Anda di halaman 1dari 9

BIOTROPIC The Journal of Tropical Biology

Vol 4. No 2. Agustus 2020


ISSN 2580-5029

Identifikasi Serangga Selada Hidroponik Sebagai Langkah


Awal Penyediaan Sayur Sehat
Rizqi Aulia Nurlaili1*, Safira Celia Permatasari1, Listya Eka Ningtyas1, Reni Ambarwati1

1Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, Jl.
Ketintang Surabaya, Jawa Timur, Indonesia 60231

* rizqiaulianl@gmail.com

ABSTRACT

Hydroponic agriculture in urban areas is one of urban farming, an agricultural system without using
soil media that uses narrow land in urban areas and is free from the use of synthetic pesticides. This
purposes of this study were to identify the species, analyze the diversity, and abundance of insects
that attack lettuce on hydroponic land. The samples were collected by using the yellow pan trap,
netting, and hand picking methods. Identification of insects based on morphological characteristics.
Data were analyzed by the Shannon-Wiener diversity index (H) and abundance index (Di). The
results showed that there were 18 species of insects belongs to 13 families that attacked hydroponic
lettuce, namely the family Acrididae, Agromyzidae, Aleyrodidae, Calliphoridae, Coccinellidae,
Crambidae, Dolichopodidae, Hesperiidae, Noctuidae, Pieridae, Psilidae, Stratiomyidae, and
Syrphidae. The diversity of the insects was in the category medium with a diversity index value of
2,707 and the most abundant species found was Chrysodeixis chalcites 11,70%, Spodoptera litura
10,64%, and Pieris rapae 9,57%.

Keywords: hydroponic, insects, lettuce, urban farming

ABSTRAK

Pertanian hidroponik di perkotaan merupakan salah satu bentuk urban farming dengan sistem
pertanian tanpa menggunakan media tanah dengan memanfaatkan lahan sempit di perkotaan
dan bebas dari penggunaan pestisida sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
jenis-jenis, menganalisis keanekaragaman, dan kemelimpahan serangga yang menyerang
tanaman selada pada lahan hidroponik. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
perangkap yellow pan, netting, dan hand picking. Identifikasi serangga berdasarkan ciri morfologi.
Data dianalisis dengan menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H) dan indeks
kemelimpahan (Di). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 18 spesies serangga dari 13 famili
yang menyerang selada hidroponik, yaitu famili Acrididae, Agromyzidae, Aleyrodidae,
Calliphoridae, Coccinellidae, Crambidae, Dolichopodidae, Hesperiidae, Noctuidae, Pieridae,
Psilidae, Stratiomyidae, dan Syrphidae. Keanekaragaman serangga yang kebun hidroponik selada
termasuk dalam kategori sedang dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 2,707 dan
kemelimpahan jenis tertinggi yang dijumpai yaitu jenis Chrysodeixis chalcites sebesar 11,70%,
Spodoptera litura sebesar 10,64%, dan Pieris rapae sebesar 9,57%.

