Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK

4
1. Rayga Adistya Rizqiana ( 2002321007 )
2. Muhammad Reyhan ( 2002321015 )
3. Dicky Putra Ananda ( 2002321022 )
4. Rangga Mahesa ( 2002321028 )
Lahan Kritis
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara agraris, dimana tanah mempunyai peranan
penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat. Meningkatnya pembangunan nasional di
segala bidang yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat di seluruh
Negara Republik Indonesia sudah mulai dirasakan manfaatnya. Karena itu menyebabkan
terjadinya Lahan
Lahan kritis adalah kondisi lahan yang terjadi karena tidak sesuainya kemampuan
lahan dengan penggunaan lahannya, sehingga mengakibatkan kerusakan lahan secara fisik,
kimia, maupun biologis Untuk menanggulangi adanya lahan kritis perlu dilakukan
rehabilitasi lahan. Rehabilitasi lahan adalah usaha yang sungguh - sungguh dalam
memulihkan kondisi lahan baik secara fisik, kimia maupun organik agar lahan kembali
dapat produktif.
Tujuan
● Karena aktivitas Pertanian yang tidak memperhatikan aspek – aspek kelestarian
lahan.
● Mencegah perlakuan – perlakuan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahannya.
● Untuk Mengetahui faktor penyebab tanah kritis, serta upaya yang dilakukan
terkait pencegahan tanah kritis.
Studi Pustaka

Secara Fisik Kimia


Lahan yang termasuk ke dalam kelompok lahan kritis secara kimia adalah lahan
yang bila ditinjau dari tingkat kesuburan, salinitas dan keracunan/toksisitasnya tidak lagi
dapat memberikan dukungan positif terhadap pertumbuhan tanaman apabila lahan
tersebut diusahakan sebagai areal pertanian. Lahan yang tergolong kritis secara kimia
termasuk juga tanah-tanah dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah sebagai akibat
sangat rendahnya penyediaan unsur hara dari cadangan mineral tanah ataupun sebagai
akibat pencucian unsur hara yang terjadi secara berlebihan. (Mulyadi, D. dan M.
Soepraptohardjo. 1975)

Secara Hidro-ologis
Lahan kritis secara hidro-orologis merupakan lahan yang keadaannya sedemikian
rupa dimana tanahnya tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya sebagai pengatur
tata air. Hal ini terjadi karena terganggunya kemampuan lahan untuk menahan, menyerap
dan menyimpan air. Keadaan ini sebenarnya berhubungan erat dengan keadaan kritis
secara fisik yang dikemukakan terdahulu dan dapat merupakan akibat dari kritis secara
fisik tersebut. Lahan kritis hidroorologis dapat dilihat di lapangan dari banyak sedikitnya
vegetasi yang tumbuh di atas tanahnya. Sebagian besar jenis vegetasi tidak mampu lagi
tumbuh dan berkembang baik pada keadaan kritis hidro-orologis ini. (Rachman 2006).
Studi Pustaka
Secara Sosial Ekonomi

Yang termasuk di dalam kelompok ini adalah lahan-lahan terlantar sebagai akibat
adanya salah satu atau kombinasi dari beberapa faktor sosial ekonomi sebagai kendala
dalam usaha-usaha pendayagunaan lahan tersebut. Termasuk dalam pengertian lahan
kritis secara sosial ekonomi ini adalah lahan yang sebenarnya masih berpotensi untuk
dapat digunakan bagi usaha pertanian dengan tingkat kesuburan yang relatif baik, tetapi
karena adanya faktor penghambat sosial ekonomi (misalnya sengketa pemilikan lahan,
sulitnya pemasaran hasil atau harga produksi yang sangat rendah), maka lahan tersebut
ditinggalkan oleh penggarapnya sehingga menjadi terlantar baik sebagai padang
alangalang maupun sebagai semak belukar. (Luthfi Rayes, M. 2007)

Kualitas lahan kritis Proses terjadinya lahan kritis umumnya dijumpai


pada tanah-tanah dengan kualitas kurang baik. Seperti diketahui bahwa
kesuburan tanah-tanah di Indonesia umumnya rendah atau marginal, padahal
tanah-tanah dengan kondisi demikian cukup luas. Podsolik Merah Kuning
(setara dengan Ultisol/Oxisol) tersebar cukup luas di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan Jawa, mencapai sekitar 47,5-51,0 juta ha
(Sudjadi, 1984; Soerianegara, 1977; Mulyadi dan Soepraptohardjo, 1975).
Pembahasan
ISI
Wilayah lahan dapat dikatakan kritis disebabkan oleh kegiatan
manusia dan faktor-faktor alami. Namun, pada umumnya
kerusakan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan ini
terjadi akibat dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahan, sehingga lahan tersebut menjadi rusak secara
fisik-kimia, Hidro-ologis dan Sosial ekonomi.
Aktivitas budidaya pertanian seringkali menyebabkan dampak
yang kurang atau tidak menguntungkan bagi lingkungan pertanian

