Tanju ng
#
# Parin gin
Amuntai #
Barabai
#
Kandangan
#
#
#
Marabahan
Ran tau
# #
Banjarmasin Batulicin
# # Ko tabaru
Mart apura
#
Banjarbaru
Bappeda
Prov. Kalimantan Selatan
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NOMOR 17 TAHUN 2009
TANGGAL 31 JULI 2009
i
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan 1
1.1.2. Pengertian dan Proses Penyusunan RPJPD 2
1.2. Maksud dan Tujuan 3
1.3. Landasan Hukum 3
1.4. Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. 3
1.5 Sistimatika Penyusunan 4
BAB II. KONDISI DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH SERTA ISU-ISU STRATEGIS
2.1. Kondisi 5
2.1.1. Geomorfologi dan Iklim 5
2.1.2 Demografi 7
2.1.3 Ekonomi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 11
2.1.4. Sosial Budaya dan Agama 17
2.1.5. Prasarana dan Sarana 18
2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 22
2.1.7. Penataan Ruang 23
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 24
2.2.1. Geomorfologi dan Iklim 24
2.2.2 Demografi 25
2.2.3 Ekonomi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 26
2.2.4. Sosial Budaya dan Agama 29
2.2.5. Prasarana dan Sarana 29
2.2.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 30
2.2.7. Penataan Ruang 30
2.3 Isu-isu Strategis 31
2.3.1. Geomorfologi dan Iklim 31
2.3.2 Demografi 31
2.3.3 Ekonomi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 31
2.3.4. Sosial Budaya dan Agama 33
2.3.5. Prasarana dan Sarana 33
2.3.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 33
2.3.7. Penataan Ruang 34
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
5
2.1. Kondisi
BAB II
KONDISI DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
SERTA ISU-ISU STRATEGIS
2.1. KONDISI
• Secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33'
28'' Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan.
• Secara administratif, Provinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian selatan Pulau
Kalimantan dengan batas-batas:
o sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah
o sebelah timur dengan Selat Makasar,
o sebelah selatan dengan Laut Jawa
o sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur.
• Provinsi Kalimantan Selatan dengan kota Banjarmasin sebagai ibukotanya terdiri
atas 11 kabupaten dan 2 kota.
• Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau
Kalimantan secara keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2.
• Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah
dan perbukitan/pegunungan.
• Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31
persen wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2%.
Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut:
o 0 - 2%: 1.625.384 Ha (43,31%)
o >2 - 15%: 1.182.346 Ha (31,50%)
o >15 - 40%: 714.127 Ha (19,02%)
o >40%: 231.195 Ha (6,16%)
• Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litasol,
Podsolik Merah Kuning Litosol, Komplek Podsolik Merah Kuning Organosol Gley
Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan , dan Alluvial.
• Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain
Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai
Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai
Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada
pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.
• Data tahun 2005 menyebutkan bahwa penggunaan lahan di Kalimantan Selatan
meliputi Lahan pemukiman/kampung seluas 59.271 ha, industri 2.427 ha,
pertambangan 40.272 Ha, sawah 425.732 ha, pertanian lahan kering semusim
60.543 ha, kebun campuran 171.909 ha, perkebunan 433.699 ha, padang/semak
belukar/alang-alang 834.546 ha, hutan 1.613.867 ha, perairan darat 45.726 ha, tanah
terbuka 5.404 ha, dan lain-lain 59.656 ha.
Iklim
• Temperatur rata-rata di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2005 berkisar antara
23,6ºC sampai 32,3ºC. Sedangkan kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara
64,5%-s.d 94,9% tiap bulan.
• Curah hujan tertinggi di daerah ini pada tahun 2005 terjadi pada bulan Januari yaitu
286,9 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 18,8
mm.Jumlah hari hujan selama tahun 2005 adalah 216 hari dengan hari terbanyak
hujan terjadi pada bulan Januari dan Desember yaitu 26 hari. Rata-rata tekanan
udara di daerah ini adalah 1.011,5 Mbar selama tahun).
• Keadaan angin di Kalimantan Selatan pada tahun 2005 yang dipantau dari Stasiun
Meteorologi Syamsuddin Noor menunjukkan kecepatan angin pada tahun 2005 rata-
rata 2,8 knot.
• Untuk penyinaran matahari dipantau pada jam 06.00-18.00 terlihat intensitas yang
beragam tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada
bulan Agustus yaitu rata-rata 6,2 jam/hari dan intensitas terendah terjadi pada bulan
Desember yaitu rata-rata 2,6 jam/hari.
2.1.2. Demografi
Fertilitas
• Di Kalimantan Selatan angka (Total Fertility Rate) TFR sejak tahun 1971 sampai
dengan tahun 2000 mengalami penurunan. Berdasarkan hasil sensus penduduk,
pada tahun 1971 di Kalimantan Selatan angka TFR sebesar 5,4 kemudian berubah
turun menjadi 2,4 pada tahun 2000. Ini berarti setiap wanita di Kalimantan Selatan
tahun 2000 rata-rata mempunyai anak sebanyak 2 sampai 3 orang di akhir masa
reproduksinya. Penurunan angka fertilitas ini besar kemungkinan disebabkan karena
adanya program KB yang telah dijalankan sejak tahun 70 an.
Mortalitas
• Angka kematian yang biasa dipakai sebagai indikator dari kemajuan ekonomi
penduduk juga terhadap status kesehatan anak dan penduduk secara keseluruhan
adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan indikator yang
paling peka dalam menggambarkan ketersediaan, penggunaan dan efektivitas
pelayanan kesehatan.
• Di Kalimantan Selatan angka kematian bayi sejak tahun 1971 sampai dengan tahun
2000 mengalami penurunan yang cukup tajam. Berdasarkan hasil sensus penduduk
tahun 1967 angka kematian bayi sebesar 165 berada pada tahap soft rock dan pada
hasil sensus penduduk tahun 2000 turun menjadi 45 per 1000 bayi yang lahir hidup
atau sudah berada pada tahap intermediate rock.. Pada tahap ini penyebab kematian
biasanya didominasi oleh gabungan antara penyakit menular dengan penyakit
degenaratif. Indikator mortalitas lain adalah kematian yang terjadi pada Balita
Migrasi
• Kejadian migrasi yang mudah diukur adalah jenis migrasi risen. Migrasi risen adalah
kejadian migrasi dimana tempat tinggal 5 tahun yang lalu berbeda dengan tempat
tinggal sekarang. Menurut hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah migran risen
yang keluar Kalimantan Selatan sebanyak 76.447 orang dan tahun 2000 turun
menjadi 62.551 orang. Sementara itu jumlah migran risen yang masuk ke Kalimantan
Selatan mengalami peningkatan dari 77.906 orang tahun 1990 menjadi 88.609
orang pada tahun 2000.Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kalimantan Selatan
telah mengalami peningkatan investasi yang mampu membuka kesempatan kerja
baik bagi penduduk dalam daerah sendiri maupun bagi orang luar daerah.
• Sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 1999/2000 jumlah transmigran yang
ditempatkan di Kal-Sel sekitar 4.891 KK atau 16.199 jiwa atau hanya 18,28 % saja
dari total migrant risen yang masuk, selebihnya adalah para migran yang datang
secara spontan atas kemauan sendiri.
Ketenagakerjaan
Pendidikan
• Pendidikan merupakan hal yang penting dan menentukan keberhasilan
pembangunan suatu wilayah, termasuk dalam pembangunan manusianya. Kondisi
pembangunan pendidikan di Kalimantan Selatan selama beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan peningkatan. Walaupun demikian masih ada penduduk usia sekolah
yang belum bersekolah sampai dengan tahun 2007 ini. Untuk usia 0 – 6 tahun masih
32,63 % yang belum bersekolah, demikian juga yang usia 7 – 12 tahun sekitar 9,75
% belum bersekolah serta usia 13 – 15 tahun ada sekitar 36,33 % yang belum
bersekolah.. Kondisi demikian menunjukkan bahwa pendidikan wajib belajar 9 tahun
masih belum tuntas. Disamping itu masih terdapat penduduk yang putus sekolah,
seperti murid SD/MI yang putus sekolah sampai dengan tahun 2007 ada sekitar
35.121 orang. Demikian juga untuk tingkat SMP/MTs sebanyak 37.446 orang dan di
tingkat SMA/MA sekitar 27.233 orang yang putus sekolah.
• Untuk mutu pendidikan, dilihat dari segi input, di Kalimantan Selatan masih banyak
guru yang kualifikasinya di bawah Standar Pelayanan Minimal atau belum
berkelayakan. Misalnya untuk guru SD yang berpendidikan di bawah D2 masih ada
sekitar 39,88 %, dan untuk guru SMP yang berpendidikian di bawah D3 18,63 %
serta guru SMA yang berpendidikan di bawah S1 masih ada sekitar 21,41 %.
• Selanjutnya kalau dilihat dari angka partisipasi kasar (APK) yakni banyaknya murid
yang usia 7-12 tahun dibagi dengan jumlah penduduk. Pada tahun 2001 APK untuk
SD/MI sebesar 100,78 berubah menjadi 114,78 tahun 2005. Hal ini menunjukkan
bahwa masih ada diluar usia sekolah SD yang bersekolah di SD. Akan tetapi kalau
dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk SLTP/MTs dan SLTA/MA
menunjukkan peningkatan, yakni sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005
terlihat bahwa pada tahun 2001 angka partisipasi kasar SLTP/MTs sebesar 69,02%
naik menjadi 86,71% tahun 2005. Demikian juga untuk angka partisipasi kasar
tingkat SLTA/MA, tahun 2001 sebesar 44,42% naik menjadi 46,68 % tahun 2005.
• Begitu juga angka partisipasi murni (APM) juga menunjukkan peningkatan sejak
tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Angka partisipasi murni adalah banyaknya
penduduk usia 7-12 tahun dibagi dengan jumlah penduduk total. APM untuk SD/MI
tahun 2001 sebesar 89,34 % naik menjadi 91,10 % tahun 2005, demikian juga untuk
APM SLTP/MTs dan SLTA./MA. Angka partisipasi murni untuk SLTP/MTs tahun
2001 sebesar 48,41 % berubah menjadi 64,63 % tahun 2005 dan untuk angka
partisipasi murni tingkat SLTA/MA tahun 2001 sebesar 23,16 % naik menjadi 40,53
% tahun 2005.
• Pendidikan tinggi berkembang cukup pesat di Kalimantan Selatan. Dewasa ini
terdapat dua perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM)
dan Institut Agama Islam Negeri Banjarmasin (IAIN). UNLAM sebagai satu-satunya
PTN non keagamaan dengan usia 47 tahun memiliki mahasiswa lebih dari 10.000
orang yang tersebar dalam program studi S2 sebanyak 13 buah, S1 sebanyak 51
buah dan S0 sebanyak 18 buah disamping dua program studi profesi. Jumlah tenaga
pengajar tetap sebanyak 1003 orang dengan rasio S2/S3 67% (masih mengikuti S3
160 dosen dan S2 344 orang didalam dan diluar negeri). Disamping PTN terdapat 13
buah PTS dimana sebagian besar berada di ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
Kesehatan
• Kondisi kesehatan masyarakat diperlihatkan oleh derajat kesehatannya. Derajat
kesehatan merupakan tingkat keadaan kesehatan perorangan, kelompok atau
masyarakat. Derajat kesehatan ini akhirnya akan mempengaruhi pada mutu sumber
daya manusia, yang terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang
merupakan salah satu dari indikator keberhasilan pembangunan.
• Angka IPM Kal-Sel sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2005 secara angka
menunjukkan kenaikan, tetapi secara peringkat Kalimantan Selatan masih berada di
bawah angka nasional dan bahkan di bawah angka propinsi lain di Kalimantan
kecuali Kalimantan Barat.. Kondisi demikian tentunya memerlukan perhatian yang
serius dari semua sektor termasuk sektor kesehatan.
• Derajat kesehatan diukur dengan angka kematian, angka kesakitan, umur harapan
hidup dan status gizi. Indikator angka kematian yang biasa digunakan adalah Angka
Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Kasar.
• Khusus untuk kematian ibu, Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan yang
berarti kalau dilihat sejak tahun 1994 hingga tahun 2002 . Pada tahun 1994 AKI 390
per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2002 AKI di Kalsel turun menjadi 307 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu ini menggambarkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.
