Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN


LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD)
KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2023

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROVINSI JAWA TENGAH


LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat


dan karunia-Nya sehingga Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Kabupaten Purworejo Tahun 2023
telah diselesaikan dengan baik. Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2023 dapat
dijadikan salah satu acuan dalam menentukan rencana kegiatan terkait
pembangunan daerah yang berorientasi lingkungan. Buku Laporan
IKPLHD memberikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Dokumen IKPLHD tahun 2023 disusun oleh Dinas Lingkungan Hidup


dan Perikanan Kabupaten Purworejo yang bekerja sama dengan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Universitas. Dukungan dari
semua pihak terkait sangat membantu pada pelaksanaan pembuatan
laporan ini, mulai dari tahap pengumpulan data hingga tahap akhir
penyusunan laporan. Oleh sebab itu, tim pelaksana menyampaikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang terkait pada pelaksanaan
pekerjaan ini. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan maupun materi yang
disampaikan, oleh karenanya saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat diharapkan guna penyempurnaan dokumen ini.

Purworejo, Mei 2023

Penyusun

CV. TUNAS

ii
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I – 1
1.2 Profil Daerah Kabupaten Purworejo I – 3
1.3 Proses Penyusunan dan Perumusan Isu Prioritas I – 13
1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan Dokumen IKPLHD I – 15
1.5 Ruang Lingkup Penulisan I – 16

BAB II METODOLOGI
2.1 Metodologi II – 1

BAB III ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH


3.1 Proses Perumusan Isu Prioritas Lingkungan Hidup III - 1
3.2 Proses Analisis untuk Memperoleh Isu Prioritas III - 4

BAB IV JADWAL PELAKSANAAN


4.1 Program Kerja IV - 1

iii
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan IV - 1

iv
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gambaran Proses Penyusunan Isu Prioritas III - 3

v
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

I. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Permasalahan lingkungan hidup menjadi isu utama diseluruh
dunia yang dihadapi oleh peradaban modern. Permasalahan lingkungan
memiliki sifat yang kompleks, sensitif, dan fluktuatif. Secara umum,
permasalahan lingkungan didorong oleh peningkatan populasi yang diikuti
dengan semakin tingginya kepentingan antropogenik atas lingkungan.
Aktivitas sosio-ekonomi, industri, pembangunan infrastruktur, pertanian,
perdagangan dan jasa memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian
lingkungan hidup. Saat ini pemanfaatan sumber daya alam guna
menunjang pembangunan dapat dikembangkan secara maksimal, namun
terkadang memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan
itu sendiri jika tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang baik.
Untuk meminimalisir terjadinya dampak negatif tersebut, maka setiap
pembangunan harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
Penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo telah direncanakan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purworejo Tahun
2021-2041. Berdasarkan RTRW tersebut, penggunaan lahan di Kabupaten
Purworejo diklasifikasikan menjadi lahan non pertanian sebesar 64%,
lahan sawah 28%, dan lahan kering 9%. Penetapan RTRW bertujuan
untuk mengetahui penataan dan pengelolaan ruang di lingkungan yang
akan dipilih. Selain itu, penetapan RTRW juga bertujuan untuk
mengendalikan pembangunan perumahan maupun permukiman di wilayah
Kabupaten Purworejo. Konsekuensi dari perubahan peruntukan lahan
adalah penurunan daya dukung lahan yang pada akhirnya akan terjadi
peningkatan risiko bencana.
Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman
berdasarkan permohonan perubahan KRK atau KKPR Non Berusaha

I-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

Kabupaten Purworejo sejak Tahun 2021 hingga Tahun 2022 mengalami


peningkatan, yaitu 885 m2 menjadi 12.2111 m2. Dengan demikian,
pembangunan yang terus-menerus dan tidak didasarkan pada
pembangunan berkelanjutan hanya akan menurunkan kualitas lingkungan,
baik dari segi kualitas air, udara, maupun tanah.
Pembangunan infrastruktur sekaligus menggambarkan adanya
peningkatan gaya hidup masyarakat dan menimbulkan dampak lain
berupa adanya peningkatan jumlah timbulan sampah dan rendahnya
kualitas air permukaan. Berdasarkan data dari Sistem Informasi
Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), jumlah timbulan sampah
Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan sejak tahun 2021 sebesar
105,420.18 ton dengan jumlah penduduk 773.588 jiwa menjadi
105,694.22 ton dengan jumlah penduduk 778.257 jiwa pada tahun 2022.
Kualitas air permukaan di Kabupaten Purworejo dipantau dengan
cara melakukan pengambilan contoh uji (sampling) air sungai di bagian
hulu, tengah, dan hilir pada 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
melintasi Kabupaten Purworejo. Pemantauan kualitas air sungai dilakukan
paling sedikit 2 (dua) kali setahun dengan parameter pengukuran pH,
warna, konduktivitas, DO, BOD, COD, TSS, T-P, Klor bebas, TDS, Nitrit,
Nitrat, Sulfat, Fenol, Deterjen, Seng, Tembaga, Timbal, Cr (VI), Besi,
Klorida, Fluorida, Belerang sebagai H2S, Total Coliform, dan Fecal
Coliform.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Dinas Lingkungan
Hidup dan Perikanan (DLHP) Kabupaten Purworejo melakukan
penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (IKPLHD) dengan mengacu pada Surat Edaran Sekretariat
Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SE.4/SETJEN/DATIN/DTN.0/4/2023 tanggal 18 April 2023 perihal
Penyampaian Pedoman DIKPLHD Tahun 2023.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (IKPLHD) merupakan partisipasi Kepala Daerah (Bupati) dalam

I-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

memberikan informasi pengelolaan lingkunagn hidup di wilayahnya


(Kabupaten Purworejo). Hal ini merupakan amanat dari UU Nomor 14
Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, dalam Pasal 2 ayat
(3) "Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang”.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (DIKPLHD) menjadi perangkat penting bagi pemerintah daerah
dalam mengevaluasi kondisi lingkungan di wilayahnya, serta menjadi
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
perencanaan pembangunan suatu daerah. Pelaporan yang tertuang
dalam Dokumen IKPLHD ini merupakan laporan kinerja Kepala Daerah
yang merupakan cerminan keberhasilan Kepala Daerah dan Pimpinan
DPRD dalam pengelolaan lingkungan hidup daerah dalam 1 tahun
sebelumnya.

1.2 PROFIL DAERAH KABUPATEN PURWOREJO


Kabupaten Purworejo terletak antara 7o32’ – 7o54’ Lintang
Selatan dan 109o47’28’’ – 110o08’20’’ Bujur Timur dengan luas wilayah
administrasi sebesar 108.145 hektar, panjang garis pantai 21 km dan luas
laut 84 km2. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Purworejo yaitu:
Batas Utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang
Batas Timur : Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
Batas Selatan : Samudera Indonesia
Batas Barat : Kabupaten Kebumen

1.2.1 Penggunaan Lahan


Keseluruhan luas wilayah Kabupaten Purworejo dalam RTRW
Kabupaten Purworejo Tahun 2021-2041 tercatat seluas 108.145 Ha, yang
dapat dibedakan menjadi daerah dataran di bagian selatan dan daerah
perbukitan hingga pegunungan di bagian utara dan timur. Jika
diklasifikasikan berdasarkan luas wilayah per kecamatan, maka kecamatan
dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Bruno, yaitu 108.43 km2

I-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

dengan ketinggian 325 mdpl dan jumlah penduduk sebesar 44.430 jiwa.
Sementara kecamatan dengan wilayah tersempit adalah Kecamatan
Kutoarjo, yaitu seluas 37.59 km2 dengan ketinggian 26 mdpl dan jumlah
penduduk sebesar 59.668 jiwa.
Penataan ruang di Kabupaten Purworejo diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 10 Tahun 2021 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purworejo Tahun 2021-2041.
Penetapan RTRW tersebut telah disesuaikan dengan
perkembangan/dinamika penggunaan lahan, kebutuhan untuk penataan
ruang terutama dalam memberikan arahan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang, proyek Strategis Nasional di wilayah
dan sekitar wilayah Kabupaten Purworejo, serta perubahan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang daerah.
Pada umumnya, sebaran lahan kritis yang terdapat di wilayah
Kabupaten Purworejo berada pada area perbukitan, dimana area
perbukitan tersebut merupakan daerah hulu dari daerah tangkapan air
(DTA) atau daerah aliran sungai (DAS Bogowonto dan Cokroyasan) yang
ada di Kabupaten Purworejo. Dampak dari keberadaan lahan kritis
tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan hidrologis wilayah
DAS. Dampak lain dari keberadaan lahan kritis tersebut dapat dilihat
ketika terjadi hujan diatas normal pada wilayah DAS bagian hulu. Pada
kondisi ini debit sungai relatif lebih tinggi dan disertai warna air yang
keruh oleh bahan bahan sedimen, yang selanjutnya bahan bahan
sedimen tersebut akan diendapkan di sekitar muara sungai.
Terjadinya erosi tanah merupakan tahap awal proses degradasi
lahan yang selanjutnya akan menjadi lahan kritis. Disamping faktor
kecuraman lereng dan kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas
tanah), di daerah tropis basah faktor curah hujan (erosivitas lahan)
memberikan kontribusi yang nyata terjadinya erosi. Faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya lahan kritis adalah faktor manusia dalam hal
pengelolaan lahan. Praktek budidaya pertanian yang tidak

I-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

memperhatikan aspek konservasi tanah dan pelestarian sumberdaya


lahan akan mempercepat terjadinya erosi (accelerated erotion) dan
penurunan kualitas lahan.
Beberapa faktor penyebab terjadinya lahan kritis adalah sebagai
berikut:
a. Pembukaan lahan dengan cara pembakaran. Cara ini akan
mempercepat degradasi lahan karena kerusakan sifat fisik, kimia
dan biologi tanah
b. Praktek pertanian yang tidak memperhatikan aspek konservasi
tanah sehingga menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah secara
drastic
c. Kegiatan pertanian yang menguras unsur hara tanaman tanpa
dilakukan pemberian masukan (input), seperti pemupukan, baik
pupuk organik maupun pupuk an-organik

1.2.2 Keanekaragaman Hayati


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa sumber
daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani
(satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya yang
secara keseluruhan membentuk ekosistem. Dengan demikian sumber
daya alam hayati yang termasuk di dalamnya keanekaragaman hayati
keberadaannya sangat tergantung dan saling berhubungan dengan
habitat dan ekosistemnya.
Konservasi keanekaragaman hayati yang telah dilakukan
pemerintah adalah dengan membentuk beberapa bentuk kawasan
konservasi diantaranya taman nasional, suaka alam, suaka alam laut,
suaka margasatwa, cagar alam, dan hutan lindung. Indikator terjadinya
kerusakan keanekaragaman hayati yang menyebabkan penurunan

I-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

keanekaragamannya mengacu pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1994


tentang Keanekaragaman Hayati.
Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah hilangnya
habitat, polusi, eksploitasi berlebihan, spesies invasif, dan perubahan
iklim. Pembangunan fisik yang menyebabkan penggunaan lahan tidak
terkontrol dan tidak didasarkan pada pembangunan berkelanjutan
merupakan salah satu penyebab kerusakan keanekaragaman hayati pada
suatu wilayah.
Penutupan lahan (Land Clearing) rentan wilayah membuat
perubahan vegetasi dan ekosistem di lingkungan. Hal tersebut
mengakibatkan perkotaan Purworejo semakin miskin akan ruang
vegetasi pepohonan maupun tanaman perdu. Keberadaan fauna sudah
jarang ditemui terlebih fauna lokal. Perubahan biota dan keanekaragaman
hayati semakin terbatas dan berkurang jenisnya.

1.2.3 Kondisi Hidrogeologi


Secara hidrogeologis, sumber air di Kabupaten Purworejo terdiri
dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah air yang muncul
atau mengalir di permukaan. Jenis air permukaan yang ada di wilayah
Kabupaten Purworjeo yakni sungai, mata air, dan air waduk/bendungan
yang banyak dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat
sehari-hari termasuk untuk keperluan irigasi pertanian. Sedangkan air
tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air
(akuifer) di bawah permukaan tanah.
Kabupaten Purworejo dilewati oleh 3 Daerah Aliran Sungai (DAS)
utama, diantaranya DAS Bogowonto, DAS Cokroyasan, dan DAS Wawar.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 10 Tahun 2021
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo Tahun
2021-2041 juga disebutkan bahwa sumber air di Kabupaten Purworejo
terdiri dari sumber air permukaan, berupa sungai di setiap kecamatan,
mata air di 9 kecamatan, embung di 12 kecamatan, bendung disetiap

I-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

kecamatan, dan bendungan/waduk di Kecamatan Bener, serta sumber


air tanah berupa Cekungan Air Tanah (CAT) Kebumen-Purworejo yang
terdapat di 14 kecamatan.
Kabupaten Purworejo dan daerah pantai selatan umumnya
tidak mengalami kesulitan akan air bersih. Berdasarkan data tahun 2022,
kekeringan air bersih di Kabupaten Purworejo terjadi sebanyak 31 kali di
52 titik, yang disebabkan oleh panjangnya musim kemarau.

1.2.4 Kondisi Udara


Penggunaan bahan bakar untuk keperluan transportasi, industri
maupun berbagai kegiatan kinestik cenderung memberikan sumbangan
terbesar dalam mempengaruhi kualitas udara. Jika reduksi gas dan debu
dalam udara berada dalam jumlah yang banyak akan dapat
mengganggu siklus udara, sehingga udara tidak dapat memulihkan
dirinya secara alamiah. Kondisi udara yang terukur jika melebihi dari
nilai ambang batas, maka kualitas udara demikian dikatakan sudah
tercemar (Sastrawijaya, 1991).
Pencemaran udara di Kabupaten Purworejo secara umum
diakibatkan oleh tiga jenis kegiatan utama yaitu industri pengolahan,
transportasi, dan kegiatan rumah tangga atau domestik. Berdasarkan
sifat kegiatannya sumber pencemaran tersebut dibedakan menjadi:
1. Sumber tetap yang berasal dari kegiatan proses industri pengolahan
konsumsi bahan bakar dari industri dan rumah tangga;
2. Sumber bergerak yang berasal dari pembakaran bahan bakar
pada kegiatan transportasi;
3. Pembuangan limbah padat atau pembakaran limbah padat.
Penanganan pencemaran udara dapat dilakukan dengan
melakukan peningkatan pengelolaan lingkungan. Beberapa langkah
pengelolaan kualitas udara yang dilakukan di Kabupaten Purworejo
diantaranya, pengecekan kualitas udara ambien disetiap sektor,

I-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

penerapan aturan wajib mengujikan kualitas udara emisi untuk


industri, melakukan kegiatan penanaman pohon, dan lain-lain.
Jika terjadi pencemaran udara yang cukup berat akan dapat
menimbulkan dampak yang berarti seperti menurunkan/ memperpendek
jarak pandang dan menurunkan sensitivitas serta meningkatkan jumlah
penderita ASMA akibat pencemaran debu dan gas CO. Gas CO
merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau. Setiap 5 liter
bensin dapat menghasilkan 1,0-1,5 kg CO. Pada kondisi lalu lintas yang
padat kadar CO dapat mencapai 10-15 ppm. Gas ini dapat membentuk
senyawa yang stabil dengan haemoglobin darah menjadi
karboksihaemoglobin. Senyawa ini dalam jumlah kecil tidak berbahaya,
namun dalam jumlah besar dengan kadar CO 10 ppm di udara adalah
sudah cukup dapat menimbulkan penyakit, tetapi bila kadarnya 1.300
ppm dalam 24 jam akan dapat menimbulkan bahaya kematian
(Satrawijaya, 1991). Kondisi pencemaran udara pada ketegori bahaya
akan dapat berdampak dan berbahaya pada semua populasi darat
dan udara yang terpapar termasuk manusia.

1.2.5 Kondisi Laut, Pesisir, dan Pantai


Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah yang
berada di kawasan pesisir Jawa bagian selatan, yang memiliki kesamaan
dengan Kabupaten Cilacap dan Kebumen. Pengembangan sektor kelautan
ini menjadi suatu hal yang relatif baru untuk daerah ini jika dibandingkan
dengan 2 kabupaten lainnya. Keberadaan pantai di Kabupaten
Purworejo sepanjang 22,66 km meliputi 3 kecamatan yaitu
Purwodadi, Ngombol dan Grabag.
Desa pesisir yang ada di Kecamatan Purwodadi adalah Desa
Jatikontal dan Desa Jatimalang. Masyarakat Desa Jatikontal mayoritas
bekerja di sektor perikanan dan sektor pertanian. Sedangkan masyarakat
di daerah Jatimalang lebih dikenal dengan sektor pariwisata.

I-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

Desa pesisir yang berada di Kecamatan Ngombol adalah Desa


Ngentak, Desa Pagak, Desa Malang, dan Keburuhan. Di Desa Ngentak,
sektor pertanian kurang bekembang. Sedangkan di Desa Pagak, sektor
perikanan berkembang serta dijadikan sebagai daerah pemancingan di
laut meskipun kendala pertumbuhan karang di sekitar pantai cukup
mengganggu bagi perahu nelayan. Prasarana perikanan seperti jalan dan
jembatan yang menghubungkan dengan laut yang merupakan hasil
swadaya masyarakat serta tempat pendaratan perahu cukup mendukung
fungsinya sebagai daerah pemancingan.
Desa yang berada di pesisir wilayah Kecamatan Grabag disebut
dengan ‘urut sewu’, yang terdiri dari Desa Harjobinangun, Desa
Kertojayan, dan Desa Nambangan. Potensi di Desa Harjobinangun cukup
bagus didukung dengan kawasan pesisir yang cukup luas. Kawasan ini
dijadikan lokasi penambangan pasir besi yang menimbulkan munculnya
lubang-lubang galian serta mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sedangkan di sisi lain aktivitas penambangan ini membantu meningatkan
ekonomi masyarakat di sekitar pesisir. Desa Patutrejo berkembang
sebagai daerah agrobisnis yang memanfaatkan lahan pesisir sebagai
daerah pertanian. Sedangkan Desa Kertojayan memanfaatkan lahan
pesisir yang cukup dengan mengembangkan sektor pertanian dan
sebagian kecilnya sebagai nelayan. Lokasinya yang cukup jauh dari
kota menjadi satu kendala perkembangan sektor wisata di daerah ini,
meskipun karakteristik ombak yang ada di pantai ini aman untuk wisata.
Kabupaten Purworejo memiliki sebaran pantai besi utama bagi
Propinsi Jawa Tengah khususya di daerah pantai selatan dengan
perkiraan cadangan sebesar 16,9 juta ton. Kandungan besi (Fe)
bervariasi 4,69 - 76,85% dan mineral titanium (Ti) antara 1,44% -
2,46%. Besarnya cadangan ini menjadikan adanya rencana
pembangunan pabrik pengolah pasir besi untuk mendapatkan nilai
tambah baik dalam skala kecil sampai menengah. Kapasitas
produksi penambangan dan pengolahan pasir besi direncanakan sebesar

I-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

120.000 ton bijih besi per minggu atau 6.240.000 ton bijih besi per
tahun. Berdasarkan hasil penelitian geologi dan geoteknik terhadap
lokasi cadangan diperkirakan terdapat 180.000.000 m³ cadangan pasir
besi (iron sand) yang mengandung biji besi 163.000.000 ton.
Potensi di sektor perikanan juga cukup besar yaitu di Kecamatan
Purwodadi yang merupakan kecamatan dengan produksi ikan tertinggi
sebesar 10.077 dengan nilai sebesar 74.781.400 diikuti Desa Jatikontal
3.905 dengan nilai produksi sebesar 18.884.455. Selanjutnya
adalah Desa Keburuhan dan Kertojayan dengan nilai produksi 8.096.500
dan 2.046.500. Beberapa jenis ikan yang umum dijumpai di daerah ini
adalah ikan bawal, layur, tengiri, udang dan lain-lain.
Potensi kawasan pesisir secara umum dapat dikembangkan
menjadi pusat pertumbuhan baru yang lebih menekankan pada sektor
pariwisata yang didukung sektor pertanian dan perikanan. Perkembangan
ini tidak lain dimaksudkan untuk meningkatkan kesempatan masyarakat
melalui diversifikasi usaha yang selanjutnya untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purworejo.
Karakteristik daerah selatan ini memiliki gerakan ombak
yang agak besar yang menyebabkan ketebalan lumpur kecil dan salinitas
agak tinggi meskipun terdapat aliran air tawar dari sungai. Kondisi ini
sesuai jika lahan ini ditanami dengan mangrove yang juga bisa
membantu mengatasi terjadinya bencana tsunami karena vegetasi akan
berfungsi sebagai pemecah gelombang dan juga melindung pantai dari
abrasi serta intrusi air laut.

1.2.6 Kondisi Iklim


Kabupaten Purworejo memiliki iklim tropis basah dengan dua
musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau dan lebih dibatasi
pada deskripsi mengenai curah hujan dan suhu, dengan pertimbangan
bahwa kedua unsur iklim tersebut sangat dominan dengan kerawanan

I-10
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

wilayah terhadap ancaman bencana khususnya banjir, kekeringan dan


tanah longsor.
Rata-rata suhu maksimum di Kabupaten Purworejo adalah
25,93ºC sampai dengan 30,87ºC, sedangkan rata-rata suhu minimum
16,67ºC hingga 21,81ºC pada ketinggian antara 200 mdpl sampai dengan
lebih dari 400 mdpl. Berdasarkan data Tahun 2022, dilakukan
pemantauan di 26 stasiun hujan yang tersebar di wilayah Kabupaten
Purworejo. Curah hujan tertinggi tahunan terjadi di stasiun hujan Pituruh
sebesar 349 mm dengan curah hujan terendah tahunan terjadi di stasiun
Katerban sebesar 101 mm.
Menurut Schmidt dan Fergusson yang mengklasifikasikan tipe
iklim menurut perhitungan rasio Q, yakni nilai Q merupakan
perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dan jumlah rerata bulan
basah dikalikan 100%. Kabupaten Purworejo terbagi dalam beberapa
kategori. Stasiun Purworejo, Banyuurip, Cengkawak, Grabag, Banyuasin,
Gunung Butak dan Jogoboyo berada dalam kategori iklim C (agak
basah). Stasiun Loano/ Maron, Ngasinan dan Ngombol masuk kategori
iklim B (basah). Stasiun Kaligesing dan Purwodadi masuk kategori iklim A
(sangat basah). Kondisi iklim ini sangat mendukung kegiatan sektor
pertanian.

1.2.7 Bencana Alam


Bencana alam yang terjadi disuatu wilayah dapat dipengaruhi
oleh manusia maupun lingkungan itu sendiri. Beberapa faktor pemicu
terjadinya bencana alam akibat ulah manusia, diantaranya alih fungsi
lahan, pembangunan yang tidak menerapkan prinsip pembangunan
berkelanjutan, eksploitasi alam secara berlebihan, dan lain-lain.
Sedangkan faktor pemicu bencana alam secara alami atau karena
lingkungan itu sendiri, diantaranya cuaca, kondisi topografi, dan lain-
lain.

I-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

Beberapa bencana alam yang terjadi di Kabupaten Purworejo


pada Tahun 2022 yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran
rumah/bangunan. Daerah rawan banjir di Kabupaten Purworejo terletak
di Kecamatan Butuh, Kecamatan Pituruh, Kecamatan Purwodadi,
Kecamatan Bagelen, dan Kecamatan Bayan. Hal ini dimungkinkan Karena
luasnya potensi lahan kritis di Kabupaten Purworejo yaitu 35.188,76 Ha.
Sedangkan untuk daerah rawan longsor di Kabupaten Purworejo terletak
di Kecamatan Bruno, Kecamatan Bener, Kecamatan Pituruh, dan
Kecamatan Kemiri.
Dalam perkembangan dan pertumbuhan wilayah Kabupaten
Purworejo, pemukiman dan areal usaha memasuki areal dataran banjir
yang sebenarnya diperlukan untuk tempat penampungan air sementara
sebelum mengalir ke daerah tampungan alami (Retarding Basin), atau
ke laut, semakin luas areal dataran banjir ditempati manusia, maka
banjir pun semakin meningkat. Selanjutnya kondisi tersebut di atas
lebih di perparah dengan adanya beberapa faktor dibawah ini:
a. Posisi geografis Kabupaten Purworejo yang beriklim tropis basah
dengan curah hujan yang tergolong sangat tinggi.
b. Perubahan tata guna lahan di Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
yang mengakibatkan peningkatan "surface run off" (erosi
permukaan tanah).
c. Pendangkalan pada dasar sungai karena sedimentasi dari erosi
permukaan, longsoran tebing sungai dan bahan-bahan lepas
lainnya. Pendangkalan dan penyempitan badan sungai akan
mengurangi kapasitas tampung sungai.
d. Pembuangan sampah yang kurang tertib pada saluran-saluran
drainase dan pada sungai, hal itu akan memperlambat gerakan air.
Daerah rawan longsor dijumpai di kawasan yang memiliki
kelerengan lebih dari 45% dengan tekstur tanah berpasir dan patahan,
seperti di Kecamatan Bagelen, Kecamatan Bener, Kecamatan Bruno,
Kecamatan Kaligesing, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Loano, Kecamatan

I-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

Pituruh, dan Kecamatan Purworejo. Potensi longsor selain disebabkan


adanya pergerakan tanah, juga disebabkan oleh lapisan kedap air dapat
menjadi longsoran.
Upaya pengelolaan daerah rawan longsor yang dapat dilakukan
di Kabupaten Purworejo adalah :
a. Pengembalian fungsi lindung seperti perkebunan tanaman keras dan
memiliki kerapatan tanah yang tinggi.
b. Pengelolaan bersama antara masyarakat dan pemerintah baik dalam
pengelolaan hutan dan perkebunan
c. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang memiliki kontur tajam
dengan pembuatan terasering dan penanaman tanaman keras
bersama masyarakat.
d. Penanaman vegetasi berkayu dengan tegakan tinggi harus diikuti
oleh pengembangan tutupan tanah yang juga memiliki fungsi
ekonomi seperti rumput gajah yang juga dapat digunakan sebagai
pakan ternak.

1.3 PROSES PENYUSUNAN DAN PERUMUSAN ISU PRIORITAS


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (DIKPLHD) merupakan kewajiban bagi daerah yang menerima
Dana Alokasi Khusus Bidang Lingkungan Hidup, dan menjadi dokumen
yang penting karena menyajikan kondisi lingkungan, kualitas, aktivitas
penduduk, serta tekanan terhadap kegiatan sosial ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan dan kegiatan pengelolaan lingkungan yang sudah
dilakukan pemerintah.
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) berdasarkan pada isu prioritas lingkungan hidup
daerah di masing-masing wilayah. Sebelum ditetapkannya isu pioritas
lingkungan hidup daerah, terlebih dahulu dilakukan penjaringan isu
strategis melalui Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh instansi
terkait. Setelah dilakukan penjaringan isu strategis kemudian dilakukan

I-13
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

penapisan. 3 (tiga) isu strategis dengan nilai tertinggi kemudian


ditentukan sebagai isu prioritas lingkungan hidup daerah Kabupaten
Purworejo Tahun 2023 berdasarkan data tahun 2022.
Lebih jelasnya penetapan isu prioritas dan analisisnya di dalam
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(DIKPLHD) Kabupaten Purworejo Tahun 2023 dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
1. Penetapan Tim Penyusun Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Tahun 2023 oleh Bupati
Purworejo;
2. Penjaringan isu strategis melalui Focus Group Discussion (FGD)
Bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Instansi terkait, dan
pihak universitas dengan membagikan form isu (isu utama, kendala
dalam penanganan isu, rencana dan data pendukung lainnya);
3. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri oleh
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan universitas, untuk
melakukan identifikasi/penapisan isu strategis lingkungan hidup
berdasarkan data awal, sehingga diperoleh 3–5 isu prioritas
lingkungan hidup daerah di Kabupaten Purworejo;
4. Tim penyusun Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) Kabupaten Purworejo melakukan
pengumpulan data dan informasi terkait isu prioritas lingkungan
hidup di Kabupaten Purworejo yang dianalisis dengan menggunakan
metode Pressure, State and Response (PSR);
5. Melakukan identifikasi inovasi daerah Kabupaten Purworejo dalam
pengelolaan lingkungan hidup;
6. Melakukan perumusan rencana tindak lanjut yang mempunyai
implikasi kepada kebijakan kepala daerah.

I-14
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

Berdasarkan hasil evaluasi data dan kondisi lingkungan yang


ada, maka ada 3 isu prioritas terkait lingkungan yang perlu diperhatikan
secara serius oleh pemerintah Kabupaten Purworejo, antara lain:
1. Pengelolaan sampah
2. Kualitas air sungai
3. Alih fungsi lahan
Isu prioritas lingkungan hidup tersebut akan ditetapkan oleh
Bupati Purworejo dan akan menjadi prioritas penanganan dalam program
dan kegiatan Pemerintah Kabupaten Purworejo kedepannya. Proses
perumusan isu perioritas lingkungan hidup secara lebih rinci akan
dijelaskan pada Bab II dokumen ini.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN DIKPLHD


Maksud dari penyusunan Dokumen IKPLHD Kabupaten
Purworejo adalah
1. Mengetahui permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Purworejo
2. Mengetahui isu strategis lingkungan hidup di Kabupaten Purworejo
3. Mengetahui inovasi dalam hal kebijakan dan/atau kegiatan yang
dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten
Purworejo dari berbagai sector prioritas
Tujuan penyusunan Dokumen IKPLHD Kabupaten Purworejo
adalah
1. Terlaksananya inventarisasi isu strategis dan ditetapkan menjadi isu
prioritas di Kabupaten Purworejo;
2. Mendapatkan informasi data mengenai tata guna lahan, kualitas air
dan udara, resiko bencana, perkotaan serta tata kelola;
3. Melakukan analisis DPSIR (Driving force – Pressure – State – Impact
- Response) untuk mendapatkan informasi mengenai kapasitas
sumberdaya lahan dan hubungan antara kemampuan produksi lahan,
sumberdaya manusia dan infrastruktur pendukung;

I-15
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

4. Mendapatkan langkah kebijakan yang memuat inisiatif-inisiatif yang


dilakukan oleh kepala daerah dalam upaya meningkatkan kualitas
lingkungan hidup. Inisiatif meliputi kegiatan atau program yang
terkait dengan isu-isu perubahan iklim, perbaikan kualitas
lingkungan, perbaikan kualitas sumberdaya alam, dan perbaikan
tata kelola lingkungan.

1.5 RUANG LINGKUP PENULISAN


Ruang Lingkup Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) meliputi pengumpulan
dan pengolahan data, analisis data, dokumentasi kebijakan, dan penyajian
informasi dengan model D-P-S-I-R (Driving Force, Pressure, State, Impact,
dan Response).
Ruang lingkup penulisan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Kabupaten Purworejo, terdiri atas:
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan memuat: (a) Latar belakang; (b) profil atau
keadaan umum daerah termasuk kekhususan kondisi ekologisnya;
(c) gambaran singkat proses penyusunan dan perumusan isu
prioritas lingkungan hidup daerah; (d) maksud dan tujuan penulisan
DIKPLHD; dan (e) ruang lingkup penulisan.
2. Bab II Analisis DPSIR isu lingkungan hidup daerah Kabupaten
Purworejo
Pada Bab ini mengkategorikan isu prioritas yang telah dianalisis
berdasarkan DPSIR ke dalam tata guna lahan, kualitas air, kualitas
udara, risiko bencana, perkotaan, dan tata kelola.
3. Bab III Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Purworejo
Proses perumusan isu prioritas lingkungan hidup di Kabupaten
Purworejo melalui FGD (Focus Group Discussion) bersama OPD dan
universitas, sehingga diperoleh 3 isu prioritas lingkungan hidup yaitu

I-16
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

rendahnya pengelolaan sampah dari sumbernya, rendahnya kualitas


air sungai, dan perubahan alih fungsi lahan yang masih tinggi.
4. Bab IV Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Memuat inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh kepala daerah
dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup pada periode
penilaian. Inisiatif yang dapat dijadikan inovasi daerah yaitu berupa
kebijakan dan/atau kegiatan yang sudah berjalan dan ada hasilnya di
lapangan, kebijakan dan/atau kegiatan yang hanya dilakukan dalam
periode waktu penilaian maupun dapat diulas tren
perubahan/perkembangannya jika sudah dilakukan pada tahun
sebelumnya, maupun penjelasan secara tertulis dari kepala daerah.
5. Bab V Penutup
Memuat simpulan dari bab II sampai dengan bab IV dan rencana
tindak lanjut terhadap isu prioritas lingkungan hidup di Kabupaten
Purworejo, termasuk yang berimplikasi kepada kebijakan Bupati
Purworejo.

I-17
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

II. BAB II
METODOLOGI
2.1 METODOLOGI

Metodologi adalah cara-cara yang akan diterapkan dalam


melaksanakan seluruh pekerjaan. Perumusan metodologi ini
bertujuan agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara sistematis
sesuai dengan karakteristik pekerjaan, sehingga tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan sehingga dapat tercapai secara utuh sesuai
dengan harapan.
Metodologi yang digunakan dalam Penyusunan Dokumen
IKPLHD Tahun 2023 meliputi aspek pelaksanaan kegiatan, aspek
pelaporan, dan metode pengumpulan data. Berikut uraian
selengkapnya.
2.1.1 Aspek Pelaksanaan Kegiatan
A. Pembentukan SK Tim Teknis
Pembentukan SK Tim Teknis Penyusunan Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun
2023 disahkan oleh Bupati Purworejo pada tanggal 6 Februari
2023 dengan jumlah total personil yaitu 20 orang terdiri dari
ketua, sekretaris, wakil sekretaris dan anggota yang meliputi
perwakilan OPD teknis dan Universitas.
B. Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh, data primer dan sekunder,
dilakukan analisis menggunakan metode DPSIR (Driving Force,
Pressure, State, Impact, dan Response).
C. Penyusunan Dokumen IKPLHD
Penyelenggaraan penyusunan dokumen IKPLHD
merupakan proses berkesinambungan karena melibatkan upaya
perbaikan yang dilakukan secara terus menerus sejalan dengan
semakin berkembangnya ketersediaan data dan inovasi yang
terus dilakukan dari pengumpulan data isu prioritas yang ada

II-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

pada tahun sebelumnya. Penyusunan dokumen diawali dengan


penjaringan isu prioritas lingkungan hidup daerah dengan
melakukan Focus Group Discussion (FGD) oleh tim teknis. Isu
prioritas harus didukung dengan inovasi yang sudah dilakukan
oleh Pemerintah dan Masyarakat di Kabupaten Purworejo pada
tahun 2022.

2.1.2 Aspek Pelaporan


Aspek pelaporan menggambarkan produk-produk laporan
sebagai keseluruhan keluaran dari kegiatan Penyusunan Dokumen
IKPLHD tahun 2023. Adapun dokumen yang harus disusun yaitu:
a. Laporan Pendahuluan sebanyak 2 buku.
b. Laporan Akhir sebanyak 5 buku.
c. Semua file dokumen disalin dalam bentuk soft copy dalam 2
buah flash disk (32 GB).

2.1.3 Metode Pengumpulan Data


Kebutuhan data meliputi data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data tersebut, baik data primer maupun data sekunder
dilakukan melalui:
1. Studi Pustaka/ Literatur
Studi pustaka/ literatur merupakan upaya mengkaji literatur
yang terkait dengan kegiatan yang tengah dilakukan. Studi
literatur juga dilakukan untuk mendapatkan data-data statistik dan
studi terdahulu yang pernah dilakukan yang dapat menjadi
rujukan/acuan dalam Penyusunan Dokumen IKPLHD.
2. Angket/Kuisioner
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden (tim teknis) untuk dijawab.

II-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

3. Wawancara
Merupakan metode untuk mendapatkan data dengan
melakukan komunikasi secara langsung dengan stakeholder,
diantaranya adalah Pemerintah Daerah terkait, swasta, maupun
masyarakat. Data/informasi yang diperoleh dari hasil
diskusi/wawancara ini dapat menjadi penguat bagi data yang
diperoleh dari hasil studi pustaka/literatur dan survei lapangan.

II-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

III. BAB III


ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

3.1 PROSES PERUMUSAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN


HIDUP
Isu lingkungan hidup merupakan gambaran dari perubahan
kondisi lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari berbagai macam
kegiatan yang telah dilakukan oleh manusia. Isu lingkungan hidup pada
umumnya menyangkut dimensi yang luas yaitu lintas ruang/wilayah, lintas
pelaku/sektor, dan lintas generasi. Permasalahan atau isu lingkungan
hidup dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas fungsi
lingkungan baik itu penurunan kualitas air, penurunan kualitas udara,
perubahan sumber daya alam, tataguna lahan, dan tata kelola lingkungan,
sehingga menimbulkan resiko bencana bagi kehidupan manusia.
Perumusan isu prioritas lingkungan hidup merupakan salah satu
tahap yang harus dilakukan dalam menyusun dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD). Isu prioritas lingkungan
hidup dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam rangka
mengantisipasi dampak dari perubahan kondisi lingkungan, sehingga perlu
diketahui apa penyebab utama perubahan itu terjadi, seberapa besar
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, serta seberapa penting
penyebab perubahan lingkungan itu terjadi.
Proses perumusan isu prioritas lingkungan hidup daerah
Kabupaten Purworejo melibatkan unsur Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) dan Perguruan Tinggi. Faktor–faktor utama yang menyebabkan
munculnya permasalahan lingkungan di Kabupaten Purworejo antara lain:
pertumbuhan penduduk, dan perkembangan perekonomian. Faktor-faktor
tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan, perubahan pola hidup,
peningkatan pembangunan sarana/prasarana dan industri, peningkatan
pusat-pusat perekonomian dan perbelanjaan, peningkatan pendatang dan
kendaraan. Hal tersebut menyebabkan perubahan tata guna lahan,

III-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

perubahan RTH, kemacetan lalu lintas, peningkatan sampah dan B3,


pencemaran air, dan adanya banjir genangan.
Proses penetapan isu lingkungan hidup daerah Kabupaten
Purworejo diambil dengan melakukan FGD (Forum Group Discussion) yang
diikuti oleh OPD dan pihak Universitas Muhammadiyah Purworejo yang
sudah terlampir sesuai SK Bupati. Isu lingkungan yang diangkat adalah isu
yang dominan dan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat, serta
pengaruhnya berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Isu – isu
lingkungan yang telah dikemukakan dan dipaparkan oleh peserta
kemudian akan disaring untuk diseleksi menjadi isu prioritas daerah.
Melalui pelaksanaan konsultasi publik ini, diharapkan nantinya akan
diperoleh isu prioritas lingkungan di Kabupaten Purworejo minimal 3 (tiga)
dan maksimal 5 (lima) isu prioritas sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam Juknis Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah yang dikeluarkan oleh Sekretariat Jenderal
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Proses FGD
menghasilkan beberapa isu lingkungan diantaranya:
1. Pengelolaan sampah
2. Kualitas air
3. Pertanian organik memanfaatkan limbah ternak, limbah rumah
tangga, limbah air organik di TPA
4. Pertanian berkelanjutan
5. Pendidikan karakter untuk anak usia sekolah
6. Pemilu dan Pilkada serentak tahun 2024 di Kabupaten Purworejo
7. Fasilitas pelaksanaan program paskibraka
8. Stabilitas politik dan keamanan wilayah menjelang Pemilu dan
Pilkada
9. Alih fungsi lahan
10. Belum semua penduduk Kabupaten Purworejo memiliki dokumen
kependudukan
11. Database kependudukan Kabupaten Purworejo belum valid

III-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

12. Belum semua penduduk dapat mengoperasikan aplikasi


kependudukan
13. Target penggunaan Identitas Kependudukan (IKD) terhadap 25%
jumlah wajib KTP
14. Kualitas udara (polusi gas buang)
15. Pengelolaan tinja dan penghijauan di lingkungan Rusunawa Bayeman
16. Pembangunan besar di wilayah dataran tinggi dan pengaruhnya
terhadap kualitas lingkungan hidup (bendung bener)
17. Rencana pembangunan kawasan otorita Borobudur
18. Penanganan air bersih pada kawasan perumahan
19. Penyerapan air hujan di kawasan persawahan dan perkotaan dataran
rendah membuat banjir musiman
20. Pelatihan gedebog pisang menjadi kerajinan bernilai ekonomi
21. Pemanfaatan limbah produksi kelapa menjadi produk bernilai
ekonomi di CV. Tiga Putri Kec. Butuh
22. Pemanfaatan limbah kayu menjadi kerajinan bernilai ekonomi di
UMKM Wijaya Purwodadi
Secara singkat, gambaran proses penyusunan isu prioritas
lingkungan hidup daerah Kabupaten Purworejo tersaji dalam skema
berikut:

Peninjauan Literatur Kabupaten Purworejo

Menentukan isu potensial yang relevan

Perundingan melalui FGD dalam menentukan isu


potensial menjadi isu prioritas

Penetapan Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah

Gambar 3.1 Gambaran proses penyusunan isu prioritas

III-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

3.2 PROSES ANALISIS UNTUK MEMPEROLEH ISU PRIORITAS


Proses penentuan isu prioritas dilakukan melalui proses FGD dan
diikuti oleh OPD yang tercantum dalam SK Bupati. Isu prioritas dipilih
berdasarkan pertimbangan berikut ini:
1. Isu yang diangkat diprioritaskan yang berhubungan dengan
lingkungan hidup
2. Hal yang menjadi perhatian publik luas dan perlu ditangani segera.
3. Terdapat isu yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan hidup
dan berdampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan kualitas
lingkungan.
Berdasarkan perundingan dengan mempertimbangkan beberapa
faktor penunjang masing-masing isu yang diajukan, maka setelah
dilakukan proses FGD diperoleh kesepakatan bersama isu prioritas terpilih
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pengelolaan Sampah
2. Kualitas air sungai
3. Alih Fungsi Lahan

Setelah diperoleh kesepakatan kemudian dilanjutkan dengan


penandatanganan berita acara penyusunan isu prioritas lingkungan hidup.

III-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2023

IV. BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Waktu pelaksanaan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja


Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) akan diselesaikan
dalam waktu 2 (dua) bulan / 60 hari kalender. Dalam jangka waktu ini
diperlukan pengaturan operasional kegiatan yang tepat dan efisien
sehingga dapat terorganisir dengan baik dan selesai tepat waktu.

4.1. Program Kerja


Program kerja dalam Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) disajikan dalam
rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Secara rinci program
kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan

Jangka Waktu
Pelaksanaan
No. Uaian Kegiatan
Bulan I Bulan II

1. Persiapan

2. Pengumpulan Isu dan Data

3. Penyusunan Laporan

4. Presentasi Laporan

5. Penyerahan Produk Pekerjaan

IV-1

Anda mungkin juga menyukai