Anda di halaman 1dari 37

KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDANAAN PERUBAHAN

IKLIM DALAM MENDUKUNG GREEN ECONOMY


Rapat Kerja Nasional BPDLH 2022
Jakarta, 22 Desember 2022

Badan Kebijakan Fiskal


Kementerian Keuangan
OUTLINE
1. PERAN APBN YANG INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN
2. DUKUNGAN FISKAL UNTUK GREEN ECONOMY
3. MOBILISASI SUMBER PEMBIAYAAN NON-APBN/APBD
4. OPTIMALISASI FISKAL DAERAH
5. PENUTUP

KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PERAN APBN YANG INKLUSIF
DAN BERKELANJUTAN

3
TANTANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL
Krisis global akibat pandemi Covid-19 mulai mereda, namun tantangan lain perlu menjadi perhatian.

Inflasi global yang Liquidity Increasing Risks of Heightening


Increasing Risk of
tinggi dan terus- Tightening & Food, Energy, and Geopolitical
Stagflation
menerus Interest Rates Hike Financial Crisis Fragmentation

Pandemi Covid-19 telah mereda. Selain potensi perkembangan varian Covid-19 baru, berbagai jenis
global shocks kini menjadi fokus kewaspadaan.

4
DI TENGAH RISIKO KETIDAKPASTIAN PEREKONOMIAN GLOBAL YANG ESKALATIF, APBN
DIOPTIMALKAN SEBAGAI SHOCK ABSORBER

APBN Sebagai Shock Absorber


Mengendalikan Inflasi Menjaga Momentum pemulihan Menjaga belanja prioritas
dan menjaga daya beli (mengurangi pengangguran & (penguatan produktifitas dan
masyarakat angka kemiskinan) pondasi ekonomi nasional)

Ditengah Kenaikan Optimalisasi Belanja: Subsidi, Kompensasi, Perlinsos, dan belanja prioritas (infrastruktur, kesehatan,
pendidikan dan dukungan reformasi struktural)
harga komoditas
dan risiko
ketidakpastian
KONSOLIDASI
global yang
DAN REFORMASI
eskalatif Menjaga Kesehatan APBN Jangka Menengah - Panjang
FISKAL
“APBN harus
Waspada,
Antisipatif dan
Responsif”
Momentum Penguatan Ketahanan Fiskal
Menyiapkan buffer untuk antispasi Penguatan fondasi untuk konsolidasi dan
uncertainty keberlanjutan fiskal jangka menengah

5
ARSITEKTUR APBN 2023: “MEMBANGKITKAN OPTIMISME NAMUN TETAP WASPADA”
Defisit APBN kembali di bawah 3 persen dan pertama kalinya target pajak di atas Rp2 ribu triliun

Growth
7,5- Inflasi 5,3 Harga
Kemiskinan 3,6 %, yoy
90 Minyak
8,5% %, yoy
Sasaran US$/barrel
Tk. 5,3- Asumsi Makro Lifting
Pengangguran 6,0% pembangunan 14.800 Nilai 660
2023 a.l. Tukar APBN 2023 Minyak
Ribu barrel /hari
0,375- Rp/US$
Rasio Gini
0,378 7,9
Tk. 1.100 Lifting Gas
Ribu barrel /hari
Bunga
% (SUN
Pendapatan Negara 10thn) Belanja Negara
Rp2.463,0T Rp3.061,2T

Perpajakan Belanja Pemerintah Pusat


Rp2.021,2T Rp2.246,5T
PNBP
Rp441,4T TKDD
Rp814,7T
“Optimalisasi Pendapatan Negara Defisit APBN
“Mendukung peningkatan
dengan memperhatikan risiko Pembiayaan 2,84% PDB produktivitas dan peran sebagai shock
moderasi harga komoditas” absorber menghadapi ketidakpastian”
Anggaran “Pembiayaan utang yang lebih efisien sejalan
Rp598,2T dengan penurunan defisit dan pemanfaatan SAL”
6
ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2023 UNTUK MENDORONG ”PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
UNTUK TRANSFORMASI EKONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKELANJUTAN”

KUALITAS REFORMASI REVITALISASI EKONOMI


INFRASTRUKTUR HIJAU
SDM BIROKRASI INDUSTRI

Alokasi
Penguatan Peran APBN Sesuai Fungsi
Distribusi Dasarnya
(Pasal 3 ayat 4 UU Nomor 17 Tahun 2003)
Stabilisasi

Konsolidasi Fiskal Berkualitas (amanat UU 2/2020)

MOBILISASI PEMBIAYAAN INOVATIF &


SPENDING BETTER
PENDAPATAN SUSTAINABLE

• Efektivitas UU HPP (tax ratio naik); • Efisien dan Produktif • Pengendalian risiko utang
• Optimalisasi PNBP melalui inovasi • Fokus untuk human capital, physical • Meningkatkan peran Swasta, BUMN,
layanan dan reformasi pengelolaan capital, institutional reform, adaptasi BLU, SWF, SMV (Pembiayaan inovatif)
aset secara produktif dimasa endemi
• Antisipasi uncertainty
7
DUKUNGAN FISKAL UNTUK
GREEN ECONOMY

8
PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM MENDUKUNG TRANSISI EKONOMI HIJAU
Mewujudkan ekonomi hijau melalui pencapaian target nasional untuk perubahan iklim

Target SEKTOR 29% 41% 31,89% 43,20%


Penurunan Emisi IPPU 3 3,25 7 9
Dalam Updated 40 43,5
LIMBAH 11 40
NDC (MTon CO2e)
PERTANIAN 9 4 10 12

ENERGI & 358 446


314 446
TRANSPORTASI
500 729
KEHUTANAN 497 692

Updated NDC Enhanced NDC

Estimasi Biaya Mitigasi Perubahan Iklim Kebutuhan Pembiayaan Mitigasi PI per Sektor

Third BUR Roadmap Mitigasi PI


Referensi Ruang Lingkup Estimasi Biaya/Dampak Sektor
(Rp triliun) (Rp triliun)
Third Biennial Biaya mitigasi perubahan Rp4.002,43 triliun hingga Kehutanan 309,00 93,28
Update Report iklim untuk mencapai NDC tahun 2030 (Rp363,82 triliun
Energi dan 3.500,00 3.500,00
(KLHK, 2021) per tahun)
Transportasi
Roadmap NDC Biaya mitigasi perubahan Biaya mitigasi akumulatif dari
IPPU 0,93 0,92
Mitigasi iklim untuk mencapai NDC tahun 2020-2030 mencapai
Indonesia Rp3.779 triliun (Rp343,6 Limbah 185,27 181,40
(KLHK, 2020) triliun per tahun)
Pertanian 7,23 4,04
Total 4.002,43 3.779,63

9
Sumber Pendanaan Potensial

SUMBER PENDANAAN

DOMESTIK INTERNASIONAL

APBN NON APBN BILATERAL MULTILATERAL

• Belanja APBN • Investasi Swasta and CSR • Philanthropies • Pemerintah • Green Climate Fund
• Pungutan/Pajak Karbon • Lembaga Keuangan (Bank and • BUMN • Swasta • Global Environment Facility
• TKDD Non Bank) • Adaptation Fund
• Pembiayaan (Green Sukuk, • Pasar Modal • MDBs
SDGs Bond) • Perdagangan Karbon • IFIs

BPDLH, SDG Indonesia One, ICCTF


10
DESAIN KEBIJAKAN FISKAL MENDUKUNG EKONOMI HIJAU
Kebijakan fiskal diarahkan untuk menambah daya ungkit pertumbuhan ekonomi hijau

ARAH KEBIJAKAN FISKAL UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN HIJAU

1. Mendorong pengembangan industri berbasis baterai (elektronik dan otomotif).


2. Meningkatkan EBT dalam bauran energi nasional.
3. Mendorong pengembangan Nilai Ekonomi Karbon (NEK): pasar karbon, pajak karbon dan pembayaran berbasis kinerja.
4. Meningkatkan mobilisasi pembiayaan ekonomi hijau (domestik dan internasional).
5. Optimalisasi kerja sama internasional dalam rangka penurunan emisi GRK.

TANTANGAN PELUANG
• Menguatnya sinergi antara otoritas fiskal dan moneter dalam
• Kebutuhan pendanaan perubahan iklim untuk mencapai target NDC
membangun arsitektur pendanaan berkelanjutan dan penanganan
yang hampir 2x lipat lebih besar dari kapasitas belanja negara.
perubahan iklim.
• Pemulihan ekonomi global diiringi dengan melonjaknya emisi GRK
• Telah disahkannya mekanisme Nilai Ekonomi Karbon di Indonesia
global pasca pandemi, khususnya dari sektor energi dan IPPU
untuk mendukung pencapaian target iklim.
hingga 4% di tahun 2021 (kenaikannya lebih dari 1.200 Mt CO2
dan merupakan rekor tertinggi selama 10 tahun terakhir). • Mekanisme R esult Ba sed Pa yment REDD+ merupakan best
pra ctice untuk memobilisasi dana perubahan iklim di sektor
• Proporsi fossil fuel pada bauran energï nasional masih besar.
kehutanan dan lahan.
• Keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan berkelanjutan dan
• Inisiatif E nergy Tra nsition Mecha nism (ETM) untuk
perubahan iklim masih perlu dieksplorasi.
mempercepat transisi energi yang adil dan terjangkau.
11
Penerapan Climate Budget Tagging di Pemerintah Pusat & Daerah
Penerapan CBT dilatarbelakangi oleh urgensi untuk mengetahui kapasitas dana publik untuk penanganan perubahan iklim

2004 2011 2012 2013 2014 2015


UU 17/2004 • Perpres 61/2011 RAN-GRK Mitiga tion Fisca l Kajian Low E mission • RAN-API • First Biennia l Upda te
Ratifikasi Framework (MFF) Budget Ta gging and • Kajian Green Pla nning R eport (BUR)
• Perpres 71/2011 Inventarisasi GRK
Protokol Kyoto Scoring System & Budgeting • Naskah Akademik CBT
Milestones: • PMK Juksunlah
• Inisiatif Climate Budget Tagging melalui proses panjang yang dimulai dengan kajian MFF
pada 2012, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan naskah akademik dan PMK • UU 16/2016 Ratifikasi Paris Agreement
petunjuk penyusunan dan penelaahan (2015). • First Nationa lly Determined Contribution (NDC) 2016
• Implementasi penandaan dimulai terbatas pada Aksi Mitigasi Perubahan Iklim (2016) yang • Implementasi Climate Budget Tagging Mitigasi dalam
kemudian dilanjutkan pada Aksi Adaptasi Perubahan Iklim (2018). Sistem ADIK
• Hasil CBT dimanfaatkan untuk mendorong pembiayaan inovatif: Green Sukuk & SDG Bond. • Penerbitan Buku Pedoman CBT Mitigasi Sesuai RAN GRK
• Pengembangan CBT disesuaikan dengan kebijakan perencanaan dan penganggaran • PMK Juksunlah
nasional (2020) dan diujicobakan pada tingkat daerah sejak 2020.

