Anda di halaman 1dari 31

BAB I

GAMBARAN UMUM

1.1 Umum

Profil daerah dalam penyusunan Bisnis Plan Air Bersih PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya ini tidak dibatasi oleh batas administrasi, tetapi
mencakup semua wilayah pelayanan sistem penyediaan air bersih PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya yaitu mencakup Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya. Berikut data administrasi Tasikmalaya, secara umum memiliki luas
lahan ± 271.242,71 Ha. Terdiri dari 39 Kecamatan dan 351 Desa. Kebijakan
otonomi darah menuntut Pemerintah Daerah untuk dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dan mengembangkan kemampuan daerah
secara lebih mandiri.

Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk lebih


mengoptimalkan pengelolaan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di
wilayahnya. Ketersediaan Air Bersih merupakan kebutuhan dasar,
perkembangan pembangunan dan pertambahan penduduk menimbulkan
permasalahan baru terhadap kondisi sarana dan prasarana Sistem Penyediaan
Air Bersih.

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan


Sistem Penyediaan Air Minum, Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Komitmen Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebagai dasar pencapaian target
pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, yang perlu
disikapi dan direspon oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya mempunyai tanggung jawab untuk dapat memenuhi
kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota dan Kabupaten Tasikmalaya
dengan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi syarat.
1.2 Latar Belakang PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya

1.2.1 Sejarah

Sistem penyediaan air bersih Kabupaten dan Kota Tasikmalaya


sebenarnya sudah ada sejak tahun 1925, sejak jaman Belanda. Air bersih yang
didistribusikan berasal dari sumber mata air Cibunigeulis yang terletak di Desa
Cibunigeulis Kecamatan Indihiang. Debit produksi saat itu sebesar ± 20
liter/detik dan ditampung dulu di reservoar air 400 M3 sebelum didistribusikan
kepada 1500 pelanggan di Kota tasik. Dengan jumlah pelanggan hanya 1500
pelanggan, maka debit produksi berlebih dan dimanfaatkan untuk tempat wisata
kolam renang Gunungsinga.

Pengelolaan pelayanan air bersih tersebut dilakukan oleh pihak Belanda


dan setelah Indonesia merdeka, pengelolan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Tasikmalaya.

1.2.2 Legalitas

Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Tasikmalaya


didirikan pada tanggal 11 Juni 1975 dan ditetapkan berdasarkan Perda No. 7
tahun 1975 yang disahkan oleh Gubernur Jawa Barat dengan SK No.
210.33/HK/-011/SK/76 tanggal 14 Januari 1976 dan diundangkan dalam
Lembaran Daerah No. 3 Tahun 1977 seri C.

Sesuai dengan bentuk hukumnya PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya


sudah merupakan suatu lembaga otonomi dan merupakan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD). Dengan demikian seluruh pengelolaan kegiatan perusahaan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan. Hubungan dengan
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sebagai pemilik perusahaan
diformulasikan dalam bentuk penetapan Pemkab sebagai Badan Pengawas.
Pada tanggal 15 Agustus 2003 berdasarkan SK Bupati No. 539/Kep.234-
EK/PDAM/2002 PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya ditetapkan namanya
sebagai “PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya”.

PDAM sebagai perusahaan milik pemerintah daerah memiliki tugas


utama dalam pengelolaan dan penyediaan air minum, berikut adalah fungsi dari
PDAM :

 Perencanaan dan pengelolaan penyediaan air dengan kualitas air


minum.

 Pengoperasian dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum.

 Pengendalian terhadap pelaksanaan program pengembangan pelayanan


sistem penyediaan air minum.

Berdasarkan tugas-tugas dan tanggung jawab PDAM tersebut di atas,


maka secara garis besar tujuan PDAM adalah :

Membangun dan meningkatkan pelayanan penyediaan air minum secara


seimbang dan merata, berlandaskan kegiatan yang sedang berlangsung dan
mendukung perkembangan ekonomi daerah.

Dalam mencapai tujuannya, PDAM dapat melakukan kerjasama dengan


pihak-pihak lain, setelah memperoleh persetujuan.

1.3 Visi Dan Misi

Visi PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya memiliki Visi, yaitu :


Menjadikan PDAM Tasikmalaya sebagai penyedia Air Bersih yang terbaik
melalui pengelolaan dan pelayanan yang profesional.
Sedangkan Misinya adalah, sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
2. Meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih bagi masyarakat
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
4. Menyediakan salah satu sarana penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
1.4 Potensi Permasalahan
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta
mengembangkan sistem pelayanan PDAM perlu dilakukan beberapa
terobosan. Dalam menentukan terobosan-terobosan tersebut perlu diketahui
permasalahan apa saja yang timbul saat ini yang dapat menghambat kinerja
dan performa PDAM. Berikut ini potensi permasalahan yang ada di PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya, diantaranya :