Kata Kunci : hidroponik, serangga, selada, urban farming


Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

PENDAHULUAN (Krismawati, 2012). Golongan tanaman yang


Urban farming merupakan suatu bentuk banyak dibudidayakan dengan sistem
kegiatan pertanian untuk mengolah, hidroponik adalah sayur-sayuran terutama
mendistribusikan, dan meningkatkan jumlah yang paling banyak diminati oleh masyarakat
ketersediaan tanaman pangan yang dan memiliki nilai jual tinggi yaitu selada
memanfaatkan lahan terbengkalai di (Sutiyoso, 2006).
perkotaan (Lanarc, 2013). Sistem pertanian Hidroponik pada penerapannya lebih
urban farming banyak dilakukan karena mengutamakan untuk menghasilkan produk
memiliki berbagai keuntungan seperti dapat berkualitas yang bebas dari bahan kimia
memberi solusi terhadap masalah penurunan sintetis yang berbahaya bagi kesehatan maka
produktivitas lahan pertanian di Indonesia, dalam penerapannya semua bahan berasal
perawatan mudah, dan mampu mengatasi dari bahan organik dan tidak menggunakan
masalah menurunnya kualitas lingkungan pestisida (Susila, 2004).
(Butler dan Monorek, 2002). Oleh karena itu sistem hidroponik dapat
Di Indonesia, urban farming banyak memberikan suatu lingkungan pertumbuhan
dilakukan dengan metode hidroponik dan yang lebih terkontrol karena adanya
diterapkan pada berbagai macam kota besar keseimbangan ekosistem dan keramahan
seperti Surabaya, Jakarta, Bandung dan lingkungan dengan memanfaatkan bahan
lainnya dengan memanfaatkan lahan sempit alami sehingga mempengaruhi
di perkotaan (Widyawati, 2013). Hidroponik keanekaragaman serangga termasuk predator
merupakan teknik budidaya tanaman tanpa (musuh alami) (Green, 2012).
menggunakan media tanah, melainkan Keanekaragaman serangga ini dapat
menggunakan air sebagai media tanamnya berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
(Roidah, 2014). produk pertanian yang dihasilkan
Bertanam secara hidroponik di (Suheriyanto, 2008). Dengan demikian, dapat
perkotaan dapat berkembang secara cepat diketahui bahwa serangga berperan penting
karena memiliki banyak kelebihan antara lain bagi ekosistem dan sangat berpengaruh dalam
tidak memerlukan lahan yang luas, mudah bidang pertanian, dikarenakan kestabilan
dalam perawatan, memiliki nilai jual tinggi pertanian dapat diketahui melalui banyaknya
dan beberapa jenis tanaman dapat keanekaragaman dan kelimpahan serangga di
dibudidayakan diluar musim (Lingga, 2004). lokasi pertanian (Lavelle dkk, 2006).
Pertanian dengan menggunakan sistem Penelitian sebelumnya yang dilakukan
hidroponik di perkotaan merupakan salah oleh Samudra (2013) juga menunjukkan hal
satu usaha pertanian yang menjadi solusi yang sama bahwa identifikasi keberadaan
alternatif yang tepat untuk mengatasi masalah serangga berfungsi untuk mengetahui
keterbatasan lahan pertanian di perkotaan

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 90
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

keadaan dan keseimbangan ekosistem yang melihat ciri morfologinya. Jenis yang belum
terjadi di lahan pertanian hidroponik. dapat diidentifikasi, dicatat ciri morfologinya
dan diambil serta dimasukkan kedalam botol.
METODE
Lokasi dan Waktu Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian Berdasarkan hasil identifikasi, dihitung

observasi yang pengambilan sampelnya indeks keanekaragaman dan indeks

dilakukan dengan metode purposive sampling. kelimpahan serangga. Selain itu, data pada

Sampling dilakukan di kawasan tanaman penelitian ini menggunakan teknik analisis

hidroponik dengan konsep urban farming di deskriptif dan statistik. Analisis statistik

Surabaya, yaitu Tunas Urban Farming. digunakan untuk menentukan indeks

Selanjutnya sampel diidentifikasi di keanekaragaman serta indeks kelimpahan

Laboratorium Taksonomi Jurusan Biologi serangga pada setiap titik yang telah

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan ditentukan.

Alam Universitas Negeri Surabaya untuk Indeks keanekaragaman serangga

tahap analisis data. Penelitian dilakukan pada berdasarkan Rumus Shannon-Wienner

Bulan Juli 2019. Pengambilan sampel dengan berikut:

metode yellow pan, netting, dan hand picking Ni


N Ni
di lapangan serta dilanjutkan analisis H=- ln N
dokumentasi gambar dan sampel di Keterangan:
laboratorium. H = Indeks keanekaragaman
Alat dan bahan yang digunakan dalam Ni = Jumlah individu pada jenis i
penelitian antara lain pinset, jaring, lembar N = Jumlah seluruh individu
pengamatan, alat tulis, kamera, mikroskop, Ln = Logaritma dengan dasar e
buku identifikasi serangga, alkohol 70%,
kloroform, gliserol 20%, kantong plastik, air, Menurut Odum (1993) bahwa tingkat
serta sabun. Dalam observasi serangga keanekaragaman dapat dianalisis dalam
dilakukan dengan cara eksplorasi area Tunas beberapa kriteria, yakni :
Urban Farming Surabaya pada tiga titik yaitu H < 1,0 : keanekaragaman
tanaman romaine green lettuce (selada termasuk dalam kategori rendah
romaine hijau), curly green lettuce (selada 1,0 ≤ H ≤ 3,322 : keanekaragaman
keriting hijau), dan oak leaf red lettuce (selada termasuk dalam kategori sedang
oak leaf merah). H > 3,322 : keanekaragaman
Serangga-serangga yang ditemukan termasuk dalam kategori tinggi
diidentifikasi menggunakan buku identifikasi
serangga Borror et al. (1996) dengan cara

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 91
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

Indeks kelimpahan: Noctuidae. Serangga dari anggota Noctuidae


ni yang dijumpai ialah ulat jengkal (Chrysodeixis
x100%
D1 = N chalcites) dan ulat grayak (Spodoptera litura).
Kelompok serangga ini memakan
Keterangan: tanaman selada sehingga berperan sebagai
D1 =Indeks kelimpahan jenis serangga i serangga polifag. Serangga ini memiliki ciri
Ni = Jumlah serangga jenis I mata majemuk, ukuran tubuh kecil, tegap, dan
N =Jumlah semua serangga yang sayap depan agak sempit. Beberapa jenis
diamati serangga dalam famili ini dapat ditemukan di
tanaman romaine green lettuce (selada cos)
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Budiansyah, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di kawasan tanaman hidroponik A B
dengan konsep urban farming ditemukan 18
spesies serangga. Serangga ini dijumpai di
beberapa tanaman yang ditanam seperti
romaine green lettuce, curly green lettuce, dan
oak leaf red lettuce. Hasil identifikasi C D
menunjukkan bahwa sebanyak 18 jenis
serangga tersebut merupakan anggota dari 13
famili yaitu Acrididae, Agromyzidae,
Aleyrodidae, Calliphoridae, Coccinellidae,
E F
Crambidae, Dolichopodidae, Hesperiidae,
Noctuidae, Pieridae, Psilidae, Stratiomyidae,
dan Syrphidae (Tabel 1.).
Berdasarkan hasil perhitungan indeks
keanekaragaman menurut Shannon-Wienner, Gambar 1. Serangga yang dijumpai di Tanaman Selada
Hidroponik: (A) Oxya yezoensis (Famili Acrididae), (B)
keanekaragaman jenis serangga di tanaman Chrysodeixis chalcites (Famili Noctuidae) pada tanaman
selada hidroponik termasuk dalam kategori romaine green lettuce, (C) Achalarus casica (Famili
Hesperiidae), (D) Pollenia rudis (Famili Calliphoridae)
sedang dengan nilai indeks keanekaragaman pada tanaman curly green lettuce, (E) Condylostylus
similis (Famili Dolichopodidae), dan (F) Bemisia tabaci
kawasan sebesar 2,707 (Tabel 1.). Indeks
(Famili Aleyrodidae) pada tanaman oak leaf red lettuce
keanekaragaman tersebut berada pada
rentang nilai 1,0 ≤ H ≤ 3,322 yang Kelimpahan serangga tertinggi kedua

menunjukkan tingkat keanekaragaman ditemukan pada anggota Pieridae yaitu Pieris

sedang (Odum, 1993). Pada hasil pengamatan rapae. Kupu-kupu berperan sebagai sebagai

ditemukan banyak serangga dari anggota penyeimbang ekosistem (homeostatis), agen

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 92
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

pollinator dan bioindikator kualitas


lingkungan (Rusyana, 2013).

Tabel 1. Serangga yang Ditemukan pada Tanaman Selada Hidroponik


Ni/N.
No Ordo Famili Spesies % Ln
Ni/N
1 Coleoptera Coccinellidae Coccinella septempunctata 7,45 0,193
2 Agromyzidae Liriomyza huidobrensis 7,45 0,193
3 Pollenia rudis 3,19 0,110
Calliphoridae
4 Chrysomya megacephala 2,13 0,082
5 Diptera Dolichopodidae Condylostylus similis 8,51 0,210
6 Psila fimetaria 5,32 0,156
Psilidae
7 Psylla pyricola 7,45 0,193
8 Stratiomyidae Hermetia illucens 2,13 0,082
9 Stratiomyidae Microchrysa polita 2,13 0,082
Diptera
10 Syrphidae Toxomerus geminatus 1,06 0,048
11 Hemiptera Aleyrodidae Bemisia tabaci 7,45 0,193
12 Crambidae Anania funebris 3,19 0,110
13 Hesperiidae Achalarus casica 2,13 0,082
14 Lepidoptera Chrysodeixis chalcites 11,70 0,251
Noctuidae
15 Spodoptera litura 10,64 0,238
16 Pieridae Pieris rapae 9,57 0,225
17 Valanga nigricornis 2,13 0,082
Orthoptera Acrididae
18 Oxya yezoensis 6,38 0,176
Indeks Keanekaragaman 2,707

menyebabkan keanekaragaman serangga tetap


Keberadaan kupu-kupu yang melimpah terjaga dan berpotensi menimbulkan
kedua di area hidroponik ini diduga disebabkan keseimbangan dan kestabilan ekosistem
oleh habitat yang sesuai dan mendukung untuk (Radiyanto dkk, 2010).
kehidupan kupu-kupu seperti diantaranya Keragaman yang sedang hingga tinggi
jenis tanaman, udara yang bersih, area terbuka mengindikasikan adanya keseimbangan
dan pencahayaan yang cukup, dengan kondisi ekosistem yang baik karena memiliki tingkat
habitat yang sesuai maka akan dapat sering elastisitas yang tinggi dalam menghadapi
dijumpai kemelimpahan kupu-kupu pada guncangan dalam ekosistem dan sebaliknya
habitat tersebut (Koneri, 2011). ekosistem dengan keragaman yang rendah
Kupu-kupu dan lalat yang ditemukan menunjukkan adanya tekanan sehingga akan
berperan sebagai serangga penyerbuk, mempengaruhi kualitas ekosistem
sedangkan laba-laba yang berperan sebagai (Kartohardjono, 2011).
musuh alami yang memiliki potensi dalam Coccinellidae merupakan kelompok
mengendalikan hama seperti kumbang, kutu, serangga yang bertindak sebagai predator atau
belalang dan ulat. Oleh karena adanya rantai musuh alami dari Bemisia tabaci (kutu kebul).
makanan yang terus berjalan ini, akan Serangga kelompok Coccinellidae dalam

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 93
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

penelitian ini yang dijumpai ialah kumbang ini yang dijumpai ialah belalang kayu (Valanga
koksi (Coccinella septempunctata). nigricornis) dan belalang kecil (Oxya yezoensis).
Keanekaragaman kumbang ini dipengaruhi
Lee (2013) menyatakan bahwa V.
oleh ketersediaan mangsanya, sebab hal ini
nigricornis dapat menyerang bibit tanaman dan
berhubungan dengan sumber makanan dan
tanaman yang baru ditanam. Selain berperan
ketersediaan nutrisi bagi kelanjutan hidup
sebagai serangga polifag, belalang (Oxya
kumbang koksi. Semakin banyak mangsa maka
yezoensis) juga berperan sebagai predator.
akan semakin tinggi kemampuan memangsa.
Keanekaragaman serangga ini cukup banyak
Apabila jumlah mangsa sedikit maka predator
dikarenakan pada lahan hidroponik tidak
akan memangsa dengan jumlah yang sedikit
diaplikasikan pestisida sehingga predator ini
pula untuk mempertahankan hidup
dapat hidup dengan baik (Karindah, 2011).
(Kedawung dkk, 2013).
Toxomerus geminatus (lalat bunga)
Serangga dari anggota Aleyrodidae yang
merupakan serangga famili Syrphidae.
dijumpai ialah kutu kebul (Bemisia tabaci).
Syrphidae memiliki ciri-ciri ukuran panjang
Serangga dari suku ini merupakan serangga
tubuh 1 cm, mata fasetnya besar dan tajam
polifag yang tersebar luas di daerah trofik dan
sehingga memudahkannya dalam menemukan
subtrofik (Delatte et al, 2005). Menurut Lanya
makanan (Bug et al, 2008). Lalat ini berperan
(1988), keberadaan kutu kebul dipengaruhi
sebagai serangga yang membantu
oleh iklim dan cuaca. Curah hujan yang tinggi
penyerbukan dan predator dari serangga Aphid
akan meningkatkan keberadaan kutu kebul.
sp. dan kupu-kupu. Dari berbagai spesies
Selain itu, umur tanaman juga serangga yang ditemukan, keanekaragaman
mempengaruhi keberadaan kutu kebul sebagai serangga ini paling rendah pada tanaman
makanan dan sebagai peletakkan telur oleh selada hidroponik. Hal ini dikarenakan lalat
imago kutu kebul. Hal ini disebabkan pada pada pada jenis ini dianggap kurang mampu
tanaman yang sudah tua, relung ekologisnya bertahan dalam tempat berkembangbiak.
berupa daun-daun muda sudah tidak ada atau Habitat asli dari serangga ini adalah pada
pertumbuhan vegetatif tanaman sudah tanaman yang berbunga (Wahyudi, 2015).
berhenti sehingga kutu kebul menyukai
Berdasarkan perhitungan indeks
tanaman yang umurnya muda (Yuliani dkk,
keanekaragaman menggunakan indeks
2006).
keanekaragaman jenis Shannon-Wienner, pada
Acrididae merupakan kelompok area tanaman selada hidroponik memiliki
serangga yang bertindak sebagai herbivor atau indeks keanekaragaman serangga sebesar
pemakan tumbuhan sehingga berpotensi besar 2,707 yang tergolong indeks keanekaragaman
sebagai hama tanaman (Sofyan, 2010). sedang dengan kelimpahan jenis tertinggi yang
Serangga kelompok Acrididae dalam penelitian dijumpai pada tanaman selada hidroponik ini

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 94
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

yaitu jenis Chrysodeixis chalcites sebesar diketahui dapat merusak perkembangan telur,
11,70%, Spodoptera litura sebesar 10,64%, dan larva, dan pupa serta mengusir serangga
Pieris rapae sebesar 9,57%. adalah menggunakan bawang putih yang
dihaluskan dan direndam dalam air selama 24
Serangga yang ditemukan termasuk
jam kemudian diaplikasikan pada tanaman
dalam kelompok hama dan musuh alami.
(Rosliani dan Sumarni, 2005).
Kelompok hama terdiri atas famili
Agromyzidae (lalat penggorok daun), KESIMPULAN
Arcididae (belalang), Aleyrodidae (kutu), dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di
Noctuidae (ulat). Musuh alami terdiri atas
area tanaman selada hidroponik ditemukan
famili Calliphoridae (lalat), Coccinellidae
beragam jenis serangga, dijumpai 18 spesies
(kumbang), Crambidae (kupu-kupu hitam),
serangga yang termasuk ke dalam 13 famili
Dolichopodidae (lalat kaki panjang),
yaitu Acrididae, Agromyzidae, Aleyrodidae,
Drosophilidae (lalat buah), Lycosidae (laba-
Calliphoridae, Coccinellidae, Crambidae,
laba), Pieridae (kupu-kupu putih),
Dolichopodidae, Hesperiidae, Noctuidae,
Stratiomyidae (lalat tentara), Syrphidae (lalat
Pieridae, Psilidae, Stratiomyidae, dan
bunga). Keanekaragaman serangga ini
Syrphidae.
berkaitan dengan melimpahnya sumber daya
Keanekaragaman serangga di tanaman
tanaman, seperti makanan serangga terutama
selada hidroponik termasuk dalam kategori
tanaman hijau, serbuk sari, dan nektar
sedang dengan nilai indeks keanekaragaman
(Fajarwati dkk, 2009).
area sebesar 2,707 dan kemelimpahan jenis
Pengendalian hama serangga ini dapat
tertinggi yang dijumpai yaitu jenis Chrysodeixis
dilakukan dengan secara fisik dan secara
chalcites sebesar 11,70%, Spodoptera litura
mekanik. Secara fisik, pengendalian hama
sebesar 10,64%, dan Pieris rapae sebesar
dapat dilakukan dengan cara pemasangan
9,57%.
insect net dan yellow bottle trap untuk
Hama serangga yang menyerang
mengantisipasi dan mencegah serangga masuk
tanaman selada hidroponik dapat dikendalikan
di lahan hidroponik.
secara manual dengan hand picking,
Sedangkan secara mekanik dapat
pemasangan insect net dan yellow bottle trap
dilakukan dengan pengambilan hama secara
serta menggunakan biopestisida.
langsung menggunakan tangan (hand picking)
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran.
atau pinset (Rahayu dkk, 2013).
Kesimpulan menggambarkan jawaban dari
Selain itu, pengendalian dapat dilakukan hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau
dengan menggunakan pestisida nabati temuan yang diperoleh. Kesimpulan bukan
(biopestisida) yang terbuat dari bahan alami. berisi ulangan dari hasil dan pembahasan,
Salah satu bahan yang mudah didapat dan

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 95
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

tetapi berupa ringkasan hasil temuan seperti https://dirt.asla.org/2012/05/09/urba


yang diharapkan di tujuan atau hipotesis. Saran n-agriculture-isnt-new/. 3 Maret 2019.

menyajikan hal-hal yang akan dilakukan Karindah, S. 2011. Predation of Five


Generalist Predators on Brown
terkait dengan gagasan selanjutnya dari
Planthopper (Nilaparvata lugens). Jurnal
penelitian tersebut. Entomologi Indonesia. 8(2): 55-62.
Kartohardjono, A. 2011. Penggunaan Musuh
DAFTAR PUSTAKA Alami sebagai Komponen Pengendalian
Hama Padi Berbasis Ekologi.
Aryantha, I. P dan D. Guest. 2000. Pengendalian Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(1):
Fungi Pathogen Phytophthora cinnamomi 29- 46.
Rands dengan Menggunakan Mikroba Kedawung, Wachju, dan Jekti. 2013.
Antagonist. Seminar MIPA 2000. Keanekaragaman Serangga Tanaman
Bandung: Kampus ITB. Tomat di Area Pertanian Desa Sapikerep-
Biao, X., Xiaorong, W., Zhuhong, D., dan Yaping, Sukapura Probolinggo dan
Y. 2003. Critical Impactassessment of Pemanfaatannya sebagai Buku Panduan
Organic Agriculture. Journal of Lapang Serangga. Pancaran. 2(4): 142-
Agricultural and Environmental Ethics. 155.
16: 297-311. Koneri, R. 2011. Distribusi dan
Budiansyah, Arif. 2014. Studi Keanekaragaman Keanekaragaman Kupu-kupu
Serangga pada Lahan Padi Kecamatan (Lepidoptera) di Kawasan Taman
Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kota Nasional Laut Bunaken Sulawesi Utara.
Waringen Timur. Skripsi. Dipublikasikan. Jurnal Bumi Lestari. 12: 357-367.
Palangkaraya: Sekolah Tinggi Agama Krismawati, A. 2012. Teknologi Hidroponik
Islam Negeri Palangkaraya. dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan.
Bug RL, Colver LG, Chaney WE, Smith HA, Malang: BPTP.
Cannon G. 2008. Flower Flies Lingga, P. 2004. Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
(Syrphidae) and Other Biological Control Jakarta: Penebar Swadaya.
Agents for Aphids in Vegetable Crops.
ANR publication. 8685: 1-25. Lanarc, HB. 2013. The Urban Farming
Guidebook. British Columbia: Eco Design
Butler, L, Moronek, D.M. 2002. Urban and Resource Society.
Agriculture Communities: Opportunities
for Common Ground, Ames, Iowa: Council Lanya H. 1988. Pengaruh Waktu Tanam,
for Agricultural Science and Technology. Varietas, Pemupukan, dan Jarak Tanam
Kedelai terhadap Pertumbuhan
Delatte H, Reynaud B, Granier M, Thornary L, Populasi Bemissia tabaci Genn. Thesis.
Lett JM, Goldbach, R, & Peterschmitt M. Dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian
2005. A New Silverleaf-Inducing Biotype Bogor.
Ms of Bemisia tabaci (Hemiptera:
Aleyrodidae) Indigenous to the Islands of Lavelle, P., Decaens, T., Aubert, M., Barat, S.,
the Southwest Indian Ocean. Bull. Blouin, M., Bureau, F., Margerie, P., Mora,
Entomol. Res. 95: 29-35. P., dan Rossi, J. P. 2006. Soil Invertebrata
andEcosystem Services. European
Green, Jared. 2012. Urban Agriculture Isn’t Journal of Soil Biology. 42: S3-S15.
New.

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 96
Biotropic Tahun 2020, Vol.4 (No.2): 89–97
Identifikasi Serangga Selada Hidroponik sebagai Langkah Awal Penyediaan Sayur Sehat

Lee, C. Y. 2013. Urban Forest Insect Pests and Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Their Management in Malaysia. Program Studi Megister Arkeologi:
International Symposium on Forest Universitas Indonesia.
Health Management. University Sains
Suheriyanto, Dwi. 2008. Ekologi Serangga.
Malaysia.
Malang: UIN Press.
Othman, N.M. 2007. Food Safety in Southeast
Susila, A. D dan Y. Koerniawati. 2004. Pengaruh
Asia: Challenges Facing the Region. Asian
Volume dan Jenis Media Tanam pada
Journal of Agriculture and Development.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada
4(2): 83-92.
(Lactuca sativa) Pada Teknologi
Radiyanto I., Sodiq, M. & Nurcahyani, N.M. Hidroponik Sistem Terapung. Bul. Agon.
2010. Keanekaragaman Serangga Hama 32(3): 16-21.
dan Musuh Alami pada Lahan
Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik Ala Yos. Jakarta:
Pertanaman Kedelai di Kecamatan
Penebar Swadaya.
Balong Ponorogo. Jurnal Entomologi
Indonesia. 7(2): 116-121. Wahyudi, Puguh 2015. Keragaman Jenis Lalat
di Pasar Tradisional Kota Bogor dan
Rahayu, S., C.T. Maryani, P. Yusnani. 2013.
Status Kerentanannya terhadap Berbagai
Pengaruh Perangkap Warna Berperekat
Jenis Insektisida. Thesis. Dipublikasikan.
Aroma Rempah untuk Mengendalikan
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hama Gudang Lasioderma serricorne
Fabricius (Coleoptera: Anobiidae) di Widyawati, Nugraheni. 2013. Urban Farming
Gudang Tembakau. Jurnal Agroteknologi. Gaya Bertani Spesifik Kota. Yogyakarta:
1(4): 1382-1390. Penerbit Andi.

Roidah, Ida Syamsu. 2014. Pemanfaatan Lahan Yuliani, Purnama Hidayat, dan Dewi Sartiami.
dengan Menggunakan Sistem 2006. Identifikasi Kutu Kebul dari
Hidroponik. Jurnal Universitas Beberapa Tanaman Inang dan
Tulungagung Bonorowo. 1(2). Perkembangan Populasinya. Jurnal
Entomologi Indonesia. 3(1): 41-49
Rosliani, R., dan Sumarni, N. 2005. Budidaya
Tanaman Sayuran dengan Sistem
Hidroponik. Monografi. 27.
Rusyana, Adun. 2013. Zoologi Invertebrata;
Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Samudra, F. B., M. Izzati., dan H. Purnaweni.
2013. Kemelimpahan dan
Keanekaragaman Arthropoda Tanah di
Lahan Sayuran Organik” Urban Farming.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013.
Sembel, Dantje, T. 2010. Pengendalian Hayati.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sofyan. M. R. 2010. Pemaknaan Koleksi
Serangga Musium Zologicum Bogoriense
dari Sudut Pandang Ethno-Entomologi.

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic 97

Anda mungkin juga menyukai