Anda di halaman 1dari 45

PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK INFORMASI

EKOSISTEM MANGROVE
Tantangan dan Permasalahan

Gathot Winarso

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh


Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pendahuluan
• Indonesia memiliki kawasan mangrove terluas
dan keanekaragaman hayati tertinggi di Dunia

FAO, 2003

Polidoro et al., 2010


• Penting secara ekologi maupun ekonomi

https://mangroveactionproject.org/
• Mangrove hidup di kawasan peralihan antara darat dan
laut dan mampu beradaptasi dengan tekanan alam
• Zonasi → salah satu bentuk adaptasi

(Punwong et al,. 2018)


• Karena hidup di batas
toleransi, sehingga
sangat sensitif akibat
gangguan alam dan
perubahan akibat
aktifitas manusia.
(Kathiresan and
Bingham, 2001)
• Penurunan Luas Mangrove Dunia

Sumber : FAO, 2007


• Perubahan luas mangrove Indonesia (FAO, 2007)
– 4,5 juta ha -- 1980
– 3,5 juta ha -- 1990
– 3,15 juta ha -- 2000
– 2,9 juta ha – 2005
• KLHK 2010 -- 3,7 juta ha, 2015 – 3,4 juta ha. 1,67
juta dalam keadaan baik dan 1,82 juta dalam
keadaan rusak (Permenko Ekuin No. 4 2017).
• Indonesia menjadi kawasan dengan tingkat konversi
mangrove tertinggi dan dikatakan sebagai harta yang
layak untuk diselamatkan (Campbell and Brown,
2015).
• “Mangrove : Global Treasure under threat”
CIFOR, 2015
• Mangrove harus dikelola dan dilestarikan
• Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh telah
melakukan penelitian pemanfaatan data
inderaja untuk ekosistem mangrove
Informasi Ekosistem dari Inderaja
• Eksisting Mangrove (sebaran dan luas)
• Perubahan Luas
• Kerapatan Kanopi
• Indikasi Terjadinya Degradasi
• Estimasi Kandungan Karbon di atas Tanah
• Identifikasi Genus /Jenis Dominan Mangrove
1. Eksisting Mangrove
• Eksisting Mangrove Indonesia 3,31 Juta Ha
• Pemetaan oleh Pokja One Map Mangrove 2013-
2019 → Data Penginderaan Jauh Metode Visual
Eksisting Mangrove

RGB 654 RGB 564

Banyuwangi Landsat 8
RGB 654

RGB 564

Segara Anakan Cilacap


Landsat 8
RGB 654 RGB 564

Taman Nasional Sembilang


Landsat 8
(Bhabani, 2018)

200
Plot Nilai DN Mangrove dan Hutan
180
160
140 Hutan 1
Nilai Digital Number

120 Hutan 2

100 Hutan 3

80 Mangrove 1
Mangrove 2
60
Mangrove 3
40
20
0
Band 4 Band 5 Band 6
Reflektan Mangrove

Kanal 3 Kanal 5 Kanal 6 Kanal 7


Landsat 8 LDCM OLI
(Fujita, 2010 dalam Wickramasinghe et al., 2012)
LS 8 124/62 20170802 RGB 564
RGB 654

PETA MANGROVE SUMBER 1 PETA MANGROVE SUMBER 2 PETA MANGROVE SUMBER 3


SPOT 6/7
RGB 421

Teluk Terima TN Bali Barat TN Sembilang Sumsel


SPOT-6
CILACAP
RGB 321

RGB 421
Tantangan dan Permasalahan
• Ada beberapa jenis mangrove memiliki reflektan
yang mirip dengan vegetasi daratan dan tidak
seperti kenampakan kunci interpretasi
• Perlu kajian penggunaan data dengan spek
berbeda
• Metode visual dan On Screen Digitasi akurat (jika
didukung survey lapangan) tetapi membutuhkan
waktu yang lama
• Pengolahan Digital masih banyak kendala yg bisa
diatasi dengan semi-manual → kalua kendala di
atasi maka pengolahan otomatis bisa dilakukan
2. Perubahan Luas
• Perubahan Mangrove 1994/1997-2013

1997 - 11.981 ha 1998 – 11.092

2000 - 10.826 ha 2013 – 6.716 ha

1994 – 14.597 ha (Parwati, 2002)


• Studi lain

1998 2000
11.092 10.826

Ardli and Wolff, 2008


3. Kerapatan Kanopi
Kriteria Baku Kerusakan Mangrove (Kep Men LH No. 201/2004)

Kerapatan
Kriteria Penutupan (%)
(pohon/ha)
Rapat ≥ 75 ≥1500
Baik
Sedang ≥ 50 - < 75 ≥ 1000 - < 1500
Rusak Jarang < 50 < 1000
Dipakai juga di “Panduan Pemantauan Komunitas
Mangrove, 2017” (Darmawan dan Pramudhi, 2017)

Dari Data Inderaja


▪ Kerapan Kanopi → indeks vegetasi → NDVI
Delta Mahakam

Segara Anakan Cilacap


Permasalahan dan Tantangan
• Penggunaan NDVI untuk estimasi kanopi
dipermasalahkan di antaranya adanya saturasi
pada tutupan tinggi, masuknya informasi vegetasi
lantai, adanya efek background spectral dll
• NDVI tidak hanya mencerminkan tutupan kanopi
saja tetapi ada informasi produktifitas vegetasi
(Pettorelli et al., 2005), kekurangan nutrien,
ukuran biji-bijian, stres karena kekurangan air
(Govaert dan Verhulst, 2010)
Hasil Penelitian 2019
NDVI vs Fcover
90,00

80,00

70,00

60,00
Fcover (%)

50,00

40,00
y = 120,72x - 16,66
R² = 0,4364
30,00

20,00

10,00

0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90
NDVI Value

• NDVI dengan Tutupan Kanopi tidak bisa digeneralisasi untuk


semua jenis karena ada perbedaan struktur kanopi
4. Indikasi Degradasi
• Citra NDVI
Segara Anakan
Cilacap
Indeks Alternatif

MI = (NIR – SWIR)/NIRxSWIR)*10000

IM = Mangrove Index
NIR = DN (16 bit) NIR (Band 5 of Landsat 8)
SWIR = DN (16 bit) SWIR (Band 6 of Landsat 8)
10000 = Multiple Factor to get value 0 – 1
Winarso dan Purwanto, 2014
Perbandingan NDVI dengan Indeks Mangrove
Perbandingan Peta Kerusakan Mangrove dengan Indeks Mangrove
Analisa Korelasi

Y = IM Point = 0.864 - 0.000024 PxP - 0.00445 Suhu + 0.000018 KAT


- 0.00138 Sal - 0.0116 pH + 0.262 (Fcover – semak)

R² = 0.652 dengan nilai P = 0,000


Perbandingan NDVI dengan Indeks Mangrove

Different distribution of NDVI and MI → degraded ecosystem

Same distribution of NDVI and MI → healthy ecosystem


Indeks Mangrove NDVI

Aceh Tamiang
Indeks Mangrove NDVI
TN Sembilang
Indeks Mangrove NDVI

TN Sembilang
Indeks Mangrove NDVI

TN Sembilang
• White et al (1989)

• Jennerjahn et al., (2009)


dalam Ardli (2010) 0-26 ppt
di bagian 12-30 ppt di
wilayah timur

• Aceh Tamiang ->


Salinitas rendah
(Yuwono et al 2007)
• Segara Anakan Cilacap
• Pola distrubusi antara NDVI dan IM
menunjukkan perbedaan 2 kelompok jenis
yang berbeda
• Ada indikasi bahwa 1 kelompok masuk dalam
kategori vegetasi belakang atau mangrove
asosiasi / vegetasi lantai → jika bukan pada
lokasi yg wajar → degradasi
• Untuk membedakan perbedaan jenis yg wajar
dengan degradasi, kualitatif → kuantitif
5. Estimasi Kandungan Karbon di atas Tanah
6. Identifikasi Genus / Spesies Dominan

SPOT 7 Pansharpen
7 kelas/ Genus Akurasi 86 % OBIA Klasifikasi Supervised
5 kelas/ Genus Akurasi 73 % Klasifikasi SAM
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai