Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah salah satu proses pembelajaran yang dilakukan oleh pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses berbagai macam informasi teknologi, pasar, permodalan serta
sumberdaya lainnya yang mendukung usaha pertanian tersebut, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian lingkungan hidup (Undang – Undang Nomor 16 tahun 2006).

Tujuan penyuluhan pertanian sebagai alat untuk membantu dan memfasilitasi para petani
beserta keluarganya untuk mencapai tingkat usahatani yang lebih produktif, taraf kehidupan
keluarga dan masyarakat yang lebih memuaskan melalui kegiatan-kegiatan yang terencana
untuk mengembangkan kemampuan petani itu sendiri sehingga terjadinya peningkatan
ekonomi (Padmanagara, 2012). Materi penyuluhan merupakan bahan kegiatan penyuluhan
yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama tau pelaku usaha dalam
berbagai bentuk yang meliputi teknologi, informasi, manajemen, ekonomi, rekayasa sosial,
hukum serta kelestarian lingkungan (Undang – Undang Nomor 16 tahun 2006).

Penyuluhan merupakan proses pendidikan. Program penyuluhan membantu petani untuk


meningkatkan pengetahuannya dari aspek pertanian, dan pemahaman petani dalam biologi,
phisik, dan proses ekonomi di dalam pertanian. Sasaran meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang lingkungan petani adalah untuk membantu petani menggunakan sumber
daya yang tersedia untuk mereka (Hawkins, Dunn dan Carry, 1982).

2.2 Pengendalian Hama Terpadu (PTH)


Smith (1983) dalam Oka (1995) mendefinisikan PHT sebagai berikut: Pemberantasan Hama
Terpadu (“Integrated Pest Control (IPC)”): adalah pengendalian hama yang menggunakan
semua teknik dan metoda yang sesuai dalam cara-cara yang seharmonis-harmonisnya dan
mempertahankan populasi hama dibawah tingkat yang menyebabkan kerusakan ekonomi di
dalam keadaan lingkungan dan dinamika populasi spesies hama yang bersangkutan. Dalam
Undang-Undang No.12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman ditetapkan bahwa dalam
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman atau Perlindungan Tanaman digunakan
sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Dalam penjelasan undang-undang tersebut, PHT
diberikan pengertian sebagai: upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme
pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih teknik pengendalian yang
dikembangkan dalam satu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis
dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam sistem ini penggunaan pestisida merupakan
alternatif terakhir. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan bersifat dinamis (Malik,
et al. 2001).
Konsep atau cara pengendalian Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu
konsep pengelolaan agro-ekosistem yang bertujuan untuk mempertahankan populasi hama
dan kerusakan tanaman yang diakibatkannya pada aras yang tidak merugikan, dengan
memadukan dan memanfaatkan semua metode pengendalian hama, termasuk pemanfatan
predator dan parasitoid, varietas tahan hama, teknik bercocok tanam dan yang lain, serta bila
perlu menggunakan pestisida selektif (Untung, 1993). Dalam penerapan PHT mengacu
kepada empat prinsip yaitu:1). Budidaya tanaman sehat, 2). Pelestarian musuh alami, 3).
Pemantauan ekosistem secara teratur, dan 4). Petani sebagai penentu keputusan
pengendalian atau sebagai ahli PHT.
Budidaya tanaman sehat menjadi bagian yang penting dalam pengelolaan OPT, karena
tanaman yang sehat cenderung mempunyai ketahanan ekologis yang lebih tinggi. Musuh
alami sebagai salah satu unsur pengendali alamiah harus dikelola, dimanfaatkan dan
dilestarikan keberadaannya sehingga mampu berperan secara optimal. Prinsip bahwa OPT
dan musuh alami merupakan bagian integral dari ekosistem pertanian menjadi landasan
pelaksanaan PHT. Musuh alami berfungsi dalam mengatur keberadaan populasi OPT
sehingga selalu berada pada tingkat yang secara relatif stabil dan tidak menimbulkan
kerusakan yang menyebabkan kerugian ekonomi.
2.3 Metode Yellow Trap
Yellow trap adalah jebakan hama yang menggunakan papan atau plastik yang berwarna
kuning, bertujuan untuk menarik hama untuk datang ( hama tertarik dengan warna kuning).
Mekanisme kerja yellow trap adalah dengan menjebak hama vektor virus seperti trip, kutu
daun, kutu kebul yang hendak masuk ke tanaman utama. Hama yang terjebak dalam Yellow
Trap adalah hama yang siap bertelur, jadi penggunaan Yellow Trap cukup efektif untuk
mencegah ledakan hama di lahan pertanian. Keunggulan yang dimiliki oleh metode
pengendalian hama ini adalah ramah lingkungan dan cenderung lebih murah jika
dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia
BAB III

Indikator dan Parameter

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data


menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel langsung dari
lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah Indeks Keanekaragaman
(H′ ) dari Shannon-Wienner,Indeks Dominansi (C).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2022. Penelitian ini dilakukan di desa
Benelan kidul kecamatan Singojuruh.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi, alat pengamatan
(traping) yang terdiri dari, Window Trap (perangkap jendela), dan Yellow sticky trap
(perangkap lem kuning), Fly net (jaring serangga). plastik, gunting, botol plakon, alat tulis
dan buku identifikasi Boror, dkk,. (1992), Siwi (1991) dan Capinera (2008).

3.4 Objek Penelitian

Semua jenis serangga siang yang ditemukan dan terjebak dalam alat
perangkap jebak Window Trap (perangkap jendela), Yellow sticky trap (perangkap
lem kuning) dan penangkap Fly net (jaring serangga).

3.5 Observasi
Dilakukan untuk mengetahui lokasi tempat penelitian yaitu pada desa Benelan
Kidul, Kecamatan Singojuruh, Kab. Banyuwangi, agar nantinya dapat dipakai sebagai dasar
penentuan metode dan teknik pengambilan sample.

3.6 Metode Pengambilan Sample

Pengambilan sampel digunakan metode nisbi (relatif), yaitu pengambilan


sampel dengan menggunakan perangkap yaitu Window Trap (perangkap jendela), Yellow
sticky trap (perangkap lem kuning) dan alat tangkap serangga fly net
(jaring serangga).

Berdasarkan Untung (2006), secara terperinci tahapan penelitian adalah


sebagai berikut :

1. Menentukan metode pengambilan sampel di lapang yaitu dengan metode


Relatif (nisbi). Pada metode nisbi digunakan perangkap berupa Window
Trap (Perangkap jendela) , Yellow sticky trap (Perangkap lem kuning) dan
alat tangkap Fly net (jaring serangga).
2. Disiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengamatan.
3. Pengamatan di lapangan.
a. Ditentukan lokasi yang akan diamati yaitu area cagar alam
Manggis Gadungan dan area Perkebunan Mangli untuk
pengambilan sampel.
b. Diamati komponen biotik (keadaan tanaman dan serangga yang
ada ditanaman tersebut), lingkungan abiotik meliputi (suhu,
kelembaban, dan kecepatan angin).
c. Identifikasi serangga-serangga yang tertangkap dengan
menggunakan buku Kunci Determinasi Serangga (Siwi, 1991) dan
buku acuan lainya yaitu Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror,
dkk,. 1992), Encylopedia Of Entomology (Capinera, 2008).
d. Data dimasukan dalam tabel pengamatan.
e. Analisis data pengamatan.
BAB IV

Rancangan Evaluasi

4.1 Populasi dan Sample

Penentuan tanaman sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.


Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sweep net dan yellow pan trap.
Serangga hama tertangkap dimasukkan kedalam stoples kecil dan diberi label. Identifikasi
serangga-serangga hama mengacu pada buku kunci determinasi serangga Kanisius (1991),
dan buku masalah lapang hama dan penyakit hara pada padi (2011). Terdapat 6 family
serangga hama dengan jumlah species serangga hama adalah 8 species. Crambidae
merupakan family paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang lainnya. Pengamatan
di lapangan menunjukkan bahwa family Crambidae terdiri dari tiga species yaitu
Cnaphalocrocis medinalis, Nympula depunctalis, dan Scirpophaga innotata. Ketiga species
tersebut merupakan hama utama pada tanaman padi sawah. Serangan ke tiga hama ini dapat
menyebabkan kegagalan panen. Pengamatan serangga hama dilakukan selama satu musim
tanam (MST) dengan menggunakan metode pengamatan langsung serangga-serangga hama
pada tajuk tanaman padi dan metode Sweep Net dan Yellow Pan Trap.

4.2 Rincian Data

Botol kuning yang sudah divat dan diberi lem perekat dipasang pada 5 titik pada
petak pengamatan pada garis diagonal. Untuk merangkap serangga hama dan musuh alami
yang pada yellow trap. Botol dibiarkan dilapangans selama 12 jam yaitu antara pukul 06.00-
18.00 WIB. Pengamatan serangga hama dan musuh alami dengan yellow trap dilakukan pada
30, 45, 60, 75, dan 90 HST. Serangga hama dan musuh alami yang tertangkap kemudian
disaring dan simpan dalam toples plastik dan diberi label.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Penentuan tanaman sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.


Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sweep net dan yellow pan trap.
Serangga hama tertangkap dimasukkan kedalam stoples kecil dan diberi label.

4.4 Analisis Data

Data hasil identifikasi serangga hama dilakukan dengan menghitung kekayaan


spesies dan tingkat keanekaragaman serangga dan hama musuh alami. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kelimpahan serangga hama dan predator
pada tanaman padi sawah. Terdapat 6 family serangga hama dengan jumlah species serangga
hama adalah 8 species. Crambidae merupakan family paling banyak jumlahnya dibandingkan
dengan yang lainnya. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa family Crambidae terdiri
dari tiga species yaitu Cnaphalocrocis medinalis, Nympula depunctalis, dan Scirpophaga
innotata. Ketiga species tersebut merupakan hama utama pada tanaman padi sawah. Serangan
ke tiga hama ini dapat menyebabkan kegagalan panen. Untuk kelimpahan speciesserangga
hama terlihat bahwa kelimpahan tertinggi dijumpai pada Orseolia orizae. Kelimpahan species
hama pada umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST menunjukkan bahwa Orseolia orizae merupakan
species terbanyak baik pada umur 30, 45, 60, 75, dan 90 HST (Litbang Pertanian, 198).
Keberadaan hama ini pada tanaman padi sawah dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen.
BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN

Dalam setiap pelaksanaan suatu program, kiranya  kegiatan  penilaian atau


evaluasi adalah merupakan rangkaian kegiatan yang tak terpisahkan dan merupakan konsekwensi
dari program itu sendiri. Kegiatan ini merupakan unsur dari kesatuan kegiatan pengelolaan,
seperti halnya dengan penyuluhan pertanian, evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan kegiatan telah dapat dicapai dan kelemahan/kekurangan yang perlu diperbaiki serta nilai-
nilai positip yang perlu dikembangkan pada kegiatan berikutnya. Untuk itu Evaluasi Hasil
Penyuluhan Pertanian sangat perlu dilaksanakan. Waktu pelaksanaan evaluasi penyuluhan
pertanian bisa dilaksanakan pada 5 kondisi yaitu:

1. Sebelum kegiatan

Evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan pada saat sebelum kegiatan dimulai, hal ini
bisa berupa Pre Tes(Tes awal). Untuk mengetahui kondisi awal sebelum kegiatan penyuluhan:

 Informasi potensi sasaran

 Informasi masalah yang dihadapi sasaran

 Informasi materi penyuluhan yang diperlukan sasaran.

1. Bahan pengaturan rencana penyuluhan meliputi :


 Materi penyuluhan, 2) Tujuan penyuluhan, 3) Metoda penyuluhan, 4) Alat Bantu
penyuluhan pertanian dan 5.) Waktu .

2. Pada saat kegiatan

Evaluasi Penyuluhan Pertanian  bisa dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan hal ini
bertujuan Untuk mengetahui kemampuan sasaran dalam menyerap informasi yang
disampaikan,guna memastikan kesiapannya menerima materi selanjutnya.

3. Setelah kegiatan

Secara umum Evaluasi setelah kegiatan sudah lumrah dilakukan, evaluasi dimaksud bertujuan
untuk:

1. Mengukur kemajuan yang dicapai sasaran, sesuai tujuan yang telah ditetapkan

2. Mengukur kualitas perencanaan penyuluhan yang telah disusun

3. Bahan perbaikan penyempurnaan perencanaan yang akan datang.

4. Setelah diterapkan

Evaluasi bisa dilaksanakan pada setelah informasi, inovasi diterapkan di masing-masing lahan
usaha taninya baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Pada kondisi ini evaluasi
dimaksud bertujuan untuk:

1. Untuk mengukur sejauh mana hasil kegiatan penyuluhan dapat diterapkan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapannya.

3. Sebagai bahan bimbingan lanjutan.

4. Dampak kegiatan

Setelah suatu informasi /inovasi dilaksanakan oleh para petani baik secara perseorangan atau
berkelompok diterapkan pada lahan usaha taninya sangat penting dilaksanakan evaluasi. Hasil
dari evaluasi tersebut dapat untuk mengetahui seberapa besar hasil penerapan kegiatan
penyuluhan berpengaruh dalam kehidupan sasaran. Jadi evaluasi penyuluhan pertanian adalah
mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan, berupa perubahan prilaku petani
dan keluarganya. Agar hasil evaluasi dapat dipercaya maka perlu menerapkan prinsip-prinsip
sebagai landasan dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu: berdasarkan pakta,
berhubungan dengan tujuan program penyuluhan, menggunakan alat ukur yang sahih dilakukan
terhadap proses dan hasil serta bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

