Anda di halaman 1dari 26

KONTRIBUSI EKOSISTIM MANGROVE

DALAM PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM


(Manfaat Ekologi)
Zulkifli Nasoetion
zulnasution@usu.ac.id
Perubahan iklim mengacu pada perubahan
suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.
Pergeseran ini mungkin bersifat alami, tetapi
sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah
menjadi pendorong utama perubahan iklim,
terutama dengan pembakaran bahan bakar
fosil (seperti batu bara, minyak, dan gas) yang
menghasilkan gas yang memerangkap panas.
RIO+20
The 17 United Nations
Sustainable Development Goals (SDGs)

PERLU USAHA
BERSAMA
APA MANGROVE
DAN FUNGSINYA
Definisi (Pengertian) Hutan Bakau.
Definisi hutan bakau (mangrove)
menurut Steenis (1978) adalah vegetasi
hutan yang tumbuh diantara garis
pasang surut. Sedangkan Nybakken
(1988) memberi definisi hutan mangrove
sebagai sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan suatu komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin.
Itulah yang mereka
diskusikan
Indonesia menjadi negara dengan
hutan mangrove paling luas di
dunia. Menurut data Kementerian
Negara Lingkungan Hidup, luas
hutan bakau Indonesia mencapai
4,3 juta ha (2006).
Sedang menurut FAO (2007) pada
tahun 2005 Indonesia memiliki
hutan mangrove seluas 3 juta ha.
KONDISI MANGROVE INDONESIA
Peta Mangrove Nasional, 2021
SNI 7717-2020
Mangrove lebat, penutupan tajuk >70%
Mangrove sedang, penutupan tajuk 30 – 70%
Mangrove jarang, penutupan tajuk <30%
Mangrove Sedang,
188,363 , 5%

Luas Mangrove Mangrove Jarang ,


54,474 , 2%
Mangrove Lebat,
3.364.076 Ha
3,121,239 , 93%

9
KONDISI DAN SEBARAN MANGROVE INDONESIA
Peta Mangrove Nasional, 2021

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000


Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Mangrove
Kepulauan Riau Lebat,
Jambi
Bengkulu
3,121,239 ,
Sumatera Selatan
93%
Kep. Bangka Belitung
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa Barat
Luas
Jawa Tengah
D.I Yogyakarta
Mangrove
Jawa Timur
Bali
3.364.076 Ha
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Gorontalo Mangrove Mangrove
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Jarang , Sedang,
Sulawesi Selatan 54,474 , 2% 188,363 , 5%
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
10
KONDISI MANGROVE BUKAN KAWASAN HUTAN
Peta Mangrove Nasional, 2021

Dalam
Kawasan
Hutan ,
2,661,921 ,
Mangrove
79%
Luas
Bukan Luas Mangrove Sedang ,
86,834 , 12%
Kawasan
Mangrove Hutan , Bukan Kawasan
3.364.076 Ha 702,798 , Hutan
21%
Mangrove
702.798 Ha
Mangrove
Lebat , (21%) Jarang ,
586,054 , 84% 29,910 , 4%

11
KONDISI MANGROVE INDONESIA

Kementerian Kelautan dan Perikanan,


K/L, LSM, CSR dll
64.746 ha Badan Restorasi Gambut dan
10,15%
Mangrove
483.194 ha
75,78%
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
89.685 ha
14,07%

MANGROVE KRITIS
637.624 ha

DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT


KONDISI TERKINI HASIL ANALISA MANGROVE KRITIS
DI LUAR BRGM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN

Mangrove sudah Pulih


25.777,97 (40%)

MANGROVE
Mangrove Kritis tak bisa KRITIS TUSI KKP Mangrove Kritis Layak
direhabilitasi 32.662,10 64.746 Ha Rehab
(50%) 6.305,93 (10%)
Telah berubah fungsi menjadi
Tambak, Pemukiman, lahan
kering dll
Berpotensi ditanam Bakau
dengan Silvofishery Kritis non rehab Kritis pulih Kritis tanam

DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT


KONDISI MANGROVE KRITIS DI LUAR BRGM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN
9.000