1. Kehilangan/kebocoran air
2. Kapasitas Produksi
3. Cakupan Pelayanan
4. Sarana dan Prasarana

Semua potensi di atas berkaitan dengan pembangunan komponen air


bersih yang dalam hal ini memerlukan investasi.
Gambar 1.1 Kerangka kebijakan SPAM Nasional Dan Sasaran yang akan dicapai
KEBIJAKAN
ARAH KEBIJAKAN
CAPTIVE MARKET
(Penduduk tidak miskin) PENDANAAN
PENDUDUK AKSES AIR MINUM KELEMBAGAAN PERATURAN
NON PERPIPAAN TERLINDUNGI & PERUNDANG-UNDANGAN 1. Meningkatkan alokasi dana
67,94 jt jiwa pembangunan SPAM melalui
Kota: 30,84 jt jw; Desa: 37,10 jt jw 1. Memperkuat Fungsi Regulator dan pengembangan alternatif sumber
PENDUDUK AKSES AIR MINUM Operator dalam Penyelenggaraan dan pola pembiayaan

N O N PE R P IP A A N
NON PERPIPAAN TDK TERLINDUNGI SPAM
80,82 jt jiwa 2. Menerapkan Prinsip 2. Memperkuat kemampuan finansial
Kota: 36,68 jt jw; Desa: 44,14 jt jw Kepengusahaan pada Lembaga PDAM SASARAN SASARAN
Penyelenggara RPJMN 2004-2009 MDG TAHUN 2015
3. Penyusunan Peraturan
MASY. BERPENGHASILAN
Perundangan
RENDAH (MBR) AKSES AIR MINUM
KONDISI AIR MINUM (Penduduk miskin) PERPIPAAN NASIONAL
INDONESIA PENDUDUK AKSES AIR MINUM 55,63 jt jiwa (24,08%)
TAHUN 2004 NON PERPIPAAN TERLINDUNGI Kota: 17,15 jt jiwa (21,64%)
13,40 jt jiwa Desa: 21,59 jt jiwa (31,19%)
Kota: 4,21 jt jw; Desa: 9,19 jt jw Kebutuhan
PENDUDUK AKSES AIR MINUM 213.000 lpd
NON PERPIPAAN TERLINDUNGI PENDUDUK AKSES AIR MINUM
NON PERPIPAAN TDK TERLINDUNGI PENINGKATAN CAKUPAN DAN KUALITAS (tambahan 115.000 lpd) 71,14% PDDK
81,34 juta jiwa (37,47%)
15,93 jt jiwa INDONESIA
Kota: 5,01 jt jw; Desa: 10,92 jt jw MENGURANGI AKSES AIR AKSES AIR MINUM
PENDUDUK AKSES AIR MINUM 1. Meningkatkan cakupan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap
MINUM TIDAK AMAN
NON PERPIPAAN TDK
TERLINDUNGI Perpipaan
TERLINDUNGI 2. Menurunkan kehilangan air teknis melalui perbaikan dan rehabilitasi
Dari 45% menjadi 37% Non perpipaan
96,75 juta jiwa (44,57%)
10,28 jt jiwa terlindungi
3. Memprioritaskan pembangunan untuk masyarakat berpenghasilan rendah
PENDUDUK AKSES AIR MINUM
(174,71 juta jiwa)
PERPIPAAN SEBAGIAN BESAR DIKELOLA OLEH
38,99 juta jiwa (17,96%) PDAM YANG JUMLAHNYA 318 PDAM MENINGKATKAN JUMLAH
Kota: 30,82 jt jw (32,84% Pddk Kota) 312 PDAM, 3 BPAM & 3 PAM SWASTA, PDAM DGN KATEGORI
Desa: 8,56 jt jw (6,95% Pddk Desa) dengan kategori sebagai berikut: SEHAT MENJADI 33%
P E R P IP A A N

Kapasitas produksi eksisting; PDAM SEHAT 38 PDAM


105.000 lpd (12%)
KUALITAS & KEBERLANJUTAN
PERAN SERTA MASYARAKAT
(1,7 jt SR) 10,1 jt jiwa AIR BAKU
MENURUNKAN
PDAM KURANG SEHAT 73 PDAM Meningkatkan peran serta masyarakat
1. Meningkatkan penyediaan air baku TINGKAT KEHILANGAN
(23%) dan swasta dalam penyelenggaran
untuk kebutuhan air minum AIR MENJADI 20%
(2,8 jt SR) 16,7 jt jiwa SPAM
PDAM SAKIT 207 PDAM
2. Meningkatkan pengelolaan
(65%)
sumberdaya air terpadu berbasis
(2,1 jt SR) 12,7 jt jiwa
wilayah sungai

3. Perlindungan Air Baku dari


pencemaran
1.5 Program Stimulan 10. 000 Pelanggan
1.6 Maksud Dan Tujuan Program Stimulan 10.000 Pelanggan
BAB II

KONDISI EKSISTING PDAM TIRTA SUKAPURA TASIKMALAYA

2.1 Gambaran Umum

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan, untuk itu
dalam melangsungkan kehidupannya manusia memerlukan air yang baik,
dalam arti layak untuk digunakan, yaitu air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan. Selain kualitas dan kuantitas, air bersih pun diperlukan masyarakat
untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari baik itu untuk air minum, mandi,
cuci dan lain-lain. Air bersih tidak hanya diperlukan oleh masyarakat (keperluan
domestik), tetapi tempat-tempat Komersil maupun Industri sangat perlu akan air
bersih (keperluan non domestik).

Perancangan sistem air bersih membutuhkan data yang cukup mengenai


volume dan debit air yang dialirkan serta hubungannya dengan jumlah
penduduk dan periode perancangan. Fungsi dasar dari suatu perancangan
adalah memproyeksikan jumlah penduduk dengan menginterpretasikan
perkembangan sosial dan ekonomi di daerah perancangan serta
memperkirakan kebutuhan air dimasa yang akan datang.

2.2 Cakupan Pelayanan

Pelayanan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura


Tasikmalaya meliputi Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dengan jenis pelayanan
kepada pelanggan dilakukan melalui sambungan rumah dan hidran umum.
A. Sistem regional

Sistem pelayanan pada sistem regional terdiri dari 6 cabang dan unit IKK
yaitu : cabang Tasikmalaya, Cabang Cibeureum, Cabang Singaparna, Unit IKK
Leuwisari, Unit IKK Kawalu, dan unit IKK Manonjaya.

B. Sistem Unit IKK

Sistem pelayanan pada daerah studi untuk sistem unit IKK terdiri dari
unit IKK Salawu, Cabang Indihiang, Unit IKK Karangninggal, Unit IKK
Bantarkalong, Unit IKK Cineam, Unit IKK Rajapolah, Unit IKK Cibalong, Unit
IKK Pagerageung, dan Unit IKK Ciawi.

Jumlah sambungan pelanggan saat ni sebesar 30.916 sambungan,


dimana jumlah sambungan rumah (SR) sebanyak 30.753 unit SR dan Hidran
Umum (HU) sebanyak 163 unit HU. Sambungan rumah aktif (SR aktif) saat ini
sebanyak 39.206 unit SL.

Jumlah penduduk yang terlayani dengan sistem tersebut di atas ±


230.381 jiwa dari jumlah penduduk daerah pelayanan sebesar ± 524.738 jiwa.
Sehingga cakupan pelayanan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya saat ini
mencapai sebesar ± 44 % dimana cakupan pelayanan Kota Tasik sebesar ±
47.36 % dan Kabupaten Tasikmalaya sebesar ± 38 %.

Jika dilihat dari jumlah penduduk Kota dan Kabupaten secara


keseluruhan sesuai dengan data BPS 2006, maka cakupan pelayanan air
bersih PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya baru mencapai ± 10 %. Selain
dengan menggunakan SR dan HU PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya juga
menggunakan tanki air untuk melayani pelanggan sesuai dengan permintaan.

Untuk masyarakat daerah pelayanan yang belum tersentuh pelayanan


air bersi PDAM, umumnya menggunakan sumber air tanah berupa sumur
dangkal. Berdasarkan kondisi di lapangan umunya kualitas ait sumur
masyarakat tersebut secara visual cukup jernih dan tidak berbau/berasa.
2.3 Sumber Dan Potensi Air Baku

Dalam pemilihan dan penentuan sumber air yang akan dijadikan sebagai
sumber air baku untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya digunakan kriteria sebagai berikut :

 Sumber air baku memiliki kuantitas yang cukup, artinya pengambilan air
untuk keperluan air bersih tidak mengganggu tataguna perairan yang ada
sekalipun pada saat kondisi debit minimum (kemarau).

 Sumber air memliki kualitas air sesuai standar kualitas air baku untuk air
bersih sehingga masih dapat diolah dengan teknologi pengolahan yang ada
dan familiar sehingga secara teknis dan biaya dianggap layak.

 Lokasi sumber air berada tidak jauh dari daerah pelayanan dan
diprioritaskan yang memiliki elevasi menguntungkan sehingga pengaliran
dapat dilakukan secara gravitasi tanpa menggunakan pompa. Lokasi
sumber air juga harus memilki aksesibilitas untuk memudahkan
pembangunan.

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Tasikmalaya memiliki 14


(empat belas) sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yang tersebar
di seluruh wilayah PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya, yang terdiri dari 11
sumber air dari mata air dan 3 sumber air dari air permukaan seperti
ditampilkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Sumber Air Baku PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya
2.3.1 Rekomendasi Sumber Air Baku

Berdasarkan rencana induk PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya sumber


air baku yang diusulkan sebagai sumber air baku pengembangan PDAM adalah
:

a. Sumber Air Permukaan

Sumber air permukaan yang dianggap layak teknis dan non teknis untuk
dijadikan sebagai sumber air baku pengembangan sistem penyediaan air
regional PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya adalah sungai Cikunten dengan
pertimbangan, sebagai berikut :

 Secara kuantitas sumber ini memiliki debit relatif besar sehingga bila
disadap untuk keperluan air bersih sampai akhir tahun perencanaan masih
tidak memberikan dampak kepada tataguna perairan saat ini dan kedepan.

 Secara kualitas sumber ini memiliki kualitas fisik, kimia dan bakteriologis
yang masih memenuhi persyaratan baku mutu sumber air baku sehingga
masih dapat diolah.

 Berdasarkan data yang ada, debit air sungai ini ada sepanjang tahun dan
belum pernah kering pada saat musim kemarau panjang sekalipun. Dengan
demikian sumber ini memiliki kontinuitas yang dapat diandalkan.

 Lokasi sumber air dekat dengan sumber air baku sistem penyediaan air
bersih regional Cipondok dan memiliki aksesibilitas cukup baik, sehingga
tidak akan menyulitkan dalam pembangunan.

 Lokasi sumber memiliki elevasi yang menguntungkan yaitu ± 610 mdpl,


sehingga pengaliran air bisa dilakukan secara gravitasi tanpa menggunakan
pompa.
b. Sumber Mata Air

Sumber air mata air yang diusulkan menjadi salah satu sumber air
pengembangan sistem penyediaan air bersih regional PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya adalah mata air Cipondok dan mata air Cikawali. Mata air
Cipondok merupakan sumber air baku sistem regional eksisting yang masih
memiliki sisa kapasitas sebesar ± 267,73 liter/detik. Mata air Cikawali berada
dekat dengan mata air Cipondok dengan elevasi ± 606 dan memiliki kapasitas
yang bisa dimanfaatkan sebesar ± 40 liter/detik.

2.4 Kapasitas Produksi Dan Distribusi

Sistem penyediaan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya, saat ini memiliki total kapasitas produksi sebesar ± 376,69
liter/detik yang terdiri dari 4 unit cabang dan 14 unit IKK.

2.4.1 Unit produksi

Unit produksi yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura dapat


dikelompokan sebagai berikut :

A. Sistem Regional

Unit produksi untuk sistem regional yang berada di sekitar sumber air
baku mata air Cipondok Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi yang meliputi :

 Bangunan pengolahan air berupa CO2 removal

 Chlorinasi dan reservoar air bersih


B. Sistem Unit/IKK

Unit produksi untuk sistem unit/IKK umumnya adalah hanya chlorinasi


saja, kecuali untuk unit yang menggunakan sumber air baku sungai
menggunakan pengolahan lengkap.

Secara lengkap unit produksi dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2.2 Unit Produksi Sistem Unit/IKK PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya

2.4.2 Unit Distribusi

A. Sistem Regional

Pada sistem regional jumlah dan kapasitas reservoar yang ada adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Unit Distribusi Sistem Regional PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya

B. Sistem Unit/IKK

Sistem distribusi air bersih dari unit produksi ke pelanggan di daerah


pelayanan menggunakan sistem jaringan perpipaan dengan pengaliran
umumnya secara gravitasi, kecuali pada unit Salawu, unit Karangnunggal dan
unit Bantar Kalong. Sebelum air bersih didistribusikan ke pelanggan terlebih
dahulu ditampung di reservoar air bersih distribusi masing-masing unit IKK.

2.5 Kendala Pelayanan

Berikut ini beberapa permasalahan yang terjadi saat ini di PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya :

A. Sistem Regional (Cabang Tasikmalaya, Cabang Cibeureum, Cabang


Singaparna, Unit Kawalu, Unit Leuwisari, dan Unit Manonjaya).

Unit Produksi

 Kapasitas sumber air yang digunakan saat ini, mata air Cipondok
semakin lama debitnya semakin berkurang. Hal ini dimungkinkan karena
telah terjadi perubahan penggunaan lahan di daerah tangkapan air hujan
(Catchment Area) yang mensupplai air ke mata air Cipondok.

 Kinerja CO2 removal menurun akibat penyumbatan pada media


filternya, sehingga kapasitas pengolahan menurun, hal ini terlihat dengan
banyaknya jumlah air yang melimpas keluar dari bak melalui pipa peluap
(over flow Pipe). Dengan banyaknya air yang keluar dari unit CO 2 removal
maka terjadi kehilangan air pada unit produksi dan berakibat kepada volume
air yang didistribusikan juga berkurang.

 Dilakukan tapping pada pipa transmisi unit produksi untuk


keperluan pelayanan air bersih Singaparna dan Leuwisari sehingga
berpengaruh terhadap pola hidrolis baik debit maupun tekanan pada aliran
menuju reservoar induk.

 Sebagian meter induk rusak sehingga perhitungan debit produksi


yang dilakukan saat ini menjadi kurang akurat karena berdasarkan
pendekatan dari pengukuran debit sesaat.

 Reservoir dan BPT tidak difungsikan dan melakukan bypass. Hal


ini oleh PDAM dilakukan dengan harapan mendapatkan tambahan tekanan
yang sangat diperlukan oleh sistem distribusi. Hal ini berakibat pengurangan
fungsi instalasi pengolah air untuk mengatasi fluktuasi pemakaian air
distribusi dan penggunaan ukuran pipa yang tidak sesuai dengan rancangan
yang seharusnya mengikuti siklus pemakaian jam puncak.

Unit Distribusi

 Kehilangan tekanan di darah distribusi tinggi. Hal ini disebabkan karena


banyaknya sambungan baru, percabangan pipa, tapping yang kurang tepat.
Jumlah sambungan baru akan meningkatkan jumlah pemakaian air dan juga
mengurangi tekanan hidrolis air dalam pipa. Demikian juga dengan
banyaknya percabangan pipa, secara teoritis pipa induk distribusi tidak
boleh ditapping untuk melayani pelanggan. Tapping hanya diperbolehkan
dilakukan pada pipa induk distribusi di lokasi yang telah ditentukan
berdasarkan perhitungan tekanan hidrolis. Tapping yang salah di pipa induk
akan mengurangi tekanan hidrolis, terutama di lokasi yang terjauh dari
sumber air/instalasi pengolah air.
 Tingkat kebocoran masih tinggi sebesar 31 %. Kebocoran yang terjadi ini
terdiri dari kebocoran teknis maupun administrasi. Kebocoran teknis
kebanyakan berasal dari banyaknya pipa yang pecah atau bocor (faktor
umur pipa dan jenis pipa = ACP). Selain itu juga banyak meter air pelanggan
yang kurang baik bahkan rusak.

 Pengambilan air untuk sistem baru dilakukan dengan membuat tapping


pada pipa transmisi. Hal ini akan mengurangi kapasitas air yang masuk ke
sistem yang lama.

Unit Pelayanan

 Kebutuhan air bersih di wilayah pelayanan sistem regional terus


meningkat dan pengembangan pelayanan hanya dilakukan melalui tapping
dari pipa eksisting tanpa memperhitungkan dampak terhadap sistem hidrolis
secara keseluruhan sehingga pola aliran pelayanan jaringan berubah
akibatnya aliran air sering tidak lancar dan tekanan di pelanggan jadi
berkurang. Kebocoran air secara teknis juga terjadi akibat meter air
pelanggan banyak tidak berfungsi dengan baik.

B. Sistem Unit/IKK

1. Cabang Indihiang

Unit Produksi

Tidak difungsikannya unit CO2 removal, karena elevasi sumber air lebih
rendah dari unit CO2 removal, sehingga suplai air bersih langsung ke
konsumen tanpa melalui pengolahan.

Unit Distribusi

Tidak dapat melayani konsumen secara maksimal pada saat pemakaian


puncak, karena tidak menggunakan reservoar sedangkan sistem distribusinya
menggunakan sistem gravitasi.
Unit Pelayanan

Tingkat kebocoran yang tidak dapat dihitung secara pasti, karena tidak
adanya meter induk di sumber.

2. Unit Karangnunggal

Unit produksi

Kondisi instalasi sudah kurang layak lagi, karena faktor usia instalasi
yang sudah lebih dari 20 tahun.

Unit Distribusi

Sistem distribusi menggunakan perpompaan, dan pada unit ini tidak


menggunakan meter air baik pada unit distribusi maupun produksi.

Unit Pelayanan

Masih terdapat konsumen yang belum tidak terlayani, karena elevasi


yang tinggi.

3. Unit IKK Bantarkalong

Unit Produksi

Kondisi instalasi sudah kurang layak karena faktor umur instalasi yang
sudah sangat tua, dengan kondisi unit produksi sudah banyak yang rusak.

Unit Distribusi

Sistem perpompaan yang ada hanya mampu melayani bagian selatan


kecamatan Bantarkalong. Kondisi reservoar sudah tidak layak digunakan.

Unit Pelayanan

Konsumen di wilayah tengah dan utara belum dapat terlayani karena


elevasi unit produksi dan unit distribusi Ada posisi terendah.
4. Unit IKK Rajapolah

Unit Produksi

Unit IKK ini tidak menggunakan unit pengolahan, hanya menggunakan


sistem chlorinasi. Hal ini kurang baik untuk kualitas air yang dihasilkan.

Unit Distribusi

Sistem distribusi pada unit ini terdapat permasalahan dimana sistem


pada unit ini menggunakan 4 unit BPT yang kemudian masuk ke reservoar
dengan volume 450 m3, tetapi jalur ini dibypass karena kurangnya tekanan
pada saat masuk ke reservoar. Penyebabnya adalah banyaknya tapping yang
dilakukan pada sistem induk sebelum masuk ke reservoar sehingga sistem
distribusi terganggu.

Unit Pelayanan

Akibat dari banyaknya tapping yang dilakukan pada jaringan induk


sebelum masuk reservoar menyebabkan sistem pelayanan terganggu, dimana
volume dan tekanan air yang diharapkan tidak tercapai. Sistem kehilangan air
pada unit ini juga tidak dapat dihitung dengan akurat karena tidak adanya meter
air baik pada unit produksi maupun unit distribusi.

5. Unit IKK Cibalong

Unit IKK Cibalong tidak aktif, karena tidak ada sumber air yang dapat
digunakan selain itu juga karena reservoar distribusi berada pada elevasi yang
cukup tinggi, sehingga sulit untuk mensuplai air ke reservoar. Tidak aktifnya unit
IKK ini menyebabkan aset PDAM banyak yang diambil masyarakat baik aset
reservoar maupun aset jaringan pipa distribusi.

6. Unit IKK Cineam

Unit IKK Cineam tidak aktif, karena tidak ada sumber air yang dapat
digunakan.
7. Unit IKK Pagerageung

Unit Produksi

Sumber air berasal dari mata air Cipanyusupan dengan broncaptering


dan kemudian chlorinasi. Pada unit ini juga tidak menggunakan CO 2 removal,
dimana sistem yang digunakan pada unit ini hanya broncaptering dengan
chlorinasi dan langsung didistribusikan.

Unit Distribusi

Sistem distribusi unit IKK ini menggunakan BPT tetapi di bypass dengan
alasan kurang tekanan didalam pipa untuk sampai ke reservoar.

Unit Pelayanan

Sistem pelayanan di pegerageung tidak dapat maksimal untuk saat ini.


Elevasi unit distribusi terletak pada leavasi terendah pada kecamatan
Pagerageung. Saat ini pelayanan di IKK Pagerageung menggunakan sistem
gravitasi sehingga dengan sistem yang ada wilayah yang dapat dilayani masih
hanya disekitar titik suplai.

8. Unit IKK Salawu

Unit Produksi

Kapasitas produksi yang terpasang di unit IKK Salawu sebesar 16 l/dtk,


dimana sistem poduksi menggunakan sistem perpompaan dengan sumber air
berasal dari Cisitu dan Cibatur. Sistem pengolahan di unit IKK ini hanya
menggunakan chlorinasi yang kemudian langsung didistribusikan.

Unit Distribusi

Sistem distribusi pada unit IKK Salawu menggunakan sistem


perpompaan dikarenakan elevasi daerah pelayanannya makin naik.
Unit Pelayanan

Daerah pelayanan yang ada pada saat ini berdasarkan pada


kemampuan pompa distribusi yang ada. Permasalahan PDAM disini adalah
investasi dalam membiayai sistem yang menggunakan pompa.

9. Unit IKK Ciawi

Unit Produksi

Sumber air berasal dari 2 (dua) mata air yaitu mata air sangiang dan
mata air Cihaneut dengan broncaptering. Permasalahan terdapat pada sumber
air Cihaneut dimana debit mata air tidak dapat diandalkan pada saat musim
kemarau, sedangkan untuk mata air Sangiang saat ini masih bermasalah
dengan masyarakat sekitar.

Unit Distribusi

Sistem distribusi Unit IKK Ciawi ini menggunakan reservoar dengan


sistem gravitasi.

Unit Pelayanan

Daerah pelayanan yang dilayani belum sampai ke daerah dengan


elevasi lebih tinggi. Untuk melayani daerah yang lebih tinggi. Untuk melayani
daerah yang lebih tinggi harus menggunakan penambahan sistem dengan
sistem perpompaan. Pada unit IKK Ciawi jumlah kehilangan air dihitung
berdasarkan lapangan, karena meter air untuk distribusi dan konsumen masih
aktif.
BAB III

KONSEPSI PENGEMBANGAN PDAM TIRTA SUKAPURA TASIKMALAYA

3.1 Indikasi Program

Didasari oleh permasalahan seperti diuraikan di atas dan juga


didasarkan oleh kebutuhan air bersih, maka strategi pengembangan PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

 Optimalisasi sistem Eksisting

 Pengembangan sistem Penyediaan Air Bersih

3.1.1 Optimalisasi system Eksisting

Optimalisasi sistem eksisting meliputi perbaikan pada unit produksi,


distribusi dan unit pelayanan.

A. Unit Produksi

 Perapihan system pengambilan/tapping pada unit produksi untuk


pelayanan air bersih singaparna dan Leuwisari.

 Pengambilan air bersih untuk Singaparna dan Leuwisari dilkaukan


langsung dari unit CO2 removal tidak dari tapping pipa antara CO 2 removal
dan BPT.

 Memfungsikan kembali reservoir induk Gn. Tajur untuk pelayanan


Cabang Tasik, Cibeureum, Kawalu dan Manonjaya.

 Memfungsikan kembali BPT C.


B. Unit Distribusi

 Pembenahan tapping pelayanan dari pipa induk (transmisi) air bersih.

 Reanalisa hidrolis pembebanan jaringan sesuai dengan kondisi


eksisting.

 Penurunan kebocoran melalui :

a. Penggantian berkala Kran dan meter air pelanggan,


terutama meter air yang rusak atau hilang.

b. Melakukan tes bend air dan program kalibrasi meter air.

c. Penggantian pipa berusia diatas 20 tahun secara


bertahap mulai dari pipa transmisi sampai pipa induk distribusi.

d. Pemasangan meter induk di setiap cabang atau zona


pelayanan.

e. Zonasi penyediaan air berdasarkan daerah pelayanan.

C. Sumber air Baku

Kapasitas sumber air yang semakin menurun memerlukan alternative


pengganti atau penambahan agar pelayanan PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya tetap terjaga. Perbaikan dan alternative sumber air petensial dapat
dilakukan dengan beberapa program :

 Melakukan perlindungan dan perbaikan pada unit broncaptering.

 Mencari sumber air lain yang letaknya dekat dengan sumber air yang
telah dimanfaatkan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya saat ini.

 Memanfaatkan sumber air lain selain mata air seperti air permukaan dan
air tanah.
 Diharapkan melalui program optimalisasi system eksisting diperoleh
peningkatan kapasitas produksi dan distribusi yaitu :

 Kapasitas produksi sesuai dengan kapasitas terpasang yaitu 300


liter/detik.

 Pemanfaatan kapasitas dari sumber air mata air Cipondok menjadi 420
liter/detik.

 Pendekatan kebocoran air sampai 25 %.

3.2 Strategi Pengembangan Sistem

Pengembangan system penyediaan air bersih PDAM Tirta Sukapura


Tasikmalaya dilakukan secara bertahap, dalam hal ini akan diuraikan tahap
yang sangat urgen untuk pancapaian target tahun 2008 sampai dengan 2010
pada saat ini yaitu dengan program penambahan sambungan, investasi untuk
pembangunan komponen air bersih, dan pemeliharaan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Tasikmalaya secara umum,
perbaikan kualitas pelayanan, dan meningkatkan performa PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya. Program tersebut terkorelasi dengan Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum dan Komitmen Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015 sebagai dasar pencapaian target pelayanan air bersih yang
memenuhi syarat kualitas, kuantitas.

3.3 Rencana Pengembangan system

Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan PDAM Tirta Sukapura


Tasikmalaya pada periode tahun 2008 sampai tahun 2010 sebesar 606
liter/detik, dapat dilihat data kebutuhan air bersih untuk wilayah pelayanan
PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya pada tabel dibawah ini,
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Bersih

A. Unit Air Baku

Sumber air baku terpilih yang akan digunakan untuk pengembangan


penyediaan air minum di PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya adalah :

a. Mata Air

 Mata air Cipondok

Dari mata air ini direncanakan dapat dimanfaatkan sisa kapasitas sebesar 120
L/dtk sampai tahap I perencanaan.

 Mata air Cikawali


Direncanakan dari mata air ini dapat dimanfaatkan sebesar 40 L/dtk.

b. Air Permukaan

 Sungai Cikunten

Direncanakan dari sungai Cikunten dapat memenuhi kebutuhan air


minum sampai dengan akhir tahun perencanaan dimana pemanfaatan sungai
Cikunten dilakukan pada tahap mendesak (2008-2010) sebesar 300 L/dtk.

Tabel 3.2 Rencana Kapasitas Produksi dan Pengambilan Air Baku

B. Unit Produksi

Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas sumber air terpilih untuk


pengembangan penyediaan air bersih di PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya,
maka :

a. Mata Air

Berdasarkan pada data kualitas mata air Cipondok dan mata air
Cikawali, system pengolahannya cukup dengan chlorinasi saja. Untuk sumber
dari mata air biasanya terdapat kandungan CO 2 agresif, sehingga diperlukan
unit CO2 removal dengan aerasi sehingga aman untuk dikonsumsi.

b. Air Permukaan

Sesuai dengan hasil pemeriksaan air sungai Cikunten setelah


dibandingkan dengan standar baku mutu air minum, maka parameter yang
harus diturunkan adalah :

 Warna

 Kekeruhan

 Besi (Fe3+)

 Mangan

 Mikrobiologi

Maka pengolahan yang diperlukan adalah pengolahan lengkap


(complete Treatment).

C. Unit Pelayanan

Rencana pengembangan untuk unit pelayanan adalah meningkatkan


pelayanan pada daerah pelayanan yang sudah pada tahap berikutnya
menambah daerah pelayanan ke daerah terjangkau yang belum mendapat air
bersih. Untuk memenuhi target pelayanan sampai akhir tahun perencanaan
maka dilakukan perencanaan penambahan kapasitas reservoir, sambungan
rumah (SR), dan Hidran Umum (HU). Untuk detail penambahan pada tahap
mendesak (2008-2010) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Rencana Penambahan Kapasitas Reservoar, jumlah SR, dan
Jumlah HU

Dari uraian di atas, maka direncanakan kegiatan untuk memenuhi


kebutuhan pengembangan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya pada tahap
mendesak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sebesar 606 liter/detik,
sebagai berikut :

 Perbaikan Broncaptering Cipondok

 Pembenahan jaringan pipa pada unit produksi

 Uprating CO2 Removal eksisting kapasitas 300 liter/detik

 Pembangunan reservoir baru kapasitas ± 6900 m 3

 Pembangunan pipa interkoneksi antara reservoir 2 x 1100 m 3 ke


reservoir 350 m3.

