Fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang inventarisasi dan
2. Pelaksanaan kebijakan pemantauan sumber daya hutan serta
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria jaringan informasi geospasial
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi lingkungan hidup dan kehutanan
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
Pelaksana : Pelaksana :
− Biro Perencanaan KLHK − Direktorat IGRK (Metode dan
Konsep − Sekretaris Ditjen Lingkup penghitungan)
Pengelola KLHK (Pelaporan per Es 1 − Direktorat IPSDH (Data) –
per satker) koordinasi dengan BPKHTL
Pelaporan − Direktorat MPI (NDC)
I.PENGANTAR Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
ALUR PIKIR
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
I. PENDAHULUAN
II. DATA SPASIAL UTAMA
1. Indeks Prioritas Lokasi (IPL)
2. Indeks Jasa Lingkungan (IJL)
3. Indeks Kelembagaan (IK)
4. Peta Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink
2030
III. DATA SPASIAL PENDUKUNG
IV. METODE PERHITUNGAN DATA SPASIAL UTAMA
V. KRITERIA PENYUSUNAN PETA ARAHAN PELAKSANAAN AKSI MITIGASI
INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
VI. PENYUSUNAN STRATEGI IMPLEMENTASI MITIGASI
VII.SYARAT DAN KETENTUAN (DISCLAIMER)
VIII.STRUKTUR DATA
IX. MEKANISME BAGI PAKAI DATA
Penyesuaian Nomenklatur (agar mudah dipahami) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
3 (TIGA)
INFORMASI SPASIAL FOLU
• Peta arahan optimasi kawasan hutan berdasarkan
IJL/IJE merupakan Informasi spasial tentang arahan
TIGA optimasi pemanfaatan kawasan hutan berdasarkan Indeks
Jasa Lingkungan Hidup (IJL) atau IJE diperlukan dalam
INFORMASI membantu perencanaan yang sudah menerapkan prinsip-
prinsip daya dukung dan daya tampung;
SPASIAL UNTUK • Peta tipologi kelembagaan merupakan Informasi spasial
tipologi kelembagaan pada tingkat tapak memberikan
gambaran tentang kemampuan modal sosial dan
MENDUKUNG kelembagaan pada tingkat tapak untuk menyusun strategi
pelaksanaan program dan kegiatan melalui pelibatan
PERENCANAAN peran serta masyarakat dan pihak lain untuk menjamin
keberlanjutan dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan
SDGs;
PEMBANGUNAN • Peta Indeks Biogeofisik (IBGF) merupakan Informasi
TINGKAT TAPAK spasial Indeks Biogeofisik yang menggambarkan tingkat
risiko emisi dan serapan gas rumah kaca yang dapat
menjadi landasan dalam penentuan prioritas lokasi
pelaksanaan program dan kegiatan secara signifikan akan
menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan
degradasi hutan, kebakaran hutan serta peningkatan
serapan gas rumah kaca sejalan dengan komitmen NDC.
DAFTAR INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KLHK III. DATA SPASIAL PENDUKUNG
NAMA IGT KLHK PRODUSEN DG NAMA IGT KLHK PRODUSEN DG Keterangan:
1. Penutupan Lahan KH 2020 (Februari 2021) 43. Daerah Penyangga (Juni 2021) Dit. Pengel. KK
2. Penutupan Hutan (Proses QA) 44. Kemitraan Konservasi (Des 2021) : Data Tersedia (92)
(2 IGT) : Data Belum Tersedia (usulan IGT baru)
3. Potensi Hutan (Jul 2020)
45. Sebaran Satwa Dilindungi (2020)
4. NSDH Penutupan Lahan (2021) Dit. KKHSG
46. Perjumpaan Tumbuhan Alam pd. Kawasan Konservasi (Sept 2020)
5. NSDH Kawasan Hutan (2020) : Data Tersedia & IGT KSP (Perpres 9/2016: 9)
6. PIPPIB Periode II 2022 (Sept 2022)
47. Konflik Satwa & Manusia (Sept 2020) (3 IGT)
: Data Tersedia & IGT KSP (Perpres 23/2021:16)
7. Deforestasi (Mar 2021) 48. Kawasan Ekosistem Esensial (Juni 2020)
Dit. IPSDH
8. Reforestasi (Mar 2021) 49. Kawasan Ekosistem Esensial Indikatif (April 2020)
9. Sebaran Klaster IHN (Mei 2020) (13 IGT) 50. Pemulihan Ekosistem (Juni 2021)
10. Indeks Jasa Lingkungan (2022)
• IGT IPHPS merupakan IGT KSP (Permenlhk
11. Indeks Prioritas Lokasi (2022)
Dit. BPPE 24/2021 digabung dg IGT PS lainnya)
12. Indeks Kelembagaan (2022) (3 IGT)
13. Arahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink • IGT baru: KHDPK, PERUM Kehutanan
2030 (2022) Negara, 4 IGT Indonesia’s FOLU Net Sink
2030 (IPL, IJL, IK, Aksi Mitigasi)
14. RKTN 2011-2030 (Sep 2019) 51. Jasling Karbon di Kawasan Konservasi (Sept 2020)
15. KPHP dan KPHL (Juli 2022) 52. Potensi Jasling Air dan Energi Air di Kawasan Konservasi
16. KPHK (Sep 2022) 53. Areal Kegiatan Pemanfaatan Air dan Energi Air di Kawasan Konservasi
17. KHDTK (Okt 2022) 54. Pemanfaatan Jasling Air dan Energi Air di Kawasan Konservasi
18. PIAPS VII (Maret 2022) 55. Potensi Panas Bumi
19. PPKH (OP/NT) (Jun 2022) Dit. RPKHPWPH 56. Pemanfaatan Jasling Panas Bumi Dit. PJLKK
20. PPKH (Eksplorasi) (Jun 2022) 57. Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi
21. KHDPK (Des 2022)
(12 IGT) 58. PBP Sarana Jasling Wisata Alam di Kawasan Konservasi
(8 IGT)
22. WPH PERUM Kehutanan Negara (Des 2022)
23. KHKP
24. Persetujuan Kerjasama PKH
25. Persetujuan Pelaksanaan Kegiatan Survei PKH
1:50.000
1:50.000
1:50.000
Kawasan Hutan
1:50.000
IV. METODE PERHITUNGAN DATA SPASIAL UTAMA
IJL
IPL
IK
FOLU NET
SINK 2030
1. Indeks Biogeofisik
IBGF menggambarkan tingkat risiko emisi dan potensi
serapan gas rumah kaca yang dapat menjadi landasan
dalam penentuan lokasi prioritas pelaksanaan program dan
kegiatan secara signifikan akan menurunkan emisi atau
meningkatkan serapan gas rumah kaca. IBGF dituangkan
dalam Peraturan Menteri LHK 70/2017 disebut sebagai
Indeks Biogeofisik (IBGF)
• IBGF Emisi
• IBGF Serapan
• IGBF Kebakaran hutan dan lahan
3a. IBGF Emisi
IBGF emisi ditetapkan berdasarkan laju deforestasi historis (Indeks emisi historis, IEH) dan
persentase tutupan hutan alam yang masih tersisa saat ini pada wilayah tersebut (Indeks Tutupan
Hutan, ITH)
Untuk wilayah dengan ITH = 0 ditetapkan memiliki IBGF Emisi = 0 untuk semua kategori IEH, karena
deforestasi tidak lagi memungkinkan terjadi pada wilayah tersebut. Kategori tingkat risiko emisi ditetapkan
berdasarkan nilai IBGF Emisi, yaitu: 1,0 = Ekstrim Tinggi (ET); 1,5 = Sangat Tinggi (ST); 2,0 = Tinggi; 2,5 =
Agak Tinggi (AT); 3,0 = Sedang (S); 3,5 = Agak Rendah (AR); 4,0 = Rendah (R); 4,5 = Sangat Rendah (SR);
5,0-5,5 = Ekstrim Rendah (ER); dan 0 = tidak ada hutan (TAH).
Penetapan Indeks Emisi Historis
• Dihitung dengan menggunakan data
tutupan hutan alam dari 1990-2017
• Persen tutupan hutan alam untuk setiap unit
pengelola dihitung dengan membagi luas
tutupan hutan dengan luas unit pengelola
• Laju penurunan persentase tutupan hutan
ditetapkan dengan menggunakan
persamaan regresi. Nilai slope persamaan
menggambarkan laju persen penurunan
luas hutan
• IEH dikatakan tinggi apabila nilai laju
penurunan tutupan hutan > persentil 66 (P66) Kategori tingkat risiko emisi ditetapkan berdasarkan nilai IBGF
• IEH dikatakan sedang apabila nilai laju Emisi, yaitu: 1,0 = Ekstrim Tinggi (ET); 1,5 = Sangat Tinggi (ST);
penurunan antara P33 dan P66 2,0 = Tinggi; 2,5 = Agak Tinggi (AT); 3,0 = Sedang (S); 3,5 =
• IEH dikatakan rendah apabila nilai laju Agak Rendah (AR); 4,0 = Rendah (R); 4,5 = Sangat Rendah
penurunan antara <P33
(SR); 5,0-5,5 = Ekstrim Rendah (ER); dan 0 = tidak ada hutan
(TAH).
3b. IBGF Serapan
IBGF serapan ditetapkan berdasarkan tren perubahan luas lahan tidak produktif historis (ILNP)
dan persentase tutupan lahan tidak produktif yang ada saat ini pada wilayah tersebut (Indeks
Tutupan non-Produktif; ITNP)
Kategori potensi serapan karbon ditetapkan berdasarkan nilai IBGF Serapan, yaitu: 1,0 = Ekstrim Tinggi
(ET); 1,5 = Sangat Tinggi (ST); 2,0 = Tinggi; 2,5 = Agak Tinggi (AT); 3,0 = Sedang (S); 3,5 = Agak Rendah
(AR); 4,0 = Rendah (R); 4,5 = Sangat Rendah (SR); dan 5,0-5,5 = Ekstrim Rendah (ER).
Penghitungan nilai IBGF serapan untuk setiap unit pengelola sama dengan IBGF Emisi
3c. IBGF Kebakaran Hutan dan Lahan
• IBGF Kebakaran hutan dan lahan
direpresentasikan oleh tingkat K
kerentanan kebakaran yang
menggambarkan derajat/tingkat
kemudahan areal terbakar atau
ketidak mampuan dalam merespon S KERENTANAN
bahaya kebakaran (Vulnerability)
Peta Fungsi
Peta Indeks Jasa Kawasan/Peta Arahan
Lingkungan/ Ekosistem Pemanfaatan RKTN
PP46/2016
Peta Arahan Optimasi
Pemanfaatan Fungsi
kawasan
1. Kualitas hutan yang didasarkan pada candangan karbon tinggi dan fraksi tutupan tajuk hutan berdasarkan Hansen, et al. (2012) digabungkan
dengan data tutupan lahan (hutan alam dan semak belukar) dari KLHK
2. Nilai Konservasi Tinggi atau High Conservation Value (HCV) yang ditetapkan berdasarkan keberadaan mega fauna (satwa dilindungi: Badak,
Harimau, Gajah, Orangutan, Anoa, Owa, Macan tutul, Babi Rusa), ekosistem esensial (Mangrove, karst, savana, dan gambut dan eksosistem lumut di
pegunungan tinggi) dan Kawasan konservasi (Taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru)
3. DDDT indikatif dari KLHK yang terdiri dari 9 jenis jasa lingkungan, yaitu penyediaan pangan, penyediaan air bersih, pemurnian air, pengaturan udara,
pengaturan tata air, pengaturan iklim, serta perlindungan dan pencegahan dari banjir, longsor dan kebakaran
Arahan Optimasi Pemanfaatan Kawasan
Hutan Menurut Indeks Jasa Lingkungan
(IJL) Indeks Kualitas
Hutan (HCS)
Arahan HCV KH DDDT Catatan
Degradasi Konsesi)
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1. Format Data
Geodatabase
2. Sistem Koordinat :
WGS 1984
STANDAR
3. Skala
1:250.000 dan 1:50.000 DATA IGT
4. Kesesuaian dengan Unsur IGD :
Belum sesuai dengan IGD karena terdapat polygon yang terikat dengan peraturan
5. Konsistensi Topologi
FOLU
IGT Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 telah dilakukan penjaminan kualitas melalui Topology
Rules dan Eliminate Sliver
6. Metadata
Sudah terdapat metadata namun belum lengkap
7. Aspek Legal
• Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 Tentang Penyelengaraan NEK untuk
pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan Pengendalian Emisi
GRK dalam Pembangunan Nasional
• Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang Indonesia’s
Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan Iklim
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
IPL_AR_250K Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Layer IPL - Tipe Data : POLYGON Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Skala : 1:250.000
LCODE Text 12
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
C1
1.Spatial
Peraturan
Reference Presiden Nomor
Pemerintah Kuat
SRS_ID Text 98 Tahun50 2021 Tentang Penyelengaraan NEK
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
C2 Pemerintah Lemah
untuk pencapaian
Metadata METADATA target Text
kontribusi yang
50 ditetapkan secara Nasional dan
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
C3 Pemerintah Kuat
Pengendalian Emisi GRK dalam Pembangunan Nasional.
C4
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin kurang dari 50% luas areal, Modal Sosial Lemah, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Lemah
2. D1Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Kuat
Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk
D2
KPH yang luas wilayah pengelolaan kurang dari 100.000 hektar dan areal pengelolaan yang sudah dibebani izin lebih dari 50% luas areal, Modal Sosial Kuat, Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Lemah
Deskripsi:
Detail Layer indikasi lokasi prioritas untuk Pelaksanaan Kegiatan Aksi
Data Atribut
Mitigasi Indonesia FieldFOLUField
Net Sink
Field 2030 merupakan Penetapan arahan lokasi
Value/
Field description
pelaksanaan aksi namemitigasi
typedengan
size menggunakan
Look up ketiga informasi spasial (IPL, B. STRUKTUR DATA
ATRIBUT
IJL/E dan TK) selain memberikan arahan Tabel Sub lokasi prioritas juga memberikan
Type
beberapa
Lokasi Arahan informasi yang diperlukan untuk membangun sinergi dan integrasi
Kegiatan
programAksidan R01
Pelaksanaan s.d.
kegiatan Shortlintas organisasi
Aksi lingkup Kementerian Lingkungan
Mitigasi Indonesia’s R12
Hidup dan Kehutanan.
Integer
-
Mitigasi ARAHAN
FOLU Net Sink 2030 Indonesia’s
FOLU Net PELAKSANAAN
Dasar:
1. Peraturan REMARK
Catatan Presiden Text
Nomor 100
98
Sink 2030
Tahun 2021 Tentang Penyelengaraan NEK
AKSI MITIGASI
Layer Code LCODE
untuk pencapaian Text
target 12
kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan INDONESIA’S FOLU
Spatial Reference SRS_ID Text
Pengendalian Emisi GRK dalam
50
50 Pembangunan Nasional.
NET SINK 2030
Metadata METADATA Text
2. Keputusan MenteriLHK Nomor 168/MENLHK/PKTLPLA.1/2/2022 Tentang
Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 untuk
Pengendalian Perubahan Iklim.
Produsen Data: -
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Internal KLHK
• Produsen Data Geospasial
• Non Produsen Data Geospasial
EKSTERNAL KLHK
• Kementerian/Lembaga
• Pemerintah Daerah
• Perguruan Tinggi
• Publik
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Internal KLHK
• Produsen Data Geospasial
Internal KLHK
• Non Produsen Data Geospasial
Eksternal KLHK
Bagi unit kerja eksternal KLHK, maka
dapat mengirimkan surat
permohonan data spasial yang
ditujukan kepada Direktur IPSDH atau
Kepala BPKHTL setempat yang
disertai dengan email dan kontak yang
dapat dihubungi, serta
menandatangani BAST datin.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
10 Peta Rawan Erosi skala 1:50.000 Dit. PPPDAS B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
11 Peta Lahan Kritis skala 1:50.000 Dit. PPPDAS B12 setiap tahun Terkompilasi Proses
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
T E M AT I K K L H K 14
Peta Daya Dukung Daya Tampung
Lingkungan Hidup (DDDTLH) minimal Dit. PDLKWS B12 setiap tahun Proses Proses
DALAM KEBIJAKAN SATU PETA (KSP) skala 1:50.000
Peta Pemantauan Sampah Laut skala
15 Dit. PPKPL B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
1:250.000
Peta Penetapan Kawasan Hutan pada B03, B06, B09, B12
16 Dit. PPKH Terkompilasi Terintegrasi
skala 1:100.000 - 1:50.000 setiap tahun
Sesuai dengan mandat Peraturan Presiden Nomor Peta Perizinan Berusaha Pemanfaatan
23 Tahun 2021 tentang “Percepatan Pelaksanaan 17 Dit. BUPH B08, B12 setiap tahun Terkompilasi Proses
Hutan minimal pada skala 1:50.000
Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Peta Persetujuan Pengelolaan Hutan
18 Dit. PKPS B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Skala 1:50.000”, terdapat 25 IGT KLHK yang masuk Tanaman Rakyat skala 1:50.000
dalam Renaksi KSP. 19
Peta Kawasan Hutan dengan Tujuan
Dit. RPKHPWPH B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Khusus, minimal pada sakala 1:50.000
Peta Hutan Adat, Minimal pada skala 1 :
20 Dit. PKTHA B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
50.000
B12 setiap tahun atau
Peta Penunjukkan Kawasan Hutan skala
21 Dit. PPKH setiap ada penetapan Terkompilasi Terintegrasi
1:250.000
baru
Peta Indikatif Penyelesaian Penguasaan B08, B12 setiap ada
22 Tanah Dalam Rangka Penataan Dit. PPKH perubahan/penetapan Terkompilasi Terintegrasi
Kawasan Hutan minimal skala 1:50.000 baru
Peta Neraca Sumber Daya Hutan skala
23 Dit. IPSDH B12 setiap tahun Terkompilasi Proses
1:250.000
24 Peta DAS skala 1:50.000 (Klasifikasi DAS) Dit. PPPDAS B08, B12 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
Peta Zonasi Kawasan Konservasi skala
25 Dit. PKK B09 setiap tahun Terkompilasi Terintegrasi
1:50.000
TERIMA KASIH