• Selain angka kematian, kondisi kesehatan wilayah juga diperlihatkan oleh angka
kesakitan (morbiditas). Di Kalimantan Selatan angka kesakitan terlihat dari beberapa
jenis penyakit yang masih dominan, antara lain penyakit Tuberkulosis paru (TB
Paru). Upaya penanggulangan TB dilihat dari Case Detection Rate (CDR) dan
Success Rate (SR). CDR menunjukkan kecenderungan yang meningkat yaitu
78,42% (2000), 42,5% (2001), 54,45% (2002), 54,2% (2003), 61,94% (2004),
71,28% (2005) dan 52,2% (2006). Sedangkan SR berturut-turut mulai tahun 2003
sampai 2006 adalah 94%, 93% dan 92%. Apabila CDR mencapai 70% dan
keberhasilan pengobatan mencapai 86% maka diperkirakan prevalensi TB Paru di
KalSel akan turun menjadi setengahnya. Prevalensi TB Paru di Kalimantan Selatan
tahun 2003 1,3 naik menjadi 1,5 tahun 2006. Penyakit lain adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut). Insidensi pneumonia pada balita di Kalimantan Selatan
sejak tahun 1997 sampai tahun 2006 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari
18,5 per 1000 balita naik menjadi 47 per 1000 balita tahun 2007. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh program penemuan penderita baru yang didanai oleh
ICDC. Selain itu penyakit yang masih banyak dirasakan oleh masyarakat Kalimantan
Selatan adalah Diare, dan penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian
pada anak balita. Insiden penyakit diare menunjukkan gejala penurunan sejak tahun
1997 sampai dengan tahun 2005 dan peningkatan lebih dari 200% pada tahun 2006.
Ekonomi
c. Dilihat dari struktur ekonomi, selama priode 1996-2005, Provinsi Kalimantan Selatan
masih di dominasi oleh sektor primer yakni Pertanian, Pertambangan dan Penggalian,
dimana pada tahun 2005 masing-masing mencapai 27,04% dan 16,88%. Sektor lain
yang peranannya diatas 10% adalah Perdagangan dengan 14,34% dan Industri
13,96%. Sektor Jasa berperan sebesar 9,49% sedangkan sektor lainnya, yakni Listrik-
Gas-Air, Keuangan, Konstruksi, Transportasi-Komunikasi hanya menyumbang antara
0,58% dan 9,58%. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, pada tahun 2005 sektor
Primer menyumbang 43,4%, Sekunder 19,51%, dan Tertier 37,2%. Hal in relatif tidak
banyak berkembang dari keadaan pada tahun 2003. Sektor yang tumbuh dengan
relatif tinggi sekaligus berperan penting dalam ekonomi Kalimantan Selatan hanyalah
Pertambangan dan Penggalian.
d. Kegiatan investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN secara kumulatif cenderung terus
meningkat. Rata-rata pertumbuhan realisasi investasi PMDN selama 1999-2005
sebesar 24,25% pertahun sedangkan PMA sebesar 8,32% pertahun.
diatas 5% adalah sektor Perdagangan dan Konstruksi. Sektor Petanian, sektor Listrik-
Gas-Air, dan sektor Transportasi antara 1,04% sampai 2,59% pertahun. Sementara itu,
penduduk yang bekerja di sektor Industri, Jasa, dan Lainnya justru tumbuh dengan
negatif.
g. Berdasarkan publikasi sensus ekonomi, BPS, pada 2006 jumlah unit usaha di
Kalimantan Selatan sebanyak 395.059 unit. Jumlah ini terdiri dari 99,79% usaha mikro-
kecil-menengah, dan 0,21% usaha besar. Usaha mikro sendiri meliputi 83,31%. Dari
segi jenisnya, usaha didominasi bidang Perdagangan dengan 49,39%. Bidang lain
yang berperan diatas 10% adalah Industri dan Akomodasi. Sementara bidang-bidang
usaha lain relatif kecil peranannya. Jumlah unit koperasi baik Primer, Sekunder dan
KUD tumbuh dengan cukup tinggi selama rentang 1996-2005, yakni rata-rata 13,63%.
Jumlahnya pada 1996 sebanyak 752 unit menjadi 2.136 unit pada 2005.
h. Jumlah unit usaha di sektor industri pada rentang tahun 1996 sampai dengan 2005
tumbuh dengan rata-rata 1,95% pertahun. Pada 1996 jumlah usaha industri 68.946 unit
pada tahun 2005 menjadi 81.973 unit. Hampir semua unit industri di Kalimantan
Selatan berskala Kecil sedangkan yang berskala besaran kurang dari satu persen. Dari
segi jenisnya, industri hasil pertanian dan kehutanan mendominasi dengan 78,47%,
sedangkan industri Logam-Mesin-Kimia dan Industri Aneka masing-masing hanya
antara 10 sampai 11%.
perkebunan pada tahun 2005 sebesar 430.978 ha. Komoditas perkebunan yang
diusahakan meliputi karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam, kopi, kakao,
lada, cengkeh, pinang, kemiri, sagu, aren, kayu manis, kapuk, jambu mete, kenanga,
panili, melinjo, jahe, kapulaga, purun, tebu, kunyit, kencur. Pada sub sektor ini,
komoditas unggulan yang terus dikembangkan adalah komoditas kelapa sawit dan
karet.
o. Kondisi perindustrian pada periode tahun 2003-2006, rata-rata laju pertumbuhan unit
usaha industri sebesar 5,79% pertahun. Pertumbuhan unit usaha industri sepanjang
tahun 2003-2006 cenderung meningkat dari 5,54%-6,00%. Tahun 2006, pertumbuhan
jumlah unit usaha mencapai angka tertinggi yakni 6,00% sehingga tahun 2006 jumlah
unit usaha industri berjumlah 39.455 unit sedangkan tahun 2003 hanya berjumlah
33.328 unit Selanjutnya selama Tahun 2003-2006 rata-rata laju pertumbuhan tenaga
kerja di Kalimantan Selatan yang terserap industri sebesar 6,24% pertahun,
penyerapan tertinggi terjadi pada tahun 2006, tenaga kerja yang diserap sebesar
8,00% (93.771 orang) dibandingkan tahun 2005 yang hanya sebesar 86.825 orang
tenaga kerja. Peningkatan penyerapan tenaga kerja ini seiring dengan berkembangnya
industri hulu yang semakin variatif bukan hanya tergantung pada hasil hutan tetapi juga
perkebunan, pertambangan, kelautan sehingga tenaga kerja yang diserap diharapkan
terus meningkat seiring dengan kesiapan industri hilir untuk industri penggolahan.
a. Kondisi sumberdaya hutan di Kalimantan Selatan menurut Perda No. 9 tahun 2000
tentang RTRWP Kalsel seluas 1.659.003 Ha (44,20 % luas Kalsel) yang terdiri atas
kawasan lindung seluas 751.252 ha (hutan lindung 516.683 ha, kawasan bergambut
73.685 ha, sempadan pantai 6.928 ha, waduk/danau 1.450 ha, cagar alam 3.280 ha,
suaka margasatwa 6.010 ha, pantai hutan bakau 53.630 ha, taman hutan raya 112.000
ha dan taman wisata alam 1.705 ha).dan kawasan hutan produksi (Hutan produksi
terbatas 212.177 ha, hutan produksi tetap 627.672 ha, dan hutan produksi konversi
67.902 ha. Luas penutupan lahan/vegetasi terhadap kawasan hutan dengan kondisi
berhutan seluas 1.184.850 ha, tidak berhutan seluas 2.513.060 ha. Kawasan hutan di
Kalimantan Selatan yang sampai saat ini masih relatif baik terdapat pada kawasan
pegunungan meratus yang berperan penting menyangga stabilitas ekosistem bagi
daerah Kalimantan Selatan dan secara khusus menopang kehidupan sosekbud
masyarakat tempatan. Kawasan ini mempunyai luas 1.849.505 ha yang terdiri dari
kawasan suaka alam dan pelestarian daratan seluas 175.565 ha, kawasan suaka alam
dan pelestarian alam perairan 564.139 ha, hutan produksi terbatas 155.268 ha, hutan
produksi tetap 688.895 ha dan hutan produksi konversi 265.638 ha.
b. Kalimantan selatan kaya akan sumber daya pertambangan dan galian, diantaranya
Minyak bumi, Batubara, Biji besi, Biji Nekel, Biji Kronit, Biji Emas, Intan, Batu Gamping,
Marmer, Pasir, Kuarsa, Oker, Phospat, Kaolinesi, Lempung, diorit, Basalt, Periodotit,
Andesit, Granit, Gambut, Granodiorit. Potensi sumber daya mineral unggulan saat ini
berupa batubara dan bijih besi. Potensi batubara cukup besar dengan kualitas yang
baik, serta keberadaannya hampir menyebar di seluruh kabupaten (Banjar, Tanah Laut,
Kotabaru, Tanah Bumbu, HST, HSU, HSS, Tapin, Balangan dan Tabalong ).
Berdasarkan data pada Tahun 2009 cadangan batubara yang terukur adalah
1.891.931.020,93 ton sedangkan sumber daya batubara diperkirakan 9.252.245.907,00
ton, sedangkan untuk cadangan CBM yang terukur tahun 2009 adalah 105 TCF dan
cadangan Migas terukur dalam kondisi tahun 2008 adalah 733.599,41 MSTB.
c. Kalimantan Selatan mempunyai sumber daya lahan rawa seluas 1.140.140 ha dan
diperkirakan sekitar 342.387 ha, sangat potensial untuk dikembangkan bagi kegiatan
pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Pemanfaatan lahan rawa baru
sekitar 143.118 ha, dan sisanya seluas 199.269 (58,19%) masih berupa lahan tidur
yang belum digarap. Besarnya luasan lahan tidur tersebut disebabkan oleh adanya
hambatan internal lahan rawa berupa sifat fisika, kimia, dan tata air yang kurang
mendukung kegiatan usaha tani (Harun, M.K, 2007). Meskipun demikian lahan rawa
sangat potensial dikembangkan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang luas,
keadaan topografi yang datar, ketersediaan air melimpah dan teknologi pertanian yang
cukup tersedia (Noor.M., 2007).
d. Kondisi sumberdaya perairan, daerah ini berasal dari kawasan Pegunungan Meratus,
yang mengalir ratusan sungai yang menuju ke segala penjuru wilayah Kalimantan
Selatan, di mana sebagian besar kebutuhan masyarakat sangat bergantung, seperti
kebutuhan akan energi, air besih, perikanan (keramba dan kolam ikan) bergantung
pada pasokan air sungai tersebut. Keberadaan sungai di Kalimantan Selatan
terhimpun dalam tiga satuan wilayah sungai yaitu wilayah sungai (WS) Barito, WS
Cengal Batulicin dan WS Pulau Laut yang mempunyai beberapa sub-wilayah sungai
antara lain Luang, Tabalong Kiri, Danau Panggang, Tabalong Kanan, Balangan,
Amandit, Batang Alai, Sampanahan, Barito Tengah, Bahalayung, Riam Kiwa,
Martapura, Tapin, Barito Hilir, dan Riam Kanan. Kondisi DAS dan beberapa Sub-DAS
tersebut saat ini berada dalam keadaan agak kritis seluas 1.540.112 ha, kritis 500.078
ha, sangat kritis 55.905 ha akibat buruknya pengelolaan lingkungan seperti timber
extraction (penambangan kayu), pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan
rendahnya keberhasilan rehabilitasi, reklamasi dan restorasi lahan terdegradasi.
Kekritisan DAS berarti kekeritisan sumber daya air baik secara kualitas maupun
kuantitasnya.
• PMKS dikelompokkan menjadi 27 buah. Pada tahun 2005 di Kalimantan Selatan terdapat
lima kelompok PMKS terbesar yaitu Keluarga Fakir Miskin 97809, Anak Terlantar 58998
orang, Penyandang cacat 38120 orang, Keluarga Rentan 37821 orang, Rumah Tak
Layak Huni 38120, Rawan Bencana 34158 orang.
• Kalimantan Selatan mempunyai objek dan daya tarik wisata cukup banyak antara lain :
wisata alam 96 buah, wisata sejarah 28 buah, wisata budaya 38 buah wisata religius 60
buah, wisata agro 12 buah, wisata rekreasi/buatan 25 buah, objek wisata bahari/kelautan
11 buah dan wisata sport 4 buah.