8.000

7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

KRITIS NON REHAB KRITIS PULIH KRITIS TANAM


Keterkaitan Blue Carbon dan Kawasan Hasil penelitian diperoleh rata-rata
Konservasi Mangrove biomassa hutan mangrove sebesar 431,78
ton/ha. Estimasi karbon tegakan mangrove
197,36 ton/ha dan estimasi karbon serasah
Sejak tahun 2010, terminologi blue carbon 1,25 ton/ha, sehingga berdasarkan hasil
mulai diperkenalkan di dunia. Blue carbon penelitian jumlah estimasi total karbon
memiliki arti sebagai karbon yang tersimpan tersimpan hutan mangrove 198,61 ton/ha.
dalam ekosistem laut dan pesisir, sekaligus Windarni, Cahyaning and Setiawan, Agus
and RUSITA, (2018)
merupakan konsep pelestarian ekosistem
penyimpan karbon biru yang terus menerus
mengalami degradasi.

Hutan mangrove, yang merupakan ekosistem kaya


karbon yang dapat menampung hingga tiga kali lebih
banyak karbon per hektar dari hutan terestrial.
Ketika dilindungi dan dipulihkan, dengan materi
organik terkunci di tanah, mangrove dan lahan basah
lainnya bertindak sebagai 'penyerap karbon' yang
efektif, menawarkan potensi besar untuk mengurangi
perubahan iklim.
Carbon Stocks in EU Terrestrial
and Marine Habitats
Habitat terestrial mengambil dan
menyimpan karbon atmosfer, sebagian
mengurangi peningkatan konsentrasi
CO2 di atmosfer. Lahan basah
menyimpan jumlah karbon terbesar per
satuan luas, meskipun ini sangat
bervariasi (Gambar 1), diikuti oleh
hutan. Hutan menyediakan cadangan
karbon yang besar karena kandungan
karbon yang tinggi dari biomassa di atas
dan di bawah tanah. Stok karbon sangat
bergantung pada habitat individu dan
oleh karena itu bervariasi di setiap
wilayah biogeografis dan di seluruh
Eropa
Tanda panah berwarna ungu dengan ukuran atau
ketebalan lebih besar dibandingkan dengan tanda
panah berwarna hitam memiliki arti bahwa jumlah
karbondioksida yang diserap lebih banyak
dibandingkan yang dilepas ke lingkungan oleh
vegetasi. Karbondioksida di atmosfer diserap oleh
tumbuhan pada saat proses fotosintesis. Hal ini
disebut sekuestrasi. Sementara itu, terdapat jumlah
karbondioksida yang hilang dalam jumlah sedikit
karena adanya respirasi. Sisa karbon lainnya
disimpan pada bagian akar, ranting, dan daun
tumbuhan.

Sebagian besar tanah berada di dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen) sehingga proses
penguraian karbon yang masuk ke dalam tanah terjadi sangat lambat, bahkan itu dapat
tersimpan hingga ratusan tahun. Hal ini biasa disebut dengan carbon storage atau simpanan
karbon. Penurunan jumlah karbon yang ada di atmosfer dapat membantu menangani masalah
pemanasan global. Sementara itu, adanya peningkatan jumlah karbon dalam tanah atau SOC
(soil organic carbon) dapat meningkatkan kesuburan tanah yang nantinya akan berdampak
positif pada ketahanan pangan. SOC dinilai sebagai komponen yang penting pada siklus
karbon global (Siringoringo, 2014).
Tingkat rata-rata penyimpanan karbon di tipe utama habitat darat dan laut
(Badan Lingkungan Eropa, Mei 2022)
Average carbon sequestration rates in the main types of terrestrial and marine habitats
PEMUTAKHIRAN PETA MANGROVE SULIT?

INTERPRETASI
Teknologi
Pengalaman
SATU PETAMANGROVE

DATA CITRA
SATELIT/FOTO
UDARA/DRONE

Direktorat Pendayagunaan Pesisir


@Direktorat_p4k dan Pulau-pulau Kecil – P4K DIT. PENDAYAGUNAAN PESISIRDAN PULAU-PULAU KECIL @direktorat_p4k www.kkp.go.id/p4k 20
Fungsi ekologi
Mencegah Erosi Pantai
Menjadi Katalis Tanah dari Air Laut
Habitat Perikanan
Memberikan Dampak Ekonomi yang Luas Semut
Sumber Pakan Ternak
Mencegah Pemanasan Global
Menjaga Kualitas Air dan Udara

Di antara hewan-hewan yang tidak boleh Biodiversity


dibunuh ialah semut, lebah burung shurad dan
burung hud-hud. Larangan tersebut tertuang
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Daud. Rasulullah SAW bersabda, "Rasulullah
melarang membunuh empat macam hewan,
semut, lebah, hud-hud, dan shurad", (HR Abu
Daud).
Hud-Hud Surad

Lebah Semut
Target Kinerja Rehabilitasi Mangrove dari Rupiah Murni

17.660 hektare* • Rehabilitasi mangrove yang akan dibiayai dengan


Rupiah Murni (APBN) dilakukan pada mangrove
Dibagi berdasarkan prioritas dengan kerapatan tajuk jarang;
2023 pesisir yang memiliki indeks • Mangrove dengan kerapatan sedang tidak perlu
kerentanan tinggi direhabilitasi karena dapat tumbuh secara alami,
5.122 ha
(nilai CVI tinggi) sehingga diarahkan untuk dikonservasi;

2024 • Mangrove dengan tajuk jarang di 9 provinsi wilayah


kerja BRGM memiliki luas 27.159 ha. Dari luasan
tersebut telah direhabilitasi melalui kegiatan PEN tahun
4.356 ha 2020-2021 seluas 9.499 ha, sehingga tersisa seluas
17.660 ha sebagai target kinerja BRGM;
• Meskipun demikian, mengingat besarnya anggaran
2026 yang dibutuhkan untuk kegiatan rehabilitasi, maka
2025 target rehabilitasi tersebut diusulkan untuk
4.086 ha diselesaikan dalam waktu 4 (empat) tahun, yaitu
tahun 2023-2026.

4.097 ha

*kesepakatan antara BRGM, KLHK dan Bappenas


HASILNYA
Strategi Pengelolaan Ekosistem Gambut dan Mangrove
di Indonesia Perlu Melibatkan Berbagai Stakeholder

Government Private Sector dan NGO Public Communities

1. Mendorong pelaksanaan moratorium pada 1. Mendukung pemerintah dalam 1. Mengimplementasikan pengelolaan lahan
kawasan gambut dan mangrove melakukan pemetaan dan inventarisasi pada ekosistem gambut dan mangrove
2. Mengintegrasikan kebijakan pengelolaan kegiatan restorasi gambut dan berdasarkan praktik berkelanjutan
gambut & mangrove dalam Rencana Tata mangrove (Contoh: Melakukan rehabilitasi pada
Ruang dan Wilayah 2. Mendukung berbagai penelitian terkait tambak, melakukan silvofishery dan
3. Melakukan Pembangunan dan penerapan kegiatan restorasi gambut paludikultur pada lahan gambut)
Pengembangan Pangkalan Data dan rehabilitasi mangrove dan 2. Mendukung upaya konservasi mangrove
4. Meningkatkan penegakan hukum dalam pengelolaan ekosistem gambut dan dan restorasi gambut dengan menjaga
perlindungan ekosistem gambut dan ekosistem mangrove dan gambut
mangrove secara berkelanjutan
mangrove 3. Mendukung upaya peningkatan
3. Mendukung peningkatan kapasitas dan
5. Menurunkan laju deforestasi mangrove penegakan hukum dalam pengelolaan
peran masyarakat dalam pengelolaan
dan hutan pada lahan gambut ekosistem gambut dan mangrove
6. Mendorong investasi hijau untuk ekosistem gambut dan mangrove
meningkatkan mata pencaharian
masyarakat
SUKSES
MAKNA
Santabi, REGENERASI
MUDA YOLD
Marpangajju, GAGAL

Marpamuati,
Mauliate.
Bujur

Saohagölö

Teurimong gaseh
Matur nuwun
Hatur nuhun

Anda mungkin juga menyukai