Kelompok 9
Tbgs12daffa@apps.ipb.ac.id
ABSTRAK
Kawasan perkotaan yang semakin padat menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan khususnya udara. Potensi peningkatan pencemaran udara yang
terjadi di perkotaan tersebut dapat diukur dengan menggunakan agen bioindikator
alami seperti kupu-kupu dan liken. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
kelimpahan jenis kupu-kupu dan liken di GWW dan Taman Inovasi serta kaitannya
dengan kualitas lingkungan. Penelitian dilakukan pada 17 Februari 2023
menggunakan metode transek jalur dengan panjang dan lebar jalur pengamatan
sebesar 100 m dan 20 m, kemudian melakukan pengamatan spesies lichen dan
kupu-kupu. Hasil menunjukkan kelimpahan tertinggi terdapat pada jenis Bicylus
vulgaris dan Ypthima philomela sebesar 40% dengan nilai kekayaan jenis kupu-
kupu sebesar 1,24. Keanekaragaman kupu-kupu yang rendah dipengaruhi oleh
dekatnya jarak lokasi pengamatan dengan sumber polusi dan tegakan pohon yang
minim serta rendahnya jumlah tumbuhan sumber pakan kupu-kupu. Jenis liken
yang ditemukan di lokasi diantaranya tipe morfologi Crustose seperti Rhizocarpon
geographicum dan Haematomma persooni dengan persentase 54,16% menghadap
ke lokasi tercemar dan 65,41% menghadap ke lokasi yang tidak tercemar serta liken
jenis Pseudocyphellaria rainierensi dan Xanthoparmelia coloradoensis pada tipe
morfologi Foliose dengan persentase 45,85% menghadap ke lokasi tercemar dan
34,59% menghadap ke lokasi yang tidak tercemar. Keberadaan liken sebagai
bioindikator kualitas udara menunjukkan bahwa liken yang ditemukan sebagian
besar berada pada pohon yang membelakangi sumber pencemar dibandingkan
dengan pohon yang menghadap sumber pencemar, ditandai dengan jumlahnya yang
banyak, berukuran besar, dan hampir menutupi seluruh bagian pohon. Jumlah
perjumpaan liken ini dipengaruhi oleh sumber pencemar yang sebagian besar
merupakan polutan dari senyawa kendaraan bermotor.
Kata kunci: pencemaran, bioindikator, liken, kupu-kupu
ABSTRACT
Increasingly dense urban areas cause a decrease in environmental quality,
especially air. The potential increase in air pollution in urban areas can be
measured using natural bioindicator agents such as butterflies and lichens. This
1
study aims to identify the abundance of butterfly and lichen species in GWW and
Innovation Parks and their relation to environmental quality. The research was
conducted on February 17, 2023, using the line transect method with a length and
width of the observation path of 100 m and 20 m, then observing lichen and butterfly
species. The results showed that the highest abundance was in the species Bicylus
vulgaris and Ypthima philomela by 40%, with a species richness value of 1.24 for
butterflies. The low diversity of butterflies was influenced by the proximity of the
observation location to the source of pollution, minimal tree stands, and the low
number of plants for feeding the butterflies. Lichen types found at the location
included Crustose morphology types such as Rhizocarpon geographicum and
Haematomma personii, with a percentage of 54.16% facing polluted locations and
65.41% facing unpolluted locations as well as lichen types Pseudocyphellaria
rainierensi and Xanthoparmelia coloradoensis on the Foliose morphology type
with the percentage of 45.85% facing polluted locations and 34.59% facing
unpolluted locations. The existence of lichen as a bioindicator of air quality shows
that the lichen found was mostly in trees facing away from the pollutant source
compared to trees facing the pollutant source, characterized by their large number,
large size, and almost covering all parts of the tree. The number of lichen
encounters is influenced by pollutant sources, most of which are pollutants from
motor vehicle compounds.
