Anda di halaman 1dari 41

Oleh

Iyan Suwargana
Latar Belakang
Meningkatnya kegiatan di bidang Industri:
kesehatan, pertanian, pertambangan dan
farmasi semakin meningkatnya pengunaan B3
dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan
Jenis dan jumlah B3 yang diproduksi dan
diimpor semakin bertambah mencapai 5,500
jenis, Thn 2011 jumlah B3 yg diimpor melalui
registrasi 308.542.573 ton
Perdagangan ilegal bahan kimia
Ketaatan Pengelolaan B3 dan limbah B3 masih
rendah
Potensi dampak B3 dan limbah B3 terhadap
kesehatan dan lingkungan
2
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN B3 (1)
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
1
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-undang Nomor 19 tahun 2009 tentang Ratifikasi Konvensi


2
Stockohlm

3 Undang-undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan


5
Berbahaya dan Beracun.

PP Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan dan Peredaran


6
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

PP Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya


7
dan Beracun.
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN B3 (2)

Peraturan MENLH No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian


8
Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun

Kepmen Tenaga Kerja Nomor 187 Tahun 1999 Tentang Pengendalian


9
Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

Permen Kesehatan Nomor 472 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya


10
Bagi Kesehatan

Permen Perdagangan Nomor 04 Tahun 2006 Tentang Distribusi dan


11
Pengawasan Bahan Berbahaya.

Permen Perindustrian Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pengawasan


12
Produksi dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri.

PerMen LH Nomor 02 Tahun 2010 tentang Penggunaan Sistem Elektronik


13
Registrasi B3 Dalam Kerangka INSW di KLH
Pasal 58 ayat 1 , UU 32/2009
Setiap orang yang memasukkan kedalam
wilayah NKRI, menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan,
membuang,mengolah dan/atau menimbun B3
wajib melakukan pengelolaan B3.

Pasal 59 ayat 2 , UU 32/2009


Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa,
pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan limbah B3.
LARANGAN DALAM PENGELOLAAN B3

Pasal 69 Ayat 1 UU 32/2009


Setiap orang dilarang :
butir b. Memasukkan B3 yang dilarang
menurut per-UU ke dalam wilayah
NKRI
butir f. Membuang B3 ke PIDANA
KETENTUAN media lingkungan
hidup
Pasal 107 UU 32/2009
Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang menurut per-UU ke
dalam wilayah NKRI, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
tahun dan paling lama 15 tahun dan/atau denda paling sedikit lima
milyar rupiah dan paling banyak lima belas milyar rupiah
ARAH KEBIJAKAN TERKAIT B3
Mendorong penggunaan green chemicals dalam
proses industri & penggunaan lainnya
Melakukan pembatasan & pelarangan
penggunaan bahan kimia berbahaya & beracun
Mengatur ekspor-impor B3 (notifikasi & registrasi)
Melakukan harmonisasi pengaturan dengan
sistem global (GHS, globally Harmonized System))
Pengembangan sistem tanggap darurat
KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN B3
Revisi Peraturan Pemerintah Nomor: 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Teknologi pengurangan emisi boiler industri terkait
Pengelolaan POPs dan effisiensi energy
Penanganan lahan terkontaminasi B3
Penyusunan Nasional Action Plan untuk
pengelolaan merkuri (Pertambangan emas skala
kecil , Atmospheric emission, Products and
processes)
Peningkatan Kapasitas Pengelolaan B3
Kerjasama Internasional dalam Pengelolaan B3
dan Limbah B3 pada tingkat global
Konvensi Internasional
Pengtauran
lintasas batas
Penghentian dan
limbah B3
atau
pembatasan
Stratregic bahan kimia
Sdh diratifikasi Approach to bersifat POPs
International
Chemical
Management Sudah diratifikasi
(SAICM) thn 2009

Konvensi Roterdam (PIC)


Global
Mercury
Pengaturan lintas
Dalam proses ratifikasi batas/trading pestisida dan
bahan kimia tertentu
Konvensi Stockholm tentang POPs
Persisten Organic Pollutants

Konvensi Stockholm diadopsi tanggal 22 Mei 2001 di


Stockholm, Swedia
Tujuan Konvensi yaitu melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup dari bahan pencemar organik yang
persisten dengan cara membatasi produksi dan
penggunaan POPs, mengurangi atau menghapuskan POPs
dan UPOPs, serta mengelola timbunan bahan serta limbah
POPs yang berwawasan lingkungan
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Stockholm
tanggal 28 September 2009.
KONVENSI ROTTERDAM DI INDONESIA

Indonesia sedang dalam proses ratifikasi Konvensi


Rotterdam, namun demikian prosedur pemberitahuan
dini (notifikasi) sudah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Notifikasi dalam PP No. 74 Th. 2001, berlaku untuk B3
yang terbatas dipergunakan namun tidak sepenuhnya
mengacu kepada Konvensi Rotterdam, contoh impor
merkuri untuk dipergunakan di bidang selain pestisida
tetap wajib mengikuti prosedur notifikasi, sedangkan
dalam Konvensi Rotterdam tidak diperlukan prosedur
notifikasi.
Tujuan Pengelolaan B3

Mencegah dan/atau mengurangi resiko dampak


ditimbulkan B3 sehingga tidak menyebabkan
pencemaran dan gangguan thd lingkungan hidup,
kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Prinsip 1. Minimisasi Penggunaan B3,


2. Pengelolaan secara benar (produksi; penyimpanan;
penggunaan; pengangkutan; pengedaran; dan
pembuangannya)
3. Berpegang pada prinsip pemb. Berkelanjutan &
peningkatan kualitas hidup manusia
Keterkaitan Pengelolaan B3 dengan Limbah B3
Importer B3

trasport
trasport limbah
Penghasil/

Manajemen Limbah B3
Produsen
Pengguna

trasport Industri Limbah


trasport

Gudang/ Pertanian
Exporter B3
menyimpan Kesehatan.
Tambang
dan lain-lain
limbah
Distributor/
mengedar
trasport
trasport

PP 18/1999 ttg
PP 74/2001 ttg Pengelolaan B3 PLB3

13
DEFINISI B3
(UU No. 32/2009
2/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Hidup)

Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya


disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung, maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup dan/atau,
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Definisi Pengelolaan B3

PP 74/2001:

Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang


menghsilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau
membuang B3
KLASIFIKASI B3

Karakteristik B3: Karakteristik LB3:

a) mudah
a) Mudah meledak (explosive) meledak;
b) Pengoksidasi (oxidizing)
c) Sangat mudah sekali menyala (extremely b) mudah
flammable) terbakar;
d) Sangat mudah menyala (highly flammable)
e) Mudah menyala (flammable) c) bersifat reaktif;
f) Amat sangat beracun (extremely toxic)
g) Sangat beracun (highly toxic) d) beracun;
h) Beracun (moderately toxic)
i) Berbahaya (harmful) e) menyebabkan
j) Korosif (corrosive) infeksi; dan
k) Bersifat iritasi (irritant)
l) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the
environment) f) bersifat korosif.
m) Karsinogenik (carcinogenic)
n) Teratogenik (teratogenic)
o) Mutagenik (mutagenic)
KLASIFIKASI B3 BERDASARKAN DRAFT PERUBAHAN
mengacu GHS
a. bahaya fisik b. bahaya terhadap kesehatan
1. eksplosif (mudah meledak) ; 1. toksisitas akut ;
2. gas mudah menyala ; 2. korosi/iritasi kulit ;
3. aerosol mudah menyala ; 3. kerusakan/iritasi serius pada mata ;
4. cairan mudah menyala ; 4. sensitifitas pernafasan atau kulit ;
5. padatan mudah menyala ; 5. mutagenasi sel induk;
6. bahan dan campuran yang jika 6. karsinogenisitas;
kontak dengan air melepaskan gas 7. toksik terhadap reproduksi;
mudah menyala ; 8. toksisitas sistemik pada organ sasaran
7. Bahan dan campuran swapanas ; spesifik setelah paparan tunggal ;
8. gas pengoksidasi ; 9. tokisitas sistemik pada organ sasaran spesifik
9. cairan perngoksidasi ; setelah paparan berulang;
10. padatan pengoksidasi ; 10. bahaya aspirasi.
11. pengoksidasi organik ;
12. bahan dan campuran yang swareaktif c. bahaya terhadap lingkungan
;
13. cairan pirofirik ;
bahaya terhadap lingkungan akuatik
14. padatan pirofirik ;
15. gas dibawah tekanan; dan ozon
16. korosif pada logam. 17
IDENTIFIKASI / PENGGOLONGAN B3

B3 yang dapat digunakan :


1
(lampiran I ada 209 macam B3 Dapat
dipergunakan
Bebas di impor, hanya diberikan nomor registrasi

B3 yang terbatas digunakan


2
(lampiran II tabel 1, 45 macam B3) Terbatas
dipergunakan
Impor, dibutuhkan notifikasi dan registrasi

B3 yang dilarang digunakan


3
(lampiran II tabel 2, 10 macam B3 Dilarang
dipergunakan
Dilarang produksi, impor, dan digunakan
B3 YANG TIDAK TERMASUK LINGKUP PP 74/2001 DAN PROSEDUR PIC
PP 74/2001, Pasal 3 PROSEDUR PIC
1 Makanan dan minuman serta bahan Bahan kimia untuk makanan tambahan
tambahan makanan lainnya
2 Perbekalan kesehatan rumah tangga dan Obat-obatan kesehatan termasuk untuk
kosmetik manusia dan hewan
Bahan Pangan
3 Bahan sediaan farmasi, narkotika, Obat-obatan narkotik dan bahan
psikotropika dan prekursornya serta zat psikotropika
adiktif lainnya
4 Hasil produksi tambang serta minyak dan -
gas bumi dan hasil olahannya
5 Senjata kimia dan biologi -
6 Bahan Radioaktif Bahan radioaktif
7 Bahan Peledak -
8 - Bahan kimia yg secara kuantitatif kurang
berpengaruh bagi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup
Pengawasan pengelolaan B3
Pasal 28, PP No. 74 Tahun 2001
Wewenang pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3
dilakukan oleh instansi yang bertanggungjawab dan
instansi yang berwenang sesuai dengan bidang tugas
masing-masing.
Dalam hal tertentu, wewenang pengawasan terhadap
kegiatan pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat diserahkan menjadi urusan daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota
Penyerahan wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan atau instansi yang berwenang di
bidang tugasnya masing-masing.
Instansi terkait dalam
Pengelolaan dan pengawasan
Bahan Bebahaya dan Beracun (B3)

KLH
dll. Kementerian
Kesehatan

Bea Cukai
B3 Badan POM

Kementerian Kementerian
PerdaganganKementerian Pertanian
Perindustrian
KOMISI B3
Bertugas untuk memberikan saran atau
pertimbangan kepada Pemerintah yang
berhubungan dengan pengelolaan B3
Anggotanya terdiri dari wakil instansi yang
berwenang, instansi yang bertanggung
jawab, instansi terkait, perguruan tinggi,
organisasi lingkungan dan asosiasi
Ditetapkan dengan Keppres
INSTRUMEN PENGAWASAN B3

Registrasi Notifikasi MSDS/LDK, Simbol


INSW Dan Label

Produsen atau Exporter atau importer Produksi, Transportasi,


Importer B3 -B3 terbatas dipergunakan Distribusi, dan
-B3 selain dalam daftar penyimpanan
REGISTRASI B3 DAN INSW
PERMENLH NO. 02 TH. 2010
DASAR TENTANG PENGGUNAAN
HUKUM SISTIM ELEKTRONIK
REGISTRASI BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN
DALAM KERANGKA
INDONESIA NATIONAL SINGLE
WINDOW DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN
HIDUP

