net/publication/349160105
CITATIONS READS
0 1,749
5 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Urban forest development at landside of Hang Nadim Batam Airport based on the microclimate and noise study View project
All content following this page was uploaded by Amalia Novita Putri on 10 February 2021.
Oleh :
Rosalina (E34140107) , Muhammad Ilham A (E34150021), Tsamarah Nada S1) (E34150058), Ditro
1) 1)
ABSTRAK
Herpetofauna merupakan kelompok satwa yang merupakan salah satu jenis potensi keanekaragaman
hayati hewani, terdiri atas kelas Amfibi dan Reptil. Kelompok ini kurang dikenal dan jarang diketahui.
Kampus biodiversitas di Institut Pertaniaan Bogor merupakan habitat dan vegetasi yang baik bagi satwa salah
satunya herpetofauna. Inventarisasi satwa liar sangat penting untuk dilakukan guna mengetahui potensi serta
strategi pengelolaan yang baik dan tepat dalam mengelola satwa liar dengan memperhatikan aspek kelestarian,
kuantitas dan kualitas habitat, melakukan perbaikan ruang hidup guna meningkatkan daya dukung areal, dan
aspek ekonomi dari satwa tersebut. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode Survey
Penjumpaan Visual (Visual Encounter Survey). Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui berbagai
macam jenis ampibi dan reptil yang ada di sekitar kolam FPIK IPB. Indeks dominansi pada setiap spesies
sebesar 25% dengan peluang perjumpaan pada masing-masing spesies sebesar 0,25. Hal ini menunjukan
bahwa setiap spesies yang ditemukan merupakan jenis dominan yang ditemukan di tempat pengamatan karena
nilai indeks dominansi ≥ 5%.Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai untuk indeks kekayaan Margalef (Dmg)
sebesar 2,16, kekayaan spesies di lokasi pengamatan sangat rendah karena kurang dari 3,5.
Katak
Ular lidah
pohon 1 25 0,5 1 25 0,5
api
bergaris
Kongkang Cicak
1 25 0,5 1 25 0,5
kolam tembok
Tabel 2 Rekapitulasi dengan metode Survey Penjumpaan Visual (Visual Encounter Survey)
Data yang ditunjukan pada Tabel 1 bahwa jika kepadatan suatu hewan atau tumbuhan
menunjukan indeks dominansi serta peluang di suatu daerah sangat berlimpah atau dominan, hal
perjumpaan pada setiap individu spesies yang ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan
ditemukan. Diketahui bahwa indeks dominansi pada daerah tersebut sangat mendukung bagi
pada setiap spesies sebesar 25% dengan peluang kehidupan hewan tersebut, namun jika kepadatan
perjumpaan pada masing-masing spesies sebesar hewan atau tumbuhan disuatu daerah tidak
0,25. Hal ini menunjukan bahwa setiap spesies ditemukan, maka kondisi lingkungan pada daerah
yang ditemukan merupakan jenis dominan yang tersebut tidak mendukung bagi kehidupan hewan
ditemukan di tempat pengamatan karena nilai tersebut. Sedangkan menurut Alikodra (1990)
indeks dominansi ≥ 5%. dominansi yang sama bisa diakibatkan beberapa
Terdapat beberapa faktor yang faktor yang dapat mempengaruhi ukuran dan
menyebabkan indeks dominansi menjadi dominan kepadatan populasi seperti kondisi iklim,
diantaranya yang dikemukakan oleh Suin (2004) kemampuan adaptasi suatu jenis satwaliar,
interaksi antar individu maupun antar jenis dan diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa indeks
penyakit yang sesuai. Secara umum habibat amfibi keanekargaman herpetofauna di lokasi pengamatan
dan reptil terbagi menjadi 5 yakni terrestrial, kolam FPIK IPB termasuk rendah. Sedangkan
arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial. indeks kemerataan jenis (E) diperoleh
Reptil dan amfibi menghuni hampir seluruh menunjukkan bahwa kemerataan herpetofauna di
permukaan bumi, kecuali di antartika (Pough et al lokasi penyebarannya tidak merata. Hal ini
1998). dikarenakan, menurut konsep kemerataan jika nilai
Kepadatan spesies populasi di lokasi indeks yang diperoleh mendekati 1 (satu) berarti
pengamatan pada umumnya tidak pernah sama. Hal penyebarannya semakin merata. Dengan demikian
ini karenakan kelahiran dapat menambah populasi dapat dikatakan bahwa penyebaran spesies di
dan kematian mengurangi jumlah populasi, selain lokasi pengamatan tidak merata karena nilai yang
itu bertambah atau berkurangnya populasi suatu diperoleh jauh dari angka 1 (satu).
spesies juga dipengaruhi oleh predator, Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai
ketersediaan makanan dan habitat spesies tersebut untuk indeks kekayaan Margalef (Dmg) sebesar
(Suin 2004). Selain itu, pada umumnya semua 2,16. Diketahui bahwa kategori penetapan
makhluk hidup selalu berinteraksi dengan kekayaan jenis untuk indeks kekayaan Margalef
lingkungan mereka. Mattison (1992) menyatakan dibagi menjadi tiga kategori, diantaranya jika Dmg
bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi ≤ 3,5 maka kekayaan jenis rendah, jika 3,5 ≤ Dmg
hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya, ≤ 5 maka kekayaan jenis tinggi, dan jika Dmg > 5
yaitu faktor fisik (panas, cahaya matahari dan maka kekayaan jenis tinggi. Dengan demikian
kelembaban) dan faktor biologi (pemangsaan, dapat dikatakan bahwa kekayaan spesies di lokasi
suplai makanan dan kompetisi). pengamatan sangat rendah karena kurang dari 3,5.
Keanekaragaman jenis dapat dilihat dengan
menggunakan berbagai parameter diantaranya
dengan menghitung nilai indeks keanekaragaman. SIMPULAN
Indek yang dihitung meliputi indek kelimpahan
individu jenis (H’), indek kemerataan jenis (E) dan Jenis amfibi dan reptile yang ditemukan di sekitar
dan Indeks kekayaan Margalef (Dmg). Pernyataan kolam FPIK yaitu Katak Pohon Bergaris,
ini didukung dengan pendapat Darmawan (2006) Kongkang Kolam, Ular Lidah Api dan Cicak
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Tembok.
keanekaragaman dengan keseimbangan jenis
dalam satu komunitas.
Penghitungan hanya dilakukan terhadap DAFTAR PUSTAKA
jenis-jenis yang ditemukan di dalam jalur
pengamatan yaitu di Kolam FPIK IPB. Data Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Bogor
mengenai indeks keanekaragaman dapat dilihat (ID): Departemen Pendidikan dan
pada Tabel 2 yang menyatakan bahwa indeks Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
keanekaragaman Shannon-Wiener (H′) dan indeks Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati.
kemerataan (E) bernilai 0 sedangkan indeks Institut Pertanian Bogor.
kekayaan margalef (Dmg) sebesar 2,16. Ario A. 2010. Panduan Lapangan Mengenal Satwa
Magurran (1988) menjelaskan bahwa nilai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
indeks keanekaragaman (H’) ini berhubungan Jakarta (ID) :Conservation International
dengan kekayaan spesies pada lokasi tertentu, akan Indonesia Perpustakaan Nasional.
tetapi dipengaruhi juga oleh distribusi kelimpahan Darmawan MP. 2006. Keanekaragaman Jenis
spesies. Berdasarkan Masson (1981) bahwa nilai Burung Pada Beberapa Tipe
H’≤ 1 termasuk keanekaragaman rendah dan nilai Habitat Di Hutan Lindung Gunung Lumut
1≤H’≤3 termasuk keanekaragaman sedang dan Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor (ID):
kestabilan komunitas sedang. Menurut data yang
Departemen Konservasi Sumkberdaya Hutan Jawa Barat [skripsi]. Depok (ID):
dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Departemen Biologi FMIPA, UI.
Duellman W, Trueb L. 1976. Biology of Vitt LJ, Caldwell JP. 2009. Herpetology: An
Amphibians. New York (USA): McGraw-hill Introductory Biology of Amphibians and
book Company. Reptiles. 3rd ed. California (USA)
Halliday T, Adler K. 2000. The Encyclopedia of :Elsevier, Academic Press, Inc.
Reptiles and Amphibians. New York (USA) :
Facts on File Inc.
Heyer. 1994. Measuring and Monitoring
Biological Diversity: Standard Methods for
Amphibians. Washington (USA):
Smithsonian Institution Press.
Iskandar D T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali Seri
Panduan Lapangan. Bogor (ID) : Puslitbang
LIPI.
Kusrini MD, Alford RA. 2006. Indonesia’s exports
of frogs’ legs. Traffic Bull. 21(1): 13-24.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its
Measurement. New Jersey (USA) :
Princeton University Press.
Mason cf. 1981. Biology Freshwater Polution 2nd
Edition. New York (USA): Longman
Scientific and Technical.
Mattison C. 2005. Encyclopedia of Reptils and
Amfibians An Essential Guide to Reptiles
and Amphibians of The World. London
(UK) : The Grange Book Plc.
Pough FH, Andrew RM, Cadle JE, Crump ML,
Savitzky AH, Wells KD. 1998.
Herpetology. New Jersey (USA): Prentice-
Hall Inc.
Putra K, Rizaldi, Djong HT. 2012. Komunitas
anura (amphibia) pada tiga tipe habitat
perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi.
Jurnal Biologi Universitas Andalas.
1(2):156-165.
Qurniawan TF, Addien FU, Rury E , Trijoko. 2012.
Eksplorasi keanekaragaman herpetofaunna
di Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon
Progo Yogyakarta. Jurnal Teknosains. 1(2):
78-85.
Stebbins RC, Nathan WC. 1997. A Natural History
of Amphibians. New Jersey (USA):
Princeton Univ.
Suin NM. 2004. Metode Ekologi. Padang (ID)
:Andalas University Press.
Susanto D. 2006. Struktur komunitas amfibi di
Kampus Universitas Indonesia, Depok,
Lampiran
Tabel 1 Daftar jenis herpetofauna yang ditemukan menggunakan metode VES di sekitar kolam FPIK
BERAT SVL TL
NO NAMA WAKTU SUBSTRAT AKTIVITAS X(m) Y(m) (gr) (cm) (cm)
Kongkang
1 19.30 Tembok Diam 0.5 0.3 3.5
kolam
2 Cicak rumah 20.15 Tembok Diam 0.5 1 10 6
3 Lidah Api 20.30 Pohon Diam 1 2 100 67
Katak pohon Batang daun
4 21.13 Diam 0.5 0.3 8.5
bergaris talas
Pengolahan data
1. Dominansi
𝑛𝑖
𝐷= 𝑥 100% = 25%
𝑁
2. Indeks kekayaan jenis
𝑆−1 4−1
𝐷𝑚𝑔 = = = 2,16
ln( 𝑁) ln( 4)
3. Indeks keanekaragaman
𝐻 ′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 1 ln 1 = 0
4. Indeks kemeraraan
𝐻′
𝐸 = ln(𝑆) = 0
Dokumentasi Kegiatan