• Adanya kenaikan jumlah, komposisi dan pertumbuhan pemeluk agama Kristen ditahun
2004, sementara pada tahun yang sama komposisi dan pertumbuhan pemeluk agama
Islam, Hindu, Budha mengalami penurunan.
• Adanya jumlah, komposisi dan pertumbuhan gereja dan vihara ditahun 2005, sementara
pura mengalami penurunan.
• Jumlah calon jemaah haji, jumlah jemaah umrah, jumlah jemaah tour religius semakin
meningkat.
• Adanya Jumlah pondok pesantren, kiai, guru agama, dan santri mengalami penurunan
yang cukup besar ditahun 2004.
• Adanya Islam menjadi sumber referensi perilaku sosial dan akhirnya menjadi symbol
identitas masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan.
• Adanya kepemimpinan ulama Kalimantan Selatan tergeser bahkan tergusur oleh elite
politik dan elite ekonomi. Hanya bisa bertahan dengan mempertahankan tradisi.
• Adanya mesjid yang dalam kegiatan ibadahnya bercirikan paham Nahdlatul Ulama dan
yang lain bercirikan paham Muhammadyah.
• Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang cepat, tepat dan
akurat menuntut semakin cepatnya pelayanan dibidang telekomunikasi dan informasi
untuk mendukung partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
• Berdasarkan data P2JJ Kal.Sel tahun 2006/2007 jumlah jembatan di Kal.Sel 571
buah, dalam kondisi baik 299 atau 47,11%, rusak ringan 33 buah atau 5,78% dan
yang rusak 269 atau 47,11%.
• Keberadaan Terminal Induk Kilometer Enam di Banjarmasin dengan luas semula 2,5
Ha saat ini yang digunakan sebagai terminal hanya tersisa 1 Ha saja karena
sebagian dari areal digunakan untuk pembangunan pertokoan. Terminal Kilometer
Enam ini adalah terminal tipe B yang berfungsi sebagai terminal induk karena
minimnya fasilitas dan banyaknya trayek yang dilayani, Kalimantan Selatan hingga
saat ini masih belum mempunyai terminal regional tipe A.
• Provinsi Kalimantan Selatan memiliki satu Bandara Domestik yaitu Bandara
Syamsuddin Noordengan kondisi saat ini difungsikan sebagai embarkasi haji yang
dapat digunakan oleh pesawat jenis B 767 – 300 dengan panjang landasan pacu
2.500 m, selain itu terdapat juga beberapa Bandara regional yakni Bandara Stagen,
Bandara Bersujud di Tanah Bumbu dan bandara Warukin di Tabalong.
• Bandara Syamsuddin Noor pada tahun 2005 jumlah pesawat yang mendarat adalah
sebanyak 7.651 buah sedangkan Pesawat yang mendarat dibandara stagen pada
tahun 2005 adalah sebanyak 659 Buah. Pada Tahun 2005 jumlah kedatangan
dibandara Syamsuddin Noor adalah sebantak 652.549 dan jumlah keberangkatan
adalah sebanyak 7.651 buah. Sedangkan Jumlah keberangkatan dan kedatangan
pada Bandara Stagen pada tahun 2005 adalah 13.970 orang dan 15.380 Orang.
• Bandara Syamsuddin Noor selain melayani penerbangan domestik (P.Jawa dan
Prov. Kalimantan Timur dan Tengah) juga melayani untuk pelayanan penerbangan
jemaah haji (sejak tahun 2004). Bandara Stagen melayani penerbangan Balikpapan
– Kotabaru – Banjarmasin PP dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu untuk rute
Kotabaru – Banjarmasin PP, dan 1 kali seminggu untuk rute Kotabaru - Balikpapan
dengan pesawat Cassa 212 seri 200 dengan kapasitas penumpang 18 orang, tahun
2004 dibuka rute baru Kotabaru – Surabaya PP dengan pesawat ATR – 42 dengan
kapasitas penumpang 48 orang.
• Prasarana transportasi laut di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Pelabuhan Trisakti
di Banjarmasin, pelabuhan Batulicin di Tanah Bumbu, pelabuhan khusus batubara
Mekar Putih dan Tanjung Pemancingan keduanya terletak di Kotabaru.
• Arus kapal luar dan dalam yang singgah di pelabuhan Trisakti terus meningkat setiap
tahunnya, terakhir sesuai data KDA tahun 2005 adalah 10.503 unit denga berat
37.606.802 GT. Sedangkan arus bongkar muat barang juga meningkat dari tahun ke
tahunnya tercatat sesuai data tahun 2005 adalah 24.564.296 ton/ m3 atau naik
sebesar 1,1 juta ton/ m3. Tetapi arus penumpang terjadi penurunan drastis tercatat
arus penumpang pada tahun 2005 adalah sebesar 409.187 orang atau terjadi
penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 440.632 orang.
Perumahan/Permukiman
• Investasi rumah yang dikelola oleh developer Non Perumnas adalah 4.466 unit
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 843 unit, sedangkan yang dikelola oleh
Perumnas adalah sebesar 10 unit terjadi penurunan sebesar 45 unit.
• Berdasarkan data dari Laporan Kompilasi dan Analisa Data Prasarana Permukiman
Provinsi Kalsel, kondisi Prasarana dan sarana drainase, air minum, persampahan
dan sanitasi masih belum terpenuhi secara optimal.
• Cakupan pelayanan air minum di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2004 mencapai
33,63% atau 1.094.595 jiwa, yang terdiri atas layanan perkotaan 67,34% atau
sejumlah 737.100 jiwa dan perdesaan 14,01% atau sejumlah 357.495 jiwa, dengan
kapasitas produksi 2.828,75 liter/detik. Sistem Penyediaan air minum masih belum
mencakup seluruh Ibu Kota Kecamatan (IKK).
• Cakupan layanan di bidang sanitasi,untuk persampahan di Kalsel tahun 2004 telah
mencapai 49,68% atau sejumlah 1.599.580 jiwa yang terlayani terdiri atas pelayanan
di perkotaan 63,450% atau sejumlah 1.014.134 jiwa dan di perdesaan 36,60% atau
sejumlah 585.446 jiwa. Seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk,volume
sampah semakin meningkat. Kondisi saat ini hanya beberapa kabupaten yang
memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang memadai. Sedangkan TPA
yang sifatnya regional untuk menangani pembuangan sampah beberapa kabupaten/
kota masih belum dimiliki. Sedangkan cakupan layanan air limbah tahun 2004
mencapai 32,90% atau 1.059.416 jiwa yang terlayani. Di kabupaten/ kota pada
umumnya belum memiliki sistempembuangan air limbah yang memadai, kecuali Kota
Banjarmasin.
• Rencana pemanfaatan ruang kawasan pemukiman di provinsi Kalimantan Selatan
dilokasikan sebesar 145.965 Ha atau sebesar 3,89 % dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan.
• Jumlah perumahan dibandingkan jumlah penduduk dan Kepala Keluarga di Provinsi
Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut ; 680.417 unit rumah untuk 3.201.962
jiwa yang tergabung dalam 800.491 Kepala Keluarga.
Kesehatan
• Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, jumlah
Puskesmas pada tahun 2006 sebanyak 203 tersebar di 13 Kabupaten/Kota dan 33
diantaranya adalah Puskesmas dengan ruang rawat inap.
• Standar rasio Puskesmas terhadap penduduk adalah 1 (satu) dibanding 16.500,
artinya jumlah Puskesmas sudah mencukupi untuk memberikan pelayanan
penduduk.
• Luas Provinsi Kalimantan Selatan 37.530,52 km2, sehingga rata-rata wilayah kerja
Puskesmas adalah 184 km2.
• Jumlah Pustu di Kalimantan Selatan sebanyak 629, jika dibandingkan dengan jumlah
Puskesmas maka rasionya 3 berbanding 1, Idealnya 1 Puskesmas membawahi 4
Pustu, sehingga diperlukan sekitar 200 buah Pustu Lagi.
• Pada Tahun 2006 jumlah Polindes di Kalimantan Selatan sebanyak 1.227 yang
tersebar di 1958 desa, sudah 62,7% desa yang mempunyai Polindes, tetapi
kondisinya yang masih baik hanya 351 buah saja (33,6%). Polindes belum
seluruhnya memenuhi syarat, tergambar dari tingkat perkembangan Polindes yang
terbanyak masih strata pertama (91,4%).
• Di Kalimantan Selatan terdapat 27 RS dan 1 Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi.
Status kepemilikan RS adalah 14 RS milik pemerintah, 4 RS milik ABRI/POLRI, 2 RS
milik BUMN, dan 7 RS milik swasta. Adapun berdasarkan jenis pelayanan RS terdiri
dari 23 RS umum, 2 RS bersalin, dan 1 RS khusus bedah.
Pendidikan
• Berdasarkan data dari KDA tahun 2005 jumlah sekolah di Kal.Sel adalah ; TK 1203
buah yang dikelola swasta 1190 atau 98,92%, SD 2964 buah yang dikelola swasta
80 buah atau 2,70%, SLTP 385 buah yang dikelola swasta 51 buah atau 13,25%,
SMU 141 buah yang dikelola swasta 55 buah atau 39,01%, SMK 51 buah yang
dikelola swasta 23 buah atau 45,10%.
• Berdasarkan data dari KDA tahun 2005 jumlah sekolah Madarasah di Kal.Sel adalah;
Madarasah Ibtidaiyah (MI) 578 buah yang dikelola swasta 431 buah atau 74,57%,
Madarasah Tsanawiyah 288 buah yang dikelola swasta 214 atau74,31%, Madarasah
Aliyah 115 buah yang dikelola swasta 78 atau 67,83%.
• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan TK adalah 65,34% dalam keadaan baik,
33,20% rusak ringan, 1,46% rusak berat.
• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SD adalah 80,69% dalam keadaan baik,
17,12% rusak ringan, 1,46% rusak berat.
• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan MI adalah 53,99% dalam keadaan baik,
32,09% rusak ringan, 16,88% rusak berat.
• kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SLTP adalah 49,84% dalam keadaan
baik, 35,14% rusak ringan, 15,02% rusak berat.
• kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan MTs adalah 26,61% dalam keadaan
baik, 32,33% rusak ringan, 17,46% rusak berat
• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SMU adalah 54,71% dalam keadaan
baik, 31,53% rusak ringan, 13,76% rusak berat.
• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan MA adalah 26,11% dalam keadaan
baik, 21,97% rusak ringan, 13,16% rusak berat
• Kondisi ruang kelas pada tingkat pendidikan SMK adalah 53,89% dalam keadaan
baik, 30,84% rusak ringan, 15,27% rusak berat.
Telematika
• Berdasarkan KDA 2005/2006, kapasitas sentral telkom adalah 120000, dengan
jumlah pelanggan 107585 atau 89,65%, wartel 3684 atau 3,07%, tersambung
111264 atau 92,72%.
• Jumlah pulsa 95154770 dengan komposisi pulsa lokal 12443948 atau 13,08% dan
pulsa SLJJ 82710822 atau 86,92%.
Sarana Peribadatan
• Tahun 2005, terdapat 2259 buah Mesjid, 6804 buah Musholla, 89 buah Gereja, 31
buah Pura, dan 15 buah Vihara.
Listrik
• Kebutuhan listrik di Provinsi kalimantan Selatan di pasok dari tiga cabang PLN (cab.
Banjarmasin, cab. Kotabaru, cab. Barabai), tahun 2005 jumlah produksi 1.201.699
MWH, terpasang 305.664 MWH, terjual 983.426 MWH, dipakai sendiri 104.968 MWH
dan susut 139.496 MWH.
• Pelanggan PLN sampai dengan tahun 2005 adalah 579.097 pelanggan dengan daya
tersambung 305664 KVA, jumlah produksi 1201699 MWH, terjual 983426 MWHH.
• Pelanggan listrik terbesar adalah Rumah tangga yang berada dalam kelompok R1
536279 Pelanggan dan R2 2192 Pelanggan.
• Kebutuhan listrik di Provinsi Kalimantan Selatan dipenuhi/dipasok dari sistem
interkoneksi (Barito) dan sistem isolated (Kotabaru dan Batulicin).
• Daya mampu mesin pembangkit pada sistem Barito pada saat ini adalah sebesar
250 MW, sedangkan daya yang diperlukan pada saat beban puncak sebesar 310
MW.
• Daftar tunggu pelanggan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sbb:
- Pasang baru : 36.244 pelanggan (45.538 KVA)
- Tambah daya : 1.751 pelanggan (14.518 KVA)
• Panjang Jaringan listrik pedesaan di Kalimantan Selatan yang belum terpasang
sepanjang 1.200 km.
PNS lulus SLTA,Diploma dan S.2 mengalami kenaikan. Sedangkan yang lulus
SD,SMP dan S.1 mengalami penurunan.
• Adanya kenaikan jumlah dan komposisi golongan III dan IV PNS Pemerintahan
Daerah di Propinsi Kalimantan Selatan ditahun 2006. Sedangkan golongan I dan II
mengalami penurunan.Pertumbuhan hanya terjadi pada PNS golongan IV,
sedangkan PNS golongan I, II, III mengalami penurunan.
• Adanya forum Coffe Morning yang diselenggarakan secara rutin setiap bulan,dengan
narasumber bergiliran diantara instansi vertical, badan, SKPD, Dinas/Instansi,
sebagai media koordinasi diantara apparatur dilingkungan pemerintah propinsi
Kalimantan Selatan.
• Adanya pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melalui kegiatan musrenbang
(musyawarah rencana pembangunan) untuk merumuskan RPJP (rencana
pembangunan jangka panjang) propinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 – 2025
tanggal 12 Desember 2006.
• Adanya kenaikan jumlah dan komposisi tindak perkosaan dan perjudian ditahun
2005,sedangkan tindak pembunuhan mengalami penurunan.Sementara yang
mengalami pertambahan jumlah dan mengalami pertumbuhan adalah tindak
pencurian, perkosaan dan perjudian.
• Adanya pertambahan jumlah,komposisi dan pertumbuhan tindak pidana narkoba
dipropinsi Kalimantan Selatan.
• Adanya jumlah jenis organisasi yang mengalami perubahan. Tahun 2005 jumlah
organisasi keagamaan, kemasyarakatan dan organisasi politik mengalami
penurunan. Sementara komposisi organisasi keagamaan dan organisasi
kemasyarakatan mengalami kenaikan, yang menurun adalah komposisi organisasi
politik.
• Jumlah pemilih dalam Pemilu terus meningkat setelah tahun 1999 dimana proporsi
jenis kelamin antara wanita dan laki laki cukup berimbang.
• Kegiatan penataan ruang di Kalsel didasarkan pada Perda Nomor 9 Tahun 2000
tentang RTRWP Kalimantan Selatan 2000-2015. Dalam penyelenggaraan penataan
ruang selain dilakukan oleh instansi terkait juga dilakukan melalui BKPRD Provinsi
Kalimantan Selatan terutama terkait dengan perencanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
• Saat ini dalam pelaksanaan RTRW di lapangan terjadi ketidaksesuaian dengan
rencana, terutama adanya pemanfaatan lahan untuk non hutan pada kawasan hutan
serta semakin berkembangnya pusat permukiman Kota Barabai dibandingkan Kota
Kandangan sebagai pusat wilayah pembangunan Banua Lima.
Kondisi iklim di Kalimantan Selatan sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005
dapat dilihat pada grafik berikut ini:
1200.00
1000.00
Temperatur rata-rata
800.00
Kelembaban udara
600.00 rata-rata
400.00 Curah hujan rata-rata
per bulan
200.00 Tekanan udara rata-
rata
0.00
Kecepatan angin rata-
rata
96
97
98
99
00
01
02
03
04
05
19
19
19
19
20
20
20
20
20
20
TAHUN
Sumber: Diolah dari Kalimantan Selatan dalam Angka 1996 s/d 2005-2006
• Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban
udara, dan temperatur udara cenderung stabil, relatif tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Curah hujan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2003
hingga 2005. Kondisi di atas merupakan kecenderungan iklim di masa lalu.
Kecenderungan tersebut diprediksikan tidak akan bertahan lama dengan adanya
fenomena yang terjadi akhir-akhir ini (terjadinya angin puting beliung, banjir, dan
kemarau panjang). Fenomena tersebut menunjukkan adanya perubahan iklim yang
cukup signifikan. Hal ini salah satunya diakibatkan oleh turunnya kualitas lingkungan
hidup.
• Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya menyebabkan tekanan pada lingkungan. Bila tidak
dikelola dengan baik, pencemaran udara dan air akan terus meningkat. Hal ini akan
diperburuk dengan bertambahnya pabrik, jumlah kendaraan, dan kebakaran hutan
dan lahan pertanian yang masih terus berlangsung sampai sekarang.
• Pendangkalan sungai akibat proses sedimentasi akan terus meningkat. Proses
sedimentasi ini merupakan akibat dari erosi yang terjadi akibat kegiatan pengolahan
hutan baik secara legal maupun ilegal dan kegiatan pertambangan.
• Abrasi pantai akibat rusaknya ekosistem pantai masih akan terus berlangsung bila
tidak ada tindakan pencegahan yang nyata. Rusaknya hutan mangrove di sepanjang
pantai mempercepat terjadinya proses ini.
• Ketidakseimbangan antara laju pembangunan dengan kontrol terhadap kelestarian
lingkungan hidup dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan iklim. Diperlukan
suatu sistem manajemen pengolahan lingkungan yang terpadu agar laju
2.2.2 Demografi
oleh virus, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Avian Influenza
(AI) juga perlu diwaspadai.
Ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada masa-masa kedepan diprediksikan
akan cenderung terus meningkat. Hal ini disebabkan kondisi sosial politik yang makin
kondusif bagi jalannya pemulihan ekonomi. Disamping itu, dengan banyaknya
sumberdaya ekonomi potensial, kegiatan produksi dapat terus dikembangkan di sektor
pertanian, sektor industri dan sektor pertambangan. Disamping itu jasa keuangan,
transportasi, dan perdagangan akan berjalan seiring dengan kemajuan sektor-sektor
utama tersebut. Bidang pariwisata khususnya menyangkut wisata agro dan alamiah akan
berkembang sejalan dengan perubahan orientasi pengelolaan kedalam konsep
pelestarian SDA. Subsektor kehutanan dan sektor pertambangan diprediksi akan sedikit
melambat dalam beberapa waktu untuk memulihkan daya dukung alam. Setelah tercapai
keseimbangan baru yang lebih sustainable dan tidak mengakibatkan kerugian lingkungan
(pemanasan global, erosi, dll). Selanjutnya melalui pengembangan hutan tanaman,
eksploitasi berjalan kembali secara hati-hati, sehingga pertumbuhan kedua sektor ini
diprediksikan kembali akan mengalami peningkatan. Perkembangan subsektor
perkebunan yang makin meningkat akan dilakukan dengan semakin hati-hati untuk
menghindari resiko monokultur dan kerugian fungsi ekosistem. Namun semua hal ini
hanya berlaku jika penegakan hukum dan peraturan berjalan konsekuen disertai
komitmen luas semua pihak, dan kepemimpinan berpandangan jauh ke depan.
c. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, angkatan kerja juga terus tumbuh,
serta dengan berkembangnya ekonomi, maka penyerapan tenaga kerja diharapkan
dapat mengejar pertumbuhan tersebut sehingga pada akhirnya akan menurunkan secara
signifikan tingkat pengangguran. Tentunya hal ini dicapai melalui pengelolaan ekonomi
berbasis lokal yang mensyaratkan pemberdayaan dan pemberian akses secara luas
kepada masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat secara tepat disertai kebijakan
pelayanan umum dan penyediaan kebutuhan dasar secara terjangkau akan dapat
membangun kemandirian masyarakat. Namun jika hal ini tidak berjalan, maka
diperkirakan permasalahan pengangguran akan terus terjadi. Dengan demikian jumlah
penduduk miskin secara konsisten diperkirakan akan terus menurun sejalan dengan
penurunan jumlah pengangguran.
d. Unit usaha dan kegiatan industri yang selama ini terlihat cenderung menurun akan
meningkat secara konsisten. Pada saat yang sama koperasi yang terlihat berkembang
pesat akan semakin mendapat tempat dan mengalami perkembangan usaha dan pola
yang semakin variatif. Sementara itu investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN juga tidak
ketinggalan. Jika selama ini perkembangan PMA kalah cepat dengan PMDN,
diperkirakan pada masa akan datang PMA akan segera melampaui perkembangan
PMDN, sehubungan dengan rencana tumbuhnya mega-mega proyek yang dibiayai lewat
modal asing. Hal ini perlu dicermati dan dilaksanakan dengan skema yang penuh kehati-
hatian agar tidak merugikan kepentingan daerah.
e. Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam 20 tahun kedepan diprediksikan akan terus
mengalami peningkatan, seperti luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi
akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,15%, 2,13% dan 1,44% untuk
padi sawah, sedangkan untuk padi ladang masing-masing 0,49%, 1,02% dan 1,48%.
Demikian juga hal nya dengan tanaman palawija dan hortikultura, semakin banyak
menjadi bahan baku industri hilir sejalan perkembangan industri pakan ternak dan
industri lainnya, termasuk untuk industri biofuel. Dengan tingkat pertumbuhan yang
demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor pertanian tanaman pangan dan
hortikultura ini akan naik secara gradual dari 5,50% pada tahun 2006 menjadi 6,00%
pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 5,88%
f. Untuk komoditas perkebunan, diprediksi pada 20 tahun ke depan luas tanam dan
produksi tanaman karet akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,63%
dan 2,65%. Sementara luas tanam dan produksi tanaman kelapa sawit akan memiliki
rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,70% dan 10,73%. Kelapa sawit mempunyai
peluang prosfektif kedepan sejalan dengan berkembangnya produk industri hilir yang
bernilai tinggi, seperti Crude Palm Oil (CPO), minyak goreng, olein, strearin, gliserin,
pakan ternak dan pupuk organik serta biofuel. Demikian pula untuk komoditas karet
alam, trend permintaan dunia akan terus meningkat sebagai akibat dari meningkatnya
harga dan semakin terbatasnya BBM. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian,
diprediksi bahwa PDRB dari subsektor perkebunan ini akan naik secara gradual dari
6,00% pada tahun 2006 menjadi 7,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan
per tahun sekitar 6,70%
g. Pada subsektor peternakan diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus
mengalami peningkatan. Ternak sapi diprediksi akan memiliki rata-rata pertumbuhan
populasi dan pemotongan sebesar 5,82% dan 3,96% pertahun, ternak ayam ras
pedaging sebesar 4,55% dan 4,83%, dan ternak ayam ras petelur sebesar 5,57% dan
3,05%, ternak ayam buras sebesar 1,87% dan 0,58% per tahun, sedangkan ternak itik
rata-rata sebesar 3,61% dan 2,05% per tahun. Pada sub sektor peternakan, potensi
yang dapat dikembangkan adalah komoditas sapi, kerbau, ayam ras pedaging, ayam ras
petelur, ayam buras dan itik. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi
bahwa PDRB dari subsektor peternakan ini akan naik secara gradual dari 6% pada tahun
2006 menjadi 9% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar
7,5%.
h. Pada sub sektor perikanan, kalau dilihat dari kebutuhan konsumsi dan ekspor
diprediksikan terus mengalami peningkatan, walaupun produksi ikan hasil tangkapan
cenderung menurun dalam setiap tahunnya. Tetapi dengan dukungan potensi aktualnya
dan selama masih ada ruang (space) untuk ikan hidup dan berkembang biak, berpeluang
untuk dikembangkan, demikian pula halnya dengan perikanan budidaya. Apalagi kalau
dilihat dari potensinya, dimana pemanfaatan perikanan tangkap di laut mencapai
produksi 67% dari potensinya, ini berarti masih ada 23% yang belum termanfaatkan,
sedangkan di perairan umum 55% dan masih ada 45% yang belum termanfaatkan.
