Anda di halaman 1dari 9

LAHAN KRITIS DI JALAN DERMAGA

DAN UPAYA MENGATASINYA

DISUSUN
OLEH
1. ALYCIA SAFIRA
2. ANGGIAN AULIA AKBAR S
3. MUHAMMAD ARIA APRIAN
4. REIFAN AHMAD FAUZANY

KELAS X D
SMA NEGERI 1 BERAU
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan
kemampuannya agar tidak menurunkan produktivitas lahan dengan salah satu jalan
perencanaan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam
penggunaan lahan sering tidak memperhatikan kelestarian lahan terutama pada lahan
– lahan yang mempunyai keterbatasan-keterbatasaan baik keterbatasan fisik maupun
kimia. Lahan tidak terlindung dari pukulan air hujan secara langsung, berkurangnya
bahan organik, aliran permukaan lebih besar daripada yang meresap ke dalam tanah
dan sebagainya. Dengan adanya kondisi ini apabila berlangsung terus menerus sangat
dikhawatirkan akan terjadi lahan kritis yang akan mengakibatkan penurunan
kesuburan tanah dan produktivitas tanah. Lahan kritis adalah kondisi lahan yang
terjadi karena tidak sesuainya kemampuan lahan dengan penggunaan lahannya,
sehingga mengakibatkan kerusakan lahan secara fisik, khemis, maupun biologis (DPU
DAS Tuntang,1989). Untuk menanggulangi adanya lahan kritis perlu dilakukan
rehabilitasi lahan. Usaha merehabilitasi lahan harus secara aktif melibatkan
masyarakat. Keikut sertaan masyarakat dalam usaha merehabilitasi lahan kritis tidak
hanya dimulai dari awal pelaksanaannya saja, seperti penanaman dengan tanaman
yang dapat menjaga kelestarian lahan, Tanpa melibatkan masyarakat dalam usaha
pengelolaan dan penanganan selanjutnya maka problem lahan justru akan semakin
besar, yaitu pengrusakan lahan oleh masyrakat itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan upaya-
upaya untuk menanggulangi lahan yang sudah kritis dan mencegah lahan-lahan yang
potensial untuk terjadinya kritis, maka penyusun berusaha mengadakan penelitian
dengan judul: “LAHAN KERING/KRITIS DI JALAN DERMAGA DAN UPAYA
MENGATASINYA
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana lahan kritis di daerah penelitian tersebut
2.Bagaimana alternatif pengelolaan lahan kering
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui terbentuknya lahan kritis di daerah yang di Teliti
2. Untukmenentukan alternatif pengelolaan lahan kritis di daerah penelitian

1.4 Manfaat penelitian


1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran geografi
2. Dapat memperluas pengetahuan dan memberikan informasi keaadan lahan di
daerah penelitian
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH
1.5 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di jalan dermaga rt 04 Kelurahan Tanjung Redeb ,
Kabupaten Berau

1.6 Kondisi fisik


1. Adanya pendayagunaan lahan atau tanah yang kurang tepat menyebabkan
lahan atau tanah tersebut menjadi rusak (kritis) dan kehilangan fungsinya
2. Terjadinya lahan kritis dipengaruhi oleh erosi dan air hujan.
3. Laju erosi akan menjadi lebih berbahaya apabila didukung oleh hilangnya
tutupan tanah, lahan berlereng dan panjang ketebalan olahan tanah sehingga
terangkutnya bahan organik yang ada di atas permukaan tanah oleh aliran
permukaan

1.7 Kondisi penduduk


BAB III
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Lahan kritis merupakan lahan yang keadaannya sudah tidak berfungsi
dengan baik karena kerusakan secara fisik, kimia, maupun biologis. Dalam
penyertaan tersebut bisa diartikan bahwa lahan kritis dapat menyebabkan
produktivitas lahan menjadi rendah karena akibat adanya erosi. Namun
terdapat beberapa parameter penentu lahan kritis sebagai berikut: penutup
lahan, kemiringan lereng, tingkat Bahasa erosi, produktivitas lahan, dan
manajemen lahan (Permenhut Nomor P.32/Menhut-II/2009). Klasifikasi
tingkat lahan kritis dibagi menjadi 5 bagian yaitu tidak kritis, agak kritis,
potensial kritis, kritis, dan sangat kritis. Lahan kritis di Indonesia terjadi
akibat banyaknya penebangan dan pembukaan lahan liar yang tidak berizin
dan pengalihan penggunaan lahan dari kawasan lahan pertanian ataupun lahan
kawasan hutan menjadi lahan bukan pertanian atau lahan terbangun sehingga
menyebabkan fungsi lahan serapan air semakin berkurang dan terjadinya
degradasi lahan, erosi, tanah longsor, bencana banjir, kekeringan serta
berkurangnya air bersih pada saat terjadinya musim kemara