BAB VI
GAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN YANG
DIEVALUASI
 SINOPSIS PENYULUHAN

Judul : Pencegahan Serangan Hama dan Penyakit Menggunakan Metode Yellow Trap
Materi yang Baik dan Benar
Bagian : Jumlah petani jagung sebanyak 42,1 % dengan luas lahan 14 ha dengan
Awal produktivitas yang tinggi yaitu rata-rata 62,86 Kw/Ha. Permasalahan yang
dialami oleh seluruh petani adalah belum menguasai metode yellow trap karena
dalam penggunaannya cukup mudah dilakukan. Sehingga pencegahan harus
segera dilakukan agar serangan hama penyakit tidak menyebabkan kegagalan
panen secara berlebihan.
Bagian : 1. Tujuan Materi
Utama/I Petani dapat menguasai metode menggunakan Yellow Trap untuk
si mencegah serangan hama dan penyakit. Dengan demikian diharapkan
petani mampu dan mau menerapkan metode Yellow Trap dalam
pencegahannya.
2. Manfaat Materi
a. Penggunaan Metode Yellow Trap yang baik dapat meningkatkan
mutu jagung.
b. Penggunaan Metode Yellow Trap yang baik dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
c. Penggunaan Metode Yellow Trap yang baik dapat meminimalisir
potensi kerusakan jagung.
d. Penggunaan Metode Yellow Trap yangbaik dapat mengendalikan
hama yang sering muncul, seperti : lalat buah, wereng, thrips,kutu,
ngengat, dan kepik.
3. Uraian Materi
a. Metode Yellow trap
 Penggunaan botol plastik yang sudah dicat warna kuning
dan diberi lem perekat untuk mencegah hama masuk ke
tanaman jagung.
 Cara menggunakan metode Yellow Trap untuk mencegah
hama. keuntungan penggunaan Yellow Trap adalah :
1) Memudahkan dalam menangkap hama yang akan
menghinggap pada tanaman.
2) Memudahkan penyelamatan tanaman jagung dari
hama
b. Pengertian Yellow Trap
Yellow trap adalah jebakan hama yang menggunakan papan atau
plastik yang berwarna kuning, bertujuan untuk menarik hama
untuk datang (hama tertarik dengan warna kuning). Secara umum,
serangga tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau
tertentu, dimana warna yang disukai serangga biasanya warna-
warna kontras seperti warna kuning cerah.
Keunggulan yang dimiliki oleh metode pengendalian hama ini
adalah ramah lingkungan dan cenderung lebih murah jika
dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia
c. Cara Membuat Yellow Trap
1. Bersihkan botol air mineral;
2. Kemudian encerkan cat menggunakan tiner lalu cat
dimasukkan kedalam botol air mineral menggunakan corong
sebanyak sepertiga bagian botol;
3. Setelah itu botol ditutup dan diputar sehingga cat yang ada
didalam botol bisa mewarnai seluruh permukaan dalam botol;
4. Setelah pengecatan selesai diamkan botol yang sudah dicat
selama sehari semalam hingga kering;
5. Setelah cat di dalam botol kering, lapisi botol dengan plastik
bening, lalu diberikan lem tikus yang sudah diencerkan dengan
tiner sebagai perekat (atau bisa juga menggunakan lem perekat
agar hama terutama lalat buah tertarik kemudian hinggap
langsung menempel dan mati karena tidak bisa terbang
kembali.
6. Perangkap likat kuning siap diaplikasikan dilapang/areal
pertanaman;
7. Pemasangan perangkap likat kuning diikat pada kayu dengan
ketinggian satu jengkal diatas tajuk tanaman.
8. Setelah beberapa hari atau setelah permukaan plastik penuh
dengan serangga yang menempel, sebaiknya plastic dilepas
kemudian diganti plastik baru yang sebelumnya juga sudah
diolesi lem perekat.
9. Perangkap likat kuning mampu mengendalikan beberapa hama
seperti lalat buah, wereng, aphids, thrips, kutu, ngengat dan
kepik.

Bagian :  Pendapatan petani akan meningkat apabila petani mampu dan mau
Akhir menerapkan metode Yellow Trap dengan baik dan benar.
 Terimakasih atas perhatiannya harapan saya semoga materi
penyuluhan ini dapat menjadi motivasi petani untuk mau melakukan
metode pengeringan gabah dengan baik dan benar

 LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)

Judul : Pencegahan Serangan Hama dan Penyakit Menggunakan Metode


Yellow Trap yang Baik dan Benar
Tujuan : Petani dapat menguasai metode Yellow Trap dengan benar. Dengan
demikian diharapkan petani mampu dan mau menerapkan metode
Yellow Trap yang baik.
Metode : Ceramah, diskusi, dan demonstrasi
Media(bahan : Bahan: botol plastik, lem, cat warna kuning, dan kayu
dan alat bantu) Alat bantu: Laptop, proyektor, kalkulator, pengeras suara, penggaris,
timbangan digital
Waktu : 25 April 2021
Pertemuan Pukul 08.00 – 09.10 WIB
Tempat : Balai Desa Alasmalang

Pokok
No Uraian Kegiatan Waktu Keterangan
Kegiatan
1. Pendahulua Salam pembuka, perkenalan,
n menanyakan kabar peserta, pencairan 5 Menit
suasana, pengarahan judul materi
2. Isi/Materi A. Manfaat Materi 60 Menit
1. Penggunaan Metode Yellow
Trap yang baik dapat
meningkatkan mutu jagung.
2. Penggunaan Metode Yellow
Trap yang baik dapat
meningkatkan kesejahteraan
petani dari penyerangan hama.
3. Penggunaan Metode Yellow
Trap yang baik dapat
meminimalisir potensi
kerusakan jagung.
B. Point Materi
1. Alternatif/Cara memberantas
hama dengan metode Yellow
Trap

C. Diskusi dan Demonstrasi


3. Pengakhiran Pendapatan petani akan meningkat
apabila petani mampu dan mau
menerapkan metode Yellow Trap
dengan baik dan benar.
Terimakasih atas perhatiannya harapan 5 Menit
saya semoga materi penyuluhan ini
dapat menjadi motivasi petani untuk
mau melakukan metode Yellow Trap
dengan baik dan benar.

BAB VII
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN

7. 1 Hasil Dan Pembahasan

Hal ini sesuai peneltian syafrizal 2016 dengan hasil penelitian didapatkan
bahwaperangkap warna kuning dapat menangkap lalat buah paling banyak dan yang paling
rendah adalah pada perangkap warna taransparan, hal ini menunjukkan bahwa serangga hama
lalat buah lebih tertarik pada warna kuning dibandingkan dengan warna transparan, merak dan
hijau. Serangga lebih tertarik pada warna kuning, karena warna kuning mempunyai kisaran
panjang gelombang 424-491 nm dan serangga mempunyai kisaran panjang gelombang yang
dapat diterima berkisar 540- 600 nm . Selain karena panjang gelombang yang dapat diterima
oleh serangga, karena serangga dapat membedakan warna-warna kemungkinan karena adanya
perbedaan pada selsel retina mata serangga. Serangga lalat buah menggunakan sejumlah isyarat
visual ataupun isyarat kimia (chemical cues) untuk menemukan inang berupa buah atau sayuran.
Kesesuaian isyaratvisual maupun isyarat kimia akan menyebabkan hama lebih tertarik untuk
menemukan inangnya.

Dari karakteristik warna bahwa warna kuning berada ditengah, kemudian disusul warna
hijau dan merah hal ini membuktikan warna yang paling baik untuk perangkap warna kuning.
Hal ini sesuai dengan literatur annonim 2017. Bahwa panjang gelombang yang dapat
diterima makhluk hidup untuk green 480 – 560 nm ; Yellow 560 – 590 nm ; red
630 – 700 nm dan menurut (James dan Smith, 2000) panjang gelombang yang
disenangi oleh serangga Serangga dapat melihat panjang gelombang cahaya yang
lebih pananjang dibandingkan dengan manusia panjang gelombang yang dapat
dilihat 300 – 400 nm (mendekati ultraviolet) sampai 600 – 650 nm (orange)
serangga menyukai warna ultra violet disebabkan cahaya diabsorbsi oleh alam terutama oleh
daun. Jadi jelas bahwa warna kuning dan hijau sangat disenangi serangga
sebagai menjalankan aktivitas hidup seperti sumber makanan, peletakan telur dan
perkawinan.

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Dari Hasil Peneltian diperoleh warna yang paling disukai oleh serangga adalah warna
kuning dan warna hijau terutama pada ordo diptera dan homoptera.

2. Sistem pemagaran sangat efektif untuk pemasangan perangkap pada areal pertanaman.

8.2 Saran

Sebaiknya untuk mengendalikan serangga hama dengan menggunakan


perangkap warna kuning dan warna hijau dengan diletakan di luar tanaman atau sistem
pemagaran serta dipasang dari mulai penanaman dilahan.

DAFTAR PUSTAKA
Mardhotillah, S. 2012. Pengaruh Warna Kertas Pada Perangkap Lalat. http://
jurnal.unimus.ac.id. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol:
25 .No: 23. Hal 13.

Rusajun, Alim. 2011. Laporan penelitian perangkap lalat buah.


http://alimrusajun.blogspot.com/2011/07/laporan-penelitian-perangkap-lalat
buah.html (diakses 21 Juni 2022).

Laksamana, D. 2013. Morfologi Tanaman Paria.http://www.petani hebat.com/


2013/10/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-timun.html (diakses 21 Juni 2022).

Anda mungkin juga menyukai