FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
Bakteri entomopatogen
Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan serangga hama yang banyak
menyerang tanaman pangan (kacang tanah, kubis, tomat, tembakau, kentang, kedelai) dan
tanaman herba (Higuchi et al., 1994). Spodoptera litura menyebabkan kerusakan yang serius
pada saat fase pradewasa (larva).
Penelitian pemanfaatan agen biokontrol sebagai agen pengendali hayati serangga hama
sampai saat ini masih terus diupayakan, salah satunya adalah penggunaan mikroorganisme
entomopatogen. Pemanfaatan mikroorganisme khususnya bakteri entomopatogen untuk
mengendalikan populasi larva S. l
Bahan Dan Cara Kerja
Isolat Bakteri Bakteri entomopatogen diisolasi dari pupa S. litura yang telah mati
menggunakan metode serial pengenceran menurut Cakici et al. (2013). Sebanyak 10 buah
pupa yang mati dan tidak berkembang menjadi imago dewasa digerus dan disuspensikan pada
larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%). Sebanyak 100 µl suspensi bakteri dikulturkan mulai
dari pengenceran 10-4 sampai 10-7 . Koloni tunggal bakteri yang diperoleh kemudian
dipurifikasi dan diremajakan pada medium pertumbuhan nutrient agar (NA). Proses seleksi
isolat bakteri entomopatogen dilakukan melalui pengujian potensi larvasida terhadap larva S.
litura instar 3. Isolat terpilih kemudian dikarakterisasi secara morfologi mencakup pewarnaan
Gram, bentuk koloni, bentuk tepian koloni, warna koloni, dan elevasi (ketinggian koloni).
Sebagai bakteri pembanding digunakan isolat B. thuringiensis (Bt) yang merupakan koleksi
Institut Pertanian Bogor culture collection (IPBCC)
Keberhasilan
Dua isolat bakteri entomopatogen, Staphylococcus sciuri strain BLSP-3 dan Serratia sp.
strain BLSP-4 berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai agen biokontrol untuk
mengendalikan populasi S. litura, karena kedua isolat ini menghasilkan tingkat mortalitas
yang sama efektifnya dengan Bt yaitu lebih dari 80% terhadap larva S. litura instar 1, dan 2.
refrensi
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Berita%20Biologi%201.pdf
Efektivitas Bakteri Entomopatogen Dari Tanah Sawah Asal Kecamatan Cilebar Kabupaten
Karawang Terhadap Intensitas Serangan, Mortalitas Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Pada Hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceae L.)
Kubis bunga (Brassica oleracea var. botritys L.) merupakan tanaman sayuran famili
Brassicaceae jenis kol dengan bunga putih, berupa tumbuhan berbatang lunak yang berasal
dari Eropa sub tropik. (Cahyono, 2001). Umumnya kubis bunga dibudidayakan di daerah
dataran tinggi, namun beberapa kultivar dapat membentuk bunga di daerah dataran rendah.
Dalam pembudidayaan tanaman kubis bunga petani menghadapi beberapa permasalahan
seperti serangan hama. Hama yang menyerang kubis diantaranya adalah ulat grayak
(Spodoptera litura). Ulat grayak (Spodoptera litura) termasuk dalam ordo Lepidoptera. Hama
ini bersifat polifag, sehingga agak sulit dikendalikan. Gejala serangan ulat grayak
(Spodoptera litura) ini dimulai dari tahap larva, dimana larva yang masih muda merusak daun
dan meninggalkan bekas sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva
instar lanjut merusak tulang daun, dan menyebabkan tanaman kehabisan daun. Gejala
serangan yang cepat dan susah dikendalikan inilah menyebabkan perlunya pengendalian yang
intensif (Marwoto dan Suharsono, 2008).
Pengendalian hayati dengan menggunakan mikroba-mikroba antagonis memiliki beberapa
keunggulan antara lain ramah lingkungan, tidak membahayakan makhluk hidup, biaya yang
tidak mahal dan dapat memperoleh hasil pertanian yang aman bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya. Mikroba-mikroba ini dapat mengendalikan patogen penyebab penyakit dengan
cara kompetisi, menghasilkan antibiotik, mendegradasi dinding sel patogen dan
meningkatkan ketahanan tanaman. Salah satu jenis bakteri patogen penting adalah Bacillus
thuringiensis (Untung, 2006). Bacillus merupakan genus bakteri yang mampu membentuk
struktur dorman yaitu endospora yang bersifat tahan terhadap bahan-bahan kimia dan
perlakuan fisik seperti panas, UV dan kering. Isolat B. thuringiensis dicirikan oleh sel-sel
vegetatifnya yang membentuk rantai spora berbentuk oval terletak sub terminal dan adanya
kristal parasporal. Pada isolat-isolat bakteri ini kristal parasporal berbentuk bipiramidal dan
spherical. (Salaki, 2011)
hasil
Perlakuan perbedaan isolat yang telah diisolasi pada sampel tanah yang berasal dari
kecamatan cilebar tidak berpengaruh terhadap parameter intensitas serangan serangga uji
Spodoptera litura Namun intensitas serangan pada perlakuan isolat 5 saat pengamatan akhir
(33 HST) menghasilkan tingkat intensitas serangan larva serangga uji yang terendah.
Perlakuan perbedaan isolat berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas serangga uji
pada waktu pengamatan 24, 27, dan 33 HST. Persentase mortalitas larva serangga Spodoptera
litura tertinggi pada waktu pengamatan tersebut dihasilkan oleh perlakuan isolat bakteri 5,
sedangkan perlakuan tanpa isolat bakteri (kontrol) memberikan tingkat persentase mortalitas
terendah untuk seluruh waktu pengamatan Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri
memiliki potensi kemampuan patogenitas terhadap larva Spodoptera litura instar 3 yang
merupakan stadia yang mempunyai kemampuan merusak paling tinggi terhadap tanaman
budidaya.
Refrensi
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Bakteri%20entomopatogen%20sawah.pdf
Uji efikasi beberapa isolat bakteri entomopatogen terhadap kecoa (Orthoptera) Periplaneta
americana (L.) dan Blatella germanica (L.) dalam skala laboratorium
Kecoa merupakan salah satu serangga vektor penyakit yang dapat menimbulkan dampak
buruk pada kesehatan manusia. Pengendalian kecoa menggunakan insektisida yang
berlebihan dapat menimbulkan residu di lingkungan dan resistensi kecoa. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pengendalian alternatif diantaranya dengan menggunakan agen hayati berupa
bakteri entomopatogen.
Pada penelitian ini digunakan tiga isolat bakteri entomopatogen yang masing-masing
diisolasi dari Spodoptera litura mati, dan Bacillus thuringiensis koleksi IPBCC. Pengujian
dilakukan dengan metode semprot dan umpan pada konsentrasi 108 .
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri entomopatogen yang digunakan pada
penelitian ini dapat menimbulkan mortalitas kecoa. Pengamatan morfologi dan uji Postulat
Koch menunjukkan bahwa kematian kecoa dipastikan disebabkan oleh isolat bakteri yang
diberikan. Pada metode semprot, isolat bakteri SP4 menyebabkan mortalitas tertinggi baik
pada P. americana (26,67%) maupun pada B. germanica (80%). Sedangkan pada metode
umpan, isolat B. thuringiensis menyebabkan mortalitas tertinggi pada P. americana (10%)
dan pada B. germanica (6,67%). Dari segi waktu kematian, diketahui bahwa perlakuan SP4
metode semprot lebih efektif dalam memengaruhi mortalitas B. germanica yaitu 2 jam 30
menit 46 detik
refrensi
file:///C:/Users/ACER/Downloads/3602-10718-1-SM.pdf