2.2 Kerangka Berpikir

Tanah merupakan sumberdaya alam yang mengandung benda organik


dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Tanah bisa 6
mengalami kerusakan, bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah
mengalami kerusakan. Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah.
Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami kehancuran.
Kerusakan yang dialami oleh tanah yang mengalami erosi disebabkan oleh
kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik tanah yaitu kehilangan unsur hara dan
bahan organik, menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah
menahan air). Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi sebagai
pengatur tata air, unsur produksi pertanian, maupun unsur perlindungan alam
dan lingkungannya. Lahan kritis merupakan suatu lahan yang kondisi
lahannya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, akhirnya
membahayakan fungsi biologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman dan
kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah pengaruhnya (Wahono dalam
Helen, 2002).

A. Metodologi Penelitian
Untuk kelancaran penelitian ini, dalam upaya pengumpulan data maka
harus ada sebuah metode yang sesuai. Menurut Arikunto (1988:151), “Metode
penelitian atau metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode survey. Metode suvey yakni suatu bentuk penelitian yang betujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu
bersamaan (Tika Pabundu, 1997). Metode survey ini dapat digunakan untuk maksud
eksploratif,, evaluasi, prediksi, penelitian operasional, dan pengembangan indikator
sosial (Sangaribun, 1989). Studi deskriptif analitik adalah penelitian yang
mengarahkan pada pengungkapan suatu masalah atau keadaaan dengan
mengungkapkan faktafakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberi interpretasi
dan analisis (Tika Pabundu, 1997).
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Lahan kritis merupakan lahan/kawasan tanah yang tidak produktif yang mana
tingkat kesuburannya sangat rendah, jumlah produksi yang diterima jauh lebih
rendah daripada biaya pengelolaan lahan. Lahan  kritis merupakan lahan / tanah
yang fungsinya dapat dipulihkan kembali dengan rehabilitasi lahan.
b. Rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan kembali dn
meningkatkan lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sebagai
unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan
alam dan lingkungan.
c. Rehabilitasi dapat dilakukan dengan penerapan sistim Agroforestry yang
mengkombinasikan pertanaman tanaman kehutanan dan pertanian. Fungsi
melakukan agroforestry pada lahan kritis adalah memberikan peningkatan
pendapatan petani / masyarakat yang tinggal di lahan kritis sehingga diharapkan
masyarakat tidak merusak kawasan hutan  atau menduduki kawasan.
d. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya melalui
pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangankan potensi dan
memberdayakan masyarakat dengan penerapan agroforestry.  Rehabilitasi lahan
kritis dilakukan dengan pembuatan teras/guludan dan disesuaikan dengan kontur
lahan agar tidak tererosi pada saat musim penghujan.

DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kosong. 2006.
Amiruddin Syam, 2003. Pengelolaan Lahan Kering di Daerah Aliran Sungai Bagian
Hulu, Jurnal Litbang Pertanian, 2003.
Tinambunan, 1995. dalam Jeriels Matatula : Upaya Rehablitasi Lahan Kritis dengan
Penerapan Teknologi Agroforestry Sistem Silvopastural di Desa Oebola, Kec.
Fatuleu, Kab. Kupang, Inotek, Vol. 13, Nomor 1, Februari 2009.
Vergara, 1982 dalam Jeriels Matatula : Upaya Rehablitasi Lahan Kritis dengan
Penerapan Teknologi Agroforestry Sistem Silvopastural di Desa Oebola, Kec.
Fatuleu, Kab. Kupang, Inotek, Vol. 13, Nomor 1, Februari 2009.
Wahono, 2002. Budidaya Tanaman Jati (Tectona grandis L. F) , Dinas Kehutanan
dan Perkebunan  Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau.
Wiersum, 1980. dalam Jeriels Matatula : Upaya Rehablitasi Lahan Kritis dengan
Penerapan Teknologi Agroforestry Sistem Silvopastural di Desa Oebola, Kec.
Fatuleu, Kab. Kupang, Inotek, Vol. 13, Nomor 1, Februari 2009.

daftar Pustaka
lampiran

Anda mungkin juga menyukai