Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343264130

Keanekaragaman Serangga Aerial Semak Area Persawahan Dusun Dadapan

Technical Report · July 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.29151.69283

CITATIONS READS

0 122

1 author:

Akhmad Rubani
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Keanekaragaman Serangga Aerial Semak Area Persawahan Dusun Dadapan, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi View project

All content following this page was uploaded by Akhmad Rubani on 28 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Keanekaragaman Serangga Aerial Semak Area Persawahan Dusun Dadapan,
Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi

Akhmad Rubani
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: akhmadrubani@gmail.com

ABSTRAK

Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang jumlahnya paling dominan
di antara kelompok hewan dalam filum Arthropoda maupun kelompok hewan
lainnya yang tersebar luas. Keberadaan serangga dapat dijadikan sebagai
indikator keseimbangan ekosistem. Keberadaan serangga menjadi salah
satu komponen biotik yang sangat berpengaruh pada rantai makanan.
Penelitian keanekaragaman serangga aerial semak dilakukan di area
persawahan Dusun Dadapan, Kecamatan Srono, Banyuwangi.
Pengambilan data menggunakan Yellow Pan Trap yang dipasang pada
transek 25 m dan setiap trap berjarak 5 m. Ditemukan 7 spesies serangga
aerial berbeda dengan indeks keanekaragaman tergolong sedang yaitu
1,356. Keadaan ini dipengaruhi faktor biotik dan abiotik lingkungan
diantaranya, suhu, kelembapan, vegetasi semak, maupun aktivitas manusia
di area persawahan.

Kata Kunci: Keanekaragaman, Serangga Aerial, Yellow Pan Trap

PENDAHULUAN kosong sekitar persawahan. Hal ini dikarenakan,


Ekosistem persawahan merupakan salah aliran nutrisi juga berdampak pada lingkungan
ekosistem buatan yang diwujudkan dengan tujuan sekitar sehingga memacu pertumbuhan rumput
meningkatkan hasil produksi bahan pangan. liar maupun semak-semak.
Ekosistem ini memuat berbagai macam habitat Semak-semak sekitar sawah ini
yang diciptakan secara langsung maupun tidak. berpengaruh terhadap keberlangsungan ekosistem
Secara umum pada persawahan terdapat itu sendiri, salah satu pengaruhnya adalah
kesamaan jenis tanaman yang ditumbuhkan. serangga yang hidup di area tersebut. Serangga
Namun disamping itu, ekosistem ini memacu dan gulma semak merupakan komponen penting
pembentukan ekosistem semak belukar diarea pada ekosistem persawahan. Serangga herbivora
dapat menjadi hama bagi tanaman budidaya. Kabupaten Banyuwangi sebagai indicator tingkat
Sedangkan gulma semak sebagai tumbuhan liar keseimbangan ekosistem buatan tersebut.
yang tidak dibudidayakan, dapat berkompetisi
dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan METODE PENELITIAN
cahaya matahari, air, dan zat hara (Aminatun, Waktu dan Tempat Penelitian
2012). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23-25 April
Serangga merupakan kelompok hewan 2020 di Area Persawahan Dusun Dadapan, Desa
yang jumlahnya paling dominan di antara Parijatah Kulon, Kecamatan Srono Banyuwangi,
kelompok hewan dalam filum Arthropoda dengan titik koordinat 8°20’52.6”S
maupun kelompok hewan lainnya dan terdapat 114°14’21.9”E.
dimana-mana. Serangga memiliki karakter yang
beragam dalam hal struktur sayap, antena, bentuk
tubuh, dan ciri morfologi lainnya. Serangga juga
memiliki peran yang beragam dalam
hubungannya dengan tumbuhan dan hewan
lainnya termasuk manusia (Kedawung, 2013).
Keberadaan serangga dapat dijadikan (Sumber: Google Earth)
sebagai indikator keseimbangan ekosistem.
keberadaan serangga menjadi salah satu Alat dan Bahan
komponen biotik yang sangat berpengaruh pada Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
rantai makanan. Semakin tinggi tingkat ini adalah meteran, tali rafia, pantrap, air,
keanekaragaman maka akan berpengaruh pada detergen, dan pepolasi serangga semak area
ekosistem yang semakin seimbang. Alrazik persawahan Dusun Dadapan.
(2017) menyatakan, keanekaragaman jenis yang Prosedur Kerja
tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas Penentuan titik sampling dibuat garis transek
memiliki kompleksitas yang tinggi dan interaksi sepanjang 25 m secara horizontal menggunakan
akan melibatkan transfer energi (jaring makanan), tali rafia. Dipasang Yellow Pan Trap pada setiap
predasi, kompetisi, dan pembagian relung. jarak 5 m dari satu sama lain, sehingga terpasang
Namun, disamping itu Odum (1971) menjelaskan, 5 buah pantrap. Setiap trap, diisi dengan larutan
bahwa keanekaragaman jenis cenderung akan detergan dengan kadar sedang. Trap dibiarkan
rendah dalam ekosistem yang secara fisik selama 2 hari untuk memperoleh hasil maksimal.
terkendali yaitu yang memiliki faktor pembatas Setelah penjebakan selesai, spesimen dibawa
fisik kimia yang kuat dan akan tinggi dalam kembali untuk diidentifikasi.
ekosistem yang diatur secara alami. Oleh karena Analisis Data
itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Analisis data dilakukan dengan menggunakan
keanekaragaman serangga aerial semak area indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’)
persawahan Dusun Dadapan, Kecamatan Srono, dengan rumus berikut:
H’ = - ∑pi ln pi H’ = - (-1,356)
pi = ni / N = 1,356 Keankaragaman sedang
Keterangan: Keanekaragaman jenis serangga yang
pi : proporsi dari jumlah individu jenis ke-i ditemukan di tunjukan oleh tabel 1, diamana
H’: indeks keanekaragaman ShannonWiener didapatkan 7 spesies berbeda dengan komposisi
ni : jumlah individu dari jenis ke-i yang berbeda pula di setiap trap yang dipasang.
N : jumlah total individu dari seluruh jenis Didapatkan antara lain Lucilia sericata,
Cicadeilidae, Musca autumnalis, Drosophilla sp.,
Besarnya nilai H’ didefinisikan sebagai berikut:
Nilapartava lugens, Ascalapha odorata, dan
H’<1 : Keanekaragan Rendah
Hermelia illucens. Diketahui juga bahwa terdapat
H’ 1-3 : Keanekaragaman Sedang
beberapa trap yang di dapati serangga aerial yang
H’>3 : Keankeragaman Tinggi (Odum, 1971)
tertangkap yaitu trap I dan trap IV. Hal ini
dikarenakan perbadaan posisi maupun ketinggian
HASIL DAN PEMBAHASAN
trap saat pemasangan. Menurut Latip (2015),
Jenis serangga aerial yang ditemukan pada
Kemelimpahan terjadi sejalan perkembangan fase
pada setiap Yellow Pan Trap yang dipasang
tumbuh tanaman sebagai habitatnya. Hal ini
berjumlah 7 jenis, ditampilkan pada tabel berikut:
disebabkan semakin tua tanaman, populasi dan
Tabel 1. Serangga aerial yang ditemukan pada
komposisi serangga makin menurun, karena
setiap trap
kondisi habitatnya menjadi kurang cocok,
No Nama Spesies Yellow Pan Trap
Total sehingga banyak serangga berpindah ke habitat
I II III IV V
1 Lucilia sericata - 1 - - - 1
2 Cicadeilidae
baru atau mati bila gagal beradaptasi. Perolehan
- 1 - - - 1
3 Musca autumnalis - - 3 - 8 11 serangga juga dipengaruhi oleh ketinggian posisi
4 Drosophilla sp. - - 2 - - 2
5 Nilapartava
trap yang dipasang, yang juga berpengaruh
- - 1 - - 1
lugens pemantulan cahaya oleh warna kuning trap.
6 Ascalapha odorata - - 1 - - 1
7 Hermelia illucens - - - 1 1 Michael (1994) menjelaskan, serangga yang
17 terbang lebih cepat dan lebih berat tidak dapat
menghindari intensitas sinar yang tinggi pada saat
Hasil analisis data menggunakan indeks Shanon-
terakhir dan dengan demikian tertangkap didalam
Wiener ditunjukan dalam tabel berikut:
trap. Ketinggian pemasangan trap mempengaruhi
Tabel 2. Analisis indeks Shanon-Wiener
penangkapan. Umumnya, makin tinggi trap
No Nama Spesies Pi ln Pi Pi ln Pi
1 Lucilia sericata dipasang, makin kecil penangkapan, karena
0,058 -2,847 -0,165
2 Cicadeilidae 0,058 -2,847 -0,165 rapatan aerial kebanyakan serangga akan
3 Musca autumnalis 0,647 -0,435 -0,281 menurun dengan ketinggian.
4 Drosophilla sp. 0,117 -2,145 -0,250 Didapatkan serangga yang memiliki
5 Nilapartava lugens 0,058 -2,847 -0,165 densitas tertinggi adalah Musca autumnalis (lalat
6 Ascalapha odorata 0,058 -2,847 -0,165
wajah atau lalat musim gugur) yang didapatkan
7 Hermelia illucens 0,058 -2,847 -0,165
-1,356 11 ekor pada 2 trap yang berbeda. Hal ini
dikarenakan semak area persawahan sering
digunakan sebagai lapang pelapasan ternak sapi menunjukkan bahwa suhu pada lingkungan
untuk makan, sehingga kotoran ternak memicu berada pada kisaran suhu optimal serangga
kelimpahan lalat tersebut. Krafsur (1997) (Haneda, 2013).
menjelaskan, lalat wajah, Musca autumnalis Faktor biotik juga mempengaruhi
(Diptera: Muscidae), mencari makan di mata dan keanekaragaman serangga yang ditemukan, salah
wajah sapi dan kuda di daerah beriklim belahan satunya adalah keadaan vegetasi tumbuhan semak
bumi utara. Telur dan larva muncul secara di area persawahan yang diamati. Vegatasi semak
eksklusif di tepian kotoran sapi dan bison. di area ini memiliki kelimpahan yang cukup
Analisis tingkat keanekaragaman tinggi yang didominasi oleh semak dengan
digunakan indeks Shanon-Wiener untuk ukuran besar, sehingga hal ini mendukung
memvisualisasikan keadaan ekosistem tersebut. penyediaan nutrisi untuk kehidupan serangga.
Terlihat pada Tabel 2, perhitungan indeks Sesuai dengan penjelasan Alrazik (2017) bahwa
keanekaragamann didapatkan hasil 1,356 yang jumlah individu pada vegetasi semak dan vegetasi
dikategorikan sebagai keanekaragaman sedang. tegakan yang relatif sama terkait dengan bahan