Keywords: pollution, bioindicator, lichen, butterfly
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
1. Mengidentifikasi kelimpahan, keanekaragaman, dan kekayaan jenis kupu
kupu di area GWW dan Taman Inovasi
2
2. Mengidentifikasi keterkaitan hubungan antara keanekaragaman dan
populasi kupu-kupu terhadap kualitas lingkungan di area GWW dan
Taman Inovasi
3. Mengidentifikasi lichen berdasarkan tipe morfologi di area GWW dan
Taman Inovasi
4. mengidentifikasi frekuensi perjumpaan berdasarkan jenis lichen dan tipe
morfologi di di area GWW dan Taman Inovasi
5. membandingkan individu lichen yang hidup pada kulit pohon menghadap
sumber pencemar dengan membelakangi sumber pencemar
METODE PENELITIAN
B. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode transek jalur
dengan panjang dan lebar jalur pengamatan sebesar 100 m dan 20 m. Setelah
itu, dilakukan pengamatan spesies lichen pada 25 individu pohon dan
pengambilan data kupu-kupu di sepanjang jalur transek.
C. Analisis Data
1. Kelimpahan Relatif
Kelimpahan relatif merupakan proporsi yang direpresentasikan oleh
masing-masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas (Campbell
et al. 2010). Data kupu-kupu dianalisis dengan menggunakan rumus berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 (𝑛𝑖)
IKR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑁) 𝑥100%
2. Keanekaragaman Jenis
3. Kekayaan Jenis
3
Analisis tingkat kekayaan jenis kupu-kupu dihitung dengan
Indeks Kekayaan (R) menggunakan rumus berikut:
𝑆−1
R = 𝐿𝑛 𝑁
Nilai Indeks Kekayaan jenis digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi
(R>4), sedang (2.5<R<4), dan rendah (R<2.5).
Data jenis lichen yang diambil merupakan sampel yang berasal dari pohon
yang menghadap sumber pencemar dan membelakangi sumber pencemar.
Analisis data lichen dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Junonia iphita
40%
Faunis gracilis
40%
4
Keanekaragaman jenis kupu-kupu yang berada di lokasi tentu berkaitan pula
dengan kelimpahan setiap jenis kupu-kupu yang hadir. Kelimpahan ini dipengaruhi
oleh kelimpahan tumbuhan inang dan bunga serta kondisi lingkungan (Sulistyani et
al. 2014). Kondisi lingkungan tersebut dapat berupa intensitas cahaya, suhu,
kelembapan udara, dan keecpatan angin yang berada di lokasi. Keanekaragaman
jenis kupu-kupu Bicylus vulgaris dan Ypthima philomela memiliki nilai yang serupa
yakni (H’ = 0,37), lebih tinggi dibandingkan dengan kupu-kupu jenis Cyllopsis
tomemmeli (H’ = 0,32). Secara keseluruhan kekayaan jenis kupu-kupu yang berada
di lokasi pengamatan didominasi oleh famili Nymphalidae dengan nilai kekayaan
sebesar 1,24.
5
pada batang pohon. Tumbuhan yang memiliki permukaan kulit halus jarang
ditemukan adanya lichen. Lichen yang ditemukan di lokasi pengamatan memiliki
frekuensi yang cukup banyak dengan 2 tipe morfologi berbeda, yaitu foliase dan
crustose. Lichen dengan tipe morfologi foliase ditemukan dengan persentase
45,85% menghadap ke lokasi tercemar, dan 34,59% menghadap ke lokasi yang
tidak tercemar. Lichen dengan tipe morfologi crustose ditemukan dengan
persentase 54,16% menghadap ke lokasi tercemar dan 65,41% menghadap ke lokasi
yang tidak tercemar. Frekuensi morfologi lichen tersebut dapat dilihat pada tabel 1
serta pada Gambar 2 dan 3.
% Tidak
Morfologi Lichen % Tercemar
Tercemar
Foliose 45.84 34.59
Crustose 54.16 65.41
foliose
46%
crustose
54%
foliose
crustose 35%
65%
6
Faktor lingkungan yang meliputi suhu, kelembaban udara, dan intensitas
cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lichen. Lichen
memiliki kisaran toleransi suhu yang cukup luas. Artinya, lichen dapat hidup baik
pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat tinggi (Nasriyati &
Utami, 2018). Menurut Marianingsih et al. (2017), lichen dapat hidup optimal pada
suhu antara 18ºC-28ºC. Menurut Nurjanah et al. (2003), suhu yang tinggi akan
meningkatkan laju respirasi pada talus lichen. Jika hal tersebut terus berlangsung
secara terus menerus maka akan menyebabkan kematian pada lichen.
Pada lokasi pengamatan ditemukan sebanyak 4 jenis lichen dengan dua tipe
morfologi lichen diantaranya Rhizocarpon geographicum dan Haematomma
persooni yang termasuk dalam morfologi Crustose serta Pseudocyphellaria
rainierensi dan Xanthoparmelia coloradoensis pada tipe morfologi Foliose. Tipe
morfologi Foliose dan Crustose paling banyak dijumpai di lokasi penelitian. Hal ini
dapat dilihat dari perjumpaan lichen di setiap plot yang diamati dan juga persentase
penutupan lichen pada jenis tumbuhan yang dijadikan substrat. Tipe Fruticose dan
Squamulose tidak ditemukan karena pengamatan lichen hanya pada bagian batang
pohon dengan ketinggian 0-1 meter di atas permukaan tanah, sedangkan untuk tipe
Fruticose ini merupakan talus lichen yang hanya berkembang pada cabang-cabang
pohon serta batu batuan (Vahishta,1982 diacu dalam Januardania,1995). Frekuensi
jenis lichen yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 3 dan 4.
Xanthopar Haematom
melia ma
coloradoe personii,
nsis, 21% 26%
Pseudocyp
hellaria Rhizocarp
rainierensi on
s, 24% geographi
cum, 29%
7
Haemato
Xanthoparmelia mma
coloradoensis personii
15% 38%
Pseudocy
phellaria
rainierensi Rhizocarpon
s geographicum
20% 27%
SIMPULAN
Lichen yang ditemukan di kawasan taman koin IPB memilki tipe morfologi
talus Crustose dan Foliose dengan bentuk yang beragam. Pada lokasi penelitian
tingkat kelembaban udara berpengaruh pada lichen, ini dapat dilihat dari persentase
penutupan lichen, warna lichen, suhu dan kelembapan udara. Sedangkan pada saat
8
pengamatan ditemukan sebanyak tiga spesies kupu-kupu yang hidup di vegetasi
taman koin IPB yaitu kupu-kupu banci coklat (Junonia iphita), kupu-kupu belang
sempit (Faunis gracilis), dan kupu-kupu pelompat (Cyllopsis tomemmeli).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa lichen dan kupu-kupu dapat dijadikan sebagai
indikatir kualitas lingkungan dan sebagai bioindikator pencemaran udara.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Reece JB. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Hadiyati M, Setyawati TR, Mukarlina. 2013. Kandungan sulfur dan klorofil thallus
lichen Parmelia sp. dan Graphis sp. pada pohon peneduh jalan di Kecamatan
Pontianak Utara. Jurnal Protobiont. 2(1): 12-17.
9
Kozlowski TT. 1991. The Physiological Ecology of Woody Plants. San Diego
(USA): Academic Press Inc.
Nasriyati, T., & Utami, S. (2018). Morfologi Talus Lichen Dirinaria Picta ( Sw .)
Schaer . Ex Clem pada Tingkat Kepadatan Lalu Lintas yang Berbeda di Kota
Semarang. 7(4), 20–27.
Odum EP. 1996 . Dasar – Dasar Ekologi : edisi ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Prees
Tiple AD. 2012. Butterfly species diversity, relative abundance and status
in Tropical Forest Research Institute, Jabalpur, Madhya Pradesh, Central
India. Journal of Threatene d Taxa. 4(7): 2713.
Treshow M. 198. Plant Stess From Air Pollution. Inggris (UK): John Wiley and
Sons Ltd.
10
LAMPIRAN
Rekapan data lapangan
Tabel 3 Tallysheet Lichens.
