Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi

dominan famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti

legum, dan tanaman lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang

penggembalaan terdiri atas padang penggembalaan alamyaitu dimana spesies

tumbuh-tumbuhan pakan ternak yang terdapat dalam golongan ini belum disebar atau

ditanam dan floranya relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia, padang

penggembalaan yang telah diperbaiki yaitu spesies-spesies hijauan pakan ternak

dalam golongan ini belum disebar atau ditanam tetapi komposisi botaninya telah

diubah dengan jalan mengatur penggembalaaan dengan seksama, padang

penggembalaan buatanyaitu dimana tanaman-tanaman pakan ternak dalam padangan

telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia,serta sistem pengembalaan

dengan irigasimerupakan jenispadangan yang biasanya terdapat di daerah sepanjang

sungai atau dekat sumber air.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui secara langsung macam-

macam padang penggembalaan, produktivitas suatu padang penggembalaan dengan

menganalisis komposisi botani, hubungan antara penguasaan sasaran tumbuh dengan

BK pakan dan estimasi produksi padang penggembalaan. Manfaat praktikum ini

adalah dapat membedakan macam sistem penggembalaan, mengetahui cara mengukur

produktivitas suatu lahan sehingga dapat membandingkan dengan literatur.


2

BAB II

MATERI DAN METODE

Praktikum managemen padang penggembalaan dilaksanakan pada hari Rabu

tangga 12 November 2014 di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan

Pakan Ternak (BBPU-HPT) Baturraden, Purwokerto dan Pengovenan Bahan kering

sampel pada Jum’at 15 November 2014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi

Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.

2.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum yaitu timbangan berfungsi untuk

menimbang sampel hijauan pakan ternak yang dipotong, sabit atau gunting digunakan

untuk memotong hijauan pakan ternak, penggaris atau pita ukur untuk menghitung

diameter tanaman, kayu atau bambu digunakan sebagai media pembuatan frame, rafia

atau kawat untuk mengeratkan kayu untuk dibuat frame, trashbag dan plastik sebagai

wadah hijauan yang telah dipotong, amplop coklat digunakan sebagai wadah pada

saat penghitungan BK sampel, serta alat tulis untuk mencatat hasil.

2.2. Metode

2.2.1. Macam-macam Padang Penggembalaan

Metode yang digunakan adalah menyiapakan alat tulis untuk mencatat

penjelasan dari pemandu. Mengamati berbagai macam padang penggembalaan yang


3

terdapat pada lapangan. Mencatat tanaman yang ada pada masing-masing padang

penggembalaan serta mencatat tahun berdiri perusahaan dan renovasinya.

2.2.2. Sistem Padang Penggembalaan

Metode yang digunakan adalah menyiapkan alat tulis untuk mencatat

penjelasan dari pemandu, kemudian mengamati berbagai macam sistem padang

penggembalaan yang terdapat pada lapangan. Mencatat jenis ternak yang digembala

yang ada pada masing-masing padang penggembalaan dan mencatat jumlah ternak

yang ada pada padang penggembalaan.

2.2.3. Produksi dan Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan

Metode yang digunakan adalah menyiapkan bujur sangkar dengan ukuran 1x1

m2, kemudian membuat petak cuplikan pertama secara acak. Mengambil cuplikan

kedua dengan cara melempar bujur sangkar ke arah depan, kanan atau kiri dari

cuplikan pertama. Menarik garis lurus dengan jarak 10 langkah dari petak pertama

dan mengulangnya sebanyak lima ulangan. Memotong semua hijauan pada petak

sedekat mungkin dengan tanah, lalu memasukkannya kedalam plastik dan

menimbangnya. Menghitung produksi dan daya tampung padang penggembalaan

dengan rumus sebagai berikut :


4

(y-1) s = r

Keterangan:

y = jumlah satuan luas tanah terkecil yang dibutuhkan seekor sapi/ha/tahun

s = periode merumput pada setiap satuan ternak

r = periode istirahat

2.2.4. Analisis Komposisis Botani

Metode yang digunakan adalah membuat bujur sangkar terlebih dahulu

menggunakan bambu. Membuat petak cuplikan pertama. Menentukannya secara acak

seluas 1m2 bujur sangkar atau lingkaran berdiameter 1 m. Mengamati dan mencatat

vegetasi yang ada dalam petak tersebut, mengukur coverage. Memotong hijauam

sedekat mungkin dengan tanah. Memotongan hijauan hanya dalam satu petak dan

selebihnya hanya mengamati vegetasinya saja. Mengambil cuplikan kedua dengan

cara melempar bujur sangkar ke arah depan, kanan atau kiri dari cuplikan pertama.

