Anda di halaman 1dari 35

INDONESIA’S

FOLU NET SINK 2030

DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN


KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Disampaikan dalam
Workshop Stnadar Pengelolaan dan Restorasi Gambut dengan Konsep 4N
Jakarta, 14 September 2022
TIMELINE FOR INTERNATIONAL CLIMATE NEGOSTIATIONS

2
PARIS AGREEMENT
The First NDC Indonesia, Updated NDC, LTS-LCCR 2050

President Joko Widodo Minister of Environment and Forestry.


COP21/CMP11, Paris-France, High-level Signature Ceremony of the
November 2015 Paris Agreement. New York, USA, April 2016 Ratification of the Paris Agreement
(UU No. 16/2016, Oct 2016)

LTS-LCCR 2050 (July, 2021) The Updated NDC (July, 2021) NDC Roadmaps (2019) The First NDC (Nov, 2016)
• Pemerintah Indonesia meratifikasi Paris
Agreement Target dalam UU No 16 Tahun 2016
• Pemerintah Indonesia berkomitmen melalui
NDC untuk menurunkan emisi pada tahun 2030
tanpa syarat (unconditional) sebesar 29% dan
dengan dukungan internasional 41%
(conditional).
• Pemerintah juga sudah menyampaikan aspirasi UU 16 Tahun Penyampaian PERPRES 98 Indonesia’s FOLU
dan tekad baik untuk meningkatkan ambisi 2016 NDC roadmap TAHUN 2021 Net sink 2030
penurunan emisi melalui LTS, dimana sektor 2019
kehutanan dan lahan (FOLU) akan mencapai 2016 2021 2022
net sink pada tahun 2030. 1 2 3 4 5 6
• Pemerintah telah menerbitkan Perpres RI No
98 Tahun 2021 tentang Penyelengaraan NEK 2016 2021
untuk pencapaian target kontribusi yang Penyampaian Penyampaian Penyampaian
First NDC Updated NDC LTS-LCCR
ditetapkan secara Nasional dan Pengendalian
Emisi GRK dalam Pembangunan Nasional, guna
akselerasi terhadap implementasi pencapaian
NDC.
• Visi Indonesia untuk sektor AFOLU yang
tertuang dalam dokumen LTS-LCCR dan Perpres
98 Tahun 2021, selanjutnya oleh KemenLHK
selaku national focal point untuk dikembangkan
menjadi dokumen operasional Indonesia’s
FOLU Net Sink 2030. 4
NDC
• UU No.16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework
(NATIONALLY Convention On Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-
DETERMINED Bangsa mengenai Perubahan Iklim)
CONTRIBUTION) • Dokumen NDC yang disampaikan Indonesia kepada Sekretariat UNFCCC

PROJECTED BAU AND EMISSION REDUCTION FROM EACH SECTOR CATEGORY


GHG GHG Emission Reduction
GHG Emission Level 2030 Annual Average
Emission
(MTon C02e) (MTon C02e) % of Total BaU Average Growth
No Sector Level 2010*
Growth BAU 2000-
(MTon (2010-2030) 2012*
BaU CM1 CM2 CM1 CM2 CM1 CM2
C02e)
1 Energy* 453,2 1.271,0 314,0 398,0 11,00% 15,50% 6,7% 4,50%
1.669,0 1.355,0
2 Waste 88,0 296,0 285,0 270,0 11,0 26,0 0,38% 1,40% 6,3% 4,00%

3 IPPU 36,0 69,6 66,9 66,4 2,8 3,3 0,10% 0,11% 3,4% 0,10%
4 Agriculture 110,5 119,7 110,4 115,9 9,0 4,0 0,32% 0,13% 0,4% 1,30%

5 Forestry** 647,0 64,0 497,0 650,0 17,20% 24,10% 0,5% 2,70%


714,0 217,0
TOTAL 1.334,0 2.869,0 2.034,0 1.787,0 834,0 1.081,0 29,00% 41,00% 3,9% 3,20%
Note: *Including fugitive **Including peat fire
CM1 = Counter Measure (unconditional mitigation scenario)
CM2 = Counter Measure (conditional mitigation scenario)

Sektor Kehutanan memiliki porsi TERBESAR di


dalam target penurunan emisi gas rumah kaca:
60%
Proyeksi emisi baseline (BAU) dan skenario penurunan emisi GRK
dengan kemampuan sendiri (CM1) dan dengan dukungan
internasional (CM2)Tahun 2010-2030

6
LONG-TERM STRATEGY ON LOW CARBON AND CLIMATE RESILIENCE

• Extended NDC/ Current Policy 3000


Scenario (CPOS)
2500
• Transition Scenario (TRNS)  Peaking
pada
Waste
hanya pada sektor Energi 2000 2030
IPPU
• Low Carbon Scenario 1500
Compatible with Paris FOLU
1000
Agreement target (LCCP)
500 Agric.

Mton CO2
•Peaking 2030 0
dengan Net Sink
pada sektor

2010
2020
2030
2040
2050

2010
2020
2030
2040
2050

2010
2020
2030
2040
2050
LCCP FOLU -500
•(Skenario
LCCP) CPOS TRNS LCCP
Proyeksi tingkat emisi GRK skenario CPOS, TRNS dan LCCP
TARGET LCCP: Puncak Emisi Bersih GRK Tahun 2030 = 1.244
MtCO2e dan Tahun 2050 = 540 MtCO2e (1,6 ton CO2e/capita)
Trajectory Emisi GRK Sektor FOLU Pada Skenario NDC-CM1
Dan LTS-LCCP

Sumber emisi

Sumber serapan

8
TARGET NASIONAL DENGAN PENDEKATAN IFNS
• UU No.16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention On Climate Change
(Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim)
• Dokumen NDC yang disampaikan Indonesia kepada Sekretariat UNFCCC
• Dokumen LTS-LCCR (Scenario LCCP)
• Perpres 98 Tahun 2021

PROJECTED BAU AND EMISSION REDUCTION FROM EACH SECTOR CATEGORY


GHG Emission GHG Emission Reduction
GHG Emission Level 2030 (MTon C02e)
No Sector Level 2010* (MTon C02e) % of Total BaU
(MTon C02e) BaU CM1 CM2 IFNS CM1 CM2 IFNS CM1 CM2 IFNS
1 Energy* 453,2 1.669 1.355 1.223 1.223 314 446 446 11,0% 15,5% 15,5%
2 Waste 88 296 285 256 256 11 40 40 0,4% 1,4% 1,4%
3 IPPU 36 70 67 66 66 3 4 4 0,1% 0,1% 0,1%
4 Agriculture 110,5 120 110 116 116 10 4 4 0,3% 0,1% 0,1%
5 Forestry** 647 714 217 22 -140 497 692 854 17,2% 24,1% 29,8%
TOTAL 1.334,70 2.869 2.034 1.683 1.521 835 1.186 1.348 29% 41% 46,99%
*Including fugitive **Including peat
fire Note: CM1 = Counter Measure (unconditional mitigation scenario)
CM2 = Counter Measure (conditional mitigation scenario)
IFNS = Indonesia’s FOLU Netsink 2030

Sektor Kehutanan memiliki porsi TERBESAR di dalam target penurunan emisi gas
rumah kaca dan diskenariokan Netsink di 2030 sebesar -140 juta Ton CO2 (eq)
Indonesia FoLU Net Sink 2030
 Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021
tentang Penyelengaraan NEK untuk
pencapaian target kontribusi yang
ditetapkan secara Nasional dan
Pengendalian Emisi GRK dalam
Pembangunan Nasional
 Pengurangan Emisi GRK Nasional didukung
utamanya dan dengan pendekatan
“Indonesia’s Forestry and Other Land Use
(FoLU) Net Sink 2030”(Pasal 3 ayat 4
Perpres 98/2021
 Keputusan Menteri LHK Nomor 168/2022,
24 Februari 2022 tentang Indonesia’s
Forestry and Other Land Use (FoLU) Net
Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan
Iklim.
 Rencana Operasional IFNS2030
I N D O N E S I A’ S F O L U N E T S I N K 2 0 3 0
FoLU Net Sink 2030 adalah Upaya Indonesia untuk mencapai
sebuah kondisi yang ingin Indonesia’s FoLU Net Sink 2030
dicapai melalui penurunan perlu diikuti dengan alokasi lahan
emisi GRK dari sektor yang selektif dan terkontrol untuk
kehutanan dan penggunaan pembangunan dalam rangka
lahan dengan kondisi dimana meningkatkan kesejahteraan yang
tingkat serapan sama atau adil dan merata bagi masyarakat
lebih tinggi dari tingkat emisi. Indonesia
Membangun Program Pembangunan Kehutanan dalam target nasional dan indikator serta
satuan ukur yang sama yaitu CO2eq

DASA R P I JA K A N :
Sustainable Forest Management
Environmental Governance
Carbon Governance
KEBIJAKAN DAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR FOLU MENUJU NET SINK


Kegiatan prakondisi
kawasan hutan
Mempertahankan hutan
alam yang masih tersisa
Mendorong terjadinya regenerasi
hutan alam terdegradasi
Efisiensi penggunaan lahan dan
optimasi lahan tidak produktif
Akselerasi kegiatan
penyerapan karbon
Pengembangan
kebijakan fiskal untuk
sektor FOLU
Kegiatan penegakan hukum
atau law enforcement
Kegiatan penguatan basis
data sektor FOLU
RUANG LINGKUP
FOLU Net Sink 2030
Pengurangan Laju Pengurangan Laju Pengurangan Laju Pengurangan Laju
1 Deforestasi Lahan 2 Deforestasi Lahan 3 Degradasi Hutan 4 Degradasi Hutan Lahan
Mineral Gambut dan Mangrove Lahan Mineral Gambut dan Mangrove

Pembangunan Hutan Pengelolaan Rehabilitasi Rehabilitasi Non


5 Tanaman 6 Hutan Lestari 7 Dengan Rotasi 8 Rotasi

Restorasi Gambut Rehabilitasi mangrove Konservasi


9 dan Perbaikan Tata 10 dan aforestasi pada 11 Keanekaragaman
12
Perhutanan
Sosial
Air Gambut kawasan bekas tambang Hayati

Introduksi Replikasi Pengawasan dan law


13
Pengembangan dan
Pemantapan Hutan 14 Ekosistem, Ruang 15 enforcement dalam
Adat Terbuka Hijau dan mendukung perlindungan dan
Ekoriparian pengamanan kawasan hutan
II. KEBIJAKAN TERKAIT MANGROVE

Mangrove dapat menjadi peluang untuk selanjutnya dielaborasi dalam RENOP FOLU Net
Sink 2030 karena kapasitas mangrove dalam mengurangi emisi dari sektor lahan belum
diperhitungkan baik di dalam NDC maupun di dalam dokumen LTS-LCCR 2050.
Potensi blue carbon yang cukup tinggi pada mangrove yang meliputi; above ground
biomass (17%), soil mangrove (78%) maupun below ground biomass (5%)
L UA S M A N G R O V E E K S I S T I N G D I I N D O N E S I A
NO KELAS KERAPATAN TAJUK LUAS (HA) %

1 Mangrove Lebat 3.121.240 92,78

2 Mangrove Sedang 188.366 5,60


3 Mangrove Jarang 54.474 1,62
TOTAL 3.364.080 100,00
Terdapat potensi habitat mangrove 756.183 Ha sehingga total 4.120.263 Ha
L UA S M A N G R O V E E K S I S T I N G D A N P O T E N S I H A B I TAT M A N G R O V E
Keterkaitan NZE dan FOLU net sink

 Melalui dokumen LTS-LCCR, Indonesia menyampaikan visi untuk mencapai kondisi emisi bersih nol
dari agregat emisi seluruh sektor atau yang disebut sebagai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060
atau lebih cepat. Untuk mencapai kondisi NZE, puncak emisi harus sesegera mungkin dicapai agar
kurva emisi dapat segera diturunkan, sehingga tidak memperlambat periode NZE.
 Dalam proses menuju NZE, penurunan emisi dari sektor-sektor yang sulit menurunkan emisi (hard-to-
abate sector), seperti sektor energi, dan industri, harus disertai dengan penurunan emisi dan
peningkatan serapan dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan.
 Dalam skenario LTS LCCP Indonesia, sektor kehutanan dan penggunaan lahan sudah mencapai
kondisi net sink, kondisi dimana angka serapan lebih tinggi dari emisi yang dihasilkan pada sektor
FOLU,, yakni pada tahun 2030, jauh sebelum kondisi NZE dicapai
 Dalam hal ini, ketercapaian FOLU net sink, tidak serta merta mengindikasikan ketercapaian visi Net
Zero Emission Indonesia. Namun, ketercapaian Indonesia’s FOLU net sink merupakan kunci penting
dan langkah awal yang dapat membawa Indonesia menuju kondisi NZE pada tahun 2060 atau lebih
awal.
 Dalam dokumen LTS-LCCR, mangrove belum termasuk dalam sektor hutan dan lahan.
Direncanakan untuk ke depan Mangrove akan termasuk dalam blue carbon (karbon yang tersimpan
dalam ekosistem pesisir, meliputi ekosistem perairan yaitu mangrove, padang lamun dan terumbu
karang). Mangrove telah dimasukkan dalam GRK nasional dalam kategori lahan basah (lebih pada
vegetation cover, belum kepada below gorund dan soil ) serta dalam penetapan tingkat Forest Reference
Emission Level (FREL) untuk REDD+ dan estimasi hasil REDD+.
Keputusan Menteri LHK Nomor 168/2022, 24 Februari 2022
tentang Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan Iklim.

T U J UA N
Memantapkan kebijakan dan imlementasi kerja untuk mencapai Indonesia’s FOLU Net
Sink 2030 dengan langkah-langkah yang sistematis dan terukur

Menetapkan rencana operasional kerja aksi penurunan emisi gas rumah kaca sektor
kehutanan dan lahan menuju Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

Menjabarkan target NDC ke dalam detil rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca
sektor kehutanan dan lahan dengan pendekatan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

Menegaskan kegiatan penopang utama pelaksanaan program dan kegiatan penurunan


emisi gas rumah kaca sektor kehutanan dan lahan menuju Indonesia’s FOLU Net Sink
2030 serta tahapan kerja dan operasionaliasi serta evaluasinya

Menjadi dasar dalam penyusunan Manual of Operation dari setiap kebijakan dan langkah
penopang utama Program Nasional “Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

17
Keputusan Menteri LHK Nomor 168/2022, 24 Februari 2022
tentang Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan Iklim.

SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai melalui implementasi Rencana Operasional
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 tercapainya tingkat emisi gas rumah
kaca sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030, mendukung net
zero emission sektor kehutanan dan guna memenuhi target NDC yang
menjadi kewajiban nasional Indonesia sebagai kontribusi bagi agenda
perubahan iklim global, dengan memperhatikan visi Indonesia yang
lebih ambisius dalam dokumen LTS-LCCR.

18
Potensi Sektor Lahan untuk Penyerap GRK

Kawasan Hutan (± 120,6 juta Ha) APL (± 67 juta Ha)

nH Berpenutupan Hutan Non Hutan (nH)


(± 31 juta Ha) (± 95 juta Ha) (± 61,9 juta Ha)

FORESTRY +OLU (Agri)

Memahami peran sektor pertanian dalam emisi sektor lahan


 Menjadi kunci utama suksesnya netral karbon/net-zero emission
TARGET AKSI MITIGASI NDC SEKTOR FOLU
(Pengembangan Modul Penggunaan Lahan, Modul Aktivitas Dan Modul Perhitungan Emisi )

Melalui 10 Aksi NDC Mitigasi Sektor FOLU. diproyeksikan Indonesia mengakselerasi penurunan emisi GRK menuju
emisi GRK pada tahun 2030 dari sektor FOLU adalah Net Sink FOLU dituangkan dalam dokumen LTS-LCCR
217 MTonCO2e (CM1) dan 64 MTonCO2e (CM2) 20
SPASIAL INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
TIGA INFORMASI • Informasi spasial Indek Biogeofisik yang menggambarkan tingkat risiko emisi
SPASIAL UNTUK dan serapan gas rumah kaca yang dapat menjadi landasan dalam penentuan
MENDUKUNG
PERENCANAAN lokasi prioritas pelaksanaan program dan kegiatan secara signifikan akan
OPERASIONAL MENUJU menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan,
NET SINK SAMPAI kebakaran hutan serta peningkatan serapan gas rumah kaca sejalan dengan
TINGKAT TAPAK komitmen NDC – Peta Indek Biogeofisik (IBGF);
(TEMPLATE)
• Informasi spasial tentang arahan optimasi pemanfaatan kawasan hutan
berdasarkan Indeks Jasa Lingkungan Hidup (IJL) atau IJE diperlukan dalam
membantu perencanaan yang sudah menerapkan prinsip-prinsip daya dukung
dan daya tampung – Peta Arahan Optimasi Kawasan Hutan berdasarkan

• IJL/IJE;

• Informasi spasial tipologi kelembagaan pada tingkat tapak memberikan


gambaran tentang kemampuan modal sosial dan kelembagaan pada tingkat
tapak untuk menyusun strategi pelaksanaan program dan kegiatan melalui
pelibatan peran serta masyarakat dan pihak lain untuk menjamin keberlanjutan
dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan SDGs – Peta Tipologi Kelembagaan.
Metodologi Spasial RENOP

Analisis Spasial Penentuan Prioritas Lokasi (IPL)


Penurunan Emisi GRK Menuju FoLU Net Sink 2030
22
Hasil Spasial RENOP IBGF-Emisi IBGF-Serapan IBGF-Kebakaran

IBGFs-IPL

Nilai Indek: Ekstrem rendah= 1, ….., ekstrem tinggi = 9 23


Hasil Spasial RENOP

Peta Arahan Optimasi Kawasan Hutan


berdasarkan IJL/E

Lind
Hasil Spasial RENOP
TIPOLOGI KELEMBAGAAN KPH

1 = modal sosial kuat dan kapasitas Lembaga kuat; 2 = modal sosial kuat dan kapasitas Lembaga lemah; 3: modal sosial lemah dan kapasitas Lembaga kuat; 4: modak sosial lemah dan kapasitas Lembaga lemah
A = luas KPH>100.000 ha dan belum banyak izin, B: Luas KPH>100.000 ha dan sudah banyak dibebani izin konsesi, C: Luas KPH < 100.000 ha dan belum banyak izin, D: Luas KPH<100.000 ha dan sudah banyak izin konsesi
Alur template penentuan lokasi prioritas pelaksanaan aksi mitigasi
HASIL INTEGRASI SPASIAL UNTUK PENENTUAN SEBARAN LOKASI PRIORITAS UNTUK
PELAKSANAAN KEGIATAN MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030

Planned Deforestation
Unplanned deforestation
Planned degradation
Unplanned Degradation
Timber plantation
ENR
RIL
Rehabilitation without rotation
Rehabilitation with rotation
Peat water management
Peat restoration
HCVF
LUAS AREAL PELAKSANAAN PROGRAM AKSI MITIGASI MENURUT PEMANGKU
KAWASAN PADA INDEKS PRIORITAS LOKASI (IPL) 7, 8 DAN 9
LUAS AREAL PELAKSANAAN PROGRAM AKSI MITIGASI MENURUT PEMANGKU
KAWASAN PADA INDEKS PRIORITAS LOKASI (IPL) 5 DAN 6
Deforestation/ Degradasi
Konsesi PHL PCK PLG
Pemangku Degradation Konservas
Jenis Pengelolaan (PBPH PBPH-HTI TORA Total
Kawasan (Ditjen) NON i tinggi
Mineral Gambut HPH dan ENR RIL-C ROTASI Tata Air
RE) ROTASI RESTORASI

KPHP-Non Konsesi 2.147.147 199.509 11.952 305.725 696.513 172.996 1.781.782


3.533.841
KPHP- PBPH 893.789 53.831 294.200 486.610 9.967 294.179 1.047.528 264.372 716.969 100.520 653.441
3.295.737
Ditjen PHL KPHP- HPH 3.087.308 53.638 4.900.677 8.288 649.677 697.594 110.873 10.748 2,437.631
4.618.125
KPHP- RE 79.117 90.335 58 7.336 23.137 10.312 76.621 210.294
KPHL-Non PIAPS 1.040.610 133.780 24.299 843.729 57.649 1.115.357
2.100.068
Ditjen KSDAE KONSERVASI 1.226.334 592.153 12.516 1.095.306 207.734 1.818.487
3.134.043
Ditjen PKTL KONVERSI/TORA 1.355.014
Ditjen BP2SDM SUPPORTING
KPHL-PIAPS 89.161 1.385 5.901 259.112 12.807 42.514 368.367
Ditjen PSKL
KPHP-PIAPS 312.373 108.188 161.415 9.013 57.795 235.873 63.865 286.159 948.522
Ditjen PHLHK SUPPORTING
Ditjen PPI SUPPORTING
Ditjen PPKL GAMBUT 87.829 87.829
PEMDA PEMDA-Non HGU 1.255.476 26.614 849.835 236.861 407.981
2.368.787
PEMDA-HGU 116.701 56.465 221.820 33.488 956.682 55.558 121.724
1.473.244
22.710.61
TOTAL 10.248.015 1.315.898 5.194.877 648.024 81.994 943.856 3.187.633 3.799.265 1.673.651 780.025 8.741.697 1.355.014
9
TARGET NDC 2021-2024 1.280.000 744.000 692.000 415.000 864.000 279.000 5,711.000
TARGET NDC 2025-2030 1.920.000 1.516.000 1.038.000 623.000 864.000 419.000 8,536.000
TARGET LTS 2021-2024 1.280.000 1.413.000 558.000 502.000 785.000 579.000 5.835.000
TARGET LTS 2025-2030 1.920.000 2.207.000 836.000 753.000 946.000 728.000 8.474.000
TAHAPAN IMPLEMENTASI KEGIATAN TIM FOLU NET SINK 2030

Tahun 2025-2030

3. AKSELERASI
Tahun 2023-2024

2. AKTUALISASI
s.d. Akhir 2022

1. PRAKONDISI*
*Prakondisi dimaknai sebagai penataan kegiatan yang telah ada menuju
pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

3
ARAHAN UMUM KEGIATAN TAHAP PRAKONDISI

PENYIAPAN
PRAKONDISI

Kebijakan &
Teknologi SDM Kemitraan Anggaran
Regulasi

• Penyiapan rencana • Pembangunan • Pembentukan Project • Sosialisasi secara TSM • Pendetilan rencana
kerja/manual/ sistem pemantauan, Management Office kerja dan rencana
• Penyiapan Program
guidelines teknis pelaporan dan • Pelibatan aktif akademisi
dan Strategi anggaran
pelaksanaan verifikasi aksi dalam rangka peningkatan implementasi kegiatan;
kualitas SDM. Komunikasi Publik
kegiatan; mitigasi FOLU Net • Mendorong
Sink 2030 berbasis • Penyiapan pendampingan • Pengembangan Forum
• Penyiapan berbagai teknis bagi SDM pelaksana Komunikasi pembiayaan melalui
instrumen kebijakan ICT; investasi private sector
kegiatan;
pendukung. • Mendorong • Pengembangan
• Meningkatkan keterlibatan kemitraan para pihak • Penyiapan dukungan
• Penyempurnaan berbagai kegiatan dan Membangun akses pendanaan FOLU
regulasi dan R&D. tanggungjawab pada local • Koordinasi dan Net Sink 2030 dari
kebijakan (RRE); champion kolaborasi antar sektor dalam negeri dan/atau
• Penyiapan kelembagaan terkait. kerja sama luar negeri.
FOLU di daerah
31
ARAHAN UMUM KEGIATAN TAHAP AKTUALISASI

AKTUALISASI
KEGIATAN

Kebijakan &
Teknologi SDM Kemitraan Anggaran
Regulasi

• Implementasi • Pemanfaatan • Pendampingan • Implementasi • Implementasi


seluruh manual/ sistem teknis bagi SDM Program dan rencana kerja dan
guidelines teknis pemantauan, pelaksana Strategi Komunikasi rencana anggaran
pelaksanaan pelaporan dan kegiatan; Publik implementasi
kegiatan; verifikasi aksi • Peningkatan • Penguatan Forum kegiatan;
• Pengarusutamaan mitigasi FOLU Net kompetensi dan Komunikasi. • Implementasi
hasil Sink 2030 kapasitas SDM. dukungan akses
berbasis ICT; • Penguatan
penyempurnaan • Penguatan kemitraan para pendanaan FOLU
regulasi dan • Penguatan kapasitas pihak Net Sink 2030.
kebijakan; berbagai kegiatan kelembagaan di
R&D. • Penguatan
• Implementasi tingkat tapak koordinasi dan
Kebijakan Insentif kolaborasi antar
dan Disinsentif sektor terkait. 3
LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Tata Organisasi Kegiatan NOMOR : 168/Menlhk/PKTL/PLA.1/2/2022 TANGGAL : 24 Februari 2022

Organisasi Pengelolaan Kegiatan FOLU Net Sink

Bellows College
33
PROYEKSI KEBUTUHAN DAN SKEMA PENDANAAN
AKSI MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
KEBUTUHAN
AKSI MITIGASI PENDANAAN
KEGIATAN (TRILYUN IDR)
UTAMA 2020- 2025-
TOTAL
2024 2030
Deforestasi lahan
31.60 36.75 68.36
mineral
Deforestasi lahan
2.71 5.05 7.75
gambut
Degradasi lahan
13.07 14.79 27.86
mineral
Degradasi lahan
1.10 1.24 2.34
gambut
Hutan Tanaman
34.80 41.76 76.56
Industri
Pengelolaan Hutan
0.88 0.49 1.37
Lestari • Sumber pendanaan dari pemerintah didistribusikan akan berasal dari
Peningkatan Cadangan
3.11 3.73 6.84 optimasi pendanaan di tingkat pusat (APBN) melalui instrumen green
Karbon (Rotasi) sukuk dan pasar karbon domestik (Nilai Ekonomi Karbon), dan transfer
Peningkatan Cadangan
1.47 1.76 3.23 anggaran berbasis ekologi (TAPE/TAKE); optimasi pendanaan di tingkat
Karbon (Non Rotasi) daerah melalui instrumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan obligasi
Tata air gambut 0.14 0.03 0.17 hijau daerah; dan optimasi skema Result-Based Payment untuk REDD+.
Restorasi gambut 4.76 4.78 9.54 • Sumber pendanaan dari swasta akan diarahkan pada instrument hibah,
TOTAL 93.63 110.39 204.02 obligasi hijau, pinjaman, ekuitas swasta, Corporate Social Responsibility
(CSR), dll
RPJMN 19.61 n.a. n.a.
T E R I M A K AS I H

Anda mungkin juga menyukai