Jumlah Individu
Morfologi
No Jenis Pohon Diameter Jenis Lichen
Lichen A B
A. Haematomma
Crustose 10 17 personii
1 Bintaro 24.84
B. Rhizocarpon
Crustose 12 16 geographicum
A. Haematomma
Crustose 9 16 personii
2 Bintaro 29.30
B. Rhizocarpon
Crustose 17 25 geographicum
A. Haematomma
Crustose 7 22 personii
3 Kaliandra 50.00
B. Rhizocarpon
Crustose 7 10 geographicum
Haematomma
4 Bunga Kupu Kupu 22.93
Crustose 5 17 personii
Haematomma
5 Bunga Kupu Kupu 28.66
Crustose 4 11 personii
Haematomma
6 Ki Acret 50.00
Crustose 12 19 personii
A. Rhizocarpon
Crustose 20 26 geographicum
7 Palem Ekor Tupai 40.76
Pseudocyphellaria
B.Foliose 2 7 rainierensis
Haematomma
8 Kaliandra 74.20
Crustose 5 6 personii
Rhizocarpon
9 Asoka 19.43
Crustose 22 30 geographicum
Rhizocarpon
10 Bintaro 23.57
Crustose 20 28 geographicum
Haematomma
11 Ki Acret 47.77
Crustose 23 50 personii
A. Haematomma
Crustose 1 11 personii
12 Ki Acret 26.75
B. Rhizocarpon
Crustose 4 13 geographicum
Pseudocyphellaria
13 Bintaro 28.34
Foliose 9 5 rainierensis
A. Haematomma
Crustose 14 9 personii
14 Bintaro 41.08
Xanthoparmelia
B. Foliose 17 10 coloradoensis
Pseudocyphellaria
15 Bintaro 27.39
Foliose 9 22 rainierensis
Xanthoparmelia
16 Bunga Kupu Kupu 21.66
Foliose 9 5 coloradoensis
Pseudocyphellaria
A. Foliose 18 15 rainierensis
17 Bunga Kupu Kupu 38.85
B. Rhizocarpon
Crustose 30 4 geographicum
Xanthoparmelia
18 Bintaro 35.99
A. Foliose 34 23 coloradoensis
11
B. Haematomma
Crustose 11 15 personii
Pseudocyphellaria
A. Foliose 30 26 rainierensis
19 Karet Kerbau 33.76
B. Rhizocarpon
Crustose 17 16 geographicum
Pseudocyphellaria
20 Karet Kerbau 27.07
Foliose 20 14 rainierensis
Xanthoparmelia
21 Sawo Duren 15.92
Foliose 18 15 coloradoensis
Pseudocyphellaria
A. Foliose 9 19 rainierensis
22 Bintaro 32.80
B. Haematomma
Crustose 17 32 personii
Pseudocyphellaria
A. Foliose 35 20 rainierensis
23 Bintaro 39.81
B. Haematomma
Crustose 20 17 personii
Xanthoparmelia
A. Foliose 6 11 coloradoensis
24 Bintaro 28.03
B. Rhizocarpon
Crustose 6 6 geographicum
Xanthoparmelia
25 Bintaro 42.99
Foliose 32 28 coloradoensis
Dokumentasi
12
Gambar 8 dan 9. Dokumentasi Kelompok
13
lichen dilokasi
pengamatan
- Mengambil data
(menangkap dan
mengidentifikasi
kupu kupu)
- Membuat simpulan
Indira Ramayanda E3401201086 - Mengolah data
- Mengambil data
(mengkur keliling
pohon dan
mengidentifikasi
jenis pohon)
- Merapikan format
- Membuat tujuan
Nanda Faradilla Putri F E3401201107 - Mengambil data
(menangkap kupu
kupu dan
mengidentifikasi
jenis pohon)
- Membahas
identifikasi jenis
lichen berdasarkan
tipe morfologi di
lokasi pengamatan
- Membuat latar
belakang
Ria Risyanti E3401201135 - Mengambil data
(mengidentifikasi
jenis pohon lichen)
- Membuat saran
- Membahas
identifikasi
keterkaitan
hubungan antara
keanekaragaman
dan populasi kupu
kupu terhadap
kualitas lingkungan
di lokasi
pengamatan
14