-kan ketika tebu 2011. Inventarisasi Gulma pada
mencapai ketinggian 45 cm atau dalam 234 Tegakan Tanaman Muda Eucalyptus
hari dari pemanenan sebelumnta. Aplikasi spp. J. Kehutanan Universitas Suma-
K-4 sebagai herbisida pasaca tumbuh tera Utara. 1 (1) : 1-6.
secara aktif mengganggu tumbuhnya tebu Hendrival. 2014. Priode Kritis Tanaman
ketika suhu harian melebihi 270 C. Agar Kedelai Terhadap Persaingan Gulma.
herbisida K-4 bekerja dalam upaya J. Floratek. 9 (1) : 46-57.
pengendalian dan pencegahan maka baik Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Kese-
dilakukan sebagai herbisida purna tumbuh. ragaman, dan Dominansi Bivalvia di
Lokasi penelitian dataran rendah Area Buangan Lumpur Lapindo
terdapat gulma berdaun teki, sehingga Muara Sungai Porong. J. Kelautan. 3
direkomendasikan pengendalian gulma (1) : 1-6.
dengan herbisida pasca tumbuh. Menurut Odero, D.C and J.A. Dusky. 2014. Weed
Odero dan Dusky (2014), untuk lahan yang Management In Sugarcane. Agro-
dominan gulma teki-tekian disarankan nomy Department, IFAS Extension
menggunakan herbisida purna tumbuh yaitu Florida.
Asulam (Saveral), dengan saran aplikasi Ognin’jo, E. and C.O. Olweny. 2011.
ketika tebu tumbuh diatas 45 cm. Determination of Optimum Harves-
ting Age for Sugarcane Ratoon Crop
KESIMPULAN at Kenyan Coast. J. of Microbiology
and Bio-technology Reserch. 1 (2) :
Melihat kondisi gulma pada dataran
113-118.
tinggi yang dominan adalah gulma berdaun
Olaoye, G. 2001. Effects of Ratooning on
lebar sehingga dapat direkomendasikan
Yield and Yield Components of Non-
untuk upaya pegendalian digunakan aplikasi
Irrigated Sugarcane Germplasm
herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh.
Accesions in Southern Guinea
Upaya pengendalian dengan herbisida
Savanna Zone of Nigeria. J.
pratumbuh yang dilakukan setelah panen
Agriculture Science. 34 (4) : 109-117.
dan herbisida purna tumbuh ketika umur
Puspitasari, K., H.T. Sembayang. dan B.
sebaran gulma sudah tinggi. Lokasi dataran
Guritno. 2013. Pengaruh Aplikasi
rendah umumnya gulma teki-tekian maka
415

Saitama, dkk, Komposisi Vegetasi Gulma…

Herbisida Ametrin Dan 2,4-D Dalam Qiang, S. 2005. Multivariate Analysis,


Mengendalikan Gulma Tanaman Description, and cological Interpre-
Tebu (Saccharum officinarum L.). J. tation of Weed Vegetation in the
Produksi Tananaman. 1 (2) : 72-80. Summer Crop Fields of Anhui
Putri, A.D., Sudiarso dan T. Islami. 2013. Province, China. J. of Integrative
Pengaruh Komposisi Media Tanam Plants Biology. 47 (10) : 1193-1210.
Pada Teknik Bud Chip Tiga Varietas Santosa, Edi. 2008. Simpanan Biji Gulma
Tebu (S. officinarum L.). J. Produksi di Perkebunan Teh pada Berbagai
Tanaman. 1 (1) : 1-8. Tahun Pungkas. J. Agronomi
Indonesia. 37 (1) : 46-54.

Anda mungkin juga menyukai