 Pembangunan pipa pelayanan

 Pembangunan Sambungan Rumah 16087 Unit dan Hidran Umum 239


Unit.
 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air dengan debit 300 liter/detik dari
sumber Sungai Cikunten.

3.4 Kondisi Keuangan PDAM

3.4.1 Kelayakan Finansial

Sasaran dari usulan komponen air bersih adalah untuk mengurangi


tingkat kebocoran, pemanfaatan kapasitas produksi dari system yang ada dan
perluasan pelayanan. Usulan proyek ini didasarkan pada studi kebutuhan,
namun dilakukan beberapa penyesuaian sehubungan dengan kondisi.
Berdasarkan dari hasil analisa perhitungan yang dimuat dalam Tabel Lampiran
Analisa Keuangan terlihat bahwa Nilai Net Present Value (NPV) untuk
komponen air bersih terkait dengan rencana pengembangan air bersih PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya sampai dengan tahun 2010, menunjukan angka
positif yang berarti investasi yang dlikaukan akan memberikan tambahan
pendapatan dari retribusi yang semakin besar dan menguntungkan. Besaran
NVP ini berlaku untuk besaran investasi sebesar Rp. 70.175.000.000,-. Dengan
perkiraan masa teknis 20 tahun. Sedangkan dilihat dari kelayakan
mengembalikan investasi, hasil analisa diatas juga menunjukan tingkat
Financial Rate Of Return (FIRR) adalah sebesar 28,1 %. Angka ini lebih besar
dari asumsi tingkat bunga yang berlaku saat ini yaitu sebesar 9,5 %. Dengan
angka tersebut dapat dikatakan bahwa program penambahan investasi sector
Air Bersih di PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya dapat dikatakan Layak dan
akan Menguntungkan Secara Keuangan.

Mengingat kondisi keuangan PDAM tirta Sukapura Tasikmalaya relative


terbatas, disis lain besaran dan investasi yang diperlukan cukup besar, maka
program ini PERLU dibiayai dari luar PDAM, yaitu dari APBD ataupun pihak
swasta. Untuk mendukung analisa keuangan tersebut, PDAM tirta Sukapura
Tasikmalaya perlu melakukanpeningkatan tariff sebesar 30 % pada tahun 2009
ini dan selanjutnya sebesar 30 % setiap 3 tahun sekali. Analisa lengkap
mengenai kemampuan keuangan PDAM dapat dilihat pada Lampiran analisa
Keuangan.

3.4.2 Affordability

Tingkat affordability adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam


pembayaran pembebanan langsung atas jasa yang diterima dari komponen air
bersih. Hal ini akan dikatakan layak apabila pembebanan maksimum yang
terjadi pada komponene air bersih masih tetap dapat ditanggung oleh
pengguna jasa (rumah tangga) dengan parameter besarnya tagihan bulanan
masih dibawah 4% dari pendapatan rumah tangga.

Dari hasil perhitungan rata-rata pendapatan rangking terkecil di


Kabupaten Tasikmalaya menunjukan bahwa besaran rata-rata iuran air bersih
per bulan tidak melebihi rata-rata kelompok pendapatan terkecil. Dengan
demikian pembebanan tariff dapat dikatakan wajar dan sesuai dengan kriteria
affordability.

3.4.3 Resiko Sub Project

Resiko proyek dianalisa berdasarkan sensirivitas kelayakan proyek perlu


dilakukan untuk mengantisipasi berbagai resiko keadaan kondisi penerimaan
dan biaya. Resiko ini perlu diperhitungkan terhadap factor-faktor sebagai
berikut :

 Adanya kenaikan biaya investasi sebesar 10 %

 Adanya penurunan pendapatan sebesar 10 %

 Adanya kenaikan biaya sebesar 10 % dan penurunan pendapatan


sebesar 10 %.

Hasil analisa terhadap resiko akan memberikan gambaran kelayakan


terhadap kondisi-kondisi di atas, apakah masih layak atau tidak. Hasil
perhitungan analisa resiko proyek yang dapat dilihat pada Lampiran Analisa
Keuangan dengan kondisi-kondisi diatas terhadap nilai FIRR adalah terlihat
sebagai berikut :

Tabel 3.4 Resiko Proyek

Kondisi Nilai FIRR Kriteria

1. Kasus dasar 28,1 Layak

2. Biaya Plus 10 % 24,4 Layak

3. Revenue Minus 10 % 24,1 Layak

4. Biaya Naik 10 %
21,0 Layak
Revenue Minus 10 %
Sumber : Laporan Master Plan PDAM Tirta Sukapura, 2007
BAB IV KESIMPULAN

Kondisi Eksisting

Rencana Penambahan

Rencana Penyebaran

Perkiraan Biaya

BAB VPENUTUP

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai