Anda di halaman 1dari 22

KELAPA SAWIT SEBAGAI TANAMAN

HUTAN TERDEGRADASI/KRITIS

Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA, IPU


Ketua Tim Penyusun Naskah Akademik

FAKULTAS KEHUTANAN DAN


LINGKUNGAN
IPB UNIVERSITY
Latar Belakang

 Luas hutan/lahan kritis sekitar 14,01 juta ha (Ditjen


PDASHL,2018)
 Penolakan Permenhut Nomor 62/Menhut/II/2011
tentang Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Berbagai
Jenis pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK/HTI) yang
dikeluarkan 25 Agustus 2011 dan diundangkan pada 6
September 2011.
 MS Kaban dan Prof Dodik N : usulan agar sawit bisa
dijadikan sbg tanaman hutan (September 2016)
 FGD “Sawit dan Deforestasi” : agar disusun naskah
akademik kelapa sawit sebagai tanaman hutan” (April
2018)
Prof.Dr.Ir. Yanto Santosa, DEA, IPU (Ketua Tim, bid Konservasi)
Prof.Dr.Ir. Soedarsono Soedomo, MSc (bid Ekonomi/Finansial)
Dr.Ir. Basuki Sumawinata, MAgr. (bid Kesesuaian Lahan/Hidrologi)
Dr.Ir. Hariyadi, Msi (bid Agronomi/Budidaya)
Dr.Ir. Omo Rusdiana, Msc (bid Silvikultur)
Dr.Ir. Arzyana Sunkar, Msc (bid Sosekbud Masyarakat)
Ir. Idung Risdiyanto, Msi (bid iklim/emisi GRK)
ANALISIS COMPARATIF

Aspek Historis/asal-usul
Sawit (swasta, rakyat)
Karakteristik Bio-ekologi
Teknik Budi Daya (termasuk Karet (HTI dan rakyat)
kebutuhan air dan pupuk) dan Acasia mangium, sengon, jabon, jati
Produktifitas dll (HTI dan Rakyat)
Kesesuaian Lahan dan hidrologi
Definisi/terminologi pohon dan hutan,
hutan tanaman industri
Keanekaragaman Jenis Hayati
Emisi/Sekuestrasi GRK
Analisis Ekonomi, Finansial dan
Kontribusi thd devisa negara
Manfaaf/dampak terhadap sosek-bud
masy lokal dan pada PAD daerah
Perbandingan Budidaya
KESIMPULAN HASIL PERBANDINGAN BUDIDAYA
PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN
JENIS BURUNG DI PT SAR
Perbandingan Keanekaragaman Jenis
Herpetofauna di PT SAR
Dampak Perkebunan Sawit terhadap keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa liar
KESIMPULAN KAJIAN PERBANDINGAN KEHATI

 Kebun Kelapa Sawit merupakan habitat dari


berbagai taksa satwa liar (mamalia, burung,
amfibi dan reptil)
 Perubahan tutupan berupa hutan sekunder
menjadi kebun sawit pada umumnya
menurunkan keanekaragaman jenis mamalia,
sedangkan untuk taksa-2 lainnya terjadi
peningkatan
 Perubahan tutupan bukan hutan menjadi kebun
kelapa sawit cenderung meningkatkan
keanekaragaman jenis hampir semua taksa.
NERACA AIR TANAMAN KELAPA SAWIT
Evapotranspirasi tanaman kelapa sawit:
Murtilaksono et al., (2007) : 70-100 mm/bulan
Goh et al., (2011) : 5-6 mm/hari
Carr, (2011) : 4,1 mm/hari
Tarigan, (2012) : 4,5 mm/hari
Safitri et al., 2018) : 3,5-3,7 mm/hari
Anwar et al., (2020) : 3-4 mm/hari
Evapotranspirasi tanaman karet:
Wijaya, (2008) : 3-5 mm/hari

Apakah CH 1800 mm/tahun cukup untuk kebutuhan


tanaman sawit?
Studi pengukuran langsung di lapangan yang dilakukan oleh
(Safitri et al., 2018) di Kalimantan Tengah, rata-rata root uptake tanaman
kelapa sawit adalah 3,07 mm dan 3,7 mm/hari

Lantas, apakah mungkin sawit mengeringkan sumur atau danau?

penyerapan air dari tanah oleh tanaman kelapa


sawit tidak mungkin dapat dilakukan melebihi
kedalaman solum tanah di zona perakaran
Isu selanjutnya adalah keberadaan perkebunan sawit mengakibatkan
terjadinya banjir

Pada prakteknya, kebun sawit membagi lokasi di lapangan ke dalam


beberapa “kategori” yaitu gawangan hidup, gawangan mati, dan piringan.

