Anda di halaman 1dari 22

Kementerian

Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

PETA MANGROVE NASIONAL DAN STATUS


EKOSISTEM MANGROVE DI INDONESIA
Bagus Dwi Rahmanto
Direktorat Konservasi Tanah dan Air

Disampaikan Dalam Webinar “Development for Mangrove Monitoring


Tools in Indonesia”
Jakarta, 6 Agustus 2020
LATAR BELAKANG
a. Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya lahan basah pada
wilayah pesisir, sistem penyangga kehidupan dan kekayaan alam yang
nilainya sangat tinggi;
b. Ekosistem mangrove merupakan bagian integral dari pengelolaan
wilayah pesisir yang terpadu dengan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai;
c. Indonesia memiliki Sumber Daya Alam Hayati Mangrove yang tinggi
(luas dan keanekaragaman hayati);
d. Degradasi Mangrove Indonesia sangat tinggi, disebabkan berbagai
macam permasalahan;
e. Multistakeholder, perlu koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi
lintas sektor, instansi dan lembaga;
f. Perlu upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara lestari
untuk kesejahteraan masyarakat.
PEMETAAN MANGROVE NASIONAL
Peta Mangrove Indonesia
Dasar Pelaksanaan
 Keputusan Kepala BIG Nomor 19 Tahun 2013,
IGT Mangrove bagian dari Pemetaan Sumberdaya Pesisir, Laut dan
Pulau - Pulau Kecil.
 Perpres 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
Hanya ada satu informasi geospasial tema tertentu yang disepakati
antar stakeholder dan digunakan secara nasional.
Satu Referensi, Satu Standar, Satu Database, Satu Geoportal.
 Keputusan Kepala BIG No. 54 Tahun 2015 jo Keputusan Kepala
BIG No.27 Tahun 2019
Wali Data Informasi Geospasial Tematik Ekosistem Mangrove
adalah Dit. Konservasi Tanah dan Air, Kementerian LHK
 Permenhut No.P28/Menlhk/Setjen/KUM.1/2/2016
Jaringan Informasi Geospasial Lingkup KLHK
Tim Pemetaan Mangrove Nasional

Tim Keterangan
Tim Pusat 1. Direktorat Konservasi Tanah dan Air, Ditjen PDASHL
Kementerian LHK
2. Badan Informasi Geospasial
3. Kementerian Kelautan dan Perikanan
4. LAPAN
5. LIPI
6. Ditjen KSDAE Kementerian LHK
7. Wetland International-IP
Tim Daerah BPDASHL di seluruh Indonesia (UPT Ditjen PDASHL)

Ket:
 Dilakukan secara bertahap per pulau
 Setelah tahun 2020 dapat diupdate secara nasional secara periodik
Spesifikasi Teknis
Perihal Persyaratan
Mengacu pada IGD RBI Skala 1:25.000
Akurasi Koreksi Geometrik citra Perka BIG No. 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar
satelit terhadap IGD
Tingkat ketelitian hasil Overall accuracy min 85% (diuji dengan error matrix) dengan accuracy untuk
interpretasi mangrove (content) setiap kelas kerapatan tajuk mangrove
≥ 70%
Poligon terkecil yang 6,25 ha
didelineasi
Zoom untuk delineasi 1 : 5.000
Kedetailan informasi penutup Mengacu pada SNI tentang Klasifikasi RBI untuk Kelas Penutup Lahan Skala
lahan dan mangrove 1:25.000 dan SNI 7717:2011 tentang Survei dan Pemetaan Mangrove Skala
1:25.000
Layout Peta Mengacu pada standar layout peta Mangrove BIG dan SNI 7717:2011
Legenda Penutup Lahan Mengacu pada SNI tentang Klasifikasi RBI untuk kelas Penutup Lahan
Legenda Klasifikasi Mangrove Mengacu pada SNI 7717:2011 tentang Survei dan Pemetaan Mangrove
Teknik Pengambilan Sampel Stratified Random Sampling
(Perbedaan Kerapatan Mangrove, kondisi biota di atas dan di dalam substrat,
karbon organik)
Akurasi geometrik hasil Min 90% sampel memiliki akurasi ≤ 12,5m (≤ 0,05 cm x penyebut skala)
pemetaan (akurasi horizontal)
Struktur Database Mengacu pada ISO 19110 untuk Katalog Unsur dan buku Katalog Unsur
Geografi Indonesia (KUGI versi 4).
Metadata Mengacu pada ISO 19115 tentang Metadata
Dalam Tidak Kritis:
Kawasan 2.057.295,76 Ha
2.533.488,01 Kritis :
Ekosistem
Ha 476.192,25 Ha
Mangrove
3.311.207,45 Tidak Kritis :
Ha 616.287,38 Ha
Luar Kawasan
777.719,44 Ha Kritis :
161.432,06 Ha