dan mengulanginya sama sampai ulangan 5 atau petak 5. Menimbang sampel

cuplikan masing- masing seberat 100 gr sebanyak dua, kemudian memasukkan

kedalam amplop yang telah ditimbang. Mengoven sampel selama 24 jam, setelah 24

jam mengeluarkan amplop dari oven. Menimbang berat sampel dengan amplop,

setelah itu menghitung Densitas (DNS), Densitas relatif, Frekuensi (F), Frekuensi

relatif, Dominasi (DMI), Dominasi relatif, Nilai Kepentingan (K) dan Space

Domination Ratio (SDR) dengan rumus sebagai berikut :


5

Jumlah individu suatu plot


a. Densitas (DNS) =
luas plot

Densitas suatu jenis


b. Densitas relatif = x 100%
Total densitas semua jenis

Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot


c. Frekuensi (F) =
luas plot

Frekuensi suatu jenis


d. Frekuensi relatif = x 100%
Total frekuensi semua jenis

 (d1 x d2) 2 
 
e. Dominasi (DMI) =
 4 
Luas plot
Dominasi suatu jenis
f. Dominasi relatif = x 100%
Total dominasi semua jenis

g. Nilai kepentingan (K) = Dens. Rel. + Frek. Rel. + Dom. Rel.

h. Space Dominan Ratio (SDR) = Nilai Kepentingan : 3

2.2.5. Produksi dan Daya Tampung Rumput Potong

Metode yang digunakan adalah memilih cuplikan secara acak. Memotong

empat rumpun rumput raja yang berjarak 60x60. Menimbang keseluruhan rumput

potong, setelah itu memotongnya. Menimbang sampel masing-masing 100 gr

sebanyak dua sampel memasukannya pada amplop. Setelah itu mengovennya selama

24 jam, setelah 24 jam mengeluarkan amplop dari oven. Menimbang berat sampel

dengan amplop, setelah itu menghitung PR (Produksi rumput potong). Menghitung

produksi rumput dengan menggunakan rumus:


6

 BB x 30   BK x 30 1 
PR = x p   x p
 45   45 2 

Keterangan:

PR = Produksi kumulatif per hektar per tahun

BB = Bulan Basah

BB x 30 = Jumlah hari musim hujan

BK = Bulan Kering

BK x 30 = Jumlah hari musim kering

46 & 46 = Interval Pemotongan

p = Produksi musim hujan sekali panen

p = Produksi musim kemarau sekali panen


7

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Profil BBPU-HPT Baturraden

Sekitar tahun 1950 pemerintah Daerah RI membangun peternakan sapi perah

didaerah Baturraden dan diresmikan pada tanggal 22 Juli 1953 dengan nama Induk

Taman Ternak Baturraden oleh Drs. Moh Hatta.dengan dukungan Gubernur Jawa

Tengah dan bantuan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) mulailah dilaksanakan

kegiatan dengan mengadakan perluasan lahan, mendistribusikan sapi perah di

wilayah Kabupaten Banyupas dan membangun sarana perusahaan yang sekarang

dipercayakan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah.

Pada tanggal 24 Mei 2013 sesuai dengan Permentan

(No.55/Permentan/OT.140/5/2013), berganti nama menjadi Balai Besar Pembibitan

Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPU-HPT) Baturraden. Lokasi BBPTU-

HPT Baturraden berada dilereng kaki Gunung Slamet sisi arah Selatan denan

temperature ± 18 - 30º, kelembaban anatara 70 – 80%, dan curah hujan yang cukup

tinggi yaitu 3.000 – 3.500 mm/th. Menurut Rukmana (2005) mengatakan bahwa

ketersediaan air yang cukup, membantu tanam pakan untuk tumbuh dan berproduksi

dengan baik, dengan produksi tanaman pakan yang baik akan memperbaiki mutu dan

produksi ternak. Hijauan pakan yang dibudidayakan di BBPU-HPT Baturraden

adalah jenis rumput seperti rumput gajah, rumput raja, Brachiaria decumbens,
8

Setaria selandia Green panix, Setaria spacelata, , rumput mexsico dan rumput lapang

serta jenis legume seperti Arachis pintoi, gamal, lamtoro,alfalfa supaya dapat

memenuhi kebutuhan ternak. Menurut Basya (2008) mengatakan bahwa hijauan

dipadang penggembalaan disamping rumput-rumputan yang ada harus ditanami

leguminosa agar kualitas hijauan lebih tinggi. Wilayah BPPTU-PHT Baturraden

meliputi 4 (empat) area, keempat area tersebut berada yaitu : (a) area Farm Tegalsari;

(b) area Farm Lipakuwus; (c) area Munggangsari dan (d) area Farm Manggala.

3.2. Macam-Macam Padang Penggembalaan

Berdasarkan vegetasinya padang penggembalaan di BBPTU sapi perah

Baturraden digolongkan dalam beberapamacam diantaranya :

Tabel 1. Macam-Macam Padang Penggembalaan.