Hasil ini dipengaruhi oleh keadaan biotik maupun organik berupa serasah yang melimpah sebagai
abiotik lingkungan sehingga berdampak pada sumber makanan atau sebagai sarang
keanekaragaman di ekosistem tersebut. Nilai dibandingkan vegetasi rumput. Keanekaragaman
tersebut sudah menggambarkan keseimbangan vegetasi di hutan alam menyediakan bahan
yang cukup kompleks, namun masih dapat organik berupa serasah yang melimpah dan
dikatakan kurang karena nilai hampir mendekati sangat diperlukan oleh serangga sebagai sumber
1 (satu). Haneda (2013) menyebutkan bahwa makanan atau sebagai sarang.
keanekaragaman dan kelimpahan serangga secara Keanekaragaman serangga ini juga
umum akan ditentukan pula oleh faktor dipengaruhi oleh aktivitas manusia maupun jenis
lingkungan. Setiap jenis serangga mempunyai ekosistem diarea tersebut. Area persawahan
kesesuaian terhadap lingkungan tertentu. Oleh merupakan ekosistem buatan yang memiliki
karena itu, faktor fisik lingkungan sangat aktivitas manusia di area tersebut, sehingga
mempengaruhi. mempengaruhi keanekaragaman serangga itu
Pengukuran suhu lingkunan dikatahui sendiri. Latip (2015) menyebutkan, secara umum
berkisar pada suhu 29-31 ℃ yang dapat keanekaragaman berbagai spesies cenderung
dikategorikan standar untuk wilayah persawahan. lebih rendah pada pertanaman agroekosistem,
Suhu dan kelembapan lingkungan ini sangat karena terganggu oleh adanya aktivitas manusia
berpengaruh pada keanekaragaman serangga dibanding pertanaman vegetasinya masih alami
sendiri. Suhu berpengaruh terhadap aktivitas yang masih terjaga.
serangga, penyebaran geografis dan lokal, serta
perkembangan. Kelembaban mempengaruhi
penguapan cairan tubuh serangga dan pemilihan
habitat yang cocok. Hasil pengukuran
Pertanian Desa Sapikerepsukapura
KESIMPULAN Probolinggo dan Pemanfaatannya Sebagai
Hasil pengamatan keanekaragaman serangga Buku Panduan Lapang Serangga. Jurnal
aerial pada vegetasi semak area persawahan Pancaran. Vol. 2, No. 4.
Dusun Dadapan menggunakan metode Yellow Krafsur, Elliot and Roger Moon. 1997. Bionomics
Pan Trap, ditemukan sebanayak 7 spesies yaitu of the face fly, Musca autumnalis. Annu.
Lucilia sericata, Cicadeilidae, Musca autumnalis, Rev. Entomol. Vol. 42.
Drosophilla sp., Nilapartava lugens, Ascalapha Latip, D., Pasaru, F., Hasriyanti. 2015.
odorata, dan Hermelia illucens. Analisis indeks Keanekaragaman Serangga Pada
keanekaragaman (H’) didapatkan nilai sebesar Perkebunan Kakao (Theobroma cacao L.)
1,356, hal tersebut menunjukan keanekaragaman Yang Diaplikasi Insektisida dan Tanpa
serangga aerial area tersebut tergolong sedang Insektisida. Jurnal Agrotekbis. Vol 3 No. 2.
karena H’ berada pada interval 1-3 (1<H’<3). Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk
Keadaan ini dipengaruhi faktor biotik dan abiotik Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
lingkungan diantaranya, suhu, kelembapan, Jakarta: UI Press.
vegetasi semak, maupun aktivitas manusia di area Odum EP. 1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi
persawahan. Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Alrazik, Muhammad Uksim., Jahidin., Damhuri.
2017. Keanekaragaman Serangga (Insecta)
Subkelas Pterygota di Hutan Nanga-Nanga
Papalia. Jurnal Ampibia. Vol. 2. No.1.
Aminatun, Tien, Edhi Martono, S. Woro S. dan S.
Djalal Tandjung. 2012. Analisis Pola
Interaksi Serangga-Gulma Pada Ekosistem
Sawah Surjan Dan Lembaran Yang
Dikelola Secara Organik Dan
Konvensional. JURNAL MANUSIA DAN
LINGKUNGAN. Vol. 19 No.3.
Haneda, Noor Farikhah., Cecep Kusmana, dan
Fitria Dewi Kusuma. 2013.
Keanekaragaman Serangga di Ekosistem
Mangrove. JURNAL SILVIKULTUR
TROPIKA. Vol. 4. No. 1.
Kedawung., Wachju, Jekti. 2013.
Keanekaragaman Serangga Tanaman
Tomat (Lycopersicon esculentum) di Area

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai