Anda di halaman 1dari 16

Mangrove:

Property Rights
dan Kelestarian

YANTO ROCHMAYANTO
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL
EKONOMI KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM
Kisi-kisi diskusi
Mangrove di Sorong Selatan
01 Preliminary study dari FS

Property Rights dan Kelestarian


02 Content analysis dan studi kasus

Refleksi untuk Tata Kelola Mangrove


03 Pembelajaran untuk masyarakat yang mandiri
dan mangrove yang terlindungi

2
01 Mangrove di Sorong Selatan
Mutiara hijau yang masih tersimpan,
Namun, mungkin juga sedang dalam incaran

Mangrove Konda Sorsel:


video
Sasaran Program PSLB3 2015-2019
Meningkatnya Kesehatan Masyarakat Dan Kualitas Lingkungan Hidup Dengan Berkurangnya Risiko Akibat Paparan B3,
Limbah B3 dan Sampah

4
Ancaman di Sorong Selalatan

Pemeka Kayu bakar Penjualan Kebun


ran rumah tangga mangrove sawit
wilayah ke Sorong

8
Ancaman di Kota Sorong

Pembukaan wilayah
untuk pemukiman

Penjualan kayu mangrove

Tambang minyak

Pemungutan karang

semakin tinggi angka IPKLH


maka semakin tinggi tingkat
ketidakperduliannya

Sumber : BPS, 2018

7
Bisakah
mangrove yang Pendekatan
masih tebal dan property rights:
luas Kepastian hak
sebagaimana di dapat menjamin
semakin tinggi angka IPKLH
Sorong Selatan kelestarian?
maka semakin tinggi tingkat
ketidakperduliannya
ini dilestarikan ?

Sumber : BPS, 2018

7
02
Property Rights dan
Kelestarian
Deforestation arises from many reasons
(Bromley 2001; Kim et al. 2016; Dolisca et al.
2007; Costenbader 2009), however, property
rights issue is an important underlying driver
of deforestation (Etongo et al. 2015; De-
Oliveira 2008).
Konsep Property Rights
Hak atas property merujuk pada rekognisi legal dan
sosial dari alokasi sumber daya (pen: mangrove),
termasuk wewenang untuk melakukan tindakan
tertentu yang terkait dengan domain tertentu.
(Schlager & Ostrom 1992; Irimie & Essmann 2009).
De jure property rights hutan (termasuk mangrove)
UU No 7/2007
jo. No 1/2014
Key Actor/ Property Rights Regime
Transfer of State/Negara Private
rights HK HL HP
Ownership Pemerintah KSA (CA, SM), Kawasan Kawasan Hutan - KKP
right Pusat KPA (TN, TWA), Hutan Lindung Produksi
Taman Buru Kemend
Pemerintah KPA (Tahura) Kawasan Kawasan Hutan Hutan agri
Transfer of
Daerah Hutan Produksi, Kawasan Kota (Pemda)
managem
ent right Lindung, HPK
Hutan Kota
Swasta Izin Usaha Pemanfaatan IUPH (termasuk HT dan - Permenko Perekonomian
Wisata Alam kawasan dan RE) No 4/2017:
Kemenko Perekonomian,
(SM, TN, Tahura, jasa hutan
Kemenko Maritim,
TWA, Taman Kemenko, ATR/BPN, BIG,
Buru) Kemendes, LIPI,
Masyarakat - HKm, Hutan HKM, HTR, HD HR, Hutan Kemenkeu, BNPB, Kemen
PPA, PT, Kemenristek
Desa Adat Dikti, LAPAN, Polri,
Kejagung,
Perpres No 73 tahun 2012
Sinergi vs
Bureaucratic Competition in the Policy
Process (Crotty, 2005)

Tim Pengarah Pelaksana


Ketua :
Menko Bidang Ketua :
Perekonomian; Menteri Kehutanan;

Anggota : Ketua Alternate : Menteri


1. Menteri Dalam Negeri; Kelautan dan Perikanan;
2. Menteri Keuangan;
Gubernur: SNPEM di
3. Menteri LH; Sekretaris :
Provinsi, dibentuk Tim
4. Menteri PU; Dirjen Bina PDAS PS,
Koordinasi/Pokja Provinsi.
5. Menteri PPN/Kepala Kementerian Kehutanan;
Bappenas Wakil Sekretaris : Dirjen
Demikian juga di
Kelautan, Pesisir dan Pulau-
kabupaten/Kota.
Pulau Kecil, KKP;
Nasional – provinsi –
kabupaten/kota : koordinatif
dan konsultatif
7
Beberapa temuan: 2 Mediating factors (institutional
robustness dan preferensi ekonomi)
Hak formal menjadi kurang penting disbanding atural
local yang diakui oleh masyarakat dalam menentukan
kelestarian dan mengendalikan deforestasi.
• Aktor private dan
• Regulasi terkait hak masyarakat
atas hutan bukan berkompetisi untuk
merupakan faktor mendapatkan hak
penting dalam terhadap hutan (swasta
kelestarian hutan. melalui izin
pemerintah, sementara
Konda-Sorsel
masyarakat melalui
klaim adat).
• Deforestasi lebih
ditentukan oleh aturan • Ketika masyarakat
local yang berlaku di Victori, Sorong
dalam ketergantungan
lapangan dan aktor tinggi terhadap hutan
preferensi ekonomi (HHNK), maka hutan
terhadap hutan akan lestari.
(termasuk afiliasinya).

Posisi relatif lokasi studi


Pada masing-masing mediating factor dan performa hutan 14
03
Refleksi untuk
Tata Kelola Mangrove
Insert your subtitle here
Refleksi
Pertentangan hak antara formal dan dan aturan informal
dalam hak atas hutan memungkinkan menghasilkan
hutan yang lestari.

Preferensi ekonomi memainkan peranan penting


bagaimana hak atas hutan dapat bekerja mengendalikan
deforestasi.

Temuan ini dapat menyarankan rekomendasi kebijakan


untuk pengendalian deforestasi: program devolutif dan
pendekatan ekonomi bagi pengembangan mata
pencaharian masyarakat.
Pendekatan tata kelola mangrove

Pendekatan Pendekatan Pendekatan


ekonomi kelembagaan kombinasi

Ekonomi Ekonomi
Pemerintah Masyarakat
daerah: mengisi Pesisir: mengisi
kesenjangan fiskal microfinance
4
Terima kasih
Yanto Rochmayanto
Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan
dan Perubahan Iklim
Jl Gunung Batu No 5, Bogor.
rochmayantoyr@yahoo.co.uk

Anda mungkin juga menyukai