No. Nama Padang Jenis Tanaman Berapa Berapa Kali
Penggembalaan Tahun Direnovasi
Diusahakan
1. Tegal sari -Brachiaria decumbens 1950 2 kali
(padang -Rumput Bebe (dengan
penggembalaan -Rumput Lapang penambahan
semi alami) tanaman)

2. Lipakuwus -Brachiaria decumbens 1950 2 kali


(padang -Rumput Lapang
penggembalaan
buatan)

3. Manggala -Brachiaria decumbens 2012 1 kali


(padang -Star Grass
penggembalaan -Ruput Setaria
buatan)
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
9

Berdasarkan hasil wawancara dalam praktikum dengan materi macam-macam

padang penggembalaan diketahui bahwa jenis padang penggembalaan di BBPTU

sapi perah Baturraden terdapat beberapa macam padang penggembalaan yang

diantaranya padang penggembalaan buatan yang terdapat di Manggala, Munggang

sari, serta di Lipakuwes. Jenis padang penggembalaan buatan adalah seperti padang

rumput buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau

ditanam. Menurut Rusmadi (2007) Sistem pertanaman campuran antara rumput dan

leguminosa, keuntungannya dibandingkan sistem pertanaman murni, yaitu :

leguminosa ditanam bersama rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput

tersebut, karena leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur)

dibandingkan dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada penggembalaan.

Selain jenis penggembalaan buatan juga terdapat jenis penggembalaan yang sudah

diperbaiki yang terdapat di Tegalsari. Pada jenis padang penggembalaan seperti ini,

hijauan hijauan makanan ternak dalam padang penggembalaan masih murni atau

belum ditanami manusia, tetap komposisi botaninya telah diubah, misalnya dengan

pemotongan. Menurut Wirdahayati dan Bamualim (2007) upaya perbaikan dan

pemeliharaan padang penggembalaan perlu untuk mengurangi tekanan penggunaan

yang eksesif dan memadai sebagai areal penggembalaan, sehingga dapat mendukung

pertumbuhan ternak yang optimal/memadai.


10

3.3. Sistem Penggembalaan Ternak

Berdasarkan hasil praktikum manajemen padang penggembalaan dengan

acara sistem penggembalaan ternak di peroleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Macam-macam Sistem Penggembalaan.


No Macam Sistem Penggembalaan Jenis Ternak yang Jumlah Ternak yang
Digembalakan Digembalakan
1. Manggala (berpantang) Sapi perah PFH : dara 250
dan laktasi
2. Tegalsari (bergilir) Sapi perah PFH : 480
pedet, dara , laktasi
3. Lipakuwus (bergilir) Sapi perah PFH : 470
pedet, dara , laktasi
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh hasil bahwa sistem penggembalaan

yang diterapkan di padang penggembalaan (BBPU-HPT) Baturraden adalah sistem

penggembalaan bergilir dan berpantang. Pada padang penggembalaan Manggala

merupakan sistem penggembalaan berpantang dan ternak yang digembalakan adalah

sapi perah PFH yaitu sapi dara dan laktasi yang jumlahnya sebesar 250 ekor

sedangkan pada Tegalsari merupakan sistem penggembalaan bergilir dan ternak yang

digembalakan adalah sapi perah PFH yaitu pedet, dara, dan laktasi dengan jumlah

480 ekor. Serta pada Limpakuwus ternak merupakan sistem penggembalaan bergilir

dan yang digembalakan adalah sapi perah PFH yang terdiri dari pedet, dara dan

laktasi yang jumlahnya sebesar 470 ekor. Sistem penggembalaan bergilir merupakan

usaha untuk mengatasi under grazing dan over grazing dan tujuannya untuk

menggunakan padang penggembalaan pada saat hijauan masih muda dan bernilai gizi

tinggi serta memberikan waktu untuk tumbuh kembali (regrowth) bagi hijauan pakan.
11

Sedangkan penggembalaan berpantang yaitu dengan menyisihkan dan

mengistirahatkan padang penggembalaan untuk fase berikutnya. Biasanya dengan

pembuatan standing hay di daerah tropika sehingga bermanfaat pada musim kemarau

dan cara ini untuk memperbaiki padang penggembalaan alam supaya member

kesempatan tanaman berkembang baik. Hal ini sesuai pendapat Rusmadi (2007) yang

menyatakan bahwa penggembalaan bergilir, dimana padang penggembalaan dibagi

dalam beberapa petakan, tujuan cara penggembalaan bergilir adalah untuk

menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan bernilai

gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup untuk tumbuh kembali. Dan

ditambahkan oleh pendapat Junaidi dan Sawen (2010) menyatakan bahwa untuk

memperbaiki padang penggembalaan dengan mengistirahatkan padang

penggembalaan tersebut agar memberi kesempatan legume untuk tumbuh lebih baik

dan menambah jumlah dan jenis legume pada padang penggembalaan tersebut serta

mengatur waktu dan jumlah ternak yang digembalakan pada padang penggembalaan

tersebut.
12

3.4. Produksi dan Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan

Berdasarkan hasil praktikum manajemen padang penggembalaan dengan

acara sistem penggembalaan ternak di peroleh data sebagai berikut :

Tabel 3. Perhitungan Produksi dan Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan.


