Anda di halaman 1dari 11

Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi p-ISSN 2550-1232

Doi: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2020.Vol.4.No.1.95 e-ISSN 2550-0929

Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi (Echinoidea) di


Perairan Desa Wawama Kabupaten Pulau Morotai

Morphological Characteristics and Ecological Index Sea Urchins (Echinoidea)


in Wawama Village Water Morotai Island District

Djainudin Alwi1*, Sandra Hi. Muhammad1 dan Irwanto Tae1


1
Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK UNIPAS Morotai, 97771, Indonesia
*Korespondensi: djainudinalwi@gmail.com

ABSTRAK

Masyarakat Desa Wawama Kabupaten Pulau Morotai memanfaatkan bulu babi


sebagai bahan makanan, namun pengetahuan mengenai bulu babi sendiri hanyalah
semata-mata sebagai bahan makanan yang bernilai ekonomis. Sedangkan aspek
morfologi dan ekologi sampai sejauh ini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan
mempelajari karateristik morfologi dan menganalisis indeks ekologi bulu babi
(Echinoidea). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2019
bertempat di Desa Wawama Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan karateristik morfologi dari jenis bulu babi
yang ditemukan dilokasi penelitian baik dari bentuk tubuh, warna maupun organ lainnya.
Hasil analisis indeks ekologi untuk nilai kepadatan bulu babi terlihat bervariasi, dimana
jenis Diadema setosum memiliki nilai tertinggi disemua stasiun penelitian.
Keanekaragaman jenis pada ke tiga stasiun dengan kisaran nilai 0,658-1,032-1,336
dengan nilai rata-rata sebesar 1,009, sesuai pada kriteria keanekaragaman jenis (H’) pada
analisis Shannon Winner kategori sedang. Indeks kemerataan (E) kategori cukup merata
karena nilai yang diperoleh berkisar antara 0,329-0,346 rata-rata sebesar 0,336 dan indeks
dominasi (C) dinyatakan tidak ada spesies yang mendominasi karena nilai yang diperoleh
berkisar antara 0,275-0,535 dengan nilai rata-rata dari tiga stasiun sebesar 0,396.

Kata kunci : Morfologi, ekologi; bulu babi, Kabupaten Pulau Morotai

ABSTRACT

The people of Wawama Village, Morotai Island Regency, use sea urchins as food,
but the knowledge of sea urchins themselves is a food that has economic value.While the
morphological and ecological aspects so far have not been known. This aims to study the
morphological characteristics and analyze the ecological index of sea urchins. This
research was conducted in November-December 2019 in the Village of Wawama, South
Morotai District, Pulau Morotai District. The results showed that there were differences
in the morphological characteristics of the types of sea urchins found in the study location
both from body shape, color and external organs. The results of the ecological index
analysis for the value of the density of sea urchins look varied, where the type of
Diadema setosum has the highest value in all research stations. Species diversity at the
three stations with a range of values from 0.658 to 1.032-1.336 with an average value of
1.009, according to the species diversity criteria (H’) in the medium category Shannon
Winner analysis. Evenness index (E) category is quite evenly distributed because the
values obtained ranged from 0.329 to 0.346 on average by 0.336 and the dominance index

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020, 1


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu p-ISSN 2550-
Babi 1232

(C) was declared to be no species dominance because the values obtained ranged from
0.275 to 0.535 with the mean of the three stations amounted to 0.396.

Key words: Morphology; ecology; sea urchins, Morotai island district

PENDAHULUAN rusaknya komunitas lamun di beberapa


Landak laut atau juga dikenal daerah pantai tropika dan subtropika
dengan bulu babi (Echinoidea) umumnya (Suryanti dan Ruswahyuni, 2014).
hidup di daerah batu karang, lamun, dan Anwar dkk, (2015) mengemukakan
juga pasir. Bulu babi hidup berkoloni bahwa secara morfologi bulu babi
yang berfungsi agar dapat merupakan hewan yang unik karena
mempertahankan diri dan ada juga yang memiliki duri pada seluruh bagian
hidup menyendiri yang membuat bulu tubuhnya yang berfungsi sebagai alat
babi rentan terhadap predator. gerak maupun pelindung diri dari
Keberadaan bulu babi pada suatu serangan predator.
ekosistem tidak lepas juga dari pengaruh Pengetahuan tentang karateristik
faktor fisika kimia pada lingkungan morfologi penting untuk dipelajari
tersebut. Bulu babi memiliki fisik sehingga dapat dibedakan mana jenis
pertahanan (duri) dan yang membuat yang bernilai ekonomis dan tidak bernilai
mereka cocok untuk bertahan dan ekonomis karena tidak semua jenis bulu
melindungi diri dari organisme laut babi dapat dikonsumsi, hal ini lakukan
seperti moluska, udang, kepiting, untuk menghindari terjadinya eksploitasi
polychaetes (cacing anelida), copepods berlebihan oleh masyarakat. Sedangkan
(crustacea kecil), dan ikan, (Ayyagari dan indeks ekologi berkaitan dengan nilai
Kondamudi, 2014). yang mengambarkan kestabilan
organisme dalam suatu komunitas dengan
Secara ekonomi gonad bulu babi
lingkungannya. Ardi, (2002) berpendapat
dapat dikonsumsi sehingga memiliki nilai
bahwa faktor lingkungan abiotik dan
jual yang cukup tinggi. Bulu babi
biotik sangat bepengaruh terhadap
merupakan salah satu sumber daya
interaksi spesies serta pola siklus hidup
perairan yang mempunyai potensi untuk
dari masing-masing spesies dalam
dikembangkan sebagai penambah
komunitas dengan demikian, maka
keanekaragaman protein hewani
pengetahuan tentang indeks ekologi
(Rachmawaty, 2004). Oleh masyarakat
sangat penting untuk pelajari.
yang tinggal di daerah pesisir lebih
Masyarakat Desa Wawama
dikenal dengan nama “duri babi” yang
Kabupaten Pulau Morotai memanfaatkan
merupakan salah satu dari sekian jenis
bulu babi sebagai bahan makanan, namun
makrobentos dari kelas Echinoidea yang
pengetahuan mengenai bulu babi sendiri
dapat mencapai ukuran diameter
hanyalah semata-mata sebagai bahan
cangkang 163 mm dan mencapai berat
makanan yang bernilai ekonomis.
200 gram (Radjab, 2001).
Sedangkan aspek morfologi dan ekologi
Manfaat ekologis bulu babi beragam sampai sejauh ini belum diketahui.
termasuk diantaranya adalah sebagai Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
tempat berlindung beberapa jenis ikan mempelajari karakteristik morfologi dan
tertentu, makanan beberapa jenis ikan, indeks ekologi bulu babi. Hasil penelitian
organisme penentu berperan dalam ini diharapkan dapat memberikan
berbagai interaksi dengan biota laut lain. informasi dasar bagi pihak-pihak terkait
Merupakan faktor penentu kelimpahan aspek morfologi serta kondisi ekologis
dan sebaran tumbuhan laut perairan bulu babi di perairan Desa Wawama
dangkal. Organisme ini menjadi spesies Kabupaten Pulau Morotai.
utama yang mengontrol struktur
komunitas ganggang laut dan atas

2 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020,


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi p-ISSN 2550-1232
Doi: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2020.Vol.4.No.1.95 e-ISSN 2550-0929

METODE PENELITIAN Sebagai data penunjang dilakukan


Alat dan bahan pengukuran parameter lingkungan
meliputi, suhu, salinitas, pH, dan substrat.
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuadrat 1x1 Analisis Data
m, meteran roll, GPS (GARMIN 64s), Hasil identifikasi jenis dan
Hand Refraktometer (Portable morfologi bulu babi ditampilkan dalam
refraktometer), thermometer (Oxygen bentuk gambar kemudian dijelaskan
Meter), dan pengukur pH air (Hanna secara deskriptif. Sedangkan analisis
instrument), dan sampel bulu babi. indeks ekologi bulu babi meliputi;
Penelitian ini ditetapkan sebanyak Kepadatan (D), keanekaragaman jenis
3 stasiun tiap stasiun terdiri dari 3 (tiga) (H’), dominansi (C) dan indeks
transek sehingga total ada 9 transek. kemerataan (E) menggunakan model
Pengambilan sampel bulu babi matematis sebagai berikut :
menggunakan metode transek kuadrat.
Pengambilan sampel dimulai dari 1. Kepadatan (Krebs, 1985)
pemasangan transek dengan
menggunakan meteran rol yang ditarik 𝑋
D=
tegak lurus kearah laut sepanjang 100 𝐴
meter pada saat air laut surut terendah.
Penempatan mulai dari meteran nol
dengan menggunakan kuadrat berukuran Dimana :
1ҳ1 meter sebanyak 10 kali penempatan, D = Kepadatan setiap jenis (Ind/m2)
jarak antar kuadrat satu dengan X = Jumlah individu tiap jenis
berikutnya yaitu 10 meter. Untuk lebih (Ind/m2)
jelas mengenai metode pengambilan data, A = Luas areal yang terukur dengan
dapat dilihat pada (Gambar 1). kuadrat (m2)
Sampel bulu babi yang terdapat
pada kuadrat kemudian dihitung dan 2. Keanekaragaman Jenis
diambil satu yang mewakili setiap
Untuk menghitung besarnya
jenisnya dan dimasukan kedalam kantong
keanekaragaman jenis digunakan metode
plastik yang telah diberi lebel dan
Shannon dan Weinner (Ludwig dan
kemudian diidentifikasi mengunakan
Reynolds, 1988), sebagai berikut :
panduan identifikasi menurut (Setiawan
2010). Sedangkan indentifikasi morfologi 𝑆
bulu babi yang ditemukan dilokasi 𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻′ = ∑ 𝐿𝑛 )
penelitian menggunakan panduan 𝑁 𝑁
identifikasi menurut Radjab (2001). (
𝑛=1

Keterangan :
25.m 1.m H : Keanekaragaman Jenis
1.m ni : Jumlah individu jenis-i
N : Jumlah seluruh individu
10.m Kriteria :
H’< 1 = Keanekaragaman Jenis
Transek 1 Transek 2 Transek 3
Rendah
1≤H’≤ 3 = Keanekaragaman Jenis Sedang
Gambar 1. Sketsa pengambilan H’> 3 = Keanekaragaman Jenis Tinggi
data 3. Indeks Dominasi
(Metode transek kuadrat) Untuk menghitung indeks
dominasi digunakan formula
(Odum,1996), sebagai berikut:

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020, 3


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu p-ISSN 2550-
Babi 1232

Suhu

ni Hasil pengukuran suhu diperairan


C
( =)∑ Desa Wawama di ketiga stasiun
N penelitian berkisar antara 32 - 33 ºC.
Keterangan: Budiman dkk, (2014) menyatakan bahwa
C : Indeks Dominansi suhu 28- 32 Ċ termasuk kondisi baik bagi
ni : Jumlah individu tiap jenis bulu babi untuk hidup dan berkembang
N : Jumlah individu seluruh jenis biak. Berdasarkan peryataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai kisaran
Dengan Kriteria: suhu yang diperoleh dilokasi penelitian
Nilai C berkisar 0-1, Jika C tersebut mampu mendukung kehidupan
mendekati 0 berrarti tidak ada spesies bulu babi.
yang mendominasi dan apabila nilai C
mendekati 1 adanya salah satu spesies pH
yang mendominasi.
Derajat keasaman (pH) air laut
cendrung berada dalam keseimbangan
4. Indeks Kemerataan (Wibisono 2005)
karena ekosistem air laut seperti terumbu
H′ karang dan lamun yang merupakan
E= habitat dari Bulu babi mempunyai
Hmax kapasitas penyangga yang mampu
Keterangan: mempertahankan nilai pH. Menurut
E = Indeks kemerataan Odum (1971) bahwa air laut merupakan
H’ = Keanekaragaman Jenis sistem penyangga yang sangat luas
Hmax = Ln S dengan pH relatif stabil sebesar 7,0-8,5.
Hasil pengukuran pH air di perairan Desa
S = Jumlah Taksa
Wawama masih tergolong normal.
Dengan kriteria penyebaran jenis:
>0,81 = sangat merata
Salinitas
0,61-0,80 = lebih merata
0,41-0,60 = merata Salinitas 33 ‰ - 34 ‰ merupakan
0,21-0,40 = cukup merata jumlah total garam dari material padat
<0,21 = tidak merata termasuk garam NaCI yang terkandung
dalam suatu kilogram air laut. Salinitas
HASIL DAN PEMBAHASAN menggambarkan padatan total dalam air,
setelah semua karbon dikonversi menjadi
Parameter Lingkungan
oksida, semua bromide dan iodida
Hasil pengukuran parameter digantikan oleh klorida, dan semua bahan
lingkungan dilokasi penelitian meliputi; organik telah dioksidasi (Nontji 2005).
salinitas, suhu, pH, dan substrat disajikan Avertebrata sangat baik pada salinitas 30-
pada Tabel 1. 35 ppm, pengaruh air tawar dan air hujan
menyebabkan pertumbuhan avertebrata
Tabel 1. Pengukuran parameter Lingkungan tidak maksimal.
Stasiun
Parameter Substrat
I II III
Salinitas 33 ‰ 34 ‰ 34 ‰ Substrat perairan pada lokasi
pH 7 8 8 penelitian berupa berpasir, berlumpur dan
Suhu ºC 32 ºC 33 ºC 33 ºC patahan karang bulu babi secara umum
Patahan ditemukan pada habitat rataan terumbu
Substrat Berpasir Berlumpur Karang
karang, berpasir berbatu, batu berpasir.
Budiman dkk, (2014) menyatakan bahwa
pada daerah terumbu karang terdapat
kepadatan yang tinggi bulu babi.

4 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020,


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi p-ISSN 2550-1232
Doi: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2020.Vol.4.No.1.95 e-ISSN 2550-0929

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat 4) Kingdom : Animalia


disimpulkan bahwa substrat yang berada Phylum : Echinodermata
pada lokasi penelitian tersebut Class : Echinoidea
mendukung kehidupan bulu babi. Ordo : Echinoida
Family : Echinothridae
Jenis Bulu babi yang ditemukan Genus : Echinothrix
Terdapat 4 (empat) jenis bulu babi Spesies : Echinothrix calamaris
yang ditemukan dilokasi penelitian terdiri
dari 2 (dua) family. yaitu family Karaterisitik Morfologi
Diadematidae sebanyak 1 (satu) jenis 1) Jenis Diadema setosum
dan family Echinometridae 3 (tiga) jenis
selengkapnya dilihat pada Tabel 2. Berbeda dengan bintang laut dan
bintang ular, bulu babi tidak memiliki
Klasifikasi lengan. Tubuh bulu babi berbentuk bulat
1) Kingdom : Animalia seperti bola dengan cangkang yang
Phyllum : Echinodermata keras berkapur dan dipenuhi duri-duri.
Class : Echinodea Duri-duri terletak berderet dalam garis-
Ordo : Cidaroidea garis membujur dan dapat digerakkan.
Family : Diadematidae Mulut terletak di bawah menghadap ke
Genus : Diadema bawah dan anus terletak di atas bagian ke
Spesies : Diadema setosum atas di puncak cangkang yang membulat.
Diadema setosum memiliki ciri-ciri
2) Kingdom : Animalia berwarna hitam dengan dari-duri
Phylum : Echinodermata berwarna hitam yang memanjang keatas
Class : Echinoidea untuk pertahanan diri sedangkan bagian
Ordo : Echinoida bawah sebagai alat pergerakan. Memiliki
Family : Echinometridae 5 titik putih pada bagian atas dan terletak
Genus : Echinometra di antara segmen setiap 1 titik putih.
Spesies : Echinometra viridis Menurut Musfirah (2018) Diadema
setosum memilik ciri khas berupa
3) Kingdom : Animalia memiliki duri-duri yang panjang, tajam
Phylum : Echinodermata dan rapuh disekujur tubuhnya, memiliki
Class : Echinoidea tubuh bulat, warna berwarna hitam pekat,
Ordo : Echinoida memiliki Gonopore sebabnyak 5 buah
Family : Echinometraidae serta sangat jelas seperti mengkilap atau
Genus : Echinometra menyala. Habitat di karang, alga, pasir
Spesies : Echinometra mathaei dan lamun, dimana mereka dapat
melekatkan kaki ambulakral mereka.

Tabel 2. Jenis bulu babi yang ditemukan


Family Genus Jenis
Deadematidae Diadema Diadema setosum
Echinometra Echinometra virdis
Echinometridae Echinometra Echinometra mathaei
Echinotrix Echinotrix calamaris

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020, 5


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu p-ISSN 2550-
Babi 1232

berwarna hitam kemerahan. Habitatnya di


daerah karang pada perairan yang
dangkal.

Gambar 2. Diadema setosum

2) Jenis Echinometra viridis


Echinometra viridis merupakan Gambar 4. Echinometra mathaei
spesimen ini tubuhnya berbentuk oval,
berwarna hitam pekat, duri tidak terlalu 4) Jenis Echinotrix calamaris
panjang seperti family diadematidae,
Echinotrix calamaris memiliki
berduri tebal runcing dan jaraknya rapat-
tubuh berwarna putih polos dan coklat
rapat dengan memiliki mulut dipusat
belang-belang, memiliki duri yang tebal
permukaan oral. Kastawi (2003)
yang berfungsi sebagai alat gerak dan
menjelaskan tubuh Echinometra viridis
perlindungan dari predator. Arhas dkk,
biasanya berbentuk bola seperti mangkuk,
(2015) menjelaskan bahwa Echinotrix
oval atau bentuk jantung. Tubuh tertutup
calamaris termasuk dalam famili
cangkang endoskeleton dan dari lempeng
Diadematidae. Namun, jenis memiliki
duri kalkareus yang rapat, tertutup oleh
duri yang ganda (double spined urchin).
spina yang dapat digerakkan memiliki,
Ciri-cri tubuh hewan ini memiliki rangka
podia atau kaki tabung yang berfungsi
yang keras. Echinothrix calamaris
sebagai pergerakan, mulut terletak di
memiliki warna yang bervariasi yaitu:
pusat permukaan oral.
warna coklat dengan berbentuk bintang,
warna putih dan belang pada durinya.
Habitatnya di terumbu karang dan rubble
(pecahan karang).

Gambar 3. Echinometra viridis

3) Jenis Echinometra mathei


Echinometra mathei merupakan
bulu babi yang masuk kedalam pencil Gambar 5. Echinotrix calamaris
urcin (bulu babi pensil), jenis memiliki
ciri-ciri berupa duri yang besar padat Kepadatan Jenis (D)
Panjang dengan ujung runcing, durinya Pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai
berwarna coklat pada pangkal duri kepadatan tertinggi bulu babi yang
berwarna putih serta cangkangnya

6 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020,


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi p-ISSN 2550-1232
Doi: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2020.Vol.4.No.1.95 e-ISSN 2550-0929

ditemukan pada stasiun I yaitu jenis Pada stasiun III (gambar 8) jenis
Diadema sitosum sebesar 3,200 (Ind/m2), Diadema setosum masih merupakan jenis
dan yang terendah dari jenis Echinometra yang memilki nilai kepadatan tertinggi
mathei dengan nilai 1,867 (Ind/m2). sebesar 2,700 (Ind/m2), dan Echinotrix
calamaris merupakan jenis memiliki nilai
3.200
kepadatan terendah hanya sebesar 1,067
3.500
3.000 (Ind/m2).
2.500 Berdasarkan hasil analisis di ketiga
2.000 1.867 stasiun penelitian (Gambar 6, 7 dan 8)
1.500
1.000 nilai kepadatan bulu babi terlihat
0.500 bervariasi, dimana jenis Diadema
0.000
setosum memiliki nilai tertinggi disemua
stasiun penelitian menandakan bahwa
Diadema setosum Echinometra Mathaei jenis ini mampu beradaptasi terhadap
Gambar 6. Nilai Kepadatan (Ind/m2) perubahan lingkungan dan kesesuain
Bulu babi Pada Stasiun I habitat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Aziz, (1993) bahwa tinggi rendahnya
Nilai kepadatan tertinggi bulu babi
nilai kepadatan pada jenis Diadema
yang ditemukan pada stasiun II (Gambar setosum ini lebih disebabkan oleh
7) masih ditempati oleh jenis Diadema
kemampuan atau daya adaptasi dari jenis
setosum sebesar 2,600 (Ind/m2),
tersebut. Hasil penelitian dari Musfirah,
sedangkan yang paling terendah yaitu
(2018) menemukan bahwa kepadatan
jenis Echinotrix calamaris sebesar 1,003
jenis Diadema setosum diperairan
(Ind/m2).
Barrang Lompo Sulawesi Selatan sangat

3.000 2.600
2.500

2.000 1.667
1.500
1.000
1.003
0.500
0.000

DiademaEchinometraEchinotrix setosummatheicalamaris

Gambar 7. Nilai Kepadatan (Ind/m2) tinggi karena jenis ini kebanyakan hidup
Bulu babi Pada Stasiun II di substrat keras dan berpasir dan hidup

3.000 2.700

2.500

1.800 1.767
2.000

1.500 1.067
1.000

0.500

0.000 Diadema Echinometra Echinometra Echinotrix setosumVirdisMatheiCalamaris

Gambar 8. Nilai Kepadatan (Ind/m2) pada ekosistem terumbu karang dan


Bulu babi Pada Stasiun III lamun. Kehadiran populasi jenis Diadema
setosum penting bagi terumbu karang
sebagai penyeimbang. Kesetimbangan
populasi Diadema akan menjaga
kesetimbangan populasi alga dan karang
©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020, 7
Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu p-ISSN 2550-
Babi 1232

(Suryanti dan A’in, 2013).


Selain itu jenis Diadema setosum
merupakan jenis bulu babi yang jarang di
konsumsi oleh masyarakat sehingga
populasinya meningkat. Bulu babi yang
biasa dimanfaatkan sebagai bahan
makanan yaitu dari genus Tripneustes.
Diduga jenis ini tidak ditemukan dilokasi
penelitian karena dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar.

Indeks Ekologi
Hasil analisis Indeks ekologi bulu
babi yang ditemukan dilokasi penelitian,
meliputi, keanekaragaman jenis (H’),
dominansi (C), dan kemerataan (E) dapat
di lihat pada Tabel 3.

8 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020,


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi p-ISSN 2550-1232
Doi: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2020.Vol.4.No.1.95 e-ISSN 2550-0929

Tabel 3. Hasil analisis indeks ekologi bulu babi dilokasi penelitian


Stasiun
Indeks Ekologi Rerata Kategori
I II III

H’ 0,658 1,032 1,336 1,009 Sedang


E 0,329 0,346 0,334 0,336 Cukup Merata
C 0,535 0,378 0,275 0,396 Tidak ada jenis yang mendominasi

Analisis indeks ekologi ditunjukan adanya ketersediaan makanan yang cukup


pada tabel 2 hasil perhitungan indeks dan kondisi lingkungan yang mendukung.
keanekaragaman jenis (H’) tertinggi Indeks kemerataan (E) pada ketiga
terdapat di stasiun III dengan nilai 1,336 stasiun penelitian berdasarkan hasil
dan terendah 0,658 pada stasiun I, analisis tergolong cukup merata karena
selanjutnya indeks kemerataan (E) nilai yang diperoleh berkisar antara
tertinggi pada stasiun II dengan nilai 0,329-0,346 dengan nilai rata-rata sebesar
0,346 dan terendah 0,329 pada stasiun I. 0,336. Hal ini sesuai dengan kriteria
Sedangkan indeks dominansi (C) menurut Wibisono (2005) jika nilai
tertinggi pada stasiun II dengan nilai dominasi berkisar antara 0,21-0,40 maka
0,378 dan terendah pada stasiun I dengan penyebaran jenis cukup merata.
nilai sebesar 0,535. Mattewakkang (2013) mengemukakan
Berdasarkan hasil analisis indeks bahwa kemerataan hewan bentos dalam
keanekaragaman jenis bulu babi dilokasi suatu perairan dapat diketahui dari indeks
penelitian bahwa nilai indeks keseragamannya. Semakin kecil nilai
keanekaragaman jenis (H’) tergolong indeks keseragaman organisme maka
kategori sedang dengan kisaran 0,658- penyebaran individu tiap jenis tidak
1,336 dengan nilai rata-rata dari ketiga sama, ada kecenderungan didominasi
stasiun sebesar 1,009 sesuai dengan oleh jenis tertentu.
kriteria keanekaragaman Shanon winner Dominansi (C) mengambarkan
jika 1≤H’≤ 3 maka, keanekaragaman kecenderungan jenis tertentu pada suatu
jenis sedang. komunitas. Hasil analisis indeks dominasi
Anwar dkk, (2015) menyebutkan bulu babi dilokasi penelitian dinyatakan
bahwa suatu komunitas dikatakan tidak ada spesies yang mendominasi
mempunyai keanekaragaman jenis tinggi karena nilai yang diperoleh berkisar
jika komunitas itu disusun oleh banyak antara 0,275-0,535 dengan rata-rata dari
spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies tiga stasiun sebesar 0,396. Sesuai dengan
yang sama atau hampir sama. Sebaliknya kriteria dominasi menurut Odum (1996)
jika komunitas itu disusun oleh sangat jika C mendekati 0 berarti tidak ada
sedikit spesies, dan jika hanya sedikit saja spesies yang mendominasi dan apabila C
spesies yang dominan, maka keanekara- mendekati 1 berarti ada salah satu spesies
gaman jenisnya rendah. Sejalan dengan yang mendominasi. Indeks dominasi (C)
itu menurut Odum (1996) bahwa spesies berhubungan dengan Kemertaan (E), jika
yang mempunyai keanekaraga-man jenis semakin tinggi nilai kemerataan, maka
tinggi menujukan bahwa spesies ini tidak ada spesies yang mendominasi pada
memiliki kemampuan menempati ruang suatu komunitas, hal ini dikarenakan
yang lebih luas sehingga kesempatan pembagian individu pada semua jenis
untuk berkembang biak lebih banyak. Hal bulu babi merata dilokasi penelitian.
senada juga dikemukaan oleh Alwi dkk, Selain itu juga tingginya nilai kemerataan
(2020) bahwasanya suatu komunitas bulu babi dilokasi penelitian menunjukan
dikatakan memiliki keanekaragaman bahwa tidak ada persaingan yang berarti
tinggi jika tidak ada kompetisi antar jenis, antara spesies dalam hal ruang maupun
makanan, dan dapat dipastikan juga