Gawangan mati dan gawangan hidup ada berdampingan pada satu jalur
tanaman, maka dapat diperkirakan bahwa luasan gawangan mati dan
gawangan hidup masing-masing adalah separuh dari luasan kebun sawit.
Kesimpulan Kajian Perbandingan Serapan CO2

 Tanaman kelapa sawit memiliki kemampuan penyerapan


CO2 yang tinggi dan paling efisien dalam pemanfaatan
radiasi matahari dibandingkan dengan tanaman
komoditas kehutanan lainnya.
 Nilai NPP kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman kehutanan lainnya, dan nilai NEE juga tidak
lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem hutan.
 Sumber emisi terbesar kelapa sawit bersumber pada
konversi lahan hutan dan hutan gambut yang memiliki
cadangan karbon tinggi.
 Konversi lahan-lahan kosong dan semak belukar menjadi
kelapa sawit dapat meningkatkan penyerapan CO2 bagi
ekosistem.
Analisis Perbandingan
Ekonomi/Finansial
Kesimpulan Perbandingan Dampak Terhadap
Sosial-ekonomi budaya masyarakat

1. Dari sudut pandang profitabilitas per unit


lahan, perkebunan kelapa sawit intensif
memberikan opsi penggunaan lahan terbaik
yang dipertimbangkan petani.
2. Pengembalian ekonomi yang rendah,
kepemilikan lahan yang kecil, dan struktur
pasar dan rantai pasokan yang kurang baik
pada hutan tanaman dianggap sebagai kendala
signifikan yang membatasi minat masyarakat
IMPLIKASI KELAPA SAWIT SEBAGAI
TANAMAN HUTAN TERDEGRADASI/KRITIS

 Luas areal berhutan Indonesia akan


meningkat drastis (16,2 juta ha)
 Peningkatan kontribusi serapan gas rumah
kaca dari areal berhutan
 Nilai ekonomi dan kontribusi kawasan hutan
terdegradasi semakin tinggi.
 Penyelesaian permasalahan kebun kelapa
sawit di kawasan hutan menjadi relatif lebih
mudah.
Implikasi …….lanjutan
 Peningkatan tingkat keanekaragaman jenis
hayati pada kawasan2 hutan terdegradasi
 Tudingan “deforestasi” terhadap kebun sawit
akan semakin kesulitan mndapatkan “sasaran”
 Target pembangunan HTI, HTR dan Hutan
Kemasyarakatan akan jauh lebih cepat tercapai
 Menjadikan sawit sebagai tanaman kehidupan
pada HTI akan lebih meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya
KASUS KEBUN SAWIT DALAM KAWASAN HUTAN

 Solusi 1 : keluarkan sawit …….akibatnya petani


sawit rugi/menolak

 Solusi 2 : alih fungsi kawasan hutan menjadi APL


(kawasan budidaya)…… akibatnya luas kawasan
hutan berkurang……kinerja dan kredibilitas
Kementrian LHK turun

 Solusi jalan tengah : jadikan sawit sebagai salah


satu tanaman hutan (HTI-HTR-HKm)……..
Hasilnya Petani sawit dan Kementrian LHK tidak
dirugikan
INDONESIA DALAM TOP TEN
FOREST DUNIA

Top Ten Forest Top Ten Hutan Primer (konservasi Top Ten Hutan
No
Dunia biodiversity) Dunia Proteksi Dunia
1 Rusia USA Brazil
2 Brazil Brazil USA
3 Canada Mexico Indonesia
4 USA Rusia China
5 China Australia DR. Congo
6 DR. Congo DR. Congo Venezuela
7 Australia Venezuela Canada
8 Indonesia Canada Australia
9 Peru Indonesia Peru
10 India Peru Rusia
Sumber : FAO, 2016

Anda mungkin juga menyukai