EINFÜHRUNG
dan sekitarnya (dampak negatif), disamping dampak positif.
Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan pertanian,
diantaranya adalah erosi yang dapat menurunkan produktivitas
tanah/lahan atau kesuburan tanahnya menjadi lebih rendah,
sedimentasi, banjir dan longsor, pencemaran, dan lain sebagainya.
Dampak positifnya adalah bahwa pertanian mempunyai
berbagai fungsi, selain sebagai penghasil produk pertanian, juga
dapat memelihara pasokan air tanah, pengendali banjir, penyedia
lapangan kerja, penambat CO2 dan pembersih udara, pemelihara
keindahan alam pedesaan dan keanekaragaman hayati, penyejuk
udara, pendaur ulang bahan organik, dan lain sebagainya.
Faktor terjadinya
lahan kritis
Faktor Alam
a. Kekeringan
Bencana alam seperti kekeringan biasanya terjadi pada wilayah
yang memiliki curah hujan yang minim. Meskipun Indonesia
memiliki iklim tropis, akan tetapi terdapat daerah-daerah yang
sering mengalami kondisi kekeringan, seperti daerah NTB dan NTT
sehingga dapat ditemui hutan sabana di wilayah tersebut.
Lahan-lahan di wilayah kekeringan cenderung kritis karena tanah
memiliki kondisi kering dan kurang kadar air, sehingga tumbuhan
sulit hidup dan beradaptasi.
Faktor Alam
b. Tergenang Air
Lahan kritis juga dapat disebabkan tanah yang memiliki kondisi
tergenang air yang cukup lama. Genangan tersebut dapat
menyebabkan humus dan mineral tanah tergerus dan sehingga
menjadikan tanah jenuh dan tidak subur.

c. Erosi Tanah
Erosi Tanah (masswasting) biasanya terjadi pada daerah dataran
tinggi, pegunungan, dan lahan dengan kondisi miring. Apabila
kondisi ini tidak dikelola dengan tepat, maka erosi tanah akan
terjadi. Tanah akan bergerak turun dan mengikis lapisan tanah
yang subur dibawahnya. Lebih parahnya, kondisi ini juga dapat
menimbulkan tanah longsor.
Faktor Non-Alam
Pencemaran bahan kimia
Bahan kimia seperti penggunaan pestisida serta limbah pabrik dapat menyerap ke dalam tanah dan mencemari lahan pertanian.
Beberapa pestisida dapat bertahan dalam tanah hingga bertahun-tahun. Tentu hal ini dapat mengganggu kesuburan tanah.
Sedangkan pencemaran limbah pabrik dapat mencemari lahan melalui aliran sungai yang membawa bahan kimia tersebut,
maupun melalui air tanah sehingga lama kelamaan menyebabkan lahan menjadi kritis.

Adanya material yang tidak dapat terurai di tanah


Limbah seperti plastik, steroform, atau material lain yang tidak dapat terurai dalam tanah hingga puluhan tahun. Jika limbah-
limbah semacam ini masuk ke dalam lahan potensial dengan jumlah yang terus meningkat, lama kelamaan lahan potensial
akan menjadi kritis karena pencemaran material jenis ini. Pengolahan sampah plastik dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar
jika diolah dengan benar.
Cara Memperbaiki
Lahan Kritis
Reboisasi atau
Penghijauan Pembuatan Sengkedan
Upaya rehabilitasi dan penghijauan lahan-lahan kritis Terasering atau sengkedan ialah metode
juga dapat dilakukan. Pemilihan tanaman harus pembentukan tanah menyerupai tangga.
dilakukan dengan tepat, yaitu dengan memilih tanaman Biasanya cara ini banyak diterapkan di
yang memiliki akar tunjang kuat dan dalam, lereng-lereng curam. Pembuatan tanah seperti
membutuhkan sedikit air, membutuhkan sedikit unsur tangga ini dapat membantu mengurangi laju
hara, dan berupa tanaman endemik pada habitatnya. air dari atas ke bawah. Sehingga tanah tidak
mudah longsor dan menimbun lampisa tanah
dibawahnya.
KESIMPUL
AN
kesimpulan
Lahan kritis merupakan suatu bentuk keadaan lahan atau
tanah yang sebenarnya dapat menjadi ladang peluang bagi suatu
kelompok masyarakat khususnya masyarakat petani. Bagi
sebagian individu khusunya para petani saat ini, dalam mengelola
lahan krtitis tersebut menjadi hal yang sangat sulit karena faktor
alam dan Non-alam yang kurang cocok untuk dilakukan kegiatan
cocok tanam di wilayah itu. Namun beberapa masyarakat atau
kelompok masyarakat petani menunjukan bukti bahwa sangat
memungkinkan untuk melakukan kegiatan pertanian, perladangan
serta perkebunan di lahan.
kesimpulan
Ada juga faktor terjadinya lahan kritis antara lain
kekeringan . Meskipun Indonesia memiliki iklim
tropis, akan tetapi terdapat daerah-daerah yang sering
mengalami kondisi kekeringan, seperti daerah NTB
dan NTT. Adapun faktor lainnya tanah yang memiliki
kondisi genangan yang dapat menyebabkan mineral
tanah tergerus sehingga menjadikan tanah jenuh. dan
terakhir tanah erosi , Tanah ini akan bergerak turun
dan mengikis lapisan tanah yang subur dibawahnya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai