BAB I
PENDAHULUAN
dominan famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti
legum, dan tanaman lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang
tumbuh-tumbuhan pakan ternak yang terdapat dalam golongan ini belum disebar atau
ditanam dan floranya relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia, padang
dalam golongan ini belum disebar atau ditanam tetapi komposisi botaninya telah
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui secara langsung macam-
BAB II
tangga 12 November 2014 di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
2.1. Materi
menimbang sampel hijauan pakan ternak yang dipotong, sabit atau gunting digunakan
untuk memotong hijauan pakan ternak, penggaris atau pita ukur untuk menghitung
diameter tanaman, kayu atau bambu digunakan sebagai media pembuatan frame, rafia
atau kawat untuk mengeratkan kayu untuk dibuat frame, trashbag dan plastik sebagai
wadah hijauan yang telah dipotong, amplop coklat digunakan sebagai wadah pada
2.2. Metode
terdapat pada lapangan. Mencatat tanaman yang ada pada masing-masing padang
penggembalaan yang terdapat pada lapangan. Mencatat jenis ternak yang digembala
yang ada pada masing-masing padang penggembalaan dan mencatat jumlah ternak
Metode yang digunakan adalah menyiapkan bujur sangkar dengan ukuran 1x1
m2, kemudian membuat petak cuplikan pertama secara acak. Mengambil cuplikan
kedua dengan cara melempar bujur sangkar ke arah depan, kanan atau kiri dari
cuplikan pertama. Menarik garis lurus dengan jarak 10 langkah dari petak pertama
dan mengulangnya sebanyak lima ulangan. Memotong semua hijauan pada petak
(y-1) s = r
Keterangan:
r = periode istirahat
seluas 1m2 bujur sangkar atau lingkaran berdiameter 1 m. Mengamati dan mencatat
vegetasi yang ada dalam petak tersebut, mengukur coverage. Memotong hijauam
sedekat mungkin dengan tanah. Memotongan hijauan hanya dalam satu petak dan
cara melempar bujur sangkar ke arah depan, kanan atau kiri dari cuplikan pertama.
kedalam amplop yang telah ditimbang. Mengoven sampel selama 24 jam, setelah 24
jam mengeluarkan amplop dari oven. Menimbang berat sampel dengan amplop,
setelah itu menghitung Densitas (DNS), Densitas relatif, Frekuensi (F), Frekuensi
relatif, Dominasi (DMI), Dominasi relatif, Nilai Kepentingan (K) dan Space
(d1 x d2) 2
e. Dominasi (DMI) =
4
Luas plot
Dominasi suatu jenis
f. Dominasi relatif = x 100%
Total dominasi semua jenis
empat rumpun rumput raja yang berjarak 60x60. Menimbang keseluruhan rumput
sebanyak dua sampel memasukannya pada amplop. Setelah itu mengovennya selama
24 jam, setelah 24 jam mengeluarkan amplop dari oven. Menimbang berat sampel
BB x 30 BK x 30 1
PR = x p x p
45 45 2
Keterangan:
BB = Bulan Basah
BK = Bulan Kering
BAB III
didaerah Baturraden dan diresmikan pada tanggal 22 Juli 1953 dengan nama Induk
Taman Ternak Baturraden oleh Drs. Moh Hatta.dengan dukungan Gubernur Jawa
Tengah dan bantuan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) mulailah dilaksanakan
dipercayakan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah.
Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPU-HPT) Baturraden. Lokasi BBPTU-
HPT Baturraden berada dilereng kaki Gunung Slamet sisi arah Selatan denan
temperature ± 18 - 30º, kelembaban anatara 70 – 80%, dan curah hujan yang cukup
tinggi yaitu 3.000 – 3.500 mm/th. Menurut Rukmana (2005) mengatakan bahwa
ketersediaan air yang cukup, membantu tanam pakan untuk tumbuh dan berproduksi
dengan baik, dengan produksi tanaman pakan yang baik akan memperbaiki mutu dan
adalah jenis rumput seperti rumput gajah, rumput raja, Brachiaria decumbens,
8
Setaria selandia Green panix, Setaria spacelata, , rumput mexsico dan rumput lapang
serta jenis legume seperti Arachis pintoi, gamal, lamtoro,alfalfa supaya dapat
meliputi 4 (empat) area, keempat area tersebut berada yaitu : (a) area Farm Tegalsari;
(b) area Farm Lipakuwus; (c) area Munggangsari dan (d) area Farm Manggala.
sari, serta di Lipakuwes. Jenis padang penggembalaan buatan adalah seperti padang
rumput buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau
ditanam. Menurut Rusmadi (2007) Sistem pertanaman campuran antara rumput dan
tersebut, karena leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur)
Selain jenis penggembalaan buatan juga terdapat jenis penggembalaan yang sudah
diperbaiki yang terdapat di Tegalsari. Pada jenis padang penggembalaan seperti ini,
hijauan hijauan makanan ternak dalam padang penggembalaan masih murni atau
belum ditanami manusia, tetap komposisi botaninya telah diubah, misalnya dengan
yang eksesif dan memadai sebagai areal penggembalaan, sehingga dapat mendukung
sapi perah PFH yaitu sapi dara dan laktasi yang jumlahnya sebesar 250 ekor
sedangkan pada Tegalsari merupakan sistem penggembalaan bergilir dan ternak yang
digembalakan adalah sapi perah PFH yaitu pedet, dara, dan laktasi dengan jumlah
480 ekor. Serta pada Limpakuwus ternak merupakan sistem penggembalaan bergilir
dan yang digembalakan adalah sapi perah PFH yang terdiri dari pedet, dara dan
laktasi yang jumlahnya sebesar 470 ekor. Sistem penggembalaan bergilir merupakan
usaha untuk mengatasi under grazing dan over grazing dan tujuannya untuk
menggunakan padang penggembalaan pada saat hijauan masih muda dan bernilai gizi
tinggi serta memberikan waktu untuk tumbuh kembali (regrowth) bagi hijauan pakan.
11
pembuatan standing hay di daerah tropika sehingga bermanfaat pada musim kemarau
dan cara ini untuk memperbaiki padang penggembalaan alam supaya member
kesempatan tanaman berkembang baik. Hal ini sesuai pendapat Rusmadi (2007) yang
menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan bernilai
gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup untuk tumbuh kembali. Dan
ditambahkan oleh pendapat Junaidi dan Sawen (2010) menyatakan bahwa untuk
penggembalaan tersebut agar memberi kesempatan legume untuk tumbuh lebih baik
dan menambah jumlah dan jenis legume pada padang penggembalaan tersebut serta
mengatur waktu dan jumlah ternak yang digembalakan pada padang penggembalaan
tersebut.
12
produksi bahan kering hijauan rata-rata adalah 14,25 % BK / ha / tahun. Hasil analisis
dengan berat segar cuplikan sebesar 290 gram, hijauan tersedia 11,6 ton/ha, produksi
BK pada sampel pertama sebesar 13,25 % dan BK sampel kedua sebesar 15,1 % dan
Manggala cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdullah (2009) yang
menyatakan pada umumnya hijauan tanaman rumput produksinya dapat mencapai 5,5
– 9,5 ton BK/ha dengan bobot badan sapi sebesar 500 kg/ekor/tahun, dan satu ekor
sapi membutuhkan hijauan kering 2,3-3 % bobot badannya. Data tampung pada
harus mempunyai daya tamping menimal 2,5 UT/ha/tahun. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rusdin et al. (2009) yang menyatakan bahwa suatu padang penggembalaan
pertumbuhan tanaman, kerusakan lahan, keadaan variasi iklim, dan keadaan ekologi
padang penggembalaan.
55,4%
B = 7,2/52,2 x 100% = 13,8%
C = 16,08/52,2 x 100% = 30,8%
hasil bahwa komponen Brachiaria ruziensis 55,4% ,Pangola grass 13,8%, sedangkan
komponen Arachis pintoe sebesar 30,8%. Persentase rumput dan legum bila di bagi
14
yang lebih banyak di bandingkan dengan persentase legumnya. Hal ini sesuai dengan
penggembalaan yang baik adalah komposisi 60% rumput dan 40% leguminosa.
Adapun yang menyebabkan kualitas padang penggembalaan itu sendiri ada beberapa
faktor di antaranya iklim di daerah itu, kondisi tanah dan pemanfaatan untuk ternak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sawen (2011) menyatakan bahwa komposisi suatu
padangan tidak konstan, disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya
pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak. Produksi rumput
juga di pengaruhi oleh gulma, karena gulma bisa menjadi pesaing untuk mendapatkan
asupan nutrient sehingga mempengaruhi pertumbuhan rumput. Hal ini sesuai dengan
dengan tanaman lain, dalam hal ini dengan rumput dan legum pakan di padang
produksi rumput raja di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
segar mencapai 253,266 ton/ha/tahun dan produksi bahan kering mencapai 41,9
ton/ha serta daya tampung mencapai 285,06 UT untuk mengefisiensi jumlah hijauan
pakan yang tersedia. Produksi rumput raja dapat dikatakan cukup rendah karena
rumput raja mampu memproduksi bahan segar (BS) mencapai 1.076 ton/ha dan berat
kering mencapai 110 ton/ha. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rukmana (2005)
yang menyatakan bahwa rumput raja mampu berproduksi sebesar 1.076 ton/ha BS
atau 110 ton/ha BK. Rendahnya produktivitas suatu padang penggembalaan dapat
penggembalaan, dan iklim. Hal ini sesuai dengan penyataan Santoso (2010) yang
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPU-HPT) Baturraden yaitu jenis padang
penggembalaan semi alami atau yang sudah diperbaiki dan jenis padang
dan berpantang. Produksi bahan kering hijauan rata-rata pada rumput lapang
mencapai 14,25 % BK / ha / tahun dan estimasi daya tampung sebesar 7,76 UT/tahun.
Analisis komposisi botani terdiri atas komponene rumput sebesar 47,28%, gulma
3,14, dan komponen legum sebesar 49,29%. Produksi bahan segar rumput raja
4.2. Saran
yang dilaksanakan lebih diperjelaskan tentang materi yang sedang dilaksanakan agar
semua praktikan mengerti tentang tujuan dan manfaat praktikum menejemen padang
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Muhammad dan Diana Sawen. 2010. Keragaman Botanis dan Kapasitas
Tampung Padang Penggembalaan Alami Di Kabupaten Yapen. Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak FPPK UNIPA , Manokwari , Papua.
Prawiradiputra, B. R. 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata L.) R.M. King Dan H.
Robinson): Gulma Padang Rumput Yang Merugikan. Wartazoa. 17(1) : 46-
52.
Rusdin, M. I., Mustaring, Sri. P., Atik A. I. dan Sri U.D. 2009. Studi Potensi
Kawasan Lore Tengah Untuk Pengembangan Sapi Potong. Vol 2 (2) : 94–
103.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Rusmadi. 2007. Prospek Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Penajam Paser
Utara. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Epp. Vol.4. No.2
Saragih, E.W., dan N.K. Tero. 2009.PotensiTiga Padang Penggembalaan yang
Berbeda Di KabupatenManokwari. JurnalIlmuPeternakan. 4(2): 53-60.
Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sawen, D. dan M. Junaidi. 2011. Potensi Padang Penggembalaan Alam pada Dua
Kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner.
Wirdahayati R.B.I dan A. Bamualim. 2007. Produktivitas Ternak Sapi Lokal Pesisir
dan Daya Dukung Lahan Penggembalaan di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumatera Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
18
LAMPIRAN
Rumput Padang 1
75,5 10,5
BK = x x 100%
100 100
= 0,755 x 0,24 x 100%
= 0,158 x 100%
= 15,8%
21
Rumput Padang II
58,5 11,5
BK = x x 100%
100 100
= 0,585 x 0,23 x 100%
= 0,134 x 100%
= 13,4%
BK rata-rata = (13,4 % + 15,1 %)/2
= 14,25 %
= 2,94 ekor/ha/tahun
= 2,94UT
Estimasi Daya Tampung ternak = 2,94 x 4 ha
= 11,76 ekor/4ha/tahun
= 11,76 UT/tahun
22
Keterangan : berdasarkan hasil perhitungan vegetasi yang paling mendominasi adalah Arachis pintoe dengan 32%,
Brachiaria ruziensis 31%, Rumput lapang 18%, Pangola grass 14%, dan Putri malu sebesar 5%.
23
Lampiran 4. (Lanjutan)
Perhitungan:
a. Brachiaria ruziensis
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 4+ 4 + 8 + 2 + 5
= 23
(11 x 3) 2
4
=
1
24
Lampiran 4. (Lanjutan)
1089
4
=
1
= 272,5
DMIm
DMIr =
DMIm
272,5
=
1247,5
= 0,2
K = DNSr + Fr + DMIr
= 0,33 + 0,4 + 0,0,20
= 0,93
K
SDR =
3
0,93
=
3
= 0,31
b. Pangola grass
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 2+ 4 + 8 + 0 + 0
= 14
Lampiran 4. (Lanjutan)
14
=
70
= 0,2
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=3
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
3
=
13
= 0,2
(d1 x d2) 2
DMIm = 4
Luas plot
(5 x 1,5) 2
4
=
1
7,5
4
=
1
= 14,06
DMIm
DMIr =
DMIm
14,06
=
1247,5
= 0,02
K = DNSr + Fr + DMIr
26
Lampiran 4. (Lanjutan)
Lampiran 4. (Lanjutan)
(2 x 1,5) 2
4
=
1
9
4
=
1
= 2,25
DMIm
DMIr =
DMIm
2,25
=
1247,5
= 0,01
K = DNSr + Fr + DMIr
= 0,04 + 0,1 + 0,01
= 0,15
K
SDR =
3
0,15
=
3
= 0,05
d. Rumput lapang
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 0+ 0 + 0 +1 + 2
=3
Jumlah individu suatu jenis pada plot
DNSr =
Luas plot
28
Lampiran 4. (Lanjutan)
3
=
70
= 0,04
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=2
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
2
=
13
= 0,15
(d1 x d2) 2
DMIm = 4
Luas plot
(7 x 6) 2
4
=
1
1764
4
=
1
= 441
DMIm
DMIr =
DMIm
441
=
1247,5
= 0,35
K = DNSr + Fr + DMIr
29
Lampiran 4. (Lanjutan)
Lampiran 4. (Lanjutan)
(6,5x 7) 2
4
=
1
2070,25
4
=
1
= 517,56
DMIm
DMIr =
DMIm
517,6
=
1247,5
= 0,42
K = DNSr + Fr + DMIr
= 0,39 + 0,15 + 0,42
= 0,96
K
SDR =
3
0,96
=
3
= 0,32
31
= 2,75 kg
Jarak tanam = 60 x 60 = (60x60) + (60x60)
= 7200 cm2
Produksi/jarak tanam = 7200 cm2 = 2,75 kg
0,72 m2 = 2,75 kg
Produksi/j arak
Produksi/m2 =
Jarak tana m
2,75
=
0,72
= 3,82 kg/m2
Produksi/ha = Produksi kg/m2 x 10.000
= 3,82 kg/m2 x 10.000
= 38200 kg BS/ha
= 38,3 ton BS/ha
BB x 30 BK x 30 1
Produksi/tahun = x p x p
45 45 2
33
8 x 30 4 x 30 1
x p x p
= 45 45 2
8 x 30 4 x 30 1
= x 38200 x 38200
45 45 2
= (5,33 x 38200) + (2,6 x 19100 )
= 203606 + 49660
= 253266 kg BS/ha/tahun
= 253,266 ton BS/ha/tahun
Produksi BK/ha/tahun = % BK x Produksi/tahun
= 16,55 x 253266
= 41915,52 kg BK/ha/tahun
= 41,9 ton BK/ha/tahun
Konversi ke Bahan Kering
Berat segar = 11 kg
Berat segar sampel = 0,1 kg
Berat amplop I = 0,055 kg
Berat amplop II = 0,055 kg
Berat Keluar I = 0,0095 kg
Berat Keluar II = 0,0095 kg
Rata-rata berat amplop = (Berat Amplop I + Berat amplop II)/2
= (0,055 kg + 0,055 kg)/2
= 0,055 kg
Rata-rata Berat Keluar = (Berat Keluar I + Berat Keluar II)/2
= (0,0095 kg + 0,0095 kg)/2
= 0,0095 kg
Bahan Keluar
Bahan Kering = x 100%
Bahan Segar
34
0,0095 kg
= x 100%
0,1 kg
= 9,5 %
Konversi = 0,095 x 253266
= 240602,7kg BS/ha/tahun
Keterangan :
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada Farm Tegal Sari memiliki daya
Keterangan :
Klasifikasi menurut Oldeman
BB = > 200 mm
BL = < 100-200 mm
BK = > 100 mm
Catatan: Bulan lembab (BL) untuk perhitungan produksi rumput setaria dimasukan kedalam bulan basah, sehingga kota