Alamat website http://www.menlh.go.id atau


http://b3.menlh.go.id
REGISTRASI DAN NOTIFIKASI B3

Registrasi B3 adalah pendaftaran dan


DEFINISI pemberian nomor terhadap B3 yang
diproduksi dan atau diimpor yang bertujuan
untuk mengetahui jenis B3 yang beredar di
Indonesia

Setiap B3 wajib diregistrasikan oleh


penghasil atau pengimpor.
PASAL 6 PP 74/2001 Kewajiban registrasi B3 berlaku 1 kali
untuk B3 yang diproduksi dalam
negeridan atau diimpor pertama kali (PP
74/2001)

B3 diimpor B3 yangdproduksi
DL

Berlaku 1 th Berlaku selamanya


B3 diimpor
Syarat Registrasi :
1. Formulir registrasi
2. Akta pendirian perusahaan
3. Surat izin usaha perdagangan
4. Tanda daftar perusahaan
5. Nomor pokok wajib pajak
6. Angka pengenal impor (API)
7. Material safety data sheet
8. Certificate of analysis
9. Foto gudang penyimpanan
10. SK Menteri Pertanian untuk pestisida
11. IP/IT-BPO untuk bahan perusak ozon
12. Surat persetujuan notifikasi 27
TATA LAKSANA IMPOR
(Kegiatan memasukkan B3
kedalam daerah kepabeanan Indonesia)

B3 yang terbatas dipergunakan dan atau yg pertama kali diimpor dan atau
yg tidak terdapat dalam daftar wajib Notifikasi
Izin impor B3 diterbitkan oleh instansi yang membidangi impor
(perdagangan)
Persetujuan impor diterbitkan setelah ada notifikasi dari negara
pengeksport dan rekomendasi dari DNA negara pengimpor
Pelaksanaan notifikasi 1(satu) x dalam 1 (satu) tahun dengan syarat :
- Jenis B3 - Banyaknya pengiriman
- Negara pengirim - Eksportir
- Periode pengiriman
60

0
180
200

100
120

20
140
160

40
80

9
Afrika Selatan
Amerika Serikat

36

8
Arab Saudi
Australia

3 1
Austria
Belanda

46

2
Belgia

9
Brazil

2
Brunei Darussalam
China
113
Denmark
Finlandia

1 2 2
Hongkong
India

28
Inggris

2 4
Iran
Italia
105

Jepang
185

Jerman
44

5
Kanada
Khazakstan 1

Negara Asal B3
1
Kolombia
Korea
53

Kroasia
Malaysia
27

Meksiko
Norwegia
Oman
Philipina
1 3 2 1

Portugal
12

Prancis
Rusia
(berdasarkan laporan realisasi impor ke KLH)

Selandia Baru
Negara Asal B3 yang di Impor ke Indonesia

8 8 6

Shanghai
Singapura
76

Spanyol
Taiwan
75

Thailand
30

Vietnam
Pintu Masuk B3 yang di Impor ke Indonesia
(berdasarkan laporan realisasi impor)
90,00%
82,13%
80,00%

70,00%

60,00%

50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

9,81%
10,00%
2,04% 2,31% 1,39% 1,57%
0,09% 0,09% 0,09% 0,09% 0,37%
0,00%

Titik Masuk Import B3 di Indonesia


TATA LAKSANA EKSPOR B3
(Kegiatan mengeluarkan B3 dari daerah kepabeanan
Indonesia)
B3 yang terbatas dipergunakan Wajib
Notifikasi
Ekspor hanya dapat dilaksanakan setelah adanya
persetujuan dari otoritas negara tujuan
ekspor, transit dan DNA negara pengekspor
Izin ekspor B3 diterbitkan oleh instansi yang
membidangi impor (perdagangan)
Beberapa Definisi Terkait Dalam EXIM B3

Ekspor B3 adalah kegiatan mengeluarkan B3 dari daerah pabean Indonesia.

Notifikasi B3 untuk ekspor adalah pemberitahuan terlebih dahulu dari otoritas


negara eksportir ke otoritas negara penerima apabila akan dilaksanakan
perpindahan lintas batas B3 yang terbatas dipergunakan.

Notifikasi B3 untuk impor adalah pemberitahuan terlebih dahulu dari otoritas


negara eksportir apabila akan dilaksanakan perpindahan lintas batas untuk
B3 yang terbatas dipergunakan.

Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke


tempat lain menggunakan sarana angkutan
SIMBOL DAN LABEL

Tatacara Penberian Simbol dan Label


Bahan Berbahaya Dan Beracun
Kepmen LH No. 03 Tahun 2008

Pasal 3
Setiap tempat penyimpanan dan alat
pengangkutan B3 wajib diberikan simbol B3.

33
PELABELAN DAN SIMBOL B3

Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik B3.

Label B3 adalah setiap keterangan mengenai B3 yang berbentuk


simbol atau piktogram, tulisan atau kombinasi keduanya, atau bentuk
lain yang berisi informasi karakteristik B3.

Pelabelan B3 adalah proses penandaan atau pemberian label yang


dilekatkan atau dibubuhkan ke kemasan langsung dan pada kemasan
luar dari suatu B3.
Contoh Simbol B3

Mudah Korosif Beracun Karsinogenic


terbakar

Iritasi Berbahaya bagi Berbahaya Gas


LH bertekanan
PENGEMASAN B3
Kemasan B3 wajib dilekati dengan label dan simbol B3.
Label B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai:
a. penandaan produk B3;
b. piktogram bahaya;
c. kata sinyal;
d. pernyataan bahaya;
e. identitas penghasil; dan
f. pernyataan kehati-hatian.

Simbol B3 dibuat sesuai dengan karakteristik B3

Label dan simbol pada kemasan B3 wajib menggunakan


Bahasa Indonesia.
PENGEMASAN B3 Lanjutan

B3 yang dihasilkan, dimasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia, diedarkan, disimpan, dan dimanfaatkan oleh setiap
orang wajib dikemas sesuai dengan karakteristik B3

Kemasan harus memenuhi persyaratan mampu:


a.mempertahankan mutu B3 sesuai dengan karakteristiknya; dan
b.mengungkung B3 untuk tetap berada di dalam kemasan.

Apabila kemasan B3 rusak, wajib:

a. mengemas embali B3 sesuai dengan karakteristiknya; dan


b. melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan/atau
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain apabila berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
LEMBAR DATA KESELAMATAN (LDK)

Lembaran Data Keselamatan, yang selanjutnya disingkat


LDK, adalah lembaran petunjuk yang berisi informasi B3 tentang
sifat fisika, kimia, jenis bahaya dan racun yang ditimbulkan, cara
penanganan, tindakan khusus dalam keadaan darurat dan
informasi lain yang diperlukan.
Lembaran data keselamatan paling sedikit memuat informasi mengenai:
a. identitas B3;
b. identitas penghasil B3;
c. komposisi B3;
d. identifikasi bahaya sesuai dengan karakteristik B3;
e. tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan;
f. tindakan penanggulangan kebakaran;
g. tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;
h. penyimpanan dan penanganan B3;
i. pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri;
j. sifat fisika dan kimia B3;
k. stabilitas dan reaktivitas B3;
l. informasi toksikologi;
m. informasi ekologi;
n. pembuangan limbah;
o. pengangkutan B3; dan
p. informasi lain yang diperlukan.
Lembaran data keselamatan dibuat oleh:

a. penghasil B3, sebelum B3 diproduksi untuk pertama kali; atau

b. penghasil B3 di luar negeri, pada saat B3 dimasukkan pertama


kali ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lembaran data keselamatan dibuat berdasarkan hasil uji karakteristik dan:

a. dokumen sistem global terhamonisasi mengenai kasifikasi dan pelabelan


bahan kimia (Globally Harmonized System of Classification and Labelling of
Chemicals); dan/atau

b. dokumen lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


yang terkait dengan klasifikasi dan pelabelan B3.
Terima Kasih
training--lingkungan-
training lingkungan-lkb3i.com

Anda mungkin juga menyukai