Daya Tampung Daya Tampung Hijauan Estimasi Daya
Berat Bahan Kering (%) Tersedia (ton/ha) Tampung
Segar (gr) (UT/tahun)

290 14,25 11,6 7,76

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa

produksi bahan kering hijauan rata-rata adalah 14,25 % BK / ha / tahun. Hasil analisis

tersebut menggunakan sampel rumput yang ada di lapangan sebanyak 4 rumpun

dengan berat segar cuplikan sebesar 290 gram, hijauan tersedia 11,6 ton/ha, produksi

BK pada sampel pertama sebesar 13,25 % dan BK sampel kedua sebesar 15,1 % dan

estimasi daya tampung sebesar 7,76 UT/tahun. Hasil perhitungan menunjukkan

bahwa produksi hijauan di padang penggembalaan Tegal Sari, Lipakuwus dan

Manggala cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdullah (2009) yang

menyatakan pada umumnya hijauan tanaman rumput produksinya dapat mencapai 5,5

– 9,5 ton BK/ha dengan bobot badan sapi sebesar 500 kg/ekor/tahun, dan satu ekor

sapi membutuhkan hijauan kering 2,3-3 % bobot badannya. Data tampung pada

padang penggembalaan BBPU-HPT Baturraden dapa di katakana tinggi atau

produktif karena untuk dapat dinyatakan prouktif, suatu padang penggembalaan


13

harus mempunyai daya tamping menimal 2,5 UT/ha/tahun. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rusdin et al. (2009) yang menyatakan bahwa suatu padang penggembalaan

dinyatakan produktif apabila minimal mempunyai daya tampung 2,5 UT/ha/tahun.

Ditambahkan oleh Santoso (2010) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas rumput adalah kemiringan lahan, kecepatan

pertumbuhan tanaman, kerusakan lahan, keadaan variasi iklim, dan keadaan ekologi

padang penggembalaan.

3.5. Analisis Komposisi Botani

Berdasarkan hasil praktikum manajemen padang penggembalaan dengan

acara sistem penggembalaan ternak di peroleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Analisis Komposisi Botani Metode Dry Weight Rank.


Persentase (%)
Jenis Tanaman
Hasil Praktikum Literatur
Brachiaria ruziensis 55,4* 66,625**
Pangola grass 13,8* 16,495**
Arachis pintoe 30,8* 16,885**
Sumber : * Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014
** Saragih dan Tero, 2009

55,4%
B = 7,2/52,2 x 100% = 13,8%
C = 16,08/52,2 x 100% = 30,8%

Berdasarkan praktikum dengan materi analisis komposisi botani diperoleh

hasil bahwa komponen Brachiaria ruziensis 55,4% ,Pangola grass 13,8%, sedangkan

komponen Arachis pintoe sebesar 30,8%. Persentase rumput dan legum bila di bagi
14

perbandingan di peroleh hasil 7 : 3. Padang penggembalaan ini termasuk pada

kualitas yang baik, di karenakan persentase legum lebih sedikit di bandingkan

prosentase rumput. Padang penggembalaan yang baik memiliki persentase rumput

yang lebih banyak di bandingkan dengan persentase legumnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Saragih (2009) menyatakan bahwa kondisi optimum suatu padang

penggembalaan yang baik adalah komposisi 60% rumput dan 40% leguminosa.

Adapun yang menyebabkan kualitas padang penggembalaan itu sendiri ada beberapa

faktor di antaranya iklim di daerah itu, kondisi tanah dan pemanfaatan untuk ternak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sawen (2011) menyatakan bahwa komposisi suatu

padangan tidak konstan, disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya

pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak. Produksi rumput

juga di pengaruhi oleh gulma, karena gulma bisa menjadi pesaing untuk mendapatkan

asupan nutrient sehingga mempengaruhi pertumbuhan rumput. Hal ini sesuai dengan

pendapat Prawiradwiputra (2007) bahwa gulma dapat menimbulkan persaingan

dengan tanaman lain, dalam hal ini dengan rumput dan legum pakan di padang

penggembalaan, sehingga mengurangi produktivitas padang penggembalaan.

3.6. Menghitung Produksi Rumput Potong dengan Cuplikan

Berdasarkan hasil praktikum manajemen padang penggembalaan dengan

acara sistem penggembalaan ternak di peroleh data sebagai berikut :

Tabel 5. Perhitungan Produksi, Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan, dan


Evaluasi Kecukupan Kebutuhan Ternak.
15

Produksi Berat Segar Produksi Bahan Kering Konversi


(ton BS/ha/tahun) (ton BK/ha/tahun) Produksi Rumput Raja
(ton/ha)

253,266 41,9 24,06

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dulaksanakan diperoleh hasil bahwa

produksi rumput raja di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan

Ternak (BBPU-HPT) Baturraden mencapai 24,06 ton/ha dengan produksi bahan

segar mencapai 253,266 ton/ha/tahun dan produksi bahan kering mencapai 41,9

ton/ha serta daya tampung mencapai 285,06 UT untuk mengefisiensi jumlah hijauan

pakan yang tersedia. Produksi rumput raja dapat dikatakan cukup rendah karena

rumput raja mampu memproduksi bahan segar (BS) mencapai 1.076 ton/ha dan berat

kering mencapai 110 ton/ha. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rukmana (2005)

yang menyatakan bahwa rumput raja mampu berproduksi sebesar 1.076 ton/ha BS

atau 110 ton/ha BK. Rendahnya produktivitas suatu padang penggembalaan dapat

disebabkan oleh kemiringan lahan, kerusakan lahan, keadaan ekologi padang

penggembalaan, dan iklim. Hal ini sesuai dengan penyataan Santoso (2010) yang

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput adalah

kemiringan lahan, kecepatan pertumbuhan tanaman, kerusakan lahan, keadaan variasi

iklim, dan keadaan ekologi padang penggembalaan.


16

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

macam padang penggembalaan yang terdapat di Balai Besar Pembibitan Ternak

Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPU-HPT) Baturraden yaitu jenis padang

penggembalaan semi alami atau yang sudah diperbaiki dan jenis padang

penggembalaan buatan. Sistem padang penggembalaanya keseluruhan secara bergilir

dan berpantang. Produksi bahan kering hijauan rata-rata pada rumput lapang

mencapai 14,25 % BK / ha / tahun dan estimasi daya tampung sebesar 7,76 UT/tahun.

Analisis komposisi botani terdiri atas komponene rumput sebesar 47,28%, gulma

3,14, dan komponen legum sebesar 49,29%. Produksi bahan segar rumput raja

mencapai 24,06 ton/ha serta BBPU-HPT Baturraden memerlukan 285,06 UT.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum manajemen padang penggembalaan adalah praktikum

yang dilaksanakan lebih diperjelaskan tentang materi yang sedang dilaksanakan agar

semua praktikan mengerti tentang tujuan dan manfaat praktikum menejemen padang

penggembalaan yang sebenarnya.


17

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. 2009. Pola Pertumbuhan Rumput Signal (Brachiaria humidicola


(Rendle) Schweick) pada Padang Penggembalaan dengan Aplikasi Sumber
Nutrien Berbeda. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Basya, S. 2008. Penggemukan Sapi(Edisi Revisi). Panebas Swadaya. Jakarta

Junaidi, Muhammad dan Diana Sawen. 2010. Keragaman Botanis dan Kapasitas
Tampung Padang Penggembalaan Alami Di Kabupaten Yapen. Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak FPPK UNIPA , Manokwari , Papua.
Prawiradiputra, B. R. 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata L.) R.M. King Dan H.
Robinson): Gulma Padang Rumput Yang Merugikan. Wartazoa. 17(1) : 46-
52.
Rusdin, M. I., Mustaring, Sri. P., Atik A. I. dan Sri U.D. 2009. Studi Potensi
Kawasan Lore Tengah Untuk Pengembangan Sapi Potong. Vol 2 (2) : 94–
103.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Rusmadi. 2007. Prospek Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Penajam Paser
Utara. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Epp. Vol.4. No.2
Saragih, E.W., dan N.K. Tero. 2009.PotensiTiga Padang Penggembalaan yang
Berbeda Di KabupatenManokwari. JurnalIlmuPeternakan. 4(2): 53-60.
Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sawen, D. dan M. Junaidi. 2011. Potensi Padang Penggembalaan Alam pada Dua
Kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner.
Wirdahayati R.B.I dan A. Bamualim. 2007. Produktivitas Ternak Sapi Lokal Pesisir
dan Daya Dukung Lahan Penggembalaan di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumatera Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Macam-macam Padang Penggembalaan

Tabel 6. Macam-Macam Padang Penggembalaan.


No. Nama Padang Jenis Tanaman Berapa Berapa Kali
Penggembalaan Tahun Direnovasi
Diusahakan
1. Tegal sari - Brachiaria decumbens 1950 1 kali
(padang -Rumput Bebe (dengan
penggembalaan -Rumput Lapang penambahan
buatan) tanaman)

2. Lipakuwus -Brachiaria decumbens 1950 1 kali


(padang -Rumput Lapang
penggembalaan
buatan)

3. Manggala -Brachiaria decumbens 2012 1 kali


(padang -Star Grass
penggembalaan -Ruput Setaria
buatan)
Sumber : Data Primer Praktikum Menejemen Padang Penggembalaan, 2014
19

Lampiran 2. Sistem Padang Penggembalaan

Tabel 7. Macam-macam Sistem Penggembalaan.


No Macam Sistem Penggembalaan Jenis Ternak yang Jumlah Ternak yang
Digembalakan Digembalakan
1. Manggala (berpantang) Sapi perah PFH : dara 250
dan laktasi
2. Tegalsari (bergilir) Sapi perah PFH : 480
pedet, dara , laktasi
3. Lipakuwus (bergilir) Sapi perah PFH : 470
pedet, dara , laktasi
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
20

Lampiran 3. Mengestimasi Daya Tampung Dengan Cuplikan

Tabel 8. Perhitungan Produksi dan Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan.


Daya Tampung Daya Tampung Hijauan Estimasi Daya
Berat Bahan Kering (%) Tersedia (ton/ha) Tampung
Segar (gr) (UT/tahun)

290 14,25 11,6 7,76

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

Perhitungan Daya Tampung dengan Cuplikan :


Produksi Hijauan Segar = 290 gram
Profer Use Faktor (PUF) = 40%
Rata-rata Bobot Badan (BB) Sapi = 350 Kg
Konsumsi kebutuhan pakan sapi = 10% BB
= 10% x 350 Kg
= 35 Kg
Hijauan Tersedia = PUF x Prod. Hijauan Segar
= 40 x 290 gram/m2
= 11.600 Kg/ha
Perhitungan BK
Bobot sekarang (layu) Bobot setelah oven
BK = x x 100%
Bobot awal Sampel masuk

Rumput Padang 1
75,5 10,5
BK = x x 100%
100 100
= 0,755 x 0,24 x 100%
= 0,158 x 100%
= 15,8%
21

Rumput Padang II
58,5 11,5
BK = x x 100%
100 100
= 0,585 x 0,23 x 100%
= 0,134 x 100%
= 13,4%
BK rata-rata = (13,4 % + 15,1 %)/2
= 14,25 %

Konsumsi kebutuha pakan


Kebutuhan lahan / bulan = x 30 hari
Hijauan te rsedia
35 Kg
= x 30 hari
11.600
= 0,09 ha/ekor
Periode Istirahat (r) = 12 minggu => 84 hari
Rumus = (y-1) s = r
(y-1) 30 = 84
30y = 114
y = 3,8
Kebutuhan luas lahan/tahun = y x kebutuhan bahan/bulan
= 3,8 x 0,09 ha/ekor/tahun
= 0,34 ha/ekor/tahun
1
Estimasi daya tampung (UT) = ekor/ha/tahun
0,34

= 2,94 ekor/ha/tahun
= 2,94UT
Estimasi Daya Tampung ternak = 2,94 x 4 ha
= 11,76 ekor/4ha/tahun
= 11,76 UT/tahun
22

Lampiran 4. Analisis Komposisi Botani Metode Bujur Sangkar.

Tabel 9. Analisis Botani Padang Penggembalaan Metode Kuadrat Bujur Sangkar/Lingkaran

.No. Nama Vegetasi Coverage Ulangan DNS F DMI


d1 x d2 1 2 3 4 5 m r m R m r K SDR
1. Brachiaria ruziensis 11 x 3 4 4 8 2 5 23 0,33 5 0,4 272,25 0,20 0,93 0,31
2. Pangola grass 5 x 1,5 2 4 8 - - 14 0,2 3 0,2 14,06 0,02 0,42 0,14
3. Putri malu 2 x 1,5 3 - - - - 3 0,04 1 0,1 2,25 0,01 0,15 0,05
4. Rumput lapang 7x6 - - - 1 2 3 0,04 2 0,15 441 0,35 0,54 0,18
5. Arachis pintoe 6,5 x 7 - - - 21 6 27 0,37 2 0,15 517,56 0,42 0,96 0,32

Jumlah 70 1,00 13 1,00 1247,12 1,00 3,00 1,00

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

Keterangan : berdasarkan hasil perhitungan vegetasi yang paling mendominasi adalah Arachis pintoe dengan 32%,
Brachiaria ruziensis 31%, Rumput lapang 18%, Pangola grass 14%, dan Putri malu sebesar 5%.
23

Lampiran 4. (Lanjutan)
Perhitungan:
a. Brachiaria ruziensis
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 4+ 4 + 8 + 2 + 5
= 23

Jumlah individu suatu jenis pada plot


DNSr =
Luas plot
23
=
70
= 0,33
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=5
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
5
=
13
= 0,4
 (d1 x d2) 2 
 
DMIm =
 4 
Luas plot

 (11 x 3) 2 
 
 4 
=
1
24

Lampiran 4. (Lanjutan)

1089 
 4 
 
=
1
= 272,5
DMIm
DMIr =
 DMIm
272,5
=
1247,5
= 0,2
K = DNSr + Fr + DMIr
= 0,33 + 0,4 + 0,0,20
= 0,93
K
SDR =
3
0,93
=
3
= 0,31

b. Pangola grass
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 2+ 4 + 8 + 0 + 0
= 14

Jumlah individu suatu jenis pada plot


DNSr =
Luas plot
25

Lampiran 4. (Lanjutan)

14
=
70
= 0,2
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=3
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
3
=
13
= 0,2
 (d1 x d2) 2 
 
DMIm =  4 
Luas plot

 (5 x 1,5) 2 
 
 4 
=
1
 7,5 
 4 
 
=
1
= 14,06
DMIm
DMIr =
 DMIm
14,06
=
1247,5
= 0,02
K = DNSr + Fr + DMIr
26

Lampiran 4. (Lanjutan)

= 0,2 + 0,2 + 0,02


= 0,42
K
SDR =
3
0,42
=
3
= 0,14
c. Putri malu
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
=3+0+0+0+0
=3

Jumlah individu suatu jenis pada plot


DNSr =
Luas plot
3
=
70
= 0,04
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=1
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
1
=
13
= 0,1
 (d1 x d2) 2 
 
DMIm =
 4 
Luas plot
27

Lampiran 4. (Lanjutan)

 (2 x 1,5) 2 
 
 4 
=
1
9
4
 
=
1
= 2,25
DMIm
DMIr =
 DMIm
2,25
=
1247,5
= 0,01
K = DNSr + Fr + DMIr
= 0,04 + 0,1 + 0,01
= 0,15
K
SDR =
3
0,15
=
3
= 0,05
d. Rumput lapang
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 0+ 0 + 0 +1 + 2
=3
Jumlah individu suatu jenis pada plot
DNSr =
Luas plot
28

Lampiran 4. (Lanjutan)

3
=
70
= 0,04
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=2
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
2
=
13
= 0,15
 (d1 x d2) 2 
 
DMIm =  4 
Luas plot

 (7 x 6) 2 
 
 4 
=
1
1764 
 4 
 
=
1
= 441

DMIm
DMIr =
 DMIm
441
=
1247,5
= 0,35
K = DNSr + Fr + DMIr
29

Lampiran 4. (Lanjutan)

= 0,04 + 0,15 + 0,35


= 0,54
K
SDR =
3
0,54
=
3
= 0,18
e. Arachis pintoe
DNSm = Jumlah individu suatu jenis pada plot
= 0+ 0 + 0 + 21 + 6
= 27
Jumlah individu suatu jenis pada plot
DNSr =
Luas plot
27
=
70
= 0,39
Fm = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
=2
Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
Fr =
Luas plot
2
=
13
= 0,15
 (d1 x d2) 2 
 
DMIm =
 4 
Luas plot
30

Lampiran 4. (Lanjutan)

 (6,5x 7) 2 
 
 4 
=
1
 2070,25 
 4 
=  
1
= 517,56
DMIm
DMIr =
 DMIm
517,6
=
1247,5
= 0,42
K = DNSr + Fr + DMIr
= 0,39 + 0,15 + 0,42
= 0,96
K
SDR =
3
0,96
=
3
= 0,32
31

Lampiran 5. Analisis Komposisi Botani Metode Dry Weight Rank

Tabel 10. Analisis Komposisi Botani Metode Dry Weight Rank.


Rank
No. Plot
I II III
1 A B -
2 A B -
3 A B -
4 C A -
5 C A -
Komponen
A 3 2 -
B - 3 -
C 2 - -
Jumlah 5 5 -
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
Keterangan : A. Brachiaria ruziensis
B. Pangola grass
C. Arachis pintoe
Perhitungan :
A = ( 3 x 8,04 ) + ( 2 x 2,4 ) = 28,92
B = ( 3 x 2,4 ) = 7.2
C = ( 2 x 8,04 ) = 16,08
Persentase :
A + B + C = 28,92 + 7,2 + 16,08 = 52,2
A = 28,92/52.2 x 100% = 55,4%
B = 7,2/52,2 x 100% = 13,8%
C = 16,08/52,2 x 100% = 30,8%
32

Lampiran 6. Menghitung Produksi Rumput Potong Dengan Cuplikan .

Tabel 11. Perhitungan Produksi, Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan.


Produksi Berat Segar Produksi Bahan Kering Konversi
(ton BS/ha/tahun) (ton BK/ha/tahun) Produksi Rumput Raja
(ton/ha)

253,266 41,9 24,06

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

Produksi Rumput Potong


∑ berat cuplikan = 11 kg
11
Rata rata cuplikan = 4

= 2,75 kg
Jarak tanam = 60 x 60 = (60x60) + (60x60)
= 7200 cm2
Produksi/jarak tanam = 7200 cm2 = 2,75 kg
0,72 m2 = 2,75 kg
Produksi/j arak
Produksi/m2 =
Jarak tana m
2,75
=
0,72
= 3,82 kg/m2
Produksi/ha = Produksi kg/m2 x 10.000
= 3,82 kg/m2 x 10.000
= 38200 kg BS/ha
= 38,3 ton BS/ha
 BB x 30   BK x 30 1 
Produksi/tahun = x p   x p
 45   45 2 
33

 8 x 30   4 x 30 1 
 x p   x p
=  45   45 2 

 8 x 30   4 x 30 1 
= x 38200    x 38200 
 45   45 2 
= (5,33 x 38200) + (2,6 x 19100 )
= 203606 + 49660
= 253266 kg BS/ha/tahun
= 253,266 ton BS/ha/tahun
Produksi BK/ha/tahun = % BK x Produksi/tahun
= 16,55 x 253266
= 41915,52 kg BK/ha/tahun
= 41,9 ton BK/ha/tahun
Konversi ke Bahan Kering
Berat segar = 11 kg
Berat segar sampel = 0,1 kg
Berat amplop I = 0,055 kg
Berat amplop II = 0,055 kg
Berat Keluar I = 0,0095 kg
Berat Keluar II = 0,0095 kg
Rata-rata berat amplop = (Berat Amplop I + Berat amplop II)/2
= (0,055 kg + 0,055 kg)/2
= 0,055 kg
Rata-rata Berat Keluar = (Berat Keluar I + Berat Keluar II)/2
= (0,0095 kg + 0,0095 kg)/2
= 0,0095 kg

Bahan Keluar
Bahan Kering = x 100%
Bahan Segar
34

0,0095 kg
= x 100%
0,1 kg
= 9,5 %
Konversi = 0,095 x 253266
= 240602,7kg BS/ha/tahun

Evaluasi Kecukupan Kebutuhan Ternak

PR (Produksi hijauan) kg BK/Luas lahan/tahu n


CC (Carring Capacity) =
Kebutuhan Ternak (3% x 60% x 350 x 365)
41.900
=
2.299,5
= 18.22 UT
Daya Tampung Lahan = 18,22 x luas lahan
= 18,22 x 15 ha
= 273,3 UT
35

Lampiran 7. Evaluasi Daya Tampung

Tabel 12. Evaluasi Daya Tampung


Daya tampung/ha Luas lahan Total
Rumput gembala 2,94 4 ha 11,76
Rumput potong 18,22 15 ha 273,3
Jumlah 285,06 UT
Sumber : Data Primer Praktikum Menejemen Padang Penggembalaan, 2014.

Keterangan :

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada Farm Tegal Sari memiliki daya

tampung memiliki daya tampung sebesar 285,06 UT.


36

Lampiran 8. Data Curah Hujan

Tabel 12. Data Curah Hujan di Baturraden.


Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata- Ket
............................................................(mm)......................................................... rata
.
Jan 329 300 165 593 64 514 1038 356 375 714 * 444,8 BB
Feb 580 318 179 462 150 419 479 253 290 327 * 345,7 BB
Mar 254 422 219 233 140 397 175 325 294 206 * 266,5 BB
Apr 180 47 299 217 114 214 189 267 310 187 * 195,4 BL
Mei 90 56 13 112 24 76 316 496 175 0 * 135,7 BL
Juni 7 10 187 7 28 0 189 103 20 66 * 61,7 BK
Juli 0 10 103 0 12 0 17 34 22 8 * 20,6 BK
Ags 0 0 100 0 0 0 0 92 0 0 * 19,2 BK
Sep 0 17 50 0 0 0 91 278 137 6 * 57,9 BK
Okt 61 8 243 0 64 314 70 237 137 86 * 122 BL
Nov 98 32 177 100 276 278 215 228 227 287 * 191,8 BL
Des 284 119 481 114 426 330 333 227 429 399 * 314,2 BB
Sumber : Data Primer Praktikum Menejemen Padang Penggembalaan, 2014.

Keterangan :
Klasifikasi menurut Oldeman
BB = > 200 mm
BL = < 100-200 mm
BK = > 100 mm

Catatan: Bulan lembab (BL) untuk perhitungan produksi rumput setaria dimasukan kedalam bulan basah, sehingga kota

Semarang mempunyai 8 bulan basah (BB) dan 4 bulan kering (BK).

Anda mungkin juga menyukai