Mangrove Tidak Kritis 2.673.583,14 Ha (80,74 %); Mangrove Kritis 637.624,31 Ha


(19,26 %)

Kerapatan tajuk lebat dan sangat


lebat Tidak Kritis
(70 – 100%)
Klassifikasi
Kerapatan tajuk sedang
Kerapatan Tidak Kritis
tajuk (50 – 69%)
Kerapatan tajuk jarang dan sangat
jarang Kritis
(<50%)
REALISASI RHL MANGROVE SUMBER DANA APBN

14000

12.403
12000

10.401
9.800
10000
8.871

8000

6000

4000
3215

2000 1237 1000


481 517
0
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Series 1 9800 10401 8871 12403 0 481 517 1237 3215 1000
Series 2 Source : DG WMPF, MoEF

RPJMN 2015 – 2019 = 3.600 Ha


RPJMN 2010 – 2014 = 41.475 Ha
Target rehabilitasi per tahun = 1000 Ha
KONDISI MANGROVE
FUNGSI DAN MANFAAT EKOSISTEM MANGROVE

Manfaat Mangrove Secara FIsik


• Menahan abrasi air laut
• Menahan badai dan angin yang bermuatan
garam
• Penambat bahan-bahan pencemar (racun)
diperairan pantai

Mangrove Patch Reef Shalow Forereef Montastrarea Reef

Manfaat Mangrove Secara Biologi Manfaat Mangrove Secara Ekonomi

Tempat hidup biota Sumber makanan bagi Sebagai tempat Sumber bahan kayu Bahan penghasil
laut spesies yang ada pariwisata obat-obatan
11
Mangrove dan Perubahan Iklim

Pelindung daratan
dari naiknya
Langkah konservasi mangrove
permukaan air laut,
dapat mengurangi 10 persen
angin kencang, ombak
hingga 31 persen dari estimasi
besar akibat
emisi tahunan dari sektor
perubahan iklim
penggunaan lahan di Indonesia

Konversi mangrove menjadi


tambak baru
akan menyebabkan carbon
Menyimpan carbon 800-1200 ton C/ha (4-5 kali
yang tersimpan di dalam
dari hutan daratan), 80% C tersimpan di dalam
tanah juga terekspose ke
tanah. Pelepasan emisi ke udara pada hutan
udara, sehingga
mangrove lebih kecil daripada hutan di daratan,
menghasilkan emisi yang
hal ini karena pembusukan serasah tanaman
tinggi.
aquatic tidak melepaskan karbon ke udara.
Peraturan terkait Pengelolaan Mangrove
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
• Rehabilitasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (ditindaklanjuti
dalam Peraturan Presiden No. 121 tahun 2012 dan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 4 tahun 2016)

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2020 tentang


Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
• Rehabilitasi hutan termasuk hutan mangrove
Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
lindung
• Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau (Pasal 26
dan 27)
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 17 Tahun 2016
tentang Penataan Pertanahan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
• Tanah timbul merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara (pasal 15). Apabila luasan maksimal tanah timbul adalah
100 meter persegi, tanah tersebut adalah milik pihak yang
tanahnya berbatasan langsung, sementara untuk yang luasannya
di atas 100 meter persegi harus mendapat rekomendasi
Kementerian ATR/BPN dan tak boleh menyalahi peruntukan tata
ruang baik Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K)
PENYEBAB KERUSAKAN MANGROVE

Menurut Center for International Forestry Research (CIFOR) saat ini ekosistem mangrove Indonesia mengalami tekanan dengan ancaman laju
degradasi yang tinggi mencapai 52.000 ha/tahun.

Ancaman Ekosistem Mengrove di Indonesia Diakibatkan Oleh :

Alih fungsi lahan menjadi industri, Pencemaran limbah domestik dan Meningkatnya illegal logging dan Meningkatnya laju abrasi sebesar 1.950
pemukiman, dan tambak limbah berbahaya lainnya eksploitasi berlebihan Ha/tahun sepanjang 420 km
Sumber : Center for International Forestry Research

3,14 miliar
metrik ton
Total stok karbon mangrove
yang tersimpan di Indonesia

Setara dengan

Potensi kehilangan stok karbon


senilai
2,2 miliar
emisi kendaraan
bermotor.

Sumber : Conservation International 15


Permasalahan dan Saran Penyelesaian

Alih fungsi menjadi • Mendorong Pemerintah/provinsi/kabupaten/kota


tambak, pelabuhan, menetapkan mangrove sebagai kawasan lindung
industri, pemukiman, setempat dalam RTRW.
perkebunan • Upaya pemanfaatan berkelanjutan (Misal: ekowisata)

Pembukaan tambak
secara masif antara lain di
• pengembangan tambak-tambak model
Pantai utara jawa, Delta
Mahakam, Pesisir silvofishery (memperbaiki hidrologis)
Sulawesi selatan

• Laju kerusakan mangrove Indonesia mencapai 52.000 ha per tahun, jauh


Potensi Kehilangan Karbon melebihi upaya rehabilitasi mangrove per tahunnya.
Tersimpan (Terkait • Jika karbon tanah mangrove dihitung dalam penghitungan emisi karbon
maka bisa jadi akan menyumbang nilai yang negatif
Komitmen Indonesia • Perlu moratorium alih fungsi mangrove menjadi peruntukan lain
dalam perubahan iklim) • Dapat juga dikembangkan mekanisme insentif bagi masyarakat yang
melindungi mangrove.
• Abrasi di berbagai tempat hingga lebih dari 1 km ke arah
darat sehingga menyebabkan masyarakat kehilangan mata
pencaharian, tempat tinggal, jalan, dsb.
Meningkatnya • Abrasi di batas negara Indonesia perlu mendapat perhatian
lebih
laju abrasi • Merestorasi areal mangrove yang terabrasi menjadi
ekosistem mangrove kembali
• Perlu dikembangkan teknik teknik yang ramah lingkungan

Ilegal logging
• Penegakan hukum
dan pencemaran
• Rehabilitasi mangrove yang rusak
limbah
• Perencanaan Jangka Panjang Pengelolaan
mangrove di Indonesia
Lemahnya • Optimalisasi peran Kelompok Kerja Mangrove
Sinergitas antar Nasional/Provinsi, masyarakat, NGO dsb.
• Mendorong setiap provinsi memiliki
sektor strategi/perencanaan pengelolaan mangrove,
infografis potensi mangrove, dsb.
Sebaran Ekowisata Mangrove di Indonesia

3 1
6

9 8
6 2 10 4 2
1 1
1 2
1 1 2 8
3 3 11 3
7 2
8
3
7 13
20
24 1
5 2
3

 183 ekowisata mangrove


(sebagian sebagai mangrove
center)
 Ada di setiap provinsi
DAMPAK MANFAAT
• Mangrove menyimpan
karbon 0,95 Ton/Ha
sehingga total karbon yang
tersimpan 314,45 Ton/Ha
• Dari segi ekonomi dengan
memasang jarring
bubu/jala pendapatan
masyarakat meningkat dari
tahun 2014 ( Rp.50 – 100
ribu) menjadi Rp.100 – 200
ribu /per orang per hari. Hal
itu belum termasuk
pendapatan dari obyek
wisata.
Penanaman
Mangrove

2018

Wisata
OUTCOME Mangrove
• Terjadi perubahan penutupan lahan dari sawit menjadi
mangrove
• Fauna mangrove (burung, ikan, kepiting) mulai berdatangan
https://www.youtube.com/watch?v=0GKUu7e5aYU
REHABILITASI HUTAN DAMPAK MANFAAT
MANGROVE Tahun • Terjadi penambahan luas
2011 Desa tutupan mangrove secara
Purworejo, Pasir signifikan
Sakti, Lampung • Mangrove menyimpan
Timur seluas 100 Ha karbon 0,95 Ton/Ha
sehingga total karbon yang
tersimpan 95 Ton/Ha
• Tambak masyarakat
semakin lestari, kepiting,
ikan berdatangan
• Menjadi tempat
2011 persinggahan burung
2018
migran

Kondisi mangrove
saat ini
Monitoring Mangrove
Mangrove dan Perubahannya:
 Tutupan Mangrove
 Tambak
 dst.
Hasil Rehabilitasi Mangrove (APBN, DAK, DBH SDA
DR, Swadaya Masyarakat, CSR, NGO dsb.):
 Koordinat poligon (spasial)
 Foto kondisi tanaman
 Foto udara (drone), untuk mengetahui perubahan
tutupan mangrove
Kegiatan Pemanfaatan Mangrove, dst.
#Jaga Mangrove untuk Bumi Kita

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai