Disahkan oleh:
Ir. Jusman
NIP. 19641231 199303 1 010
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAAN ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
V. ANGGARAN KEGIATAN 21
VI. PENUTUP 22
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Lore Lindu merupakan kawasan konservasi terbesar di Sulawesi
Tengah yang terletak di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso
dengan luasan 215.733,70 Ha berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam Dan Ekosistem nomor: SK. 456/KSDAE/SET/KSA.0/1
2/2018 tentang Zona Pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Sigi dan
Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah, dan telah mendapat banyak predikat atau
julukan karena potensi dan keunikan yang dimilikinya, diantaranya adalah sebagai
cagar biosfer (tahun 1977 oleh MAB-UNESCO) dan nominasi sebagai “World Heritage
Site” (UNESCO). Kawasan Taman Nasional Lore Lindu memiliki berbagai tipe
ekosistem baik hutan pengunungan bawah, hutan pengunungan atas, dan padang
savana dimana Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu kunci penting dalam
upaya mitigasi perubahan iklim dalam menjaga karbon.
Berdasarkan laporan PT SAMAGATA tahun 2019. TNLL memiliki laju deforestasi
dan degradasi hutan yang relatif rendah. Oleh karena oitu taman nasional lore lindu
diharapkan dapat ikut berkontribusi dalam pencapaian target penurunan emisi nasional
yang tertuang di dalam Nationally Determined Contribution (NDC) di sektor kehutanan.
Terbitnya Peraturan Mentri LHK Nomor: P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2017
tentang Tata Cara Pelaksanaan Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation Role of Conservation, Sustainable Management of Forest and
Enhancement of Forest Carbon Stocks telah memberikan ruang bagi peran konservasi
untuk mendapatkan insentif atas upaya konservasi stok karbon hutan dan/atau
peningkatan stok karbon hutan. Oleh karena itu, fokus mitigasi perubahan iklim di hutan
konservasi yang umumnya memiliki sejarah laju deforestasi dan degradasi hutan yang
relatif rendah perlu diarahkan pada upaya mereprentasikan peran konservasi, dimana
memelihara dan/atau meningkatkan stok karbon di hutan kawasan konservasi berarti
menjamin keberlangsungan jasa lingkungan biodiversitas flora dan fauna, ketersediaan
jasa lingkungan air termasuk perlindungan daerah aliran sungai/ watershed
management, keindahan dan fenomena alam (wisata alam) didalamnya.
Dengan demikian, nilai stok karbon di hutan konservasi tidak cukup hanya didekati
dengan mengukur kuantitas stok karbon yang mengindikasikan besarnya karbon yang
tersimpan atau dapat diserap yang jika tidak dijaga berpotensi sebagai sumber emisi ke
atmosfer, namun juga perlu mempromosikan pendekatan “kualitas” stok karbon yang
dapat merepresentasikan kinerja pengelolaan jasa lingkungan secara terintegrasi.
1
“Kualitas” stok karbon adalah metodologi inovatif yang mengintegrasikan jasa
lingkungan (keanekaragaman hayati, air, keindahan alam) ke dalam stok karbon.
Untuk memastikan aksi mitigasi perubahan iklim di taman nasional berkemanfaatan
dan berkelanjutan maka perlu didorong rasionalisasi pengelolaan taman nasional
berbasis aset ekosistem dan didesain agar dapat mempresentasikan kinerja
pengelolaan jasa lingkungan secara terintegrasi. Maka, sebagai upaya merealisasikan
pengelolaan jasa lingkungan karbon dan pelembagaan REDD+ di taman nasional, perlu
dilakukan upaya melalui integrasi jasa lingkungan ke dalam stok karbon berbasis
ekosistem di taman nasional khususnya di Taman Nasiona Lore Lindu.
2
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Dasar Hukum Tugas dan Fungsi
Dalam kerangka pelaksanaan tupoksi, maka pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian
target kinerja di bidang pengelolaan jasa lingkungan karbon berlandaskan pada
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Persetujuan Paris atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati;
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
5. Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 108 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.18/MenLHK-II/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.20/Menhut-II/2012 tentang
Penyelenggaraan Karbon Hutan.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang Tata Cara Pelaksanaan Reducing
Emissions From Deforestration and Forest Degradation, Role of Conservation,
Sustainable Management of Forest adn Enhancement of Forest Carbon Stocks.
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.71/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Registri
Nasional Pengendalian Perubahan Iklim.
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.72/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengukuran,
pelaporan dan verifikasi Aksi dan Sumberdaya Pengendalian Perubahan Iklim.
11. Surat Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi nomor:
S.21/PJLHK/PJLPK/KSA.3/1/2021 tanggal 22 Januari 2021 hal Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Karbon TA 2021: Intergrasi Jasa Lingkungan ke dalam Stok Karbon
Berbasis Ekosistem di Taman Nasional.
12. DIPA Anggran Balai Besar TN Lore Lindu Tahun 2021
3
B. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan yang simultan mulai
dari persiapan sampai dengan peyusunan dokumen laporan, yaitu :
5
III. METODOLOGI PENGHITUNGAN/PENGUKURAN STOK KARBON
& PENILAIAN JASA LINGKUNGAN DAN ANALISI DATA
6
Gambar 1. Desain plot lingkaran untuk pengukuran stok karbon di hutan rawa
gambut di Indonesia (Kauffman et al, 2016).
Pengukuran stok karbon akan dilaksanakan pada 5 pool karbon berdasarkan IPCC,
2006 sebagai berikut:
1. Karbon atas permukaan
2. Karbon bawah permukaan (akar)
3. Serasah, Tumbuhan Bawah dan Nekromas
4. Kayu mati
5. Tanah
Adapun tata cara pengukuran data dan pengambilan sampel pada PUP untuk
penghitungan biomassa dan stok karbon pada masing-masing pool karbon adalah
sebagai berikut:
7
Selanjutnya, pengambilan sampel pohon dilakukan pada pohon dengan diameter >
20 cm dengan cara membuat potongan kayu dengan ukuran sekitar 5x5x5 cm.
4. Kayu Mati
Pengukuran dan pengambilan sampel kayu mati dilaksanakan dengan menggunakan
metode planar intersect (Gambar 2) yang terdiri dari 4 buah transek sepanjang 12 m
dari titik tengah plot yang dibuat 45º (transek A, B, C, D) garis transek utama
(Kauffman et al., 2016). Pengukuran diameter dilakukan pada kayu mati yang
menyentuh garis transek. Kayu mati yang masih berdiri tegak tidak dihitung dengan
metode ini. Pengukuran dimulai pada jarak 2 m dari titik tengah plot dengan
ketentuan sebagai berikut:
Kayu mati berdiameter > 7,5 cm sound diukur pada jarak 2 – 12 m
Kayu mati berdiameter > 7,5 cm rotten diukur pada jarak 2 – 12 m
Kayu mati berdiameter antara 2,5 – 7,5 cm diukur pada jarak 2 – 7 m
Kayu mati berdiameter antara 0,6 – 2,5 cm diukur pada jarak 7 – 10 m
8
Kayu mati berdiameter < 0,6 cm diukur pada jarak 10 - 12 m
Gambar 2. Lay out pengukuran kayu mati dengan metode planar intersect (Kauffman et
al., 2016).
Ambil sebagian sampel kayu mati pada setiap segmen sesuai dengan ketentuan
untuk dibawa ke laboratorium untuk diketahui berat jenisnya dan dianalisis
kandungan C organiknya.
5. Tanah
Pengukuran cadangan karbon tanah mineral dilakukan dengan menggunakan bor
tanah (soil ring sampler) dengan dimensi ring: diameter: 47.8 mm, tinggi 5 cm.
Sampel tanah mineral diambil pada kedalaman 0-30 cm sebagai berikut:
• 0 – 5 cm
• 5 – 10 cm
• 10 – 15 cm
• 15 – 20 cm
• 20 – 25 cm
• 25 – 30 cm
Timbang dan catat berat basah sampel tanah di setiap plot pada setiap kedalamam,
lalu bawa ke laboratorium dan dikeringkan pada suhu 60 0C sampai mencapai kering
tanur dan dianalisis kandungan C organiknya.
Alat dan perlengkapan untuk pembuatan PUP dan tally sheet pengambilan data untuk
penghitungan karbon dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Cbp = Bbp x % C
Keterangan:
Bbp : biomassa bawah permukaan (kg);
% C : % kandungan karbon, umumnya 0.47 (atau nilai dari laboratorium)
Keterangan:
Bo : berat bahan organik (kg);
Bks : berat kering contoh (kg);
Bbt : berat basah total (kg);
Bbs : berat basah contoh (kg)
c. Perhitungan Biomassa dan Kandungan Karbon Kayu Mati
Kandungan karbon pada kayu mati dihitung dengan menggunakan persamaan:
Ckayumati+pohonmati = B x % C
Keterangan:
B : Biomassa kayu mati (Kg)
% C : % kandungan karbon, umumnya 0.47 (atau nilai dari laboratorium)
11
Perhitungan volume kayu mati dengan diameter < 7.6 cm:
Keterangan:
di : diameter sampel kayu mati pada tiap kelas
n : jumlah total kayu mati pada tiap kelas
Keterangan:
Ni : jumlah kayu mati pada kelas I
QMDi : quadratic mean diameter kelas i (cm)
L : panjang transek (m), (van Wagner 1968; Brown 1971)
Keterangan:
d1, d2, etc. : diameters kayu mati dengan diameter >7.6 cm (cm)
L : panjang transek untuk kelas diameter >7.6 cm (m), (van
Wagner 1968; Brown 1971).
d. Perhitungan Biomassa dan Kandungan Karbon Tanah
Kandungan karbon pada tanah dihitung dengan menggunakan persamaan:
Ct = Kd x ρ x % C
Keterangan:
C Total : Total cadangan karbon
C bap : Cadangan karbon atas permukaan
C serasah : Cadangan karbon serasah
C kayu mati + pohon mati : Cadangan karbon kayu mati dan pohon mati
C bbp : Cadangan karbon bawah permukaan (tumbuhan bawah dan
semai)
C tanah : Cadangan karbon tanah
Keragaman Flora
Keragaman jenis flora pada kajian ini dilakukan dengan menghitung kerapatan jenis
pohon pada plot lingkaran yang juga digunakan dalam pengukuran stok karbon.
Plot yang dipergunakan adalah plot dengan yang berbentuk lingkaran dengan radius
10 meter untuk pengukuran Janis pohon (berdiameter 5 sampai 20 cm) dan tiang
13
(berdiameter 5 sampai 20 cm) dan dii dalam plot lingkaran tersebut dibuat nested
plot dengan radius 2 m untuk mengukur diameter pada pancang (berdiameter2
sampai 5 cm). Dari plot-plot tersebut, dilakukan analisis vegetasi untuk
mendapatkan jenis-jenis dominan dan jenis-jenis komersial yang berada pada tipe
ekosistem yang berkontribusi dalam pembentukan cadangan karbon dan
menghitung kerapatan tiap jenis.
Selain itu data mengenai keragaman flora dapat diperoleh dari studi literature melalui
laporan-laporan hasil kegiatan ataupun hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya.
14
(watershed delineation) yang mencakup titik-titik pengukuran debit air sungai hasil
kegiatan inventarisasi sumber daya air dilapangan.
Data yang digunakan pada analisis potensi jasa air di ekosistem hutan hujan dataran
rendah meliputi: (1) Data DEM (Digital Elevation Model) SRTM 30 meter, (2) Peta
sungai dalam format shapefiie, (3) Peta ekosistem dalam format shapefile, (4) Data
debit air sungai di beberapa stasiun pengamatan (5) data curah hujan, kelembapan
(6) data dan peta tipe tanah (7) data/peta penutupan lahan. Alat yang digunakan
dalam proses pengolahan data adalah ArcGIS yang dilengkapi ekstensi ArcSWAT
untuk tahap pengolahan data-data spasial dan Microsoft Excel yang digunakan untuk
pengolahan data secara tabulasi.
dimana :
SBEx = nilai penduga nilai keindahan pemandangan lanskap ke-x
15
Zx = nilai rata-rata z untuk lanskap ke-x
Zo = nilai rata-rata suatu lanskap tertentu sebagai standar
Nilai ekonomi total pada taman nasional dibedakan menjadi nilai guna ( use value) dan
nilai non guna (non use value). Kajian ini lebih menitik beratkan pada nilai guna. Secara
rinci, nilai-nilai guna diidentifikasi pada kawasan Taman Nasional bukit Baka Bukit Raya
dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
Dimana:
Y : konsumsi air per kepala keluarga (KK) per tahun (liter/tahun)
17
: WTP
: peubah-peubah lainnya yang relevan
: error term
Data jumlah penduduk sekitar kawasan yang memanfaatkan air yang bersumber dari
dalam kawasan dan data pendukung lainnya didapat dari balai taman nasional ataupun
melalui studi literature lainnya.
3. Penghitungan Nilai Ekonomi/Valuasi Jasa Wisata Alam
Untuk memvaluasi jasa wisata alam dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung. Nilai ekonomi jasa wisata
alam dihitung menggunakan rumus:
18
mengunjungi lokasi j
𝑇𝑖𝑗 : Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi
lokasi j
𝑄𝑖𝑗 : Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang
dikunjungi.
𝑆𝑖𝑗 : Karakteristik substitusi yang mungkin ada di daerah lain
𝐹𝑖𝑗 : Faktor fasilitas-fasilitas di daerah j
𝑀𝑖 : Pendapatan dari individu i
Dari ke-tiga nilai guna diatas, dapat diperoleh nilai ekonomi total Taman Nasional
Bukit Baka Bukit Raya, yaitu:
Dimana:
: Nilai ekonomi total (Rp)
: Nilai guna langsung berupa nilai jasa wisata alam (Rp)
: Nilai guna tidak langsung berupa nilai jasa air (Rp)
: Nilai pilihan berupa nilai biodiversitas flora dan fauna (Rp)
Keterangan:
𝑃𝐶 : Harga C-stok di taman nasional
Cstok :Stok karbon dalam CO2 equivalen
TEV : Nilai total ekonomi
19
IV. LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN
A. Lokasi
No Kegiatan Lokasi Pelaksanaan
1 2 3
1. Inhouse Training (Pengukuran/Perhitungan Karbon Hotel di Palu, Sulawesi Tengah
dan Penilaian Jasling Berbasis Ekosistem)
2. Pengukuran/Perhitungan Karbon dan Penilaian Jasling 1. Resort Doda SPTNW VI Wuasa BPTNW III Poso
Berbasis Ekosistem 2. Resort Tongoa, SPTNW III Tongoan, BPTNW III Makmur
3. Konsinyasi/Analisis Data Pengintegrasian Jasling ke Kantor Balai Besar TN Lore Lindu dan Direktorat PJLHK Bogor
Dalam Stok Karbon Berbasis Ekosistem
4. Ekspose Dokumen/Telaahan Hasiol Perhitungan Manggala Wanabakti, Jakarta
Jasling Berbasis Karbon Berdasarkan Tipe Ekosistem
B. Waktu Pelaksanaan
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pembentukan tim kerja dan penunjukan
tenaga ahli TN. Lore Lindu
Sosialisasi dan Inhouse Training
Penghitungan/Pengukuran stok karbon dan
penilaian Jasa Lingkungan TNLL
Analisis data dan Konsinyasi Penyusunan
Draft Laporan Integrasi TNLL
Ekspose dokumen/telaahan hasil Integrasi
TNLL
20
V. ANGGARAN KEGIATAN
22
Lampiran 1. List Perlengkapan Pembuatan Plot Sample Permanen (PSP)
Kegiatan Integrasi Jasa Lingkungan Ke Dalam Stok Karbon Berbasis Ekosistem di
Taman Nasional