Anda di halaman 1dari 8

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA


TAHUN 2015 - 2019

BAB VIII
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

8.1 ASPEK PERLINDUNGAN LINGKUNGAN


Permasalahan lingkungan selama beberapa dekade ini cukup menjadi perhatian di
beberapa negara termasuk di Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan pesatnya pembangunan
mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan. Efek dari degradasi lingkungan ini berpengaruh
terhadap keberlanjutan sumber daya alam serta lingkungan hidup di masa mendatang. Guna
mengantisipasi permasalahan lingkungan yang semakin kompleks dibutuhkan seperangkat aturan
serta pedoman dalam menanganinya. Hal ini bertujuan agar aspek keberlanjutan sumber daya
alam serta lingkungan hidup di masa mendatang tetap terjaga serta dapat terus mendukung
kehidupan manusia. Kajian aspek lingkungan dan sosial didalam mengatasi masalah
pembangunan yang terkait dengan lingkungan sangat dibutuhkan pada masa sekarang ini, yang
meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis
dengan instrumen serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial
yang dibutuhkan. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
" Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang ".
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
" Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara
lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
dan surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH).
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.
" Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/ atau program dampak dan/atau
resiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan ".
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
" Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,

Hal VIII-1
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau
disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL ".
Tugas dan wewenang Pemerintah Kabupaten Kolaka dalam aspek lingkungan terkait bidang cipta
karya mengacu pada UU. No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yaitu :
1. Menetapkan kebijakan tingkat Kabupaten.
2. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat Kabupaten.
3. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
4. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
5. Melaksanakan standar Pelayanan Minimal.

8.1.1 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana
dan/atau program. Selain itu KLHS merupakan upaya untuk mencari terobosan dan memastikan
bahwa pada tahap awal penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan sudah dipertimbangkan.
Tujuan utama KLHS adalah untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan atas dasar prinsip keterkaitan, keseimbangan
dan keadilan agar menjadi KRP yang berwawasan lingkungan.
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam
RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)
kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas
dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
(4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan
hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun
teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tabel - 8.1 :
Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya
Penilaian
No Kriteria Kesimpulan
Uraian Pertimbangan *)
(signifikan/Tidak Siginifikan)
1. Perubahan Iklim - Tidak adanya kegiatan yang
dilaksanakan yang dapat
mempengaruhi perubahan
iklim secara signifikan

Hal VIII-2
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

Penilaian
No Kriteria Kesimpulan
Uraian Pertimbangan *)
(signifikan/Tidak Siginifikan)
2. Kerusakan, kemerosotan, - Dampak yang ditimbulkan
dan/kepunahan keanekaragaman Tidak signifikan
hayati
3. Peningkatan intensitas dan cakupan - Tidak adanya jenis kegiatan
wilayah bencana banjir, longsor, yang dapat mempengaruhi
kekeringan, dan/atau kebakaran kriteria ini
hutan dan lahan.
4. Penurunan mutu dan kelimpahan - Tidak signifikan, karena tidak
sumber daya alam adanya kegiatan yang
menyebabkan penurunan mutu
dan kelimpahan sumber daya
alam
5. Peningkatan alih fungsi kawasan Pembangunan Tempat Pengaruh hanya bersifat
hutan dan/atau lahan. Pembuangan Akhir (TPA) sementara dan Tidak Signifikan
sampah yang akan sedikit
merubah fungsi kawasan /
lahan
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin - Tidak adanya kegiatan yang
atau terancamnya keberlanjutan dapat mempengaruhi kriteria ini
penghidupan sekelompok
masyarakat
7. peningkatan risiko terhadap - Tidak adanya kegiatan yang
kesehatan dan keselamatan manusia dapat menyebabkan
peningkatan resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia

8.1.2 AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH


Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang
Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib
Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka pengelompokan atau kategori program bidang Cipta
Karya di Kabupaten Kolaka yang memerlukan perlindungan lingkungan adalah seperti pada
Tabel - 8.2.

Hal VIII-3
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

Tabel-8.2:
Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kolaka
Perlindungan Lingkungan
No. Komponen/Kegiatan Lokasi
Amdal UKL/UPL SPPLH
I Pengembangan Permukiman
1. Peningkatan kualitas Permukiman Kawasan Kaw.
- - √
Kumuh Mangolo Kab. Kolaka Mangolo
2. Penyediaan Kualitas Kawasan Permukiman Kaw. Kumuh
- - √
Kumuh Lamokato Kab. Kolaka Lamokato
3. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kaw. Kumuh
- - √
Kumuh Mangolo Kab. Kolaka (lanjt.) Mangolo
4. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kaw.
- - √
Kumuh Lamokato Kab. Kolaka (anjt) Lamokato
5. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kaw. Tikonu
- - √
Kumuh Tikonu Kab. Kolaka (lanjt.)
6. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kaw. Kumuh
- - √
Kumuh Mangolo Kab. Kolaka (Lanjt.) Mangolo
7. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kaw.
- - √
Kumuh Lamokato Kab.Kolaka (lanjt). Lamokato
8. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kaw.
- - √
Kumuh Tikonu Kab.Kolaka (lanjt). Balandete
9. Penyediaan PSD Kawasan Permukiman Kel. Kaw. Kel.
- - √
Wundulako Kab.Kolaka Wundulako
10. Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan Kec.
- - √
Kws. Minapolitan Samaturu Samaturu
11. Penyediaan Infrastruktur Pengembangan
Kawasan Minapolitan Kawasan Wolo Kab. Kec. Wolo - - √
Kolaka
Penyediaan Infrastruktur Pengembangan
Kaw.
12. Kawasan Minapolitan Kawasan Samaturu - - √
Samaturu
Kab. Kolaka
13. Penyediaan Infrastruktur Pengembangan
Kawasan Minapolitan Kawasan Wolo Kab. Kaw. Wolo - - √
Kolaka (lanjt).
14. Penyediaan Infrastruktur Pengembangan
Kaw.
Kawasan Minapolitan Kawasan Samaturu - - √
Samaturu
Kab. Kolaka (lanjt).
II Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Pembangunan PSD Penataan dan Kws. TPI -
Revitalisasi Kawasan TPI - Dermaga - HKSN Dermaga - √ - √
(Lanjt.) HKSN
2. Pembangunan PSD Penataan dan Kws.
√ - √
Revitalisasi Kawasan Latambaga (Lanjt.) Latambaga
3. Pembangunan PSD Penataan dan Kws. 19
Revitalisasi Kawasan 19 November - Stadion November -
√ - √
Kota Kolaka (Lanjt.) Stadion Kota
Kolaka
4. Pembangunan PSD Penataan dan Kws.
Revitalisasi Kawasan Wundulako - Mekongga Wundulako - √ - √
(Lanjt.) Mekongga
5. Pembangunan PSD Penataan dan Kws. TPI -
Revitalisasi Kawasan TPI - Dermaga - HKSN Dermaga - √ - √
(Lanjt.) HKSN
6. Pembangunan PSD Penataan dan Kws.
√ - √
Revitalisasi Kawasan Latambaga (Lanjt.) Latambaga
7. Pembangunan PSD Penataan dan Kws. 19
Revitalisasi Kawasan 19 November - Stadion November -
√ - √
Kota Kolaka (Lanjt.) Stadion Kota
Kolaka
8. Pembangunan PSD Penataan dan Kws.
Revitalisasi Kawasan Wundulako - Mekongga Wundulako - √ - √
(Lanjt.) Mekongga

Hal VIII-4
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

9. Penataan Bangunan Kawasan Hijau Kab.


Kab. Kolaka √ - √
Kolaka
III Penyehatan Lingkungan Permukiman
1. Pembangunan SANIMAS Kws. Mangolo Kab. Kws.
- √ -
Kolaka (100 KK) Mangolo
2. Pembangunan SANIMAS Kec. Wundulako Kec.
- √ -
Wundulako
3. Penyusunan DED PS Air Limbah Kws. Kws.
- - √
Lamokato Kab. Kolaka Lamkato
4. Penyusunan DED Drainase Primer Kws. Kws.
- - √
Wundulako Kab. Kolaka Wundulako
5. Pembangunan Drainase Primer Kab. Kolaka
Kws. Kolaka - √ -
(530 Ha)
6. Pembangunan Drainase Primer Kawasan
Latambaga - √ -
Latambaga
7. Pembangunan Drainase Primer Kawasan
Latambaga - √ -
Latambaga (lanjt).
8. Pembangunan TPA Sampah Kolaka - √ -
9. Pengadaan Alat Berat TPA Sampah Kolaka - √ -
10. Revitalisasi Pengolahan Sampah Terpadu
Kolaka - √ -
dengan Metode 3R Kab. Kolaka (200 KK)
11. Pembangunan Infrastruktur Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu Dengan Sistem Kolaka - √ -
3R
12. Pembangunan Infrastruktur Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu Dengan Sistem Kolaka - √ -
3R
IV Air Minum
1. Optimalisasi PDAM Kab. Kolaka
(Pembangunan Sumber Air Baku Baru dan Kab. Kolaka - - √
Jaringan PDAM)
2. Optimalisasi PDAM Kab. Kolaka
(Pembangunan Sumber Air Baku Baru dan Kab. Kolaka - - √
Jaringan PDAM)
Kel.
3. Optimalisasi SPAM IKK Lamokato Lamokato - - √
Kec. Kolaka

8.2 ASPEK SOSIAL


Aspek sosial yang mempunyai keterkaitan dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
cipta karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman
wajib untuk menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dengan isu-isu seperti pengentasan
kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saatnpembangunan kemungkinan
masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan
pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Setelah pasca pembangunan perlu
diidentifikasi apakah infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau
peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Adapun peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial
adalah :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.

Hal VIII-5
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

" Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan
memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung,
termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal dan
wilayah bencana ".
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
" Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,
negara dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang Berhak ".
3. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
" Pasal 1 : Program Penanggulangan Kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha serta masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan
kegiatan ekonomi ".
4. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaam Gender dalam
Pembangunan Nasional.
" Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna
terselenggara perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan
bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah Kabupaten terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah :
1. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di Kabupaten.
2. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di Kabupaten.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta program lain dalam rangka
peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten.
4. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat
kabupaten berperspektif gender, khususnya untuk bidang cipta karya.

8.2.1 ASPEK SOSIAL PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA


A. Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu
melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti
adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang
disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran,
karakteristik, hingga kebutuhan penanganannya.
Hal VIII-6
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

Menurut standar BPS terdapat 14 (empat belas) kriteria yang dipergunaka untuk menentukan
keluarga/rumah tangga yang dikategorikan miskin, yaitu :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.
2. Jenis kantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa
diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m²,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolahtidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti
sepeda motor kredit / non kredit, emas ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah
tangga miskin.

B. Pengarusutamaan Gender
Selain dari kemiskinan aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah ada kegiatan responsif
gender bidang cipta karya yang telah dilaksanakan yaitu :
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
2. Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP).
3. Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
4. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
5. Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).
6. Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM,
7. Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)
Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk
responsif gender dari masing-masing kegiatan yang meliputi : Bentuk keterlibatan/akses,
Tingkat partisipasi perempuan, kontrol pengambilan keputusan oleh perempuan, manfaat,
hingga permasalahan yang perlu diantisipasi di masa datang.
Hal VIII-7
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
KABUPATEN KOLAKA BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2015 - 2019

8.2.2 ASPEK SOSIAL PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA


Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi
berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat
penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,
pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman
kembali.
1. Konsultasi Masyarakat.
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama
kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang cipta karya
di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,
usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi
masyarakat biasanya dilaksanakan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya,
persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan
terjadi bilamana kegiatan pembangunan dilaksanakan di lokasi masyarakat/swasta yang tak
lain adalah lokasi bukan milik pemerintah. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa
semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan atau memperbaiki,
pencapaian dan standar kehidupan warga yang terkena dampak yang diakibatkan oleh
kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resetlement)
Permukiman kembali penduduk harus dipertimbangkan sejak awal tahapan proyek, Apabila
proyek tersebut memerlukan pengadaan lahan. Bilamana perpindahan penduduk tidak dapat
dihindari, rencana pemukiman kembali harus terlaksana sedemikian rupa sehingga penduduk
yang terpindahkan mendapat kesempatan menikmati manfaat dari proyek yang dilaksanakan.
Dalam hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugian yang dialami, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupan di lokasi yang baru.

8.2.3 ASPEK SOSIAL PADA PASCA PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA


Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat.
Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana
dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang
menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Hal VIII-8

Anda mungkin juga menyukai