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020, 9


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu p-ISSN 2550-
Babi 1232

bahwa secara ekologi keberadaan Karakteristik Bulu Babi


komunitas bulu babi dilokasi penelitian (Echinoidea) Di Zona Sublitoral
masih dalam kondisi stabil. Perairan Iboh Kecamatan Suka-
Mattewakkang (2013) berpendapat yang karya Kota Sabang. Prosiding
sama bahwa jika suatu komunitas Seminar Nasional Biotik 2015
terdapat spesies tertentu yang ISBN: 978-602-18962-5-9 233.
mendominasi, maka keseimbangan Program Studi Pendidikan
komunitas akan menjadi tidak stabil dan Biologi Fakultas Tarbiyah dan
akan mempengaruhi keanekaragaman dan Keguruan UIN Ar-Raniry.
keseragaman. Ayyagari, A, and Kondamudi, R, B.
2014. Ecological Significance of
KESIMPULAN the Association between stomo-
Hasil penelitian menunjukan bahwa pneustes Variolaris (Echi-noidea)
ada perbedaan karateristik morfologi dari and Lumbrinerislatreilli (poly-
jenis bulu babi yang ditemukan dilokasi chaeta) from Visakhapatnam
penelitian baik dari bentuk tubuh, warna Coast India. Jurnal of Marine
maupun organ lainnya. Hasil analisis Biologi. India
indeks ekologi untuk nilai kepadatan bulu Aziz A. 1993. Beberapa catatan tentang
babi terlihat bervariasi, dimana jenis perikanan bulu babi. Oseana
Diadema setosum memiliki nilai tertinggi 18(2): 65-75
disemua stasiun penelitian. Keanekaraga- Budiman, C.C., D.Y Katili., M.L.D.
man jenis pada ke tiga stasiun dengan Langoy, dan P.V. Maabat. 2014.
kisaran nilai 0,658-1,032-1,336 dengan Keanekaragaman Echinodermata
nilai rata-rata sebesar 1,009, sesuai pada di Pantai Basaan Satu Kecamatan
kriteria keanekaragaman jenis (H’) pada Ratatotok Sulawesi Utara. Jurnal
analisis Shannon Winner kategori sedang. MIPA UNSRAT Online 3(2): 97-
Indeks kemerataan (E) tergolong kategori 101.
cukup merata karena nilai yang diperoleh D. Alwi, S.H Muhammad, H.H,
berkisar antara 0,329-0,346 dengan nilai Musadik. 2020. Struktur Komu-
rata-rata sebesar 0,336. Sedangkan indeks nitas Teripang (Holotroidea) di
dominasi (C) dinyatakan tidak ada spesies Perairan Juanga Kabupaten Pulau
yang mendominasi karena nilai yang Morotai. Jurnal Ilmiah Wahana
diperoleh berkisar antara 0,275-0,535 Pendidikan. Vol. 6 No.1. e-ISSN:
dengan nilai rata-rata dari tiga stasiun 2089-5364 p-ISSN: 2622-8327.
sebesar 0,396. Hal 41-48
Kastawi, 2003. Zoologi avertebrata,
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Biologi Fakultas Mate-
matika dan Ilmu Pengetahuan
Anwar C., Muzahar dan Karlina, I. 2015. Alam Universitas Negeri Malang.
Bioekologi Bulu Babi Krebs, C. J., 1985. Ecology. The Experi-
(Echinoidea) di Perairan Laut mental Analysis of Distribution
Teluk Dalam Desa Malang Rapat and Abundance. New York:
Kecamatan Gunung Kijang Harper Collins, Publisher, p. 894
Kabupaten Bintan. Jurusan Ilmu Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1988.
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Statistical Ecology a Rimer on
dan Perikanan, Universitas Methode and Computing. A
Maritim Raja Ali Haji. Willey Interscience Publication,
Ardi, 2002. Pemanfaatan Makrozoo- Canada.
benthos Sebagai Indikator Kuali- Mattewakkang. 2013. Inventarisasi Ma-
tas Perairan Pesisir. Pascasarjana krozoobentos pada berbagai Jenis
Institut Perta-nian Bogor Lamun di Pulau Binebatang.
Arhas, F.R, Mahdi N, dan Kamal S. Skripsi. Ilmu kelautan. Univer-
2015 Struktur Komunitas Dan sitas Hasanudin. Makasar.

1 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020,


Alwi: Karakteristik Morfologi dan Indeks Ekologi Bulu Babi p-ISSN 2550-1232
Doi: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2020.Vol.4.No.1.95 e-ISSN 2550-0929

Musfirah, N. H 2018. Struktur Komunitas Jurnal Saintek Perikanan 10(1):


Bulu Babi (Echinoidea) yang 62-67.
berasosiasi dengan Ekosistem Wibisono, D. 2005. Metode Penelitian &
Lamun di Pulau Barrang Lompo, Analisis Data. Jakarta: Salemba
Provinsi Sulawesi Selatan. Medika.
Skripsi Program Studi Manaje-
men Sumberdaya Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Ma-
kassar. 68 hal.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara.
Edisi revisi. Penerbit Djem-
batan, Jakarta.
Odum, E. P. 1996 . Dasar-Dasar Ekologi:
edisi ketiga. Yogyakarta : Gadja
Mada University Press.
Rachmawaty. 2004. Studi penyebaran
dan kepadatan Bulu Babi
(Tripneustes gratilla) pada pad-
ang lamun di perairan Pantai
Desa Atowatu Kecamatan Soro-
pia Kabupaten Kendari peroide II
(Juni-Agustus 2003). [Skripsi].
Kendari :. Universitas Haluoleo.
Radjab, A.W 2001. Reproduksi dan
siklus hidup bulu babi. Oseana
26(3): 25-36. 36. Permonde,
Sulawesi Selatan. Jakarta : Badan
Riset Kelautan dan Perikanan,
Departemen Kelautan dan Perika-
nan.
Setiawan F (2010). Panduan Lapangan
Identifikasi Ikan Karang dan
Invertebrata Laut dilengkapi
Dengan Metode Monitoringnya.
Wildlife Conservation Society
(WCS).
Suryanti dan C. A’in. 2013. Perbedaan
Kelimpahan Bulu Babi (Sea Ur-
chin) pada Substrat yang Berbeda
di Legon Boyo Karimunjawa
Jepara. Prosiding SEMNAS Ke
III.Hasil-hasil Perikanan dan
Kelautan. FPIK . UNDIP. Sema-
rang. ISSN 2339-0833. 4:165-
172.
Suryanti dan Ruswahyuni. 2014. Perbe-
daan Kelimpahan Bulu Babi
(Echinoidea) pada Ekosistem
Karang dan Lamun di Pancuran
Belakang, Karimunjawa Jepara.

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 4 No. 1 Mei 2020, 1

Anda mungkin juga menyukai