Anda di halaman 1dari 5

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Bukit

Tigapuluh (TNBT), Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Habitat kupu-kupu

yang dipilih sebagai lokasi penelitian berada di air terjun, bukit lancang dan telaga

teduh (Lampiran 1). Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan November 2017

- Mei 2018.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring serangga

(insect net), amplop atau kertas papilot, teropong binokuler, GPS (Global

Positioning System), kamera, peta lokasi penelitian, kompas, thally sheet, alat

suntik, kotak serangga, jarum serangga, spreading board, Thermohigrometer, Lux

meter buku panduan identifikasi dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kupu-kupu hasil koleksi, alkohol 70% dan kapur barus.

3.3 Metode Pengambilan Data

Pengumpulan data kupu-kupu dilakukan dengan metode garis transek atau

line transect (Fachrul, 2007). Motode ini didasarkan pada kondisi area

pengamatan di Zona Pemanfaatan TNBT yang mempunyai luas area sekitar 2.643

hektar (Balai TNBT, 2014). Pada penelitian ini pengamat berjalan sepanjang garis

transek yang telah ditentukan sambil melakukan penangkapan kupu-kupu yang

terdapat pada jalur transek. Pengambilan data kupu-kupu dilakukan dengan

metode garis transek (Noerdjito dan Aswari, 2003). Jalur transek dibuat sepanjang

jalur wisata yang terdiri dari beberapa plot di dalamnya. Plot penangkapan kupu-

21
kupu berukuran 20 x 20 m dengan jarak antar plot 10 m. Jalur transek memiliki

panjang 500 m dengan jumlah plot sebanyak 17 plot perjalur.

20 m Plot 1 10 m Plot 2

20 m

Gambar 2. Metode Garis Transek

Posisi jalur transek dan titik daerah pengamatan ditandai dengan GPS.

Data kondisi habitat yang diamati adalah tipe habitat, suhu udara, kelembaban

udara, dan intensitas cahaya. Metode pengambilan data kondisi habitat dilakukan

dengan cara pengamatan secara langsung tipe habitat kupu-kupu dan larvanya.

Tipe habitat yang diamati adalah hutan sekunder dan semak belukar. Untuk

pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya dilakukan

pengukuran menggunakan alat.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengambilan Data Kupu-Kupu

Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan pada pukul 08.00 - 11.30 WIB

dan 15.00 - 17.30 WIB hanya dilakukan pada saat cuaca cerah. Pemilihan waktu

pengambilan data berdasarkan pada waktu aktif sebagian besar kupu-kupu, yaitu

ketika aktivitas mereka tinggi dan matahari menyinari atau mengeringkan sayap

mereka (Sihombing, 2002 dalam Sulistyani, 2013).

22
Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan dengan cara menangkapnya

secara langsung menggunakan jaring serangga (insect net), kemudian dimatikan

dengan cara menyuntikan alkohol 70% pada bagian toraknya. Sayap kupu-kupu

segera dibentangkan setelah disuntik, kemudian dimasukkan ke dalam amplop

atau kertas papilot. Hanya satu ekor kupu-kupu pada setiap amplop atau kertas

papilop agar sampel tidak rusak dan diberikan kapur barus agar specimen tidak

dirusak serangga lain.

3.4.2 Identifikasi Sampel

Kupu-kupu yang telah didapat kemudian diidentifikasi dengan

menggunakan buku acuan Borror (1992), Lilies et al. (1991), Amir dan Peggie

(2006). Kupu-kupu yang belum teridentifikasi di lapangan dibawa ke

Laboratoriun Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Riau untuk

diidentifikasi lebih lanjut.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Indeks Keanekaragaman Jenis

Nilai indeks keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan

rumus indeks keanekaragaman Shanon-Wiener. Indeks keanekaragaman dihitung

dengan mempertimbangkan jumlah jenis dan jumlah masing-masing individu per

jenis yang ditemukan dengan persamaan (Magurran, 1988 dalam Sulistyani,

2013) :

23
Keterangan :

= Jumlah individu tiap jenis kupu-kupu

N = Jumlah total individu seluruh jenis kupu-kupu


H’ = Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
Pi = Proporsi kelimpahan setiap jenis

Kategori nilai H’ menurut Magurran (1988) dalam Pahlewi (2017):


<1,5 = Indeks Keanekaragaman rendah
1,5-3,5 = Indeks Keanekaragaman sedang
>3,5 = Indeks Keanekaragaman tinggi

3.5.2 Indeks Kekayaan Jenis

Kekayaan jenis Rhopalocera dalam suatu komunitas dapat diketahui

dengan indeks kekayaan jenis. Indeks kekayaan jenis dapat dihitung

menggunakan indeks Margalef dengan persamaan (Magurran, 1988 dalam

Sulistyani, 2013) :

Keterangan :

= Indeks kekayaan jenis Margalef

S = Jumlah jenis Rhopalocera


N = Jumlah total individu Rhopalocera dalam sampel
Nilai indeks kekayaan jenis menurut Jorgensen et al. (2005) dalam Pahlewi (2017):
0<D<2,5 = Indeks kekayaan rendah
2,5<D<4 = Indeks kekayaan sedang
D>4 = Indeks kekayaan tinggi

3.5.3 Indeks Kemerataan (E)

Kemerataan penyebaran jenis kupu-kupu dalam suatu komunitas dapat

diketahui dengan indeks kemerataan. Indeks kemerataan dihitung dengan

24
menggunakan rumus indeks Evenness (E) (Magurran, 1988 dalam Sulistyani,

2013) :

dimana H’ max adalah ln S.

Keterangan :
E = Indeks kemerataan (nilai antara 0-1)
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah jenis kupu-kupu (Rhopalocera)

3.5.4 Indeks Dominansi

Penentuan jenis kupu-kupu yang dominan di dalam kawasan penelitian

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Dominansi Simpson. Indeks

dominansi dapat dihitung dengan persamaan (Magurran dalam Sulistyani, 2013) :

Keterangan :
D = Indeks dominansi Simpson suatu jenis kupu-kupu
ni = jumlah individu suatu jenis
N = Jumlah individu dari seluruh jenis

Analisis data juga akan dilakukan secara deskriptif untuk melihat

hubungan keanekaragaman jenis dengan kondisi habitat, baik berdasarkan

parameter biologi maupun fisik. Informasi ini untuk memberikan masukan bagi

pengelolaan objek wisata alam di zona pemanfaatan TNBT.

25

Anda mungkin juga menyukai