Peningkatan dimaksud terjadi dengan berkembangnya usaha bisnis perikanan
subsistem hulu, subsistem usaha perikanan (on fish-farm), subsistem hilir (pengolahan,
distribusi, pemasaran hasil) dan subsistem penunjangnya. Pengembangan sistem bisnis
perikanan, akan terwujud dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan beserta jejaring bisnis
perikanan yang terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing daerah. Pusat-
pusat bisnis perikanan erat kaitannya dengan ekonomi lokal, regional dan nasional
sehingga secara bertahap bisnis perikanan daerah yang bersangkutan makin terintegrasi
dengan jejaring perekonomian global.
i. Pada sub sektor kehutanan, kalau dilihat dari kondisi perkembangan yang terjadi
sekarang, memang sedang mengalami penurunan, Berkaitan dengan hal tersebut,
untuk masa 20 tahun kedepan sub sektor kehutanan, dapat mengalami peningkatan
kembali, apabila kawasan berhutan yang ada sekarang dilaksanakan melalui
pengelolaan hutan secara lestari (sustainable forest management) yang mendukung
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) tercapai. Selain itu untuk
kawasan hutan yang sudah rusak, perlu dilaksanakan Rehabilitasi hutan dan lahan
melalui hutan tanaman yang diharapkan dapat menekan laju deforestasi dan degradasi
serta memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders, menjamin keseimbangan
sistem lingkungan dan tata air DAS, serta mendukung kelangsungan pembangunan
kehutanan. Apabila diasumsikan kemampuan program GN-RHL oleh pemerintah sebesar
3% per tahun dari luasan kritis dan tidak ada penambahan lahan kritis, maka luasan
lahan kritis tersebut baru akan selesai direhabilitasi setelah 33 tahun.
j. Pada sektor industri diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus
mengalami peningkatan. Industri di Kalimantan selatan diproyeksikan akan tumbuh
dengan kisaran 9,00% - 11.00% dengan rata-rata 10,00% pertahun dan perdagangan
tumbuh rata-rata 8,00%. Pada periode terakhir ini industri di Kalimantan Selatan akan
semakin berkembang seiring dengan kesiapan industri nasional untuk memasuki pasar
internasional secara mandiri dan berkelanjutan. Industri yang dikembangkan adalah
industri yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, yaitu berupa industri berbasis
pertanian dan pertambangan, yang diharapkan dapat berkembang secara bertahap
dimulai dari industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi industri hilir yang
merupakan produk akhir.
k. Untuk komoditas pertambangan, diarahkan pada pengelolaan seoptimal mungkin
seluruh sumber kekayaan tambang, sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya mineral
dan batubara merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources). Mengingat akan keterdapatannya tersebut, maka pengelolaannya oleh
pemerintah mutlak dilakukan. Eksploitasi dan pemanfaatannya agar selalu
memperhatikan aspek teknis, ekonomis, konservasi dan kelestarian lingkungan sesuai
konsep Good Mining Practise (GMP). Pertumbuhan industri dalam negeri yang
dihubungkan dengan bahan galian (tambang) dimasa yang akan datang pasti akan terus
meningkat terutama kebutuhan yang berbasis energi (listrik), sehingga pembangunan
pengelolaan sumberdaya mineral dan batubara yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat serta dapat menjamin kesediaan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri
khususnya di Kalimantan Selatan.
mata air menjadi kering, sungai-sungai mengalami pendangkalan dan tidak berair; musimU
hujan : rawan banjir). Pada sisi lain upaya-upaya pengendalian dan rehabilitasi lahan
U
kritis dan kerusakan hutan juga belum menunjukan hasil yang optimal (sampai tahun
2007 baru 10% dari 560.000 luas lahan kritis)
• Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan terjadi pergeseran tata ruang wilayah yang
berpengaruh pada ekosistem dan kehidupan organisme. Akibat semakin menyempitnya
ruang terbuka hijau, maka biodiversity akan terganggu, dan sebagian spesies akan
berkurang bahkan mengalami kepunahan.
• Bencana banjir, longsor dan kabut asap akan terus mengancam kehidupan masyarakat
Kalimantan Selatan, baik secara kuantitas maupun kualitas sebagai akibat buruknya
sistem pengelolaan SDA dan lingkungan seperti kebijakan pembangunan yang tidak
berpihak kepada lingkungan, ekploitasi SDA tanpa memperhatikan daya dukung wilayah,
rusaknya DAS, khususnya bagian hulu, perubahan penggunaan lahan dan rendahnya
pengusaan ilmu dan teknologi yang ramah lingkungan.
2.2.4 Sosial Budaya dan Agama
• Kecenderungan pendidikan masyarakat lebih tinggi menjadikan sikap toleran dalam
kehidupan beragama sehingga mendorong kerukunan diantara umat beragama dan
didalam lingkungan umat beragama.
• Kecenderungan terjadi peningkatan kerjasama antara pemerintah dengan lembaga-
lembaga keagamaan dalam pengadaan sarana/prasarana serta kualitas SDM
sehingga mendorong peningkatan pembinaan kehidupan beragama.
• Kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
• Masyarakat cenderung akan semakin agamis namun perbedaan pemahaman antar
kelompok masih belum dijembatani secara optimal terutama dikalangan pengikutnya.
• Peningkatan pemahaman agama juga menimbulkan dorongan bagi implementasi
dan internalisasinya pada tata kelola kehidupan masyarakat.
• Kecendrungan meningkatnya gairah syiar islam ditengah maraknya degradasi moral
dapat memperkaya khasanah kebudayaan bangsa yang bermartabat jika diarahkan
dengan optimal.
• Kecenderungan masih belum berkurangnya perbedaan perbedaan antar kelompok
akan menjadi kendala bagi optimalisasi peran ulama dan pondok pesantren sebagai
pengawal moral kehidupan masyarakat.
• Kecenderungan masyarakat membutuhkan informasi yang cepat, tepat dan akurat.
2.2.5 Sarana dan Prasarana
Kebutuhan sarana dan prasarana untuk 20 tahun mendatang diprediksi akan semakin
meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya perekonomian daerah dan jumlah
penduduk. Kebutuhan sarana dan prasarana yang meningkat antara lain :
• Sarana dan Prasarana permukiman;
• Kebutuhan air bersih pada tahun 2006 untuk kebutuhan air puncak harian adalah
36.255,023 m3/det dengan standar asumsi pelayanan 20%, sedangkan kebutuhan air
puncak harian pada tahun 2010 adalah 99.712,68 m3/hari, berdasarkan hal tersebut
perlu diantisipasi cadangan air bersih agar pemenuhan target tercapai.
• Kebutuhan rumah untuk tahun 2006 sebanyak 658.440 unit dengan luas lahan seluas
19.753,20 ha, sedangkan kebutuhan rumah pada tahun 2010 adalah sebanyak
770.660 unit dengan luas lahan 21.019,80 ha.
• Kebutuhan listrik pada tahun 2006 adalah 757.206 KVA, sedangkan kebutuhan listrik
pada tahun 2010 adalah 805.756 KVA.
• Kebutuhan telpon pada tahun 2006 sebanyak 658.440 unit, sedangkan pada tahun
2007 kebutuhan telpon diperkirakan sebanyak 700.660 unit. Dengan adanya
peningkatan jumlah BTS (Base Tranceiver Station) yang dibangun oleh Telkom,
Excel comindo, Indosat, Telkomsel, Mobile 8, Asia dan lain-lain maka kebutuhan
akan telepon selular akan semakin tinggi.
• Prasarana dan sarana air bersih, sanitasi, drainase, persampahan dan dalam
permukiman diprediksikan permasalahannya akan semakin komplek, untuk itu perlu
penanganan dan pengelolaan secara terpadu melalui kerja sama antar daerah atau
kota yang berdekatan.
• Transportasi udara diprediksikan jumlah penumpang dan pesawat akan semakin
bertambah sehingga perlu adanya pengembangan bandara di Kalsel menjadi
bandara internasional serta perlu adanya bandara alternatif.
• Transportasi laut yang diprediksikan sudah tidak dapat menampung lagi, mengingat
jumlah bongkar muat barang dan orang serta jumlah kapal yang semakin bertambah
sehingga perlu pelabuhan alternatif yang dapat melayani akses nasional dan
internasional.
• Sarana dan Prasarana jalan diprediksikan jumlah kendaraan semakin meningkat
serta jumlah muatan barang dan orang juga semakin meningkat, sedangkan kondisi
jalan pada tahun 2006 hanya 30% dengan katagori baik, sedangkan pada tahun 2007
diperkirakan jalan dengan kondisi baik diperkirakan 60%, berdasarkan hal tersebut
perlu peningkatan kwalitas dan kwantitas jalan, dengan lebar minimal 7 meter dengan
beban gandar minimal 12 ton, serta penyediaan sarana dan prasarana angkutan
alternatif untuk mengatasi kemacetan yang terjadi.
• Sarana dan Prasarana sumber daya air diprediksikan akan meningkat secara
kuantitas dan kualitas sehingga dapat mendukung perekonomian daerah di sektor
pertanian dan air baku.
2.2.6 Politik, Pemerintahan dan Hukum
• Masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia aparatur dan sarana-prasarana
teknologi informatika masih akan menjadi kendala bagi penerapan sistem
manajemen berbasis teknologi yang lebih efisien dan efektif bagi pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan.
• Jumlah PNS dengan strata pendidikan S1 dan S2 serta jumlah golongan III dan IV
cendrung akan terus meningkat. Di lain pihak, usaha-usaha untuk meningkatkan
kualitas fungsional dalam pelaksanaan tugas birokrasi, pemerintahan, dan pelayanan
publik cenderung memberikan hasil yang lambat.
• Pembangunan hukum secara berkesinambungan cenderung masih mendapatkan
kendala karena keterbatasan kualitas dan kuantitas perangkat-perangkat hukum
seperti Perda, aparatur, sarana-prasarana, serta masyarakat yang sadar dan taat
hukum.
• Semakin besarnya tuntutan masyarakat bagi berlangsungnya mekanisme
transparansi sektor publik dapat terkendala jika sistem informasi dan data di
lingkungan pemerintah belum optimal.
• Belum terpolanya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di
Provinsi Kalimantan Selatan akan terus berlangsung sehingga kurang mendorong
terciptanya pembangunan daerah yang partisipatif.
2.2.7 Penataan Ruang
• Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan kegiatan yang memerlukan
ruang juga meningkat
• Kejelasan tentang fungsi kawasan harus dipertegas dengan penetapan tata batas
antar kawasan
• Peningkatan fungsi pusat permukiman harus dipertegas sehingga mampu
mendorong perkembangan wilayah
• Belum jelasnya pola-pola pengembangan kawasan strategis sehingga belum mampu
memunculkan pusat pertumbuhan yang akan memacu pengembangan Kalimantan
Selatan
2.3.2 Demografi
a. Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi akan berakibat pada tingginya
kebutuhan akan sarana dan prasarana dasar seperti pendidikan dan kesehatan
b. Distribusi penduduk yang belum merata, yaitu masih terpusat di sekitar Kota Banjarmasin
untuk itu diperlukan distribusi manusia dan kegiatan ekonomi di pusat-pusat kegiatan lain
c. Terjadinya peralihan pekerjaan penduduk Kalimantan Selatan dari pertanian ke non
pertanian dimana tahun 1997 sebanyak 97,9% menjadi 49,1% tahun 2005
d. Masih tingginya angka pengangguran tahun 1996 sebesar 0,3% tahun 2005 menjadi
6,2%
e. APK dan APM mengalami peningkatan namun masih perlu didorong sehingga
peningkatannya dapat lebih tinggi lagi serta penduduk usia sekolah dapat mengakses
pendidikan secara merata
f. Masih adanya penyakit yang dialami oleh penduduk seperti TB Paru dan ISPA yang
cenderung meningkat.
g. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalsel sejak tahun 1999 hingga 2005
menunjukkan peningkatan, yaitu tahun 1999 sebesar 62,2 dan tahun 2005 67,4 namun
secara peringkat Nasional menunjukkan penurunan dimana tahun 1999 urutan ke-21 dan
tahun 2005 pada urutan ke-26
b. Pemanfaatan SDA tanpa memperhatikan kaidah konservasi, baik yang legal maupun
illegal, cenderung merusak lingkungan hidup, apalagi dengan makin meningkatnya
demand akan SDA mengakibatkan rangsangan terhadap terjadinya illegal mining, illegal
logging dan illegal fishing yang cenderung telah menjadi sistem yang sulit dikendalikan.
c. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam kurun waktu 20 tahun ke depan Kalimantan
Selatan harus bertekad untuk memproyeksikan daerahnya, menjadi daerah yang mampu
mengelola SDA dan Lingkungan secara efisien, mandiri dan ramah lingkungan.
Terwujudnya kesadaran, sikap mental dan perilaku masyarakat yang tinggi dalam
pengelolaan SDA dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan
dan kualitas kehidupan setelah merasakan sendiri susahnya hidup dalam kondisi
lingkungan hidup yang rusak, serta terwujudnya Pengelolaan sumber daya alam dan
daya dukungnya diarahkan berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat,
generasi sekarang dan selanjutnya.
a. Upaya peningkatan fungsi daerah tangkapan air (catchment area) dengan memperbaiki
kawasan hutan serta pengembalian fungsi sungai sebagai sarana untuk mengalirkan air
hujan atau air permukaan.
b. Upaya penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang lebih baik dan memadai.
c. Peruntukan lahan untuk kawasan permukiman yang terencana (RTRWK) serta upaya
peningkatan keterlibatan dunia usaha, swasta dan masyarakat dalam penyediaan
perumahan dan fasilitas pendukungnya.
d. Pemerintah berpacu untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2015, yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum terlayani fasilitas air
minum.
e. Terbukanya kemungkinan pihak swasta dan Pemerintah Kabupaten untuk terlibat dalam
penyediaan ketenagalistrikan.
f. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi dan perkembangan jumlah industri yang terus
meningkat, pengambilan dan pemanfaatan air tanah untuk kepentingan industri yang
tidak terkontrol serta menurunnya kualitas air permukaan akibat pencemaran.
g. Produksi oleh PLN belum mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan
baik rumah tangga maupun industri.
a. Penetapan Provinsi Kalimantan Selatan mulai tahun 2005 sebagai pilot proyek
penyelenggaraan good governance, serta kebijakan rencana pemindahan perkantoran
pemerintahan propinsi Kalimantan Selatan ke Banjarbaru, mendorong kondusifnya
penyelenggaraan pelayanan pemerintahan daerah.
BAB III
VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
3.1. Visi
• Visi merupakan suatu rumusan tentang keadaan yang diinginkan dimasa depan dalam
hal ini adalah keadaan Provinsi Kalimantan Selatan diakhir periode Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yaitu pada tahun 2025.
• Visi untuk Provinsi Kalsel dirumuskan dengan memperhatikan berbagai hal mencakup
tantangan dan peluang dimasa depan, kekuatan dan kelemahan yang ada, faktor-faktor
strategis yang muncul, amanat pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan
aspirasi masyarakat.
• Berdasarkan pertimbangan atas faktor faktor diatas maka diperoleh rumusan visi
Kalimantan Selatan dalam waktu 20 tahun mendatang yaitu :
3.2. Misi
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan tersebut ditempuh
berbagai misi sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM, dengan menitikberatkan pada
aspek kesehatan, pendidikan dan kehidupan sosial budaya dan agama berlandaskan
pada IPTEK dan IMTAQ.
2. Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan, yang berbasis pada
potensi agraris dan kerakyatan dengan dukungan transportasi yang baik.
3. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan, yang relatif merata pada
berbagai wilayah pembangunan
4. Mendorong pengelolaan SDA secara efisien, untuk menjamin kelanjutan
pembangunan dan menjaga keseimbangan lingkungan.
5. Menciptakan taat asas dan tertib hukum, bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kehidupan berpolitik, sosial, budaya dan agama.
Pembahasan tentang arah pembangunan jangka panjang Provinsi Kalsel akan dibagi
menjadi dua yaitu (1) arah umum pembangunan jangka panjang dan (2) peran sub wilayah
pembangunan.
Sesuai dengan misi yang sudah diuraikan diatas, pembahasan tentang arahan umum
pembangunan jangka panjang dikelompokkan menjadi lima bidang yaitu (1) bidang SDM dan
sosial-budaya-agama (2) bidang ekonomi (3) bidang prasarana & sarana (4) bidang pengelolaan
sumber daya alam dan (5) bidang politik, pemerintahan dan hukum.
Sumberdaya manusia merupakan faktor utama dan dominan dalam pembangunan suatu
daerah dalam rangka peningkatan kemakmuran masyarakat. Kondisi internal dan eksternal
dalam pembangunan sumberdaya manusia semakin bertambah kompleks sehingga diperlukan
kebijakan dan strategi yang lebih terarah. Strategi disini mencakup tiga hal pokok yaitu pertama,
peningkatan pendidikan; kedua, peningkatan kesehatan dan ketiga, perbaikan kehidupan
beragama, sosial, budaya.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya manusia adalah
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1
Sasaran Pembangunan SDM
Kalimantan Selatan 2005 – 2025
I n d i k a t o r
Tahap Kesehatan
Pendidikan Sosbud Agama
AKB AHH IPM
APM SD 98 40 67 thn 72 Tersedianya wadah
APK SMP 95 pengembangan
I APK SMA 75
(2005- UAN SMP 6.50
2010) UAN SLTA 7.00
Terpenuhinya wajib
belajar 9 thn
APM SD 98 31 71 thn 74 Optimalnya wadah
(dipertahankan) 40% pengembangan
II Bertaraf Nasional
(2010- APK SMP SLTA 98,85
2015) UAN SD,SMP,SLTA 7.00
Terpenuhinya wajib
belajar 12 thn
90% SD,SMP, SLTA 25 75 thn 77 Terkendalinya konflik
III bertaraf nasional, 20% antar kelompok
(2015- internasional
2020) Terpenuhi tenaga
profesional
50% SD,SMP, SLTA 21 78 thn 80 Kehidupan
IV bertaraf internasional bermasyarakat yang
(2020- Terpenuhi tenaga lokal harmonis
2025) profesional bertaraf
internasional
AKB= Angka Kematian Bayi AHH = Angka harapan Hidup
(1). Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dengan berbagai kebijakan yang
pada dasarnya dapat mendorong :
(2). Pembangunan diarahkan untuk terciptanya sistem distribusi yang efisien dengan berbagai
kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. Perluasan akses masyarakat terhadap sumber daya ekonomi
b. Perluasan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat menengah kebawah
c. Pengembangan sistem tata niaga yg kondusif dengan ditopang oleh regulasi yg saling
melengkapi
d. Penciptaan iklim persaingan yang sehat
e. Perlindungan bagi berkembangnya KUKM
f. Pengembangan sistem dan jaringan transportasi
(3). Pembangunan diarahkan untuk terwujudnya struktur ekonomi industrialis yg diiringi oleh
perdagangan, jasa dan transportasi dengan berbagai kebijakan yg pada dasarnya dapat
mendorong :
a. Pengembangan SDM dan IPTEK lebih kearah industri dengan basis SDA yang ramah
lingkungan
b. Pengembangan sentra industri dan perdagangan.
c. Pengembangan sektor jasa dan pariwisata selaras dengan perkembangan ekonomi
d. Pengembangan produk industri yang berkaitan dengan pasar global (termasuk
transportasi dan pergudangan)
(6). Pembangunan diarahkan untuk terwujudnya pemanfaatan barang dan jasa hasil hutan
secara arif dan bijaksana dengan memperhatikan kelestarian ekosistem dan kesejahteraan
bagi masyarakat secara luas
a. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional
sekaligus mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, lindung,
dan produksi (kayu, non kayu,jasa) untuk mencapai manfaat sosial, budaya dan
(7). Pembangunan diarahkan untuk optimalisasi sumberdaya alam dan dengan berbagai
kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. Pengembangan agribisnis modern berbasis SDA pertanian dan maritim
b. Pengembangan pola kemitraan
c. Pengembangan pola produksi berbasis masyarakat
d. Pengembangan sumber daya energi alternatif dan energi baru terbarukan yang
mendukung pembangunan berkelanjutan
e. Pengembangan sumber daya mineral, batubara, air, tanah dan mitigasi bencana alam
yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang Ekonomi adalah sebagai berikut :
• Pertumbuhan pertahun ditargetkan dari 5,57% ditahun 2006 menjadi 8,53% ditahun
2025. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan hasil perhitungan target yang dibuat per
subsektor (Tabel 2).
• Beberapa sektor didorong sedemikian rupa agar bisa tumbuh dengan cepat. Sebaliknya
terdapat beberapa sektor yang tumbuh relatif lambat yaitu sektor Pertambangan dan
Kehutanan. Kedua sub sektor ini diasumsikan tumbuh secara lambat untuk mencegah
dan mengurangi dampak negatif yang selama ini sudah sangat mengganggu
masyarakat.
Tabel 2
PDRB Per Sektor Kalimantan Selatan 2005-2025 (Rp juta)
Sektor 2005 2006 2010 2015 2020 2025
1 PERTANIAN 5,689,653 5,983,502 7,355,385 9,786,375 13,254,633 18,262,966
2 PERTAMBGN 3,550,900 3,730,805 4,455,889 5,466,030 6,650,073 8,115,836
3 INDUSTRI 2,937,666 2,996,419 3,504,090 4,959,308 7,987,015 14,075,849
4 GAS A L 121,573 125,985 145,461 181,670 238,386 321,323
5 BANGUNAN 1,221,356 1,331,278 1,879,207 3,026,482 4,874,179 7,499,529
6 PERDAG H R 3,017,303 3,201,750 4,193,555 6,014,608 8,805,170 13,193,335
7 ANG KOM 2,015,920 2,175,874 2,977,705 4,519,586 7,304,806 12,076,158
8 BLKL 969,084 1,037,678 1,372,166 2,083,141 3,254,065 5,547,804
9 JASA 1,997,572 2,135,524 2,789,677 4,072,403 5,953,246 8,706,998
JUMLAH 21,521,027 22,718,814 28,673,136 40,109,602 58,321,572 87,799,798
r/thn 5.57% 5.91% 6.94% 7.77% 8.53%
Catatan: Nilai PDRB diambil dari rencana pertumbuhan per sektor
• Struktur ekonomi diubah sedemikian rupa menuju ke sektor yang diharapkan memiliki
”value added” tinggi atau dari sektor yang ”terms of tradenya” rendah ke sektor yang
”terms of tradenya” tinggi. Untuk ini sektor pertanian –yang biasanya paling dominan--
secara bertahap dikurangi peranannya; sebagai gantinya sektor Industri didorong untuk
lebih berperan diikuti pula oleh sektor lainnya.
• Untuk merealisasikan ini kontribusi sektor Pertanian diupayakan semakin berkurang
sebaliknya kontribusi sektor Industri bertambah besar dalam pembentukan Produk
Domestik Rejional Bruto. Pergeseran dilakukan secara bertahap sampai dengan tahun
2025 dimana peran sektor Pertanian mengecil dari 26,4% ditahun 2005 menjadi 20,8%
ditahun 2025 sedangkan Industri meningkat menjadi dari 13,7% ditahun 2005 menjadi
16,0% ditahun 2025 (Tabel 3) .
• Seiring dengan pergeseran peranan sektor Pertanian ke sektor Industri, sektor
Perdagangan dan sektor Angkutan Komunikasi terus dikembangkan dengan kontribusi
15,0% dan 13,8% ditahun 2025.
• Sasaran makro lainnya mengikuti perubahan PDRB dan perubahan penduduk dimana
pertumbuhan penduduk ditargetkan menurun dari 1,61% ditahun 2006 menjadi 1,14%
ditahun 2025 (Tabel 4)
• PDRB Konstan per kapita ditahun 2005 adalah Rp 6,64 juta dan ditahun 2025 Rp
20,62 juta atau menurut harga berlaku sebanding dengan US$ 5.592 (Tabel 4)
Tabel 3
Sasaran Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB
Provinsi Kalsel 2005 – 2025 (%)
Sektor 2005 2006 2010 2015 2020 2025
1 PERTANIAN 26.4 26.3 25.7 24.4 22.7 20.8
2 PERTAMBGN 16.5 16.4 15.5 13.6 11.4 9.2
3 INDUSTRI 13.7 13.2 12.2 12.4 13.7 16.0
4 GAS A L 0.6 0.6 0.5 0.5 0.4 0.4
5 BANGUNAN 5.7 5.9 6.6 7.5 8.4 8.5
6 PERDAG H R 14.0 14.1 14.6 15.0 15.1 15.0
7 ANG KOM 9.4 9.6 10.4 11.3 12.5 13.8
8 BLKL 4.5 4.6 4.8 5.2 5.6 6.3
9 JASA 9.3 9.4 9.7 10.2 10.2 9.9
TOTAL 100 100 100 100 100 100
Tabel 4
Sasaran Indikator Makro dan Kesejahteraan
Provinsi Kalsel 2007 – 2026
2005 2006 2010 2015 2020 2025
1 PDRB Konstan (Rp.Jt) 21,521,027 22,718,814 28,673,136 40,109,602 58,321,572 87,799,798
2 Growth/thn 5.6% 5.9% 6.9% 7.8% 8.5%
3 Jlh Pddk 3,240,100 3,292,200 3,503,300 3,767,800 4,023,900 4,258,000
4 Growth/thn 1.61% 1.57% 1.47% 1.32% 1.14%
5 PDRB Kn/KAP (Rp.Jt) 6.64 6.90 8.18 10.65 14.49 20.62
6 PDRB Berlaku (Rp.Jt) 26,267,442 29,115,868 43,746,166 73,433,529 124,572,463 214,327,697
7 PDRB Blk/KAP ($)* 900.78 982.65 1,387.46 2,165.53 3,439.79 5,592.81
PDRB Blk/KAP ($)** 900.78 1,001.37 1,498.46 2,454.27 4,029.47 6,711.37
8 % Org Miskin 7.23 6.58 4.98 3.99 2.99 1.80
9 % Penganggur 6.18 8.87 7.91 6.62 5.38 4.26
10 PAD (Rp. Juta) 530,111 666,209.16 1,404,561.17 2,822,713.81 5,081,047.19 8,736,426.83
11 Growth/thn 25.67% 20.50% 19.06% 15.83% 14.51%
12 Jlh Koperasi 1,521 1,732 2,141 2,926 4,177 6,201
13 Jumlah Industri 81,973 85,761 99,393 125,577 167,273 234,763
14 ICOR 3.25 3 2.75 2.5
15 Investasi 19,351,547 34,309,398 50,082,916 73,695,566
16 Investasi/thn 3,870,309 6,861,880 10,016,583 14,739,113
Ket 1. Berdasarkan proyeksi PDRB (Tabel 2)
3. Berdasarkan proyeksi penduduk nasional
6. Assumsi Inflasi konstan 5% pertahun
7* Asumsi inflasi konstan 5% perthn & us$1=Rp 9000
7** Asumsi inflasi konstan 7% perthn & us$1=Rp 9000
(4) Pembangunan diarahkan untuk terwujudnya prasarana dan sarana pendidikan dengan
berbagai kebijakan yang dapat mendorong :
a. Perbaikan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pendidikan.
b. Pembangunan dan peningkatan prasarana dan sarana pendidikan secara merata.
c. Peningkatan kualitas dan ketersediaaan sarana pendidikan yang sejalan dengan
kebutuhan.
(5) Pembangunan diarahkan untuk terwujudnya prasarana dan sarana kesehatan dengan
berbagai kebijakan yang dapat mendorong :
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan secara merata.
b. Pembangunan sistem rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas pelayanan yang terpadu
c. Peningkatan peranserta swasta dalam penyediaan fasilitas kesehatan masyarakat.
d. Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan untuk mendukung Upaya
Kesehatan Perorangan dan Masyarakat srtarat satu, dua dan tiga serta Upaya
Kesehatan Kegawatdaruratan Bencana.
c. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana secara sistematis dan kontinyu
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang prasarana dan sarana adalah (Tabel 5):
1. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Transportasi yang Terpadu dengan
tahapan pencapaian sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah tersedianya sarana dan prasarana jalan nasional dan
jalan provinsi dalam kondisi baik 45%, jembatan nasional dan jembatan provinsi
dalam kondisi baik 70%, rintisan pelabuhan alternatif serta terbangunnya
terminal kelas A sampai 50%.
Tabel 5
Sasaran Pembangunan Prasarana & Sarana
2005-2025
Indikator Tahap
I II III IV
Transportasi terpadu
• Jalan Nas & Prov 45% 75% 80% 90%
a. Jalan Nasional
b. Jalan Provinsi
• Jembatan 70% 80% 85% 90%
c. Jembatan Nasioanl
d. Jembatan Provinsi
• Pelabuhan Alternatif Rintisan 20% 50% 100%
• Bandara
- Bandara Syamsudin - - Pengem Internasional
Noor bangan
b. Tahap kedua adalah tersedianya sarana dan prasarana jalan nasional dan
provinsi dalam kondisi baik 75%, jembatan nasional dan provinsi dalam kondisi
baik 80%, pelabuhan alternatif berupa pelabuhan samudra telah terbangun 20%,
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan
hidup adalah sebagai berikut :
Tahap I (2005-2010) :
• Teridentifikasi, terinventarisasi dan terpetakannya potensi sumberdaya alam hutan,
air, laut dan bahan mineral pada daerah yang menyimpan kandungan dalam jumlah
besar, termasuk kawasan ekosistem yang rentan terhadap kerusakan sehingga
dapat disusun blue print pengelolaan dan pemanfaatan SDA secara efisien, mandiri
dan ramah lingkungan
• Rehabilitasi hutan dan lahan seluas 20% dari lahan kritis (agak kritis, kritis dan
sangat kritis) dengan membangun kembali hutan alam di areal bekas HPH yang tidak
produktif, hutan sekunder muda, dan kawasan lindung melalui pendekatan Forest
Resource Management (FRM) dan Forest Ecosystem Management secara
komplementer
• Penataan kelembagaan dan penegakan hukum pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui penerapan sanksi secara tegas terhadap
kejahatan lingkungan, peningkatan standarisasi dan audit lingkungan secara
komprehensif
• Identifikasi dan pemetaan daerah rawan bencana sebagai upaya awal mitigasi
bencana alam sesuai dengan kondisi daerah Kalimantan Selatan yang rawan
bencana banjir dan tanah longsor
• Menjamin tersedianya batubara sebagai bahan baku untuk penyediaan energi listrik
PLTU daerah dan nasional
• Pembentukan Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) unit Kalimantan Selatan untuk
mendorong percepatan pengelolaan hutan lestari dan masyarakat sejahtera
sebanyak 3 satuan KPH (KPHP Banjar 1 buah sebagai KPH Model seluas
185.300,93 ha, 1 KPHP Hulu Sungai seluas 156.766,31 ha, 1 KPHL Tahura Sultan
Adam 112.339,75 ha)
• Revitalisasi DAS yang diprioritaskan pada 7 (tujuh) Sub-DAS dan 2 DAS yang sangat
kritis (Sub-DAS Tapin, Sub-DAS Amandit, Sub-DAS Tabalong Kanan, Sub-DAS
Tabalong Kiri, Sub-DAS Riam Kiwa, Sub-DAS Riam Kanan, Sub-DAS Balangan,
DAS Kusan, DAS Satui) dengan penerapan konsep one river one management
sebagai upaya menekan kuantitas dan kualitas bencana ekologis banjir dan tanah
longsor
• terbentuknya kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan hidup terutama
pada kalangan generasi muda
Tahap II (2010-2015):
• Tertatanya sistem informasi tentang lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
berbasis e-environmental.
• Revitalisasi DAS pada 6 (enam) DAS dan 2 (dua) Sub DAS (DAS Maluka, DAS
Cengal, DAS Sampanahan, DAS Batu Licin, DAS Cantung, DAS Senakin, Sub DAS
Barito Tengah, Sub DAS Batang Alai) dengan penerapan konsep one river one
management sebagai upaya menekan kuantitas dan kualitas banjir dan tanah
longsor.
• Rehabilitasi hutan dan lahan seluas 40% dari lahan kritis dengan dengan
pendekatan Forest Resource Management (FRM) dan Forest Ecosystem
Management sesuai karakteristik wilayah dan kondisi sosekbud masyarakat.
• Pembentukan Kesatuan pengelolaan hutan (KPH) sebanyak 8 satuan (KPHP Pulau
Laut luas 100.967,37 ha, KPHL Sengayam luas 296.614,31 ha, KPHP Cantung
208.436,33 ha, KPHP Tanah Bumbu 295.361,92 ha, KPHP Tanah Laut 102.846,21
ha, KPHP Tabalong Kiri 120.386,41 ha, KPHP Tabalong Kanan 142.902,14 ha,
KPHL Balangan 90.425,53 ha).
• Terbentuknya kesadaran masyarakat terutama pada kalangan generasi muda yang
berjiwa militan akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup.
• Terwujudnya pemanfaatan energi baru terbarukan yang lebih maksimal.
• Terinventarisasinya terpetakan potensi sumber energi baru terbarukan.
• Terdatanya perkembangan distribusi dan konsumsi BBM.
• Terinventarisasinya potensi sumber energi migas.
• Terlaksananya program konservasi energi.
• Tercapainya kegiatan pengelolaan dan pengembangan migas yang aman dan
berwawasan lingkungan.
• Sebanyak 25% perusahaan industri dan jasa bahkan usaha rakyat yang berorientasi
ekspor agar dapat bersaing di tingkat interasional telah memiliki sertifikasi sistem
manajemen dan kinerja lingkungan (ISO 14000 dan ekolabeling).
• Penetapan kebijakan yang membuka peluang akses dan kontrol masyarakat
terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
• Pencegahan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan
pengembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, penetapan indeks dan baku
mutu lingkungan dan dan pengintegrasian biaya pengembangan pengelolaan
lingkungan hidup.
• Penataan kelembagaan dan penegakan hukum pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkungan hidup melalui penerapan secara tegas terhadap kejahatan
lingkungan, audit lingkungan secara komprehensif, evaluasi dan penyusunan
Peraturan Daerah tentang pengelolaan SDA serta pengakuan hukum adat terkait
dengan pengelolaan SDA dan lingkungan.
• Berkurangnya kawasan hutan dan lahan terbakar hingga 25% dari luasan yang
terbakar melalui upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara terpadu
• Revitalisasi DAS pada 2 (dua) Sub-DAS dan 5 DAS (Sub DAS Danau Panggang,
Sub DAS Barito Hilir, DAS Luang, DAS Tabanio, DAS Bangkalan, DAS Manunggal,
DAS Pulau Laut) dengan penerapan konsep one river one management.
• Terselenggarannya penyusunan neraca sumberdaya alam berdasarkan base line
data yang selalu diperbaharui setiap tahun.
• Berkurangnya kawasan hutan dan lahan terbakar hingga 50% dari luasan yang
terbakar sebelumnya melalui upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara
terpadu.
• Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan mengedepankan
upaya-upaya yang bersifat preventif, persuasif, pemberian reward/insentif dan secara
lebih tegas melakukan penegakan hukum lingkungan sehingga terbentuk
masyarakat sadar dan peduli lingkungan.
• Sebanyak 50% perusahaan industri dan jasa bahkan usaha rakyat yang berorientasi
ekspor agar dapat bersaing di tingkat interasional telah memiliki sertifikasi sistem
manajemen dan kinerja lingkungan (ISO 14000 dan ekolabeling).
• Pengembangan pelaksanaan perjanjian internasional dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
• Mengembangkan kemampuan dari penerapan sistem deteksi dini.
• Tersusunnya neraca air tanah.
• Inventarisasi mineral langka.
• Diversifikasi batubara menjadi nilai ekonomi yang tinggi.
• Evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pengusahaan pertambangan.
• Terpasangnya jaringan Listrik Desa Sepanjang 100 km /lima tahun dengan
pertahunnya harus terpasang sepanjang 20 km
• Tersusunnya neraca energi daerah
• Diversifikasi energi baru terbarukan menjadi nilai ekonomi yang tinggi
• Tercapainya kegiatan pengelolaan dan pengembangan migas yang aman dan
berwawasan lingkungan
Tahap IV (2020-2025):
• Rehabilitasi hutan dan lahan seluas 90% dari lahan kritis dan dapat menekan
seminimal mungkin percepatan penambahan luasan lahan kritis.
• Dapat dipertahankannya pemanfaatan sumberdaya alam sesuai prinsip
berkesesuaian standar yang berlaku yang selaras dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
• Pengelolaan DAS telah dapat dilakukan secara terpadu sehingga ancaman bahaya
banjir dan tanah longsor dapat ditekan serendah mungkin
• Berkurangnya kawasan hutan dan lahan terbakar hingga 50% dari luasan yang
terbakar pada periode sebelumnya melalui upaya pengendalian kebakaran hutan
dan lahan secara terpadutegaknya hukum tanpa diskriminasi bagi setiap
pelanggaran akan ketentuan pelestarian hutan dan lingkungan hidup .
• Sebanyak 75% perusahaan industri dan jasa bahkan usaha rakyat yang berorientasi
ekspor agar dapat bersaing di tingkat interasional telah memiliki sertifikasi sistem
manajemen dan kinerja lingkungan (ISO 14000 dan ekolabeling)
• Tercapainya kegiatan pengelolaan dan pengembangan mineral dan batubara yang
aman dan berwawasan lingkungan.
Pembangunan bidang politik, dan hukum diadakan untuk mendorong terwujudnya good
local governance dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan,
yang berdasarkan pada 4 (empat) prinsip, yaitu prinsip kepastian hukum, prinsip transparansi,
prinsip akuntabilitas dan prinsip partisipasi.
(1) Pembangunan hukum diarahkan untuk menciptakan kepastian hukum, rasa keadilan tertib
hukum dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong :
a. peningkatan perangkat hukum di daerah.
b. Peningkatan penegakan hukum di daerah tanpa pengecualian.
c. Peningkatan rasa keadilan, tertib hukum dan budaya hukum.
(2) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan prinsip akuntabilitas dengan berbagai kebijakan
yang pada dasarnya mendorong :
a. Meningkatkan system prestasi dan nilai spiritual dalam bekerja di kalangan PNS.
b. Meningkatkan profesionalitas dan moralitas PNS.
c. Mengembangkan pelayanan prima dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
propinsi Kalimantan Selatan.
(3) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan transparansi dengan berbagai kebijakan yang
pada dasarnya mendorong:
a. peningkatan system master plan dan SIM
b. peningkatan penyediaan informasi dan komunikasi.
c. Peningkatan keakuratan dan kevalidan data informasi.
(4) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan prinsip partisipasi dengan berbagai kebijakan
yang pada dasarnya mendorong :
a. peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pembangunan partisipatif dipropinsi
Kalimantan Selatan.
b. Meningkatkan keterlibatan kelompok masyarakat dalam proses perencanaan,
perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan public yang diproduk oleh
pemerintah propinsi Kalimantan Selatan.
c. Meningkatkan kebijakan produk yang aspiratif masyarakat.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang politik, pembangunan, dan hukum
adalah sebagai berikut :
Kegiatan penataan ruang diarahkan untuk mampu mengarahkan kegiatan yang memerlukan
ruang yang serasi, konsisten dan berkelanjutan dengan kegiatan:
Tahap I (2006-2010)
• Pengkajian pola pemanfaatan ruang
• Melakukan Revisi Perda RTRWP dan sinkronisasi dengan peraturan perundangan tata
ruang dengan hirarkhi diatasnya
• Peningkatan kelembagaan penataan ruang di daerah
Tahap II (2011-2015)
• Peningkatan sinkronisasi dan paduserasi antara RTRWP dan RTRWK
• Peningkatan peran RTRWP dalam kegiatan pembangunan sektoral
• Penjabaran teknis RTRWP
• Peningkatan peran lembaga penataan ruang
• Evaluasi pelaksanaan Perda tentang RTRWP
• Penyusunan rencana tata ruang yang detil
Tahap III (2016-2020)
• Evaluasi pelaksanaan Perda tentang RTRWP
• Peningkatan lembaga penataan ruang di daerah
• Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang
Tahap I (2006-2010)
• Tersedianya data-data spasial kegiatan penataan ruang
• Tersedianya dokumen RTRWP hasil paduserasi
• Peningkatan peran lembaga penataan ruang
• Tersedianya Perda RTRWP
Tahap II
• Tersedianya jabaran pelaksanaan Perda RTRWP
• Meningkatnya kegiatan lembaga penataan ruang
• Tersedianya hasil evaluasi RTRWP
• Tersedianya data-data spasial kegiatan pembangunan
Tahap IV (2021-2025)
• Tersedianya data hasil evaluasi pelaksanaan RTRWP
• Mantapnya lembaga penataan ruang
• Terwujudnya pola ruang sesuai RTRWP
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kota Banjarmasin sebagai pusat layanan antara lain
sebagai pusat layanan administrasi pemerintahan tingkat lokal, pusat layanan regional industri,
perdagangan dan jasa, pusat layanan kesehatan, pusat layanan jasa perbankan tingkat regional,
nasional dan internasional.
Pusat Kegiatan (PKW) pada umumnya sebagai pusat layanan administrasi pemerintahan
tingkat lokal, pusat layanan regional untuk industri, perdagangan dan jasa juga pada setiap PKW
mempunyai spesifik layanan, yaitu :
a. Kota Martapura sebagai pusat layanan pendidikan keagamaan pondok pesantren, pusat
layanan jasa kesehatan, pusat layanan sentra industri dan pedagangan batu permata, pusat
layanan industri pariwisata religius dan pariwisata sungai, layanan perdagangan sumberdaya
mineral, perkebunan, pertanian dan hortikultura;
b. Kota Amuntai sebagai pusat layanan regional untuk industri kerajinan rumah tangga, pusat
layanan pendidikan pondok pesantren, pusat layanan pariwisata kerbau rawa, pusat layanan
peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian,dan hortikultura lahan rawa;
c. Kota Marabahan sebagai pusat layanan regional peternakan, perikanan, pertanian dan
hortikulltura lahan rawa, pusat layanan industri perkayuan dan industri kerajinan rumah
tangga,;
d. Kota Kotabaru sebagai pusat layanan regional perikanan laut, perkebunan, kehutanan, pusat
layanan jasa kesehatan, pusat layanan perdagangan sumberdaya mineral
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai pusat layanan antara lain sebagai pusat layanan
administrasi pemerintahan tingkat lokal, pusat layanan regional untuk industri, perdagangan dan
jasa juga pada setiap PKL mempunyai spesifik layanan, yaitu :
a. Kota Banjarbaru sebagai pusat layanan administrasi pemerintahan tingkat regional yang
merupakan simpul utama pusat layanan administrasi pemerintahan Provinsi Kalimantan
Selatan dan pusat layanan pendidikan perguruan tinggi tingkat regional dan nasional;
b. Kota Rantau sebagai pusat layanan regional pertanian dan hortikultura lahan rawa, pusat
layanan perdagangan sumberdaya mineral;
c. Kota Kandangan sebagai pusat layanan regional industri rumah tangga, pusat layanan wisata
alam pegunungan dan budaya lokal Suku Dayak, pusat layanan perkebunan, pertanian dan
hortikultura, perikanan air tawar, pusat layanan jasa perdagangan sumberdaya mineral;
d. Kota Tanjung sebagai pusat layanan regional untuk industri kehutanan, perkebunan,
perikanan air tawar, pusat layanan perdagangan dan jasa di daerah perbatasan Kalimantan
Selatan bagian utara dengan Kalimantan Timur bagian selatan;
e. Kota Paringin sebagai pusat layanan regional perdagangan dan jasa kehutanan, perkebunan
dan sumberdaya mineral;
f. Kota Pelaihari sebagai pusat dengan orientasi pelayanan regional industri, perdagangan dan
jasa pertanian dan sumberdaya alam dan sumberdaya mineral;
Pengelolaan pola ruang pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan, meliputi:
a. kawasan pertanian lahan basah yang tersebar pada wilayah Kabupaten Barito Kuala,
Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tabalong,
Tanah Laut, Tanah Bumbu yang membentuk sentra komoditas padi dan hortikultura
b. kawasan pertanian lahan kering yang tersebar pada wilayah Kabupaten Tanah Laut,
Tanah Bumbu, Kotabaru, Tabalong yang membentuk sentra komoditas tanaman pangan
dan hortikultura.
c. kawasan pertanian tadah hujan yang tersebar dan membentuk sentra komoditas padi.
d. pengembangan kawasan transmigrasi menjadi kawasan pertanian tanaman pangan yang
layak huni, layak usaha, layak perkembangan dan layak lingkungan;
e. meningkatkan Sentra produksi pangan di Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara,
Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar,Tanah Laut, Kotabaru,
Tanah Bumbu dan Barito Kuala;
f. meningkatkan Sentra agribisnis hortikultura di Kabupaten Banjarbaru, Tabalong, Balangan,
HST, HSS, Tapin, Banjar, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu dan Barito Kuala;kawasan
sepanjang sempadan pantai yaitu sepanjang pantai selatan - timur – tenggara Kalimantan
Selatan dan pulau-pulau kecil menghadap Laut Jawa dan Selat Makasar; dan Banjarmasin
sebagai sentra agribisnis tanaman hias.
Pengelolaan pola ruang pada kawasan budidaya perikanan dan kelautan, meliputi:
a. Kawasan Laut Pulau Laut dan sekitarnya yaitu wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan
Kotabaru, Kawasan Laut Kintap – Asam-Asam dan sekitarnya yaitu wilayah Kabupaten
Tanah Laut dan sekitarnya, Kawasan Laut Aluh-Aluh dan sekitarnya yaitu wilayah
Kabupaten Tanah Laut dan sekitarnya;
b. Daerah tangkapan nener dan benur, yaitu Sungai Musang Kabupaten Banjar, Jorong
sampai dengan Sungai Cuka Kabupaten Tanah Laut, Tanjung Mangkok Kabupaten
Kotabaru;
c. Daerah pendaratan ikan, yaitu Kuala Lupak, Aluh-Aluh, Kurau, Pagatan Besar, Takisung,
Kuala Tambangan, Batakan, Jorong, Muara Asam-Asam, Muara Kintap, Sungai Danau,
Sebamban, Bunate, Sungai Loban, Pagatan, Batulicin, Pantai, Tanjung Batu, Pudi,
Tanjung Samalantakan, Hilir Muara, Rampa, Semisir, Sebanti, Lontar, Teluk Tamiang,
Tanjung Seloka, Berangas, Sarang Tiung, Sungai Bali, Kerasian, Kerayaan, Birah-birahan,
Marabatuan, Pamalikan, Matasirih, Selambau;
d. Prasarana budidaya perikanan berupa jaringan irigasi tambak di Muara Kintap, Sungai
Loban, BBIS Karang Intan, dan BBIP Kotabaru;
e. Prasarana tangkap berada di Pelabuhan Perikanan Pantai Banjarmasin, Pelabuhan
Pendaratan Ikan Batulicin dan Muara Kintap;
f. Budidaya laut berada di Lontar, Teluk Tamiang, Teluk Sirih, gugus Pulau;
g. Budidaya tambak di pesisir timur Muara Kintap;
h. Perikanan tangkap di wilayah Pantai Selatan Kalimantan;
i. Danau Panggang dan Danau Bangkau sebagai reservat perikanan darat;
j. Kawasan lindung laut Bunati dan Teluk Tamiang sebagai kawasan terumbu karang;
k. Pembenihan dan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan Tabalong, Barito Kuala, Kota
Banjarbaru dan Banjarmasin termasuk Kabupaten Kotabaru, Tabah Bumbu, dan Tanah
Laut.
Berdasarkan arahan, kriteria, fungsi dan strategi kawasan lindung dan kawasan budidaya,
dikembangkan kawasan strategis provinsi yang dapat memicu dan memacu percepatan
pergerakan dinamika perekonomian, sosial dan budaya serta dengan ciri khas spesifik tertentu,
besaran tingkat layanan, homogenitas dan ketergantungan dalam kawasan, kecepatan
ketercapaian aksesibilitas dalam kawasan, yaitu;
a. Kawasan Pegunungan Meratus, yaitu kawasan lindung yang memanjang dari Kabupaten
Kotabaru sampai dengan Kabupaten Banjar termasuk Kawasan Tahura Sultan Adam dan
Kawasan Loksado yang merupakan permukiman masyarakat asli Suku Dayak dengan pola
kehidupan budaya lokal;
b. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yaitu kawasan terbuka sepanjang pantai timur –
tenggara wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan berbagai pola pemanfaatan ruang
baik lindung maupun budidaya;
c. Kawasan Rawa Potensial Batang Banyu yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan
Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Balawang, Barambai, Cerbon, Wanaraya, Bakumpai,
Tabukan, Kuripan), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Simpang Empat), sebagian
Kabupaten Tapin (Kecamatan Candi Laras Selatan, Candi Laras Utara dan Tapin Tengah),
sebagian Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara,
Kalumpang), Kabupaten Hulu Sungai Utara (Kecamatan Danau Panggang, Babirik, Sungai
Pandan, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Amuntai Tengah dan Banjang), sebagian
Kabupaten Tabalong (Kecamatan Pugaan, Banua Lawas, Kelua, Muara Harus) yang
bercirikan kawasan rawa spesifik lokal berupa kawasan rawa pasang surut, rawa monoton
dan rawa gambut;
BAB IV
PENUTUP
• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur dan seluruh Satuan Kerja
Perangkat Daerah bersama sama dengan masyarakat luas dan pengusaha
mempunyai berkewajiban moril untuk menjamin konsistensi antara Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Propinsi Kalimantan Selatan 2005-2025
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis
(Renstra) SKPD, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dan Rencana Kerja (Renja)
SKPD dalam Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.
H. RUDY ARIFFIN