Anda di halaman 1dari 50

Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

MEMAHAMI PETA INDONESIA’S


FOREST AND LAND USE (FOLU) NET
SINK 2030
REGIONAL SULAWESI
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, KLHK

Jakarta, 19 Januari 2023

ipsdh.pktl@menlhk.go.id Direktorat Ipsdh dit_ipsdh Direktorat IPSDH www.sigap.menlhk.go.id


DIREKTORAT IPSDH
Tugas:
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang inventarisasi dan pemantauan sumber
daya hutan.

Fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang inventarisasi dan
2. Pelaksanaan kebijakan pemantauan sumber daya hutan serta
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria jaringan informasi geospasial
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi lingkungan hidup dan kehutanan
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat


Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Memahami Peran Kebijakan Umum Sektor FOLU menuju sink


Ditjen PKTL Kegiatan Prakondisi
Kawasan Hutan
Mempertahankan
hutan alam yang
Mendorong terjadinya
masih tersisa
regenerasi hutan terdegradasi
Efisiensi penggunaan lahan
dan optimasi lahan tidak
produktif Akselerasi kegiatan
penyerapan karbon
Pengembangan kebijakan
fiskal untuk sektor FOLU
Kegiatan penegakan hukum
atau Law enforcement
Kegiatan penguatan
basis data sektor FOLU
1. Pelaksana aksi mitigasi
2. Penyedia data dan informasi untuk pelaporan
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Gambaran Kebutuhan Monitoring (Pemantauan), Pelaporan dan Evaluasi FOLU


2 Kebutuhan Laporan

1 Pelaksanaan Aksi Mitigasi : Tingkat emisi GRK tahunan (inventarisasi GRK):


2
1. Target (Luasan) 1. Resultante dari seluruh kegiatan FOLU Net Sink 2030
2. Rencana dan Pelaksanaannya tahun terkait;
3. Biaya/Anggaran 2. Sesuai Data aktivitas (DA) dan faktor emisi (FE) yang
4. Unit Pelaksana ada (peran NFMS dan SIGAP);
5. Waktu, output, outcome 3. Sesuai kaidah dan aturan MRV.

Pelaksana : Pelaksana :
− Biro Perencanaan KLHK − Direktorat IGRK (Metode dan
Konsep − Sekretaris Ditjen Lingkup penghitungan)
Pengelola KLHK (Pelaporan per Es 1 − Direktorat IPSDH (Data) –
per satker) koordinasi dengan BPKHTL
Pelaporan − Direktorat MPI (NDC)
I.PENGANTAR Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kebijakan Nasional Konsep Perencanaan


Perubahan Iklim Berbasis Spasial dan
UU Desain Renops FOLU
16/2016 Arahan
pelaksanaan aksi Data
NDC mitigasi
Spasial
U-NDC & Jenis FOLU
Aksi mitigasi
LTS-LCCR
Lokasi prioritas
FOLU Net
Aksi Mitigasi
Sink 2030
INTERNALISASI Dilakukan :
• Telaah dan Klarifikasi Data
• Standarisasi Data
Data awal: Hasil analisis spasial
“Laporan Integrasi Perencanaan Program • Penyusunan Manual
Berbasis Spasial pada Tingkat Tapak Pembacaan Data Spasial
untuk Mencapai Target Pembangunan KLHK”
(Biro Perencanaan KLHK, 2021) Lebih Mudah Dipahami

ALUR PIKIR
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

OUTLINE Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

I. PENDAHULUAN
II. DATA SPASIAL UTAMA
1. Indeks Prioritas Lokasi (IPL)
2. Indeks Jasa Lingkungan (IJL)
3. Indeks Kelembagaan (IK)
4. Peta Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink
2030
III. DATA SPASIAL PENDUKUNG
IV. METODE PERHITUNGAN DATA SPASIAL UTAMA
V. KRITERIA PENYUSUNAN PETA ARAHAN PELAKSANAAN AKSI MITIGASI
INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
VI. PENYUSUNAN STRATEGI IMPLEMENTASI MITIGASI
VII.SYARAT DAN KETENTUAN (DISCLAIMER)
VIII.STRUKTUR DATA
IX. MEKANISME BAGI PAKAI DATA
Penyesuaian Nomenklatur (agar mudah dipahami) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Bridging dari Rencana Operasional


Ke/pada peta/data spasial Arahan
Pelaksanaan Aksi Mitigasi
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

II. DATA SPASIAL UTAMA

1 Indeks Prioritas Lokasi (IPL)

2 Indeks Jasa Lingkungan (IJL)

3 Indeks Kelembagaan (IK)

4 Peta Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s


FOLU Net Sink 2030 (12 arahan)
Data spasial yang dipersiapkan untuk pelaksanaan dan kebutuhan Monev aksi mitigasi
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

3 (TIGA)
INFORMASI SPASIAL FOLU
• Peta arahan optimasi kawasan hutan berdasarkan
IJL/IJE merupakan Informasi spasial tentang arahan
TIGA optimasi pemanfaatan kawasan hutan berdasarkan Indeks
Jasa Lingkungan Hidup (IJL) atau IJE diperlukan dalam
INFORMASI membantu perencanaan yang sudah menerapkan prinsip-
prinsip daya dukung dan daya tampung;
SPASIAL UNTUK • Peta tipologi kelembagaan merupakan Informasi spasial
tipologi kelembagaan pada tingkat tapak memberikan
gambaran tentang kemampuan modal sosial dan
MENDUKUNG kelembagaan pada tingkat tapak untuk menyusun strategi
pelaksanaan program dan kegiatan melalui pelibatan
PERENCANAAN peran serta masyarakat dan pihak lain untuk menjamin
keberlanjutan dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan
SDGs;
PEMBANGUNAN • Peta Indeks Biogeofisik (IBGF) merupakan Informasi
TINGKAT TAPAK spasial Indeks Biogeofisik yang menggambarkan tingkat
risiko emisi dan serapan gas rumah kaca yang dapat
menjadi landasan dalam penentuan prioritas lokasi
pelaksanaan program dan kegiatan secara signifikan akan
menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan
degradasi hutan, kebakaran hutan serta peningkatan
serapan gas rumah kaca sejalan dengan komitmen NDC.
DAFTAR INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KLHK III. DATA SPASIAL PENDUKUNG
NAMA IGT KLHK PRODUSEN DG NAMA IGT KLHK PRODUSEN DG Keterangan:
1. Penutupan Lahan KH 2020 (Februari 2021) 43. Daerah Penyangga (Juni 2021) Dit. Pengel. KK
2. Penutupan Hutan (Proses QA) 44. Kemitraan Konservasi (Des 2021) : Data Tersedia (92)
(2 IGT) : Data Belum Tersedia (usulan IGT baru)
3. Potensi Hutan (Jul 2020)
45. Sebaran Satwa Dilindungi (2020)
4. NSDH Penutupan Lahan (2021) Dit. KKHSG
46. Perjumpaan Tumbuhan Alam pd. Kawasan Konservasi (Sept 2020)
5. NSDH Kawasan Hutan (2020) : Data Tersedia & IGT KSP (Perpres 9/2016: 9)
6. PIPPIB Periode II 2022 (Sept 2022)
47. Konflik Satwa & Manusia (Sept 2020) (3 IGT)
: Data Tersedia & IGT KSP (Perpres 23/2021:16)
7. Deforestasi (Mar 2021) 48. Kawasan Ekosistem Esensial (Juni 2020)
Dit. IPSDH
8. Reforestasi (Mar 2021) 49. Kawasan Ekosistem Esensial Indikatif (April 2020)
9. Sebaran Klaster IHN (Mei 2020) (13 IGT) 50. Pemulihan Ekosistem (Juni 2021)
10. Indeks Jasa Lingkungan (2022)
• IGT IPHPS merupakan IGT KSP (Permenlhk
11. Indeks Prioritas Lokasi (2022)
Dit. BPPE 24/2021 digabung dg IGT PS lainnya)
12. Indeks Kelembagaan (2022) (3 IGT)
13. Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink • IGT baru: KHDPK, PERUM Kehutanan
2030 (2022) Negara, 4 IGT Indonesia’s FOLU Net Sink
2030 (IPL, IJL, IK, Aksi Mitigasi)
14. RKTN 2011-2030 (Sep 2019) 51. Jasling Karbon di Kawasan Konservasi (Sept 2020)
15. KPHP dan KPHL (Juli 2022) 52. Potensi Jasling Air dan Energi Air di Kawasan Konservasi
16. KPHK (Sep 2022) 53. Areal Kegiatan Pemanfaatan Air dan Energi Air di Kawasan Konservasi
17. KHDTK (Okt 2022) 54. Pemanfaatan Jasling Air dan Energi Air di Kawasan Konservasi
18. PIAPS VII (Maret 2022) 55. Potensi Panas Bumi
19. PPKH (OP/NT) (Jun 2022) Dit. RPKHPWPH 56. Pemanfaatan Jasling Panas Bumi Dit. PJLKK
20. PPKH (Eksplorasi) (Jun 2022) 57. Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi
21. KHDPK (Des 2022)
(12 IGT) 58. PBP Sarana Jasling Wisata Alam di Kawasan Konservasi
(8 IGT)
22. WPH PERUM Kehutanan Negara (Des 2022)
23. KHKP
24. Persetujuan Kerjasama PKH
25. Persetujuan Pelaksanaan Kegiatan Survei PKH

26. Kawasan Hutan (Sept 2022) 59. Lahan Kritis (2018)


27. Penetapan KH (April 2022) 60. DAS (2018)
28. Pelepasan KH (Juni 2022) 61. Rawan Limpasan (2015) Dit. PPPDAS
29. Indikatif PPTPKH (Juni 2021) Dit. PPKH 62. Rawan Erosi (2018) (5 IGT)
30. Rekalkulasi Batas KH (Okt 2020)
(5 IGT) 63. Klasifikasi DAS (Feb 2022)
64. Bangunan KTA (September 2022)
65. Rehabilitasi DAS (Proses QA) Dit. KTA (2 IGT)
31. Ekoregion Darat (2016) 66. Zona Benih Tanaman Hutan (2014)
32. Ekoregion Laut (Agst 2018) 67. Persebaran Persemaian Permanen (Juli 2020)
Dit. PTH
33. Karakteristik Bentang Alam (Des 2021) Dit. PDLKWS 68. Persebaran Sumber Benih TH (Juli 2020) (3 IGT)
34. Karakteristik Vegetasi Alami (Des 2021) 69. RHL (2019) Dit. RH
(6 IGT)
35. Tipe Vegetasi
70. DTA Danau (Okt 2020)
36. DDDTLH (2016)
71. Mangrove (Okt 2021)
Dit. RPDM
37. AMDAL (Juni 2022) 72. Mata Air (2019) (3 IGT)
38. Addendum Andal (Juni 2022) Dit. PDLUK 73. Tata Hutan KPH (KPHP & KPHL) (Jul 2021)(Tersedia Sebagian) Dit. BRPH
39. UKL-UPL (Juni 2022) (3 IGT) 74. Peta Arahan PHPBPH (Jun 2020)
(2 IGT)
40. Profil Kawasan Konservasi (Des 2020) 75. PBPH (IUPHHK HA/HT/RE/Jasling) (Agsts 2022) Dit. BUPH Sumber Daftar IGT: PermenLHK No. 24 Tahun 2021,
41. Zonasi Taman Nasional (Jan 2022) Dit. Prnc. KK (3 76. RKUPH Monitoring Basis Data Per Januari 2023
42. Blok Kawasan Konservasi (Jan 2019) IGT) 77. Tata Batas Areal Kerja PBPH (2021) Dit. PUPH
(2 IGT)
DAFTAR INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KLHK III. DATA SPASIAL PENDUKUNG
NAMA IGT KLHK PRODUSEN DG Keterangan:
78. PBPHH Dit. BPPH : Data Tersedia (92)
79. Fungsi Ekosistem Gambut (November 2022) : Data Belum Tersedia (usulan IGT baru)
Dit. PKEG
80. KHG (Nov 2022, Proses QA)
(3 IGT) : Data Tersedia & IGT KSP (Perpres 9/2016: 9)
81. Status Kerusakan Ekosistem Gambut (Juli 2022)
: Data Tersedia & IGT KSP (Perpres 23/2021:16)
82. Indeks Kualitas Air Laut (Juni 2020)
83. Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Kejadian Tumpahan Minyak Dit. PPKPL
84. Pemantauan Sampah Laut (Sept 2021) (3 IGT) • IGT IPHPS merupakan IGT KSP (Permenlhk
24/2021 digabung dg IGT PS lainnya)
85. Indikatif Kerusakan Lahan (2018) Dit. PKL
• IGT baru: KHDPK, PERUM Kehutanan
86. Status Mutu Air Dit. PPA Negara, 4 IGT Indonesia’s FOLU Net Sink
2030 (IPL, IJL, IK, Aksi Mitigasi)
87. Beban Emisi (Nov 2022, Proses QA) Dit. PPU Sumber Daftar IGT: PermenLHK No. 24 Tahun 2021,
89. Indeks Kualitas Udara (Okt 2022) (3 IGT) Monitoring Basis Data Per Januari 2023
90. Sebaran Pengelolaan Sampah (Sept 2021) Dit. PS
91. Pemantauan Merkuri (Juni 2020) Dit. PB3
92. Sebaran Hotspot (Juni 2022)
93. Areal Karhutla (Juni 2022) Dit. PKHL
94. Rawan Karhutla (Des 2022) (3 IGT)
95. Kerentanan Perubahan Iklim (2018)
Dit. API (2 IGT)
96. Lokasi Proklim (Okt 2020)
97. Wilayah Pengukuran Kinerja REDD (Nov 2020) Dit. IGRKMPV
98. Cadangan Karbon (2 IGT)
99. Persetujuan Pengelolaan HD (Okt 2022)
100. Persetujuan Pengelolaan HKm (Okt 2022)
Dit. PKPS
101. Persetujuan Pengelolaan HTR (Okt 2022)
102. Persetujuan Kemitraan Kehutanan (Okt 2022)
(5 IGT)
103. IPHPS (Agsts 2021)
104. Penetapan Status Hutan Adat (Des 2022)
105. Hutan Hak (Des 2022) Dit. PKTHA (2 IGT)
105. Hutan Penelitian (Okt 2020) Set BSI LHK
106. PUP (Okt 2020) PSIPHB
107. Sebaran Penyelesaian Sengketa LH Melalui Pengadilan (Proses
QA) Dit. PSLH (2 IGT)
108. Sebaran Penyelesaian Sengketa LH di Luar Pengadilan (Proses QA)
Data untuk Analisis Peta Indonesia’s FOLU
Net Sink 2030

1:50.000
1:50.000
1:50.000
Kawasan Hutan

1:50.000
IV. METODE PERHITUNGAN DATA SPASIAL UTAMA

IJL
IPL

IK
FOLU NET
SINK 2030
1. Indeks Biogeofisik
IBGF menggambarkan tingkat risiko emisi dan potensi
serapan gas rumah kaca yang dapat menjadi landasan
dalam penentuan lokasi prioritas pelaksanaan program dan
kegiatan secara signifikan akan menurunkan emisi atau
meningkatkan serapan gas rumah kaca. IBGF dituangkan
dalam Peraturan Menteri LHK 70/2017 disebut sebagai
Indeks Biogeofisik (IBGF)
• IBGF Emisi
• IBGF Serapan
• IGBF Kebakaran hutan dan lahan
3a. IBGF Emisi
IBGF emisi ditetapkan berdasarkan laju deforestasi historis (Indeks emisi historis, IEH) dan
persentase tutupan hutan alam yang masih tersisa saat ini pada wilayah tersebut (Indeks Tutupan
Hutan, ITH)

IBGF Emisi = (IEH+ITH)/2

Untuk wilayah dengan ITH = 0 ditetapkan memiliki IBGF Emisi = 0 untuk semua kategori IEH, karena
deforestasi tidak lagi memungkinkan terjadi pada wilayah tersebut. Kategori tingkat risiko emisi ditetapkan
berdasarkan nilai IBGF Emisi, yaitu: 1,0 = Ekstrim Tinggi (ET); 1,5 = Sangat Tinggi (ST); 2,0 = Tinggi; 2,5 =
Agak Tinggi (AT); 3,0 = Sedang (S); 3,5 = Agak Rendah (AR); 4,0 = Rendah (R); 4,5 = Sangat Rendah (SR);
5,0-5,5 = Ekstrim Rendah (ER); dan 0 = tidak ada hutan (TAH).
Penetapan Indeks Emisi Historis
• Dihitung dengan menggunakan data
tutupan hutan alam dari 1990-2017
• Persen tutupan hutan alam untuk setiap unit
pengelola dihitung dengan membagi luas
tutupan hutan dengan luas unit pengelola
• Laju penurunan persentase tutupan hutan
ditetapkan dengan menggunakan
persamaan regresi. Nilai slope persamaan
menggambarkan laju persen penurunan
luas hutan
• IEH dikatakan tinggi apabila nilai laju
penurunan tutupan hutan > persentil 66 (P66) Kategori tingkat risiko emisi ditetapkan berdasarkan nilai IBGF
• IEH dikatakan sedang apabila nilai laju Emisi, yaitu: 1,0 = Ekstrim Tinggi (ET); 1,5 = Sangat Tinggi (ST);
penurunan antara P33 dan P66 2,0 = Tinggi; 2,5 = Agak Tinggi (AT); 3,0 = Sedang (S); 3,5 =
• IEH dikatakan rendah apabila nilai laju Agak Rendah (AR); 4,0 = Rendah (R); 4,5 = Sangat Rendah
penurunan antara <P33
(SR); 5,0-5,5 = Ekstrim Rendah (ER); dan 0 = tidak ada hutan
(TAH).
3b. IBGF Serapan
IBGF serapan ditetapkan berdasarkan tren perubahan luas lahan tidak produktif historis (ILNP)
dan persentase tutupan lahan tidak produktif yang ada saat ini pada wilayah tersebut (Indeks
Tutupan non-Produktif; ITNP)

IBGF Serapan = (ILNP+ITNP)/2

Kategori potensi serapan karbon ditetapkan berdasarkan nilai IBGF Serapan, yaitu: 1,0 = Ekstrim Tinggi
(ET); 1,5 = Sangat Tinggi (ST); 2,0 = Tinggi; 2,5 = Agak Tinggi (AT); 3,0 = Sedang (S); 3,5 = Agak Rendah
(AR); 4,0 = Rendah (R); 4,5 = Sangat Rendah (SR); dan 5,0-5,5 = Ekstrim Rendah (ER).

Penghitungan nilai IBGF serapan untuk setiap unit pengelola sama dengan IBGF Emisi
3c. IBGF Kebakaran Hutan dan Lahan
• IBGF Kebakaran hutan dan lahan
direpresentasikan oleh tingkat K
kerentanan kebakaran yang
menggambarkan derajat/tingkat
kemudahan areal terbakar atau
ketidak mampuan dalam merespon S KERENTANAN
bahaya kebakaran (Vulnerability)

• Tingkat kerentanan bersifat dinamis,


karena faktor pemicu kebakaran
berubah dari waktu ke waktu
• Faktor tersebut diwakili oleh tingkat KA
keterpaparan, sensitivitas dan V = f(E, S, AC)
kemampuan adaptif dari sistem
K (Exposure) = tingkat keterpaparan,
S (Sensitivity)= tingkat sensitivitas, dan
KA (Adaptive Capacity) = kemampuan adaptif
3d. PENETAPAN INDEKS PRIORITAS LOKASI
BERDASARKAN IBGF
Kategori Skor Nilai IBGF Emisi Nilai IBGF Serapan Nilai IBGF Kebakaran
Tinggi 3 1,0-2,5 1,0-2,5 4,0-5,0
Sedang 2 3,0-4,0 3,0-4,0 3,0
Rendah 1 4,5-5,5 4,5-5,5 1,0-2,0
Sangat Rendah 0 0 n.a 0

IPL = IBGF Emisi + IBGF Serapan + IBGF Kebakaran


Kategori IPL terdiri dari sembilan yaitu: IPL 9 = Ekstrim tinggi, 8 = Sangat tinggi, 7 = tinggi, 6 = Agak tinggi, 5
= sedang, 4 = Agak rendah, 3 = rendah, 2 = sangat rendah dan 1 = ekstrim rendah
3d. PENETAPAN INDEKS
PRIORITAS LOKASI
BERDASARKAN IBGF
Kategori IPL terdiri dari sembilan yaitu:
9 = Ekstrim tinggi,
8 = Sangat tinggi,
7 = tinggi,
6 = Agak tinggi, ... ... ...
5 = sedang,
4 = Agak rendah,
3 = rendah,
2 = sangat rendah dan
1 = ekstrim rendah
2. PETA ARAHAN OPTIMASI BERDASARKAN IJL/E
Indeks Kualitas Nilai Konservasi Daya Dukung dan Daya
hutan (IKH: 1-5) Tinggi (HHCV: 1 & 5) Tampung (DDDT: 1-5)

Peta Fungsi
Peta Indeks Jasa Kawasan/Peta Arahan
Lingkungan/ Ekosistem Pemanfaatan RKTN
PP46/2016
Peta Arahan Optimasi
Pemanfaatan Fungsi
kawasan
1. Kualitas hutan yang didasarkan pada candangan karbon tinggi dan fraksi tutupan tajuk hutan berdasarkan Hansen, et al. (2012) digabungkan
dengan data tutupan lahan (hutan alam dan semak belukar) dari KLHK
2. Nilai Konservasi Tinggi atau High Conservation Value (HCV) yang ditetapkan berdasarkan keberadaan mega fauna (satwa dilindungi: Badak,
Harimau, Gajah, Orangutan, Anoa, Owa, Macan tutul, Babi Rusa), ekosistem esensial (Mangrove, karst, savana, dan gambut dan eksosistem lumut di
pegunungan tinggi) dan Kawasan konservasi (Taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru)
3. DDDT indikatif dari KLHK yang terdiri dari 9 jenis jasa lingkungan, yaitu penyediaan pangan, penyediaan air bersih, pemurnian air, pengaturan udara,
pengaturan tata air, pengaturan iklim, serta perlindungan dan pencegahan dari banjir, longsor dan kebakaran
Arahan Optimasi Pemanfaatan Kawasan
Hutan Menurut Indeks Jasa Lingkungan
(IJL) Indeks Kualitas
Hutan (HCS)
Arahan HCV KH DDDT Catatan

Ada (5) >=2 1-5 Untuk APL apabila skor DDDT>=3

Kualitas hutan rendah, namun merupakan ekosistem esensial


Ada (5) >=0 1-5
Lindung (gambut, savana, karst, eksosistem pegunungan tinggi)
Tidak
Diarahkan sebagai arahan lindung karena memiliki fungsi layanan HCVF (mega
>=3 >=3
Ada (1)
jasa lingkungan tinggi dengan kualitas hutan masih baik
fauna,
Tidak Memiliki kualitas hutan tinggi namun tidak ada HCV dan DDDT ekosistem
Produksi
Ada (1)
>=3 1-5
rendah sampai tinggi esensial
Untuk APL apabila DDDT>=3. Lahan yang direhabilitasi sudah
Lindung
Rehabilitasi Ada (5) <2 1-5 diokupasi masyarakat dengan kegiatan pertanian disebut sebagai
Produksi rehabilitasi-agroforestri
RehabilitasiTidak Umumnya sudah menjadi kawasan terbangun dan budidaya
Konversi
Konversi <2 1-5
Ada pertanian yang lebih dari 20 tahun
APL
DDDT
3. Tipologi Kelembagaan Pengelolaan KPH Tingkat Tapak
KAPASITAS KELEMBAGAAN
KUAT LEMAH
Community Based Management
Collaborative Management
KUAT (Hutan Adat, Koperasi, Dll): Tipe
(HKm, HTR, HD, dll): Tipe 1
MODAL 2
SOSIAL State Management
Private
LEMAH (BUMN, Perhutani, Inhutani,
(IUPHHK-HA, HT, RE): Tipe 4
dll): Tipe 3
Sumber: Birner & Witmer (2000a); Nurrochmat (2005) dimodifikasi
Keterangan: IUPHHK-HA = Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Alam
HKm = Hutan Kemasyarakatan IUPHHK – HT = Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman
HTR = Hutan Tanaman Rakyat BUMN = Badan Usaha Milik Negara
HD = Hutan Desa Perhutani = Perusahaan Hutan Negara Indonesia
RE = Restorasi Ekosistem Inhutani = Industri Hutan Negara Indonesia
4. Peta Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s FOLU
Net Sink 2030
Peta Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 merupakan
peta hasil yang ditujukan untuk dipergunakan
sebagai referensi keruangan dari rencana
operasional Indonesia’s FOLU Net Sink. Peta ini
diperoleh dengan menggunakan tiga data utama
dengan pemutakhiran dari beberapa peta
tematik yang menggambarkan kondisi kekinian
(updated) suatu wilayah.
PETA ARAHAN PELAKSANAAN
AKSI MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
PULAU SULAWESI

Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

Degradasi Konsesi)
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

V. KRITERIA PENYUSUNAN PETA


Indeks Prioritas Lokasi
(IPL) ARAHAN PELAKSANAAN AKSI
Indeks Jasa Lingkungan MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET
(IJL)
SINK 2030
Peta Tematik
(Data Spasial Pendukung) 1. Pencegahan Deforestasi Mineral
2. Pencegahan Deforestasi Gambut
3. Pencegahan Degradasi Konsesi
4. Pembangunan Hutan Tanaman
Peta Arahan 5. Penerapan Pengayaan Alami
Pelaksanaan 6. Penerapan RIL-C
Aksi Mitigasi 7. Peningkatan Cadangan Karbon dengan Rotasi
8. Peningkatan Cadangan Karbon Tanpa Rotasi
Indeks Kelembagaan Peta Tematik 9. Pengelolaan Tata Air Gambut
(IK) (Data Spasial Pendukung) 10. Pelaksanaan Restorasi Gambut
11. Perlindungan areal Konservasi Tinggi
12. Pengelolaan Mangrove
Strategi
Implementasi Aksi
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

V. KRITERIA PENYUSUNAN PETA ARAHAN


PELAKSANAAN AKSI MITIGASI INDONESIA’S
FOLU NET SINK 2030
▪ Arahan pelaksanaan aksi mitigasi terdiri 12 arahan yang dpt dibagi mjd sub arahan aksi, yg dapat dibagi
lagi mjd kriteria yg lebih detail dan spesifik;
▪ Arahan pelaksanaan Aksi Mitigasi adalah identifikasi lokasi yang menjadi prioritas. Lokasi prioritas
bermakna lokasi yang diutamakan dan tidak berarti menghilangkan kegiatan pada lokasi lain yang telah
direncanakan sebelumnya;
▪ Penentuan lokasi prioritas dilakukan dengan memanfaatkan IPL. Untuk tahap perumusan awal, dipilih lokasi
dengan IPL bernilai 9, 8, dan 7. Apabila target FOLU NetSink belum tercapai, maka IPL dapat diperluas;
▪ Prioritas lokasi juga dipertimbangkan dengan IK yang diarahkan untuk IK 1 dan 3. Lokasi dengan IK 2 dan
4 perlu mendapatkan penguatan kelembagaan terlebih dahulu;
▪ Khusus untuk arahan pencegahan deforestasi/degradasi dibagi lagi menjadi kelompok pencegahan
deforestasi/degradasi terencana dan tidak terencana. (diperlukan data spasial RKU/RKT PBPH untuk
telaah lebih lanjut)
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

CONTOH KRITERIA PENYUSUNAN PETA ARAHAN PELAKSANAAN


AKSI MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Merujuk pada data spasial FoLU: VI. PENYUSUNAN


1. Pelaksana Aksi (Bidang Tim FOLU) perlu menyusun
stategi implementasi mitigasi (manual); STRATEGI
2. Pelaksana Aksi (Bidang Tim FOLU) dapat IMPLEMENTASI
menggunakan data spasial yang lebih detail
dan/atau melengkapi data pendukung lainnya MITIGASI
dalam membuat strategi implementasi;
3. Data terbaru atau data tambahan, dapat diperoleh
melalui JIG KLHK (SIGAP) dan Portal KSP;
4. Dalam penyusunan strategi implementasi, pelaksana
aksi harus melakukan koordinasi aktif antar Bidang
Tim FOLU dan/atau pihak terkait agar dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan holistik.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Penggunaan Data Spasial FoLU :
• Mempunyai skala 1:250.000 yang bersifat indikatif
dengan satuan pemetaan minimum 6,25ha. Jika ditemukan VII. SYARAT DAN
perbedaan dengan kondisi lapangan atau data terbaru
maka data dapat disesuaikan; KETENTUAN
• Data Spasial FOLU (Peta Arahan) dapat berbeda dengan
data tabel pada buku Renops FOLU karena beberapa
data telah diupdate dengan data terbaru dan/atau
perbedaan dalam melakukan teknik analisis GIS
(penghitungan luas, tumpang susun dll);
• Antar 12 Lokasi Arahan beberapa terdapat area
bertampalan (multi arahan aksi)
• Untuk itu pada lokasi tersebut antar pelaksana aksi harus
berkoordinasi dalam penyusunan strategi implementasi
(manual) maupun pelaksanaan aksi mitigasi.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

VIII. STRUKTUR/ STANDAR


DATA
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

1. Memahami struktur data sangat penting, karena


informasi arahan dll. ada di dalam atribut IGT;
STANDAR
2. Implementasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 DATA
dilakukan dengan pendekatan bersifat keruangan
yang terintegrasi;
SPASIAL
3. Optimalisasi peran pengelola jaringan informasi
geospasial KLHK;
4. Keterlibatan tim teknis pada setiap pelaksana aksi
mitigasi, tidak hanya di lapangan namun juga pada
penggunaan IGT.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
A. STRUKTUR DATA SPASIAL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

1. Format Data
Geodatabase
2. Sistem Koordinat :
WGS 1984
STANDAR
3. Skala
1:250.000 dan 1:50.000 DATA IGT
4. Kesesuaian dengan Unsur IGD :
Belum sesuai dengan IGD karena terdapat polygon yang terikat dengan peraturan
5. Konsistensi Topologi
FOLU
IGT Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 telah dilakukan penjaminan kualitas melalui Topology
Rules dan Eliminate Sliver
6. Metadata
Sudah terdapat metadata namun belum lengkap
7. Aspek Legal
• Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 Tentang Penyelengaraan NEK untuk
pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan Pengendalian Emisi
GRK dalam Pembangunan Nasional
• Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang Indonesia’s
Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan Iklim
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
IPL_AR_250K Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Layer IPL - Tipe Data : POLYGON Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Skala : 1:250.000

Detail Data Atribut


Deskripsi: Layer IPL merupakan Indeks yang memberikan gambaran
Field
tentang
description tingkat risiko
Field name emisi
Fielddan
Field
type potensi serapan
size gas rumah
Value/Look up kaca yang B. STRUKTUR DATA
dapat dijadikan
INDEKS IPL
landasanLong
program yang secara signifikan
dalam penetapan
Integer
3
lokasi
Merujuk prioritas pelaksanaan
ke Subtype
INDEKS_PRIORITAS LOKASI
akan menurunkan emisi gas rumah kaca dari
ATRIBUT
Catatan REMARK Text 100
deforestasi LCODE dan degradasiTextserta peningkatan serapan gas rumah kaca
Layer Code
sejalan
Spatial dengan
Reference SRS_IDkomitmen NDC.
Text
12
50
INDEKS PRIORITAS
Metadata
Dasar: METADATA Text
50
LOKASI (IPL)
1. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun
Kode 2021 Tentang DeskripsiPenyelengaraan
IPL NEK
untuk pencapaian target kontribusi10 yang NO DATA, TUBUH AIR/PERAIRAN
ditetapkan
EKSTRIM RENDAH
secara Nasional dan
Pengendalian Emisi GRK dalam Pembangunan
2 SANGATNasional.
RENDAH
2. Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022
3 RENDAH Tentang
4 AGAK RENDAH
Indonesia’s Forestry and Other Land
5 Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk
SEDANG
Pengendalian Perubahan Iklim. 6 AGAK TINGGI
7 TINGGI
Produsen Data: - 8 SANGAT TINGGI
9 EKSTRIM TINGGI
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
IJL_AR_250K Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Layer Arahan Optimasi KH_IJL - Tipe Data : POLYGON Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Skala : 1:250.000

Detail Data Atribut


Deskripsi: Layer Arahan Optimasi Kawasan Hutan berdasarkan Indeks Jasa
Field
Lingkungan/Ekosistem
description
Field name(IJL/E)
Fieldmerupakan
type
Field
size Informasi spatial tentang arahan
Value/Look up B. STRUKTUR DATA
optimasi pemanfaatan
Arahan ARAHAN IJL/E
lingkungan/ekosistem (IJL/IJE).
kawasan 30hutanMerujuk
Long
Integer
Informasi iniIJL/E
berdasarkan indeks jasa
ke Subtype Arahan
diperlukan dalam membantu
ATRIBUT
Catatan REMARK Text 100
perencanaanLCODE yang sudah menerapkan prinsip-prinsip daya dukung dan daya
Layer Code Text 12 ARAHAN OPTIMASI
tampung.
Spatial Reference SRS_ID Text 50
50 KAWASAN HUTAN
Metadata METADATA Text
Dasar: BERDASARKAN
1. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 Tentang Penyelengaraan NEK INDEKS JASA
Kode Arahan IJL/E
untuk pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan
0 NO DATA, TUBUH AIR/PERAIRAN LINGKUNGAN/
Pengendalian Emisi GRK dalam Pembangunan Nasional.
1
2. Keputusan MenteriLHK Nomor
LINDUNG
168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang
EKOSISTEM (IJL/E)
2 PRODUKSI
Indonesia’s Forestry and3 Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk
REHABILITASI
Pengendalian Perubahan4Iklim. REHABILITASI - AGROFORESTRY
5 KONVERSI
Produsen Data: - 6 AREAL PENGGUNAAN LAIN
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
TIPOLOGI_LEMBAGA_AR_250K Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Layer TIPOLOGI_LEMBAGA - Tipe Data : POLYGON Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Skala : 1:250.000
Deskripsi:
TIPOLOGI Layer Tipologi Lembaga merupakan
DESKRIPSI tipologi kelembagaan tingkat
KPH yang luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
tapak
A1 yang memberikan gambaran tentang kemampuan lembaga dan modal
B. STRUKTUR DATA
Pemerintah Kuat
KPH yang luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
sosial
A2 (kondisi
Pemerintah Lemahmasyarakat) pada tingkat tapak. Informasi ini sangat diperlukan
ATRIBUT
KPH yang luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
dalam
A3 membantu
Pemerintah Kuat menyusun strategi pelaksanaan program yang terintegratif dan
Detail Data
KPH yangAtribut
luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
bersinergi
A4 dengan
Pemerintah Lemah pelibatan peran-serta masyarakat dan pihak lain di dalam
B1 Field Pemerintah
KPH yang luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal Field
pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
kawasan agar
description
Kuathutan
Field name beserta ekosistemnya
Field type tetap Value/Look
terjamin keberadaannya up dan
size yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
berkontribusi
KPH yang luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan
dalam pencapaian INDEKS
Long tujuan SDGs.yangMerujuk Untuk ke membangun koordinasi dan
B2 Pemerintah Lemah
Tipologi Subtype Tipologi
sinergi
B3 yang
Lembaga
KPH yang luas
baik
Pemerintah
Tipologi
Kuat diperlukan kebaradaan Integer
3
wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan
kelembagaan
sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
Kelembagaan di tingkat tapak yang kuat. KELEMBAGAAN (IK)
KPH yang luas wilayah pengelolaan lebih besar 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
Catatan
B4 REMARK Text 100
Dasar:
Layer Code
Pemerintah Lemah

LCODE Text 12
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
C1
1.Spatial
Peraturan
Reference Presiden Nomor
Pemerintah Kuat
SRS_ID Text 98 Tahun50 2021 Tentang Penyelengaraan NEK
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
C2 Pemerintah Lemah
untuk pencapaian
Metadata METADATA target Text
kontribusi yang
50 ditetapkan secara Nasional dan
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
C3 Pemerintah Kuat
Pengendalian Emisi GRK dalam Pembangunan Nasional.
C4
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Lemah
2. D1Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Kuat
Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk
D2
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Lemah

Pengendalian Perubahan Iklim.


D3
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Kuat
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
Produsen
D4
Data: - Pemerintah Lemah
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Lok_Prioritas_FOLU_2030_AR_250K Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Layer Lok_Prioritas_FOLU_2030 - Tipe Data : POLYGON Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Skala : 1:250.000

Deskripsi:
Detail Layer indikasi lokasi prioritas untuk Pelaksanaan Kegiatan Aksi
Data Atribut
Mitigasi Indonesia FieldFOLUField
Net Sink
Field 2030 merupakan Penetapan arahan lokasi
Value/
Field description
pelaksanaan aksi namemitigasi
typedengan
size menggunakan
Look up ketiga informasi spasial (IPL, B. STRUKTUR DATA
ATRIBUT
IJL/E dan TK) selain memberikan arahan Tabel Sub lokasi prioritas juga memberikan
Type
beberapa
Lokasi Arahan informasi yang diperlukan untuk membangun sinergi dan integrasi
Kegiatan
programAksidan R01
Pelaksanaan s.d.
kegiatan Shortlintas organisasi
Aksi lingkup Kementerian Lingkungan
Mitigasi Indonesia’s R12
Hidup dan Kehutanan.
Integer
-
Mitigasi ARAHAN
FOLU Net Sink 2030 Indonesia’s
FOLU Net PELAKSANAAN
Dasar:
1. Peraturan REMARK
Catatan Presiden Text
Nomor 100
98
Sink 2030
Tahun 2021 Tentang Penyelengaraan NEK
AKSI MITIGASI
Layer Code LCODE
untuk pencapaian Text
target 12
kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan INDONESIA’S FOLU
Spatial Reference SRS_ID Text
Pengendalian Emisi GRK dalam
50
50 Pembangunan Nasional.
NET SINK 2030
Metadata METADATA Text
2. Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang
Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk
Pengendalian Perubahan Iklim.
Produsen Data: -
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

IX. MEKANISME BAGI


PAKAI DATA
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Secara umum mekanisme bagi pakai dan


penyebarluasan IGT mengacu pada Permenlhk
Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
IGT Lingkup KLHK, yaitu dilakukan melalui jaringan
(JIG atau SIGAP KLHK) dan atau surat permohonan.

Internal KLHK
• Produsen Data Geospasial
• Non Produsen Data Geospasial

EKSTERNAL KLHK
• Kementerian/Lembaga
• Pemerintah Daerah
• Perguruan Tinggi
• Publik
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Internal KLHK
• Produsen Data Geospasial

Bagi unit eselon II Lingkup KLHK yang


telah ditetapkan sebagai Produsen Data
Geospasial (DG), maka dapat mengakses
secara mandiri dan online ke alamat
geodatabase connection klhk.sde pada
folder FOLU_Net_Sink_2030_AR_250K
sesuai akun dan password masing-masing
dengan menggunakan software/aplikasi
Arc GIS.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Internal KLHK
• Non Produsen Data Geospasial

Bagi unit kerja yang bukan sebagai


produsen DG, maka akan disiapkan link
akses khusus melalui cloud
https://tinyurl.com/PetaFoLU, dimana
password akan diberikan kepada tim
teknis yang telah ditunjuk secara tertulis
oleh pimpinannya (pejabat eselon II), dan
telah menandatangani pakta interitas.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Eksternal KLHK
Bagi unit kerja eksternal KLHK, maka
dapat mengirimkan surat
permohonan data spasial yang
ditujukan kepada Direktur IPSDH atau
Kepala BPKHTL setempat yang
disertai dengan email dan kontak yang
dapat dihubungi, serta
menandatangani BAST datin.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2018 tentang Kewenangan Akses untuk Berbagi Data
dan Informasi Geospasial dapat melalui Jaringan Informasi
Geospasial Nasional dalam Kegiatan Percepatan pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta, pemegang akses yang terdiri atas:
a. Presiden dan Wakil Presiden
b. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
c. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
d. Kepala Badan Informasi Geospasial
e. Menteri atau Pimpinan Lembaga
f. Gubernur
g. Bupati/Wali Kota

Geoportal KSP dapat diakses pada alamat


https://portalksp.ina-sdi.or.id/. User dan Password telah
diberikan kepada pemegang akses atau yang mewakili.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PENANGGUNG STATUS STATUS


NO NAMA IGT PEMUTAKHIRAN
JAWAB KOMPILASI INTEGRASI

Peta Persetujuan Penggunaan


1 Dit. RPKHPWPH B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
I N F O R M A S I G E O S PA S I A L Kawasan Hutan skala 1:50.000
Peta Indikatif Penghentian Pemberian
2 Dit. IPSDH B08 2021 dan B12 Terkompilasi Terintegrasi
T E M AT I K K L H K lzin Baru (PIPPIB) skala 1:250.000
Peta Pelepasan Kawasan Hutan skala
DALAM KEBIJAKAN SATU PETA (KSP) 3
1:50.000
Dit. PPKH B08 2021 dan B12 Terkompilasi Terintegrasi

Peta Penetapan Batas Areal Kerja


Perizinan Berusaha Pemanfaatan
4 Dit. PUPH B08 2021 dan B12 Terkompilasi Proses
Sesuai dengan mandat Peraturan Presiden Nomor Hutan (Perizinan Berusaha) skala
1:50.000)
23 Tahun 2021 tentang “Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta 5
Peta Persetujuan Pengelolaan Hutan
Dit. PKPS B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Skala 1:50.000”, terdapat 25 IGT KLHK yang masuk Kemasyarakatan skala 1:50.000
dalam Renaksi KSP. Peta Persetujuan Pengelolaan Hutan
6 Dit. PKPS B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Desa skala 1:50.000
Peta lzin Pengelolaan Hutan
7 Dit. PKPS B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Perhutanan Sosial Skala 1:50.000
B08 2021 dan B12
Peta Fungsi Ekosistem Gambut Skala
8 Dit. PKEG setiap ada Terkompilasi Terintegrasi
1:50.000
perubahan
B08 2021 dan B12
Peta Kesatuan Hidrologis Gambut
9 Dit. PKEG setiap ada Terkompilasi Terintegrasi
skala 1:50.000
perubahan

10 Peta Rawan Erosi skala 1:50.000 Dit. PPPDAS B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi

11 Peta Lahan Kritis skala 1:50.000 Dit. PPPDAS B12 setiap tahun Terkompilasi Proses
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PENANGGUNG STATUS STATUS


NO NAMA IGT PEMUTAKHIRAN
JAWAB KOMPILASI INTEGRASI
Peta Rawan Kebakaran Hutan dan
12 Dit. PKHL B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Lahan skala 1:250.000
I N F O R M A S I G E O S PA S I A L 13
Peta Mangrove Nasional skala 1:50.000
– 1:25.000
Dit. RPDM B12 setiap tahun Terkompilasi Proses

T E M AT I K K L H K 14
Peta Daya Dukung Daya Tampung
Lingkungan Hidup (DDDTLH) minimal Dit. PDLKWS B12 setiap tahun Proses Proses
DALAM KEBIJAKAN SATU PETA (KSP) skala 1:50.000
Peta Pemantauan Sampah Laut skala
15 Dit. PPKPL B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
1:250.000
Peta Penetapan Kawasan Hutan pada B03, B06, B09, B12
16 Dit. PPKH Terkompilasi Terintegrasi
skala 1:100.000 - 1:50.000 setiap tahun
Sesuai dengan mandat Peraturan Presiden Nomor Peta Perizinan Berusaha Pemanfaatan
23 Tahun 2021 tentang “Percepatan Pelaksanaan 17 Dit. BUPH B08, B12 setiap tahun Terkompilasi Proses
Hutan minimal pada skala 1:50.000
Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Peta Persetujuan Pengelolaan Hutan
18 Dit. PKPS B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Skala 1:50.000”, terdapat 25 IGT KLHK yang masuk Tanaman Rakyat skala 1:50.000
dalam Renaksi KSP. 19
Peta Kawasan Hutan dengan Tujuan
Dit. RPKHPWPH B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Khusus, minimal pada sakala 1:50.000
Peta Hutan Adat, Minimal pada skala 1 :
20 Dit. PKTHA B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
50.000
B12 setiap tahun atau
Peta Penunjukkan Kawasan Hutan skala
21 Dit. PPKH setiap ada penetapan Terkompilasi Terintegrasi
1:250.000
baru
Peta Indikatif Penyelesaian Penguasaan B08, B12 setiap ada
22 Tanah Dalam Rangka Penataan Dit. PPKH perubahan/penetapan Terkompilasi Terintegrasi
Kawasan Hutan minimal skala 1:50.000 baru
Peta Neraca Sumber Daya Hutan skala
23 Dit. IPSDH B12 setiap tahun Terkompilasi Proses
1:250.000
24 Peta DAS skala 1:50.000 (Klasifikasi DAS) Dit. PPPDAS B08, B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Peta Zonasi Kawasan Konservasi skala
25 Dit. PKK B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
1:50.000
TERIMA KASIH

IPSDH melayani dengan PROAKTIF


(Profesional, Akuntabel, Integritas dan Inovatif)

ipsdh.pktl@menlhk.go.id Direktorat Ipsdh dit_ipsdh Direktorat IPSDH www.sigap.menlhk.go.id

Anda mungkin juga menyukai