2021 2020 2019 2018 2017

• Perpres 98/2021 NEK • Perpres 18/2020 RPJMN 2020-2024 • PPRK dan PPRKD • Second Biennial Update Report • PP 17/2017 Sinkronisasi Perencanaan
• R oa dma p NDC Mitigasi dan • Buku PCF • Implementasi Climate Budget dan Penganggaran Pembangunan
• Updated NDC
Tagging Adaptasi dalam KRISNA Nasional
• LTS-LCCR Adaptasi • PMK Juksunlah Format
• PMK Juksunlah • Penerapan fitur tagging tematik APBN
• Third BUR • Redesain Sistem Perencanaan dan RSPP dalam aplikasi KRISNA
Penganggaran (RSPP) Nasional • 1st Green Sukuk Global
• Dokumen PBI • 2nd Green Sukuk Global • Laporan CBT 2016-2017
• Laporan CBT 2018-2020 • 1st Green Sukuk Retail
• Piloting dan Analisis Lanjutan RCBT • PMK Juksunlah
• Piloting Regional Climate Budget
• 4th GS Global, 3rd GS Retail, 1st SDG
Tagging
Bond
• 3rd GS Global & 2nd GS Retail
ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM PADA KEMENTERIAN/LEMBAGA
Pemerintah berkomitmen mengalokasikan anggaran perubahan iklim dalam APBN sejak tahun 2016

Alokasi dan Realisasi Anggaran Perubahan Iklim 5 K/L dengan Anggaran Perubahan Iklim Terbesar (Rp Triliun)
140.00 Pra-pandemi Pasca-pandemi 7.0% 120.00

97.78
6.0% 2018 2019 2020 2021

84.87
120.00 6.0% 100.00

73.58
100.00 4.5% 5.0%
4.0%

61.38
4.0% 80.00

Persen (%)
Rp Triliun

80.00 3.5% 4.0%


2.8% 60.00
60.00 3.0%

28.10
40.00 2.0% 40.00

15.37
10.23
8.07
20.00 1.0%

4.59
20.00

4.14
3.14

2.87
2.57
2.15
2.05
1.83

1.74
0.66
0.65

0.62
72.35 52.42 95.58 85.01 132.48126.04 97.66 83.54 77.81 50.99 110.65104.85
0.00 0.0%
-
2016 2017 2018 2019 2020 2021
KEMENTERIAN KLHK KEMENTERIAN ESDM KEMENTERIAN KEMENTERIAN PUPR
Alokasi Anggaran Perubahan Iklim Realisasi Anggaran Perubahan Iklim Porsi dalam APBN
PERTANIAN PERHUBUNGAN

Porsi Anggaran Perubahan Iklim dalam Belanja K/L


1. Melalui Climate Budget Tagging, diketahui bahwa APBN konsisten 100%

mengalokasikan anggaran perubahan iklim rata-rata senilai Rp97,76 triliun per 90%
80%
tahun atau sekitar 4,1% dari APBN (2016-2021).
70%

2. Anggaran perubahan iklim di tahun 2021 mengalami rebound pasca-pandemi 60%


50%
dengan pertumbuhan sebesar 42%, dan ini merupakan sinyal positif terhadap
40%
penguatan komitmen Pemerintah dalam mendorong pemulihan hijau ke depan. 30%

3. Lima (5) K/L dengan anggaran perubahan iklim terbesar dipengaruhi oleh perannya 20%
10%
dalam menyediakan infrastruktur hijau baik untuk mitigasi maupun adaptasi. 0%
10.6% 12.5% 15.6% 11.2% 7.3% 9.9%

2016 2017 2018 2019 2020 2021


4. 2016-2021: porsi anggaran perubahan iklim di dalam Belanja K/L rata-rata mencapai
11,2% per tahun
Anggaran Perubahan Iklim Belanja K/L
13
PENGEMBANGAN CLIMATE BUDGET TAGGING DI TINGKAT DAERAH
Telah dilakukan uji coba Regional Climate Budget Tagging (RCBT) dan analisis lanjutan

Prov. Aceh Prov. Kalimantan Utara


• Prov. Gorontalo
• Kab. Gorontalo Prov. Papua Barat
Prov. Jambi
Prov. Papua
• Prov. Riau
• Kota Pekanbaru Prov. Bangka Belitung
• Kab. Siak

Prov. DKI Jakarta


Kota Cirebon Prov. Jawa Timur
Kota Surabaya

Prov. Bali

• Prov. Jawa Barat


• Kab. Sumedang Prov. DI Yogyakarta
Kab. Gn. Kidul

TUJUAN PENGEMBANGAN CBT DI DAERAH:


Pengembangan CBT di tingkat daerah telah diimplementasikan 1. Mengidentifikasi Program/kegiatan apa saja yang sudah
pada 20 pemerintah daerah di tingkat provinsi/ dilakukan daerah dalam mendukung aksi perubahan iklim.
kabupaten/kota dalam periode 2020-2022: 2. Meningkatkan pemahaman dan kapasitas daerah dalam mendukung aksi
✓11 Daerah uji coba (2020) perubahan iklim.
✓6 Daerah uji coba + 3 Daerah Lanjutan (2021) 3. Mendorong pemda dalam kebijakan pendanaan perubahan iklim di luar
✓3 Daerah uji coba + 4 Daerah Lanjutan (2022) APBD, termasuk mendukung pemda dalam mengakses fasilitas
pendanaan internasional seperti Green Climate Fund (GCF).
14
PELUANG PENGUATAN RCBT KE DEPAN

1. Penajaman peran pemerintah daerah dalam kontribusi penanganan


perubahan iklim
▪ Identifikasi indikator fisik yang diperlukan dalam perhitungan emisi GRK
▪ Kompilasi kebutuhan pembiayaan yang dibutuhkan untuk mencapai
target penanganan perubahan iklim
2. Penguatan koordinasi pemerintah pusat dan daerah
▪ Penguatan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
berlandaskan Ekonomi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan.
▪ Membangun sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi.
3. Optimalisasi Pemanfaatan Hasil Penandaan Anggaran
▪ Penguatan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Perubahan Iklim di
daerah pada Sistem di Nasional.
▪ Optimalisasi transfer fiskal nasional (TKDD) dan daerah (TAPE/TAKE).
▪ Akses pada sumber pembiayaan inovatif.
4. Peningkatan Kesadaran atas Perubahan Iklim
▪ Peningkatan kapasitas SDM yang berkesinambungan.
▪ Penguatan kolaborasi lintas sektor.
15
KEBIJAKAN FISKAL DARI SISI PENDAPATAN NEGARA

Kebijakan Perpajakan untuk Mendorong Investasi


EBT, Mengurangi Emisi CO2 Kendaraan Bermotor, dan
Mengakselerasi Penggunaan Battery Electric Vehicle
(BEV)

Instrumen Pokok Pengaturan


Tax Holiday Diskon pajak 100% hingga 20 tahun tergantung pada jumlah investasi untuk 17
industri pionir
Tax Allowance Pemberian Tax Allowance, salah satunya untuk bisnis panas bumi, pembangkit
listrik energi terbarukan, dan industri bioenergi.
Pembebasan pasal 22 pajak penghasilan atas barang impor untuk kegiatan
usaha panas bumi.

Fasilitas PPN Pembebasan PPN atas barang impor untuk kegiatan panas bumi.

Fasilitas Pajak Pembebasan pajak impor pada kegiatan panas bumi dan komponen utama
Impor baterai untuk mendukung pengembangan BEV.

Fasilitas PBB Pengurangan PBB hingga 100% untuk tahap eksplorasi panas bumi

PPnBM Pengenaan PPnBM berdasarkan potensi emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan
Kendaraan bermotor. Semakin tinggi CO2 yang dihasilkan maka semakin tinggi tarif PPnBM
Bermotor (tarif 0% - 95%) untuk 1 kali pengenaan di pabrikan atau pada saat impor.
PPnBM pun digunakan untuk mendorong konsumsi dan investasi Battery
Electric Vehicle di Indonesia.

16
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PEMBIAYAAN INOVATIF
GLOBAL MARKET
1st Issuance 2nd Issuance 3rd Issuance 4th Issuance 5th Issuance
Green Sukuk selama ini telah membiayai
Issuance date March 2018 February 2019 June 2020 June 2021 June 2022 proyek hijau di 5 eligible sektor
SUKUK HIJAU
Volume USD 1.25 Bio USD750 Mio USD750 Mio USD750 Mio USD1.5 Bio

Tenor 5 years 5.5 years 5 years 30 years 10 Years

Yield 3.75% 3.9% 2.3% 3.55% 4.70%

Renewable Energy Energy Efficiency WTE and Waste


DOMESTIC MARKET
Management
1st Issuance 2nd Issuance 3rd Issuance 4th Issuance

Issuance date November 2019 November 2020 November 2021 Desember 2022

Volume IDR 1.4 Trillion IDR 5.4 Trillion IDR 5 Trillion IDR 10 Trillion
Resilience to Climate Change
Tenor 2 years 2 years 2 years 2 years for Highly Vulnerable Areas Sustainable
and Sectors/ Disaster Risk Transport
Yield 6.75% 5.5% 4.8% 6.15% Reduction
(Floating with (Floating with (Floating with (Floating with
floor) floor) floor) floor)

1st Issuance Pemerintah Indonesia telah menyusun SDGs Government Securities Framework
(SDGs Framework) dan telah mendapatkan Second Party Opinion dari CICERO dan
Issuance date September 2021 IISD.
Volume EUR 500 Mio
Framework baru tersebut merupakan pengembangan dari Green Bond dan Green
SDGS BOND Tenor 12 years Sukuk Framework yang diterbitkan tahun 2018 yang memungkinkan pemanfaatan
Yield 1,351% sukuk hijau dan SDGs Bond untuk aktivitas penanganan perubahan iklim.
17
PENERAPAN NILAI EKONOMI KARBON (CARBON PRICING)

Instrumen NEK
Merupakan valuasi atas emisi/
kandungan/potensi emisi GRK dan Instrumen Perdagangan
bentuk intervensi market failure
dengan memanfaatkan kekuatan a. Perdagangan Ijin Emisi (Emission Trading System/ ETS)
pasar.
entitas yang mengemisi lebih banyak membeli ijin emisi dari yang mengemisi lebih
sedikit

Tujuan Penyelenggaraan NEK b. Offset Emisi (Crediting Mechanism)


entitas yang melakukan aktivitas penurunan emisi dapat menjual kredit karbon nya
• Mengurangi emisi gas rumah kaca kepada entitas yang memerlukan kredit karbon
• Bentuk intervensi kebijakan untuk mengatasi “market failure”.
Instrumen Non Perdagangan
• Penerapan “polluters-pay-principle”
• Mendorong ekosistem rendah karbon pada bisnis & masyarakat. a. Pajak/ Pungutan atas Karbon (carbon tax)
• Peluang penerimaan negara dan mengatasi celah pembiayaan. dikenakan atas kandungan karbon atau aktivitas mengemisi karbon

• Mendorong pertumbuhan berkelanjutan b. Result Based Payment (RBP)


pembayaran diberikan atas hasil penurunan emisi

Pengenaan Subjek Pajak Tarif Ketentuan Lainnya


Pajak
Atas emisi karbon yang Orang pribadi atau badan ≥ Harga karbon di pasar Target penerapan tahun 2022
Karbon memberikan dampak negatif yang membeli barang yang karbon dengan tarif paling pada PLTU batubara.
bagi lingkungan hidup mengandung karbon rendah Rp30,00 /kg CO2e Perkembangan &
Diatur dalam
Undang-Undang No.7 dan/atau melakukan aktivitas perluasannya peta jalan
Tahun 2021 yang menghasilkan emisi pasar karbon dan peta jalan
tentang Harmonisasi karbon. pajak karbon.
Peraturan Perpajakan
18
CLIMATE CHANGE FISCAL FRAMEWORK UNTUK MENDUKUNG TRANSISI HIJAU
Perlunya identifikasi kebijakan fiskal dan sektoral untuk memperkuat program-program yang mendukung upaya menuju ekonomi
hijau yang inklusif dan berkelanjutan

KETERSEDIAAN KEBUTUHAN GAP STRATEGI MEWUJUDKAN


PENDANAAN PENDANAAN PENDANAAN EKONOMI HIJAU
Identifikasi belanja
publik yang tersedia Strategi Mobilisasi
Mengidentifikasi gap
untuk agenda Memetakan Pendanaan Publik
Komitmen kebutuhan
ekonomi hijau kebutuhan
pendanaan untuk
Indonesia pendanaan agenda
mewujudkan agenda
Memetakan ekonomi hijau ke Strategi Mobilisasi
dalam pendanaan sektor ekonomi hijau Pendanaan Swasta
depan
Agenda swasta untuk agenda (Publik dan Swasta)
Ekonomi ekonomi hijau Identifikasi Kebijakan yang
Hijau menghambat, kebijakan yang
mendukung, enabling
(Collective Kebijakan Fiskal dan Sektoral yang Mempengaruhi Agenda Ekonomi Hijau environment, dan Mekanisme
Actions) Pembiayaan Inovatif

Meningkatkan koordinasi
Kebijakan dan Tata Kelola Pembiayaan Ekonomi Hijau lintas sektor untuk mengawal
agenda ekonomi hijau
Pertumbuhan ekonomi hijau
yang inklusif, berkualitas, dan
berkelanjutan

19
MOBILISASI SUMBER
PEMBIAYAAN NON-
APBN/APBD

20
MOBILISASI DANA NON-APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BLU & SMV Kementerian Keuangan Dukungan Internasional

• BLU BPDLH merupakan penggabungan antara • SDG Indonesia One adalah platform kerjasama • GCF adalah entitas pelaksana mekanisme
BLU Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan pendanaan terintegrasi yang dikelola PT. SMI keuangan UNFCCC yang didirikan oleh
dengan mengkombinasikan dana publik dan dana Conference of Parties (COP) tahun 2010.
(P3H) dan program konservasi lingkungan hidup
KLHK. swasta melalui skema blended finance untuk
• Berpotensi membantu Indonesia mencapai
disalurkan ke dalam proyek-proyek infrastruktur di target Nationally Determined Contribution
• BLU BPDLH mengelola dan menyediakan dana Indonesia yang berkaitan dengan pencapaian SDGs. (NDC) tanpa membebani APBN.
yang dibutuhkan untuk perlindungan, • Sumber dana SDG Indonesia One berasal dari
pelestarian, dan konservasi lingkungan hidup • Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu sebagai
swasta, donor/filantropi, institusi keuangan,
dan kehutanan, pengelolaan keanekaragaman National Designated Authority.
institutional investor, dan lembaga bilateral maupun
hayati, serta mitigasi dan adaptasi perubahan multilateral. • Dana perubahan iklim terbesar di dunia dan
iklim. diperuntukkan bagi negara berkembang, serta
memiliki instrumen keuangan yang beragam.
• BLU BPDLH tidak hanya mengelola dana di
bidang lingkungan hidup & kehutanan, namun • Memiliki target yang seimbang antara mitigasi
juga untuk bidang energi, pertanian, dan adaptasi.
perhubungan, kelautan & perikanan, serta • Beberapa proyek/program di Indonesia yang
industri. disetujui GCF juga melibatkan Pemda. 21
BADAN PENGELOLA DANA LINGKUNGAN HIDUP

13 PROGRAM
PRIORITAS
Sesuai dengan
8. Peningkatan daya saing industri
berbasis sumber daya alam

9. Pengolahan limbah padat, cair, dan


bahan berbahaya beracun
Dana Awal yang akan dikelola oleh BPDLH
➢ REDD+
PMK No. 124/PMK.05/2020 a. Dana hasil penurunan emisi GRK sektor kehutanan.
10. Penggunaan bahan dan teknologi b. Sumber Dana: Hibah (Result Based Payment)
tentang Tata Cara Pengelolaan
ramah lingkungan serta rendah
Dana Lingkungan Hidup karbon c. Penerima Manfaat: Pihak yang berkontribusi dalam pengurangan
emisi GRK
11. Peningkatan penerapan efisiensi
1. Pengendalian perubahan iklim energi, EBT, dan konservasi energi d. Penyaluran Dana: Hibah
(termasuk program REDD+) sosial serta kemitraan lingkungan e. Potensi RBP REDD+ di Indonesia:
2. Pengelolaan hutan berkelanjutan 12. Penurunan gangguan, ancaman, dan
Donor Komitmen Periode
(termasuk kerangka REDD+) pelanggaran hukum bidang
lingkungan hidup dan kehutanan Pemerintah Norwegia USD 56 million 2020

3. Pengendalian kebakaran hutan dan 13. Kegiatan perlindungan dan Green Climate Fund USD 103,78 million 2020-2023
lahan serta pemulihan lahan gambut pengelolaan lingkungan hidup Forest Carbon Partnership Facility USD 110 million 2023-2025
(termasuk kerangka REDD+) lainnya (Provinsi Kalimantan Timur)
Bio Carbon Fund USD 60 million 2023-2025
4. Perhutanan sosial dan kemitraan
(Provinsi Jambi)
lingkungan
(termasuk kerangka REDD+)
✓ Ke depan, diperlukan ➢ Reboisasi & Investasi Lingkungan :
5. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
serta kegiatan pendukung lainnya pengembangan area a. Alokasi dana reboisasi untuk kegiatan pembangunan kehutanan
(termasuk kerangka REDD+) prioritas untuk menyasar b. Sumber Dana: APBN
6. Konservasi keanekaragaman hayati target lingkungan lainnya, c. Penerima manfaat: kelompok tani dan industri kehutanan
dan ekosistem
(termasuk kerangka REDD+) seperti mandat untuk d. Saluran Dana: Pinjaman/Pembiayaan Pembangunan
7. Pengendalian pencemaran dan/atau pengelolaan pooling fund
kerusakan lingkungan
(termasuk kerangka REDD+)
bencana.
22
Pengelolaan Dana Penyelenggaraan NEK

Pengelola Dana
Instrumen NEK
Lembaga Lain
01. Perdagangan Karbon yang Ditunjuk
• PNBP transaksi perdagangan
• PNBP sanksi administrasi o Pasal 59 Perpres 98/2021:
• PPh (final) atas hasil transaksi Pengelolaan dana dapat melalui
BPDLH atau Lembaga lain yang
02. Pembayaran Berbasis Kinerja ditunjuk (i.e.: DJP, Pemda)

• RBP Internasional (i.e.: REDD+) o Dana dari penyelenggaraan Nilai


• Transfer Fiskal (Pusat ke Daerah/ Provinsi Ekonomi Karbon dapat
ke Kab/Kota)
Pemanfaatan Dana
dimanfaatkan mendukung
pencapaian target NDC. 1 Penyelenggaraan NEK
03.Pungutan Atas Karbon
o Pengelolaan dana mengikuti
• Pajak Karbon mekanisme APBN sesuai dengan 2 Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
peraturan perundangan yang Iklim
berlaku.
3 Menambah dana pembangunan

4 Dukungan masyarakat miskin

23
SDG Indonesia One merupakan instrumen pembiayaan inovatif
yang mendukung pembangunan infrastruktur dalam mencapai 16
tujuan dari 17 tujuan SDGs

SKEMA PENDANAAN SDG INDONESIA ONE


Alternatif Donor, Impact/Climate Funds dan

Investor
Donor (Filantropi) dan Bank Komersial dan Institutional
Bank Pembangunan Institutional Investor and
Impact/Climate Funds Investor
Developer
Pembiayaan dari
SDG Indonesia Kontribusi: Kontribusi: Kontribusi: Kontribusi:

Kontribusi
Hibah, Bantuan Teknis Pinjaman, hibah Pinjaman, Obligasi, Sukuk Ekuitas
Sasaran: Sasaran: Sasaran: Objective:
One Dukungan pengembangan proyek
pra-konstruksi
Pengalihan risiko proyek
(Meningkatkan akses ke
Pembiayaan konstruksi/ pasca-
konstruksi
Investasi berdampak besar
perbankan)

SDG Indonesia One


(Dikelola oleh PT SMI)
Produk

Fasilitas Pengembangan Fasilitas Pengalihan Risiko Fasilitas Pembiayaan Pendanaan Ekuitas

Hibah (Persiapan Proyek, Bantuan Concessional Loan, First-Loss Facility, Equity, Equity-Linked
Subsidi Bunga, Subsidi Premi Senior Loan, Subordinated Loan
Teknis, Penelitian) Investment
Jaminan, VGF etc.

Proyek SDGs

Sektor Kesehatan, Pendidikan, Energi Baru Terbarukan (EBT), dan infrastruktur


perkotaan (transportasi, air & pengelolaan limbah)*
*berpotensi untuk diperluas

SDG Indonesia One akan mengelola & memanfaatkan dana sebesar USD2,46 Miliar*
untuk memfasilitasi 93 proyek senilai USD18,2 Miliar.
*dari 26 mitra pembangunan (per Oktober, 2019)
24
Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform

ENERGY TRANSITION COUNTRY PLATFORM SOURCE OF


PROJECTS Steering Committee:
FUNDS
Government of Government of
Low Cost Indonesia

Blended Finance
Indonesia Loan, (Fiscal
Guarantee budget)

Blended Finance
PT PLN Projects Commercial /
Country Platform
Manager: INA Sovereign
Wealth Fund
PT SMI
IPP Projects
Facilities Menu
Philanthropies
Low-Cost Technical Assistance Multilateral /
Or directly to
Refinancing projects Bilateral
Back to project

Commercial Loan De-Risking (Result Based Development


Lending, finance, Climate
Equity Sustainability
Linked Loan,
finance, Impact
Support for fund
Loan prepayment Impact to Carbon Asset Spin-Off,
Market etc)

Carbon Credit Carbon Market Mechanism*

*Carbon Trading, Carbon Bond, Result Based Payment, Stand By Buyer

- Program ETM diinisiasi melalui kerjasama antara Pemerintah RI dan ADB yang diluncurkan pada COP26 di Glasgow, November 2021 untuk mempercepat
penghentian PLTU dan pengembangan EBT
- ETM Country Platform diluncurkan pada KTT G20 di Bali, November 2022, untuk memobilisasi dan mengelola pembiayaan bagi proyek-proyek ETM, dengan PT SMI
25
sebagai Country Platform Manager
Arsitektur Green Climate Fund
• GCF bekerja melalui Entitas
Terakreditasi untuk menyalurkan
pendanaannya ke proyek atau
program
• Negara-negara berkembang perlu
memiliki NDA/focal point agar dapat
mengakses pendanaan GCF
• BKF mewakili Menteri Keuangan
No-Objection Letter Proposal pendanaan
ditetapkan sebagai NDA-GCF
Indonesia berdasarkan Kep. Menteri

Pendanaan
Keuangan Nomor 756/KMK.10/2017
• GCF memiliki tiga Board Meetings
Permintaan No-
dalam satu tahun untuk membahas Objection Letter No-Objection Letter
persetujuan proyek, entitas (NOL)

terakreditasi, dan kebijakan


operasional. Entitas

Instrumen Keuangan
Pelaporan

Entitas Pelaksana
22.12.22
Instrumen Grant
Skema Pendanaan GCF Pendanaan: Loans
Equity
Guarantee
1. Project/ Programme Funding
Untuk pengusulan pendanaan proyek/ program 4. Simplified Approval Process (SAP)
dilakukan oleh Entitas Terakreditasi oleh GCF. Persyaratan:
Instrumen pendanaan:
•Siap untuk di-scale up dan mendukung
implementasi program adaptasi/mitigasi
2. REDD+ Pilot Programme perubahan iklim
•Nilai maksimum proyek/ program USD 10 juta
Dapat diajukan oleh Entitas Terakreditasi •Memiliki risiko/dampak sosial dan lingkungan
dengan koordinasi dengan NDA and REDD+ yang minimal
entity/focal point.
Instrumen pendanaan: Result-based payment Instrumen pendanaan:

3. Project Preparation Facility 5. Readiness and Preparatory Support


Diajukan untuk pendanaan dalam menyusun Diajukan oleh NDA kepada GCF untuk
proposal pendanaan proyek/ program dengan penguatan kapasitas NDA, Entitas Terakreditasi,
jumlah maksimal sebesar USD 1,5 juta. dan Swasta serta penyusunan National
Adaptation Plans (NAPs)
Instrumen pendanaan: Instrumen pendanaan:
Area Pendanaan
Mitigasi (mengurangi emisi dari): Adaptasi (meningkatkan ketahanan dari):

Akses dan pembangkit energi Kesehatan, pangan dan air


• Geothermal Resource Risk Mitigation in Indonesia • Climate resilient food security for women and men smallholders
in Mozambique through integrated risk management

Transportasi Mata pencaharian masyarakat dan komunitas


• BRT Development in Semarang • Building livelihood resilience to climate change in the upper
basins of Guatemala’s highlands

Hutan dan Tata kelola lahan Infrastruktur dan lingkungan binaan


• REDD+ Results-Based Payments • Resilience to hurricanes in the building sector in Antigua and
Barbuda
• Fiji Urban Water Supply and Wastewater Management Project

Bangunan, perkotaan, industri dan peralatan Ekosistem dan jasa lingkungan


• Ulaanbaatar Green Affordable Housing and Resilient Urban • Tuvalu Coastal Adaptation Project
Renewable Project • TWENDE: Towards Ending Drought Emergencies: Ecosystem
Based Adaptation in Kenya’s Arid and Semi-Arid Rangelands
OPTIMALISASI FISKAL
DAERAH

29
Opsi Optimalisasi Fiskal Daerah mendukung Aksi
Perubahan Iklim

Realisasi Dukungan TKDD untuk Aksi


1 2 Transfer Fiskal berbasis Ekologi 3 Pembiayaan Daerah
Perubahan Iklim (Rp Triliun)
❑ Transfer fiskal dapat sebagai bentuk Dasar Hukum: UU No. 1/2022
Instrumen 2018 2019 2020 tentang Hubungan Keuangan antara
instrumen NEK (RBP)
TKDD Pemerintah Pusat dan Pemerintah
❑ Beberapa daerah, seperti Kaltara dan
a. DAK Fisik Air Minum 1,85 1,82 1,29 Daerah (Pasal 154-163)
NTB, telah menerapkan transfer fiskal
b. DAK Fisik Pertanian 1,50 1,69 0,48
berbasis ekologi ke kabupaten/kota dan ✓ Perluasan bentuk pembiayaan, baik
c. DAK Fisik Irigasi 3,62 2,54 1,29 ke desa konvensional maupun syariah
d. DAK Fisik Kelautan
0,78 0,79 0,61 ✓ Penyesuaian Taksonomi Pinjaman
dan Perikanan Daerah menjadi Pembiayaan Utang
e. DAK Fisik Kesehatan Daerah berupa: Pinjaman, Obligasi,
17,76 18,81 19,86
dan Sanitasi dan Sukuk Daerah (sesuai praktik
f. DAK Fisik Lingkungan APBN)
0,35 0,40 0,04
Hidup dan Kehutanan
✓ Jenis Pinjaman: Tunai (Program)
Total 151,90 109,58 74,68
dan Kegiatan (Proyek)
Catatan: ✓ Hasil obligasi Daerah dan sukuk
Realisasi TKDD masih bersifat potensi berdasarkan Daerah digunakan untuk membiayai
analisis, karena belum ada mekanisme transfer fiskal investasi sektor publik yang
berbasis perubahan iklim dan belum memperhitungkan menghasilkan penerimaan
realisasi instrumen lainnya seperti DAK Non Fisik BLPS,
dan/atau memberikan manfaat
DID pengelolaan sampah*, DBH SDA Kehutanan dan
Panas Bumi, serta Dana Desa. untuk masyarakat.
✓ Dimungkinkan penerbitan
*Per 2022 sudah mulai dikembangkan Insentif Daerah Kinerja obligasi/sukuk tematik, seperti
Lingkungan Hidup obligasi/sukuk hijau. 30
PENUTUP

31
PENUTUP

Memaksimalkan Akses sumber


pembiayaan non- Optimalisasi fiskal Modalitas Regional
peran fiskal Climate Budget Tagging
APBN/APBD daerah

Pemerintah terus Perlunya peningkatan


mendorong Skema TKDD, transfer Implementasi RCBT
dan memaksimalkan
penciptaan green fiskal antar daerah, dapat menjadi
akses kepada sumber
economy melalui dan pembiayaan modalitas bagi
pembiayaan non-
dukungan kebijakan daerah dapat daerah untuk
APBN (RBP, BPDLH,
fiskal, baik dari sisi menjadi opsi untuk mengidentifikasi
SDG Indonesia One,
pendapatan, memperkuat kebutuhan
dan Green Climate
belanja, maupun kapasitas fiskal pendanaan dan
Fund).
pembiayaan. daerah dalam mengakses sumber
penanganan pembiayaan baru.
perubahan iklim.

KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA 32
TERIMA KASIH
Peran Badan Kebijakan Fiskal sebagai
NDA GCF Indonesia
BKF mewakili Menteri Keuangan ditetapkan sebagai NDA (National Designated Authority)-GCF
Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 756/KMK.10/2017

Menjalankan Menyusun Menominasikan Menerbitkan Surat Memimpin


kepemimpinan Country entitas nasional Pernyataan Tidak implementasi
strategis atas Programme untuk mendapatkan Keberatan (No program Dukungan
kegiatan GCF di bersama akreditasi dari GCF Objection Letter) Kesiapan dan
negaranya Kementerian/ Persiapan
Lembaga (Readiness and
Preparatory Support
Program/RPSP)

Terkait peran BKF sebagai NDA yang dinamis, evaluasi dan revisi KMK dapat dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan terkait (termasuk BPDLH, AE, dan K/L).
PROYEK/PROGRAM YANG TELAH DISETUJUI GCF (1)
*per Oktober 2022
Project Size (mil
No Program/project Instrument AE Sector
USD)
Readiness
1 GCF Readiness I Program (implemented) Grant GGGI 0,85
2 GCF Readiness II Program (implemented) Grant GGGI Cross cutting 1,00
3 GCF Readiness III Program Grant GGGI 2,50
4 National Adaptation Plan Grant UNDP Adaptation 3,00
Project Preparation Facility
5 Semarang BRT Development (implemented) Grant PT. SMI Transportation 0,79
Funding Proposal
6 RBP REDD+ for year 2014-2016 Results-Based UNDP FOLU 103,80
Payments
7 Geothermal Resource Risk Mitigation Grant, Loan World Bank Energy 410,00
8 Supporting Innovative Mechanisms for Grant, Guarantee KDB Energy 247,7
Industrial Energy Efficiency Financing in
Indonesia with Lessons for Replication in other
ASEAN Member States

35
PROYEK/PROGRAM YANG TELAH DISETUJUI GCF (2)
*per Oktober 2022
Project size (mil
No Program/project Instrument AE Sector
USD)
Project preparation facility
1 Collaborative R&DB for Promoting the Grant Korean Development Cross Cutting 0,31*
Innovation of Climate Technopreneurship – 4 Bank
countries
2 Green Guarantee Company – multi countries Grant MUFG Cross Cutting 0,23*
Full funding proposal
3 Climate Investor One – in18 countries Grant FMO Mitigasi 43,90*
4 Global Sub-national Climate Finance – in 42 Equity, Grant Pegasus and IUCN Cross Cutting 5-150*
countries
5 ASEAN Catalytic Green Finance Facility: Green Loan, Grant Asian Development Cross Cutting 150,00*
Recovery Program – in 5 countries Bank
6 Global Fund for Coral Reefs Investment Equity Pegasus Adaptation 29,4*
Window – multi countries
7 Climate Investor Two – multi countries Grant, Equity FMO Cross Cutting 45,64*

8 Programme for Energy Efficiency in Buildings Grant, Loan AFD Cross Cutting 100*
(PEEB) Cool – multi countries
9 Green Guarantee Company – multi countries MUFG Cross Cutting 45,3*
36
CONCEPT NOTES YANG DISAMPAIKAN KE GCF*

Project size (mil


No Project title AE Sector
$)
1 Green Hybrid Minigrid for Remote Areas in Indonesia 21 PT. SMI Energi
2 Advancing Adaptation Finance Facility (AFF) 10 Kemitraan Adaptasi
Local Food Diversification Program for Climate Change Adaptation in East Nusa Tenggara, Kemitraan Adaptasi
4 7.5
Indonesia
Reducing Emissions Through Strategic Agriculture Zone in Gorontalo District: Transforming Kemitraan Adaptasi
5 11.4
Food Crops, Coconut and Livestock Industries
Kemitraan Adaptasi
6 Climate Adaptive Livelihood for Ecosystem and Socio-Economic Resilience 8.9
Supporting Innovative Mechanism for Industrial Energy Efficiency Financing in Indonesia
7 205 KDB Energi
with Lessons for Replication in other ASEAN Member States
Land-based mitigation and adaptation through a Jurisdictional Approach in West
8 125 GIZ Kehutanan
Kalimantan
Catalyzing investment to reduce emissions from degraded wetlands and increase
9 76.5 IUCN Kehutanan
ecosystem and community resilience in Berbak-Sembilang Landscape, Indonesia

10 Renewable Sumba Power Plant 67.5 BNP Paribas Energi

Climate Finance Facility for Renewable Energy Development in Remote Area in


11 50 PT SMI Energi
Indonesia (withdrawn)

Total 582.8

* Selain dari daftar tersebut, masih ada proyek lain yang saat ini sedang dalam tahap pembuatan Concept Note/proposal oleh AEs

37

Anda mungkin juga menyukai