Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Jl. PB. Sudirman Denpasar TELP./FAX. (0361) 222450

UAS BIOPESTISIDA
Hari/tanggal : Selasa/2 Juni 2020
Waktu : 90 menit

1. Uraikan pemahaman anda tentang agen hayati (agen biocontrol)


dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). (nilai
15).
Jawab :

Agensia hayati identik sebagai musuh alami yaitu organisme hidup


dari golongan invertebrata yang dapat menimbulkan sakit, merusak,
memangsa, menghambat dan mematikan organisme lain (hama
penyakit) tanaman, dan ada campur tangan manusia dalam hal
(pengembangan, penyediaan dan pelepasan ) kembali ke lapangan.

Agensia hayati ini bisa berasal dari golongan jamur, bakteri, virus
ataupun protozoa. Beberapa contoh agensia hayati yang sering
digunakan oleh petani adalah Tricoderma, Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae.

Pengendalian OPT secara hayati merupakan salah satu komponen


dalam pengendalian hama secara terpadu (PHT), dimana dengan cara
hayati diharapkan terjadi keseimbangan dalam ekosistem, sehingga
keberadaan OPT tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Dengan pengelolaan ekosistem yang baik, peran musuh alami dapat
dimaksimalkan untuk mencegah timbulnya ledakan OPT.
Penggunaan agens hayati ramah lingkungan dan mudah diperoleh
bahannya, bahkan lebih murah dan aman secara ekologis.
2. Pengendalikan OPT oleh agen hayati (agen biocontrol) dapat
dilakukan melalui berbagai cara.
a. Jelaskan mekanisme penekanan patogen oleh agen hayati.
(nilai 10).
Jawab :
Salah satu contoh mekanisme penekanan pantogen agen hayati
yaitu penekanan dengan strain anggota genus Bacillus
melakukan penekanan dengan mekansisme antibiosis yang
ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambatan pada kultur
Bacillus spp. yang ditumbuhkan pada medium secara berlapis
dengan bakteri patogen. Antibiosis merupakan mekanisme
antagonis dengan menghasilkan metabolit sekunder berupa
antibiotik atau senyawa mirip antibiotik seperti enzim pelisis,
senyawa yang mudah menguap, siderofor, dan substansi toksik
lainnya (Haggag & Mohamed, 2007

Antibiotik secara umum didefinisikan sebagai senyawa organik


dengan berat molekul rendah, yang dihasilkan sebagai
metabolit sekunder dan menghambat pertumbuhan atau
aktivitas metabolisme mikroba lain pada konsentrasi rendah.
Krebs et al. (1998) menyatakan bahwa strain Bacillus yang
diisolasi dari tanah teridentifikasi sebagai B. subtilis
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri, antijamur,
pemacu pertumbuhan tanaman dan penginduksi ketahanan
sistemik (Prihatiningsih, 2013)

b. Jelaskan mekanisme penekanan serangga hama oleh agen


hayati. (nilai 10).
Jawab :
Salah satu contoh mekanisme agen hayati melakukan
penekanan terhadap hama yaitu terjadi pada tanaman kubis
dimana agen hayati menekan perkembangan populasi Plutella
xylostella Linn. dan C. pavonana Zell dengan Mekanisme
patologi nematoda entomopatogen pada saat memparasit
serangga inang dengan jalan penetrasi secara langsung melalui
kutikula kedalam hemocoel atau melalui lubang – lubang alami
seperti spirakel, mulut dan anus (Sulistyanto, 1996). Sehingga
ketika Heterorhabditis sp. sudah masuk kedalam tubuh C.
pavonana dan melepaskan bakteri simbionnya yang mampu
membunuh C. pavonana, kemudian nematoda berkembang
biak di dalam tubuh C. pavonana yang mati, hingga pada
tahapan infektif juvenile keluar dari cadaver C. pavonana dan
mencari inang yangbarulagi.

3. Beri contoh tiga mikroorganisme yang sudah dikembangkan sebagai


agen hayati (agen biocontrol) pathogen tanaman. Sebutkan spesies
agen hayati dan spesies pathogen targetnya. (nilai 15).
Jawab :
Mikroorganisme yang sudah dikembang kan untuk agen hayati
pathoen tanaman :
- Agrobacterium radiobacter
Target Pathogen : Crown gall

- Pseudomonas fluorescens
Target Pathogen : Seedling diseases
- Trichoderma sp.
Target Pathogen : Root diseases.
- Trichoderma harzianum
Target Pathogen : Damping off.
- Bacillus thuringiensis
Target Pests : Caterpillar
- Bacillus popilliae
Target Pests : Japanese Beetle
- Pasteuria
Target Pests : Nematodes

4. Beberapa jenis bakteri, jamur dan virus sudah diteliti sebagai


kandidat agen hayati (agen biocontrol) untuk mengendalikan
serangga hama. Berikan contoh masing-masing 3 spesies bakteri,
jamur dan virus tersebut dan serangga hama targetnya. (nilai 15).
Jawab :
Bakteri
Agrobacterium radiobacter
Target : Crown Gall
Pseudomonas fluorescens
Target : Bacterial blotch
Pseudomonas fluorescens
Target : Seedling diseases.
Jamur
Peniophora gigantean
Target : Fomes annosus
Pythium oligandrum
Target : Phytium sp.
Trichoderma harzianum
Target : Damping off
Virus
Heliothis spp. NPV
Target : Heliothis spp.
Neodiprion lecontei
Target : N. lecontei
Cydia pomonella GV
Target : C. pomonella

5. Sebutkan masing-masing 5 poin kelebihan dan kelemahan


pengendalian OPT oleh agen hayati (agen biocontrol). Berikan
penjelasan masing-masing poin tersebut. (nilai 15).
Jawab :
Kelebihan :
 Virus serangga tidak menginfeksi mamalia, termasuk manusia,
 Aman untuk di tangani secara langsung.
 Umumnya relatif spesifik,
 Tdk ada resiko menginfeksi serangga non target yg berguna.
 Keberadaan virus alami dan ada di lingkungan.
Kekurangann :
 Virus memerlukan waktu beberapa hari untuk membunuh
inangnya, sementara serangga tsb terus menyebabkan
kerusakan tanaman.
 Kematian hama tergantung dosis, sering diperlukan dosis tinggi
untuk pengendalian yang memadai.
 Kepekaan serangga tergantung umur,
 Virus umumnya efektif pada stadia larva
 Keberadaan virus pada permukaan daun cepat menjadi inaktif
karena kena sinar matahari langsung atau temp tinggi, yang
dapat membatasi persistensinya dalam musim tertentu
6. Jelaskan teknik eksploitasi jamur sebagai agen hayati (agen
biocontrol) mulai dari eksplorasi sampai aplikasi di lapangan. (nilai
20).
Jawab :
Eksplorasi Jamur Entomopatogen. Eksplorasi dilakukan dengan dua
metode guna mendapatkan spesies jamur entomopatogen. Pertama,
menggunakan umpan serangga (insect bait method) seperti dilakukan
Hasyim & Azwana (2003). Serangga umpan yang digunakan ialah
larva Tenebrio monilitor Linn. (ulat Hongkong) instar ketiga yang baru
berganti kulit, ulat bambu dan P. xylostella instar tiga. Tanah yang
digunakan untuk memerangkap jamur entomopatogen diambil secara
purposive sampling. Tanah diambil dari pertanaman caisin petani.
Tanah tersebut lalu digali sedalam 5-10 cm kemudian diambil
sebanyak 1000 g, lalu dimasukan kedalam kantung plastik diberi
label berupa lokasi dan tanggal pengambilan sampel. Tanah
kemudian diayak dengan ayakan 600 mesh dan dimasukan kedalam
nampan plastik berukuran 35x28x7 cm2 dengan ketebalan tanah
3cm, setelah itu 20 ekor larva P. xylostella, T. monilitor dan ulat
bambu dan masing-masing dimasukan kedalam nampan. Kegiatan
ini diulang 20 kali. Lalu nampan ditutupi dengan kain puring hitam
yang telah dilembabkan. Tiga hari kemudian ulat diperiksa dan yang
terinfeksi jamur diisolasi di laboratorium pada ruang laminar air flow
yang telah disterilkan dengan alkohol 70%. Kedua mencari serangga
terinfeksi jamur di pertanaman caisin petani. Serangga terinfeksi
yang ditemukan dimasukan ke dalam cawan petri plastik berdiameter
9 cm, yang telah dialasi dengan kertas saring, lalu ditutup rapat
untuk menghindari kelembaban udara.

Jamur entomopatogen yang telah ditemukan melalui eksplorasi, di


isolasi dan identifikasi selanjutnya diseleksi, Seleksi dilakukan
menggunakan serangga uji, yaitu larva P. xylostella. Perbanyakan
larva P. xylostella pada tanaman caisin dilakukan di rumah kaca.
Perbanyakan jamur entomopatogen menggunakan media GYA.
Setelah biakan isolat jamur entomopatogen tersedia, lalu dilanjutkan
dengan menyeleksi isolat jamur tersebut. Seleksi isolat jamur
entomopatogen ini dilakukan seperti metode Herlinda et al., (2008)
dalam menyeleksi isolat-isolat B. bassiana pada walang sangit.
Caranya ialah dengan meneteskan 10µl suspensi jamur
entomopatogen dengan kerapatan 1x106 konidia ml-1 secara topikal
pada serangga uji. Setiap isolat jamur entomopatogen diinokulasi
pada 20 ekor larva P. xylostella instar ketiga yang baru ganti kulit
dan diulang sebanyak lima kali

Nimfa yang telah diaplikasi dengan isolat tadi selanjutnya dipelihara


dalam kurungan plastik berbentuk silinder (diameter 9cm dan tinggi
30cm) yang bagian atasnya ditutupi kain kasa dan didalamnya
terdapat pot tanaman caisin. Setiap 12 jam selama fase larva dicatat
jumlah larva yang mati, sedangkan jumlah larva yang tersisa yang
membentuk pupa juga dicatat setiap hari hingga semua larva menjadi
imago. Begitu juga dengan jumlah larva dan imago abnormal
dihitung setiap hari. Jamur entomopatogen yang paling sesuai dan
paling efektif untuk P. xylostella dicirikan atas paling tingginya
mortalitas P. xylostella tersebut.

Anda mungkin juga menyukai