Anda di halaman 1dari 38

Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan
Nasional Bidang KSDAE
Tahun 2020-2022

Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air


Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

Disampaikan pada Rapat Koordinasi Evaluasi Kinerja Ditjen KSDAE Tahun 2023
13 Maret 2023
OUTLINE

01 Pembangunan Kehutanan dalam RPJMN 2020 - 2024

02 Isu Pembangunan KSDAE

03 Evaluasi dan Arah Pembangunan KSDAE

04 Strategi Pendanaan Kawasan Konservasi

2
Pembangunan
Kehutanan dalam
RPJMN 2020 - 2024

3
Pertanyaan 1
Kawasan Hutan di Indonesia
Tutupan Hutan dan Lahan 2020

Kawasan berhutan Kawasan tidak berhutan Areal Penggunaan Lain

65% 28% 5,2


juta ha kawasan hutan
Tren Deforestasi (1990-2021)

(120 juta ha) (35,4 juta ha)


Luas daratan Indonesia kawasan hutan belum dikelola bersama masyarakat
adalah kawasan hutan ditetapkan

22 jt 29,87 0,49
hektare juta ha juta ha per tahun
Tumpang tindih penggunaan kawasan hutan tidak tutupan hutan hilang (1990-
kawasan hutan berhutan 2020)
Kawasan Hutan di Indonesia

Megadiverse Country dan memiliki 2


dari 25 hotspot biodiversitas dunia

Menyimpan 70-85% stok karbon


dunia

0,70% kontribusi kehutanan


terhadap PDB nasional

22,4 juta ha kawasan konservasi


darat dan air

6.747 desa sekitar Kawasan


Konservasi (16,3 juta jiwa) (BPS, 2019)
21,87 juta ha 29,56 juta ha 12,79 juta ha 56,03 juta ha 5,32 juta ha
Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Konversi Hutan Produksi Konservasi Perairan

Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Konversi Hutan Produksi

17,49 4,39 24,16 5,40 40,34 15,69 17,49 4,39


juta hektare juta hektare juta hektare juta hektare juta hektare juta hektare juta hektare juta hektare
luas berhutan luas tidak berhutan luas berhutan luas tidak berhutan luas berhutan luas tidak berhutan luas berhutan luas tidak berhutan
Penutupan Lahan Kawasan Hutan Konservasi
Kawasan Konservasi Berhutan 17.301.938 78%
Hutan Lahan Kering Primer 10.554.875 48%
Hutan Lahan Kering Sekunder 3.367.347 15%
Hutan Rawa Sekunder 1.449.636 7%
Hutan Rawa Primer 1.037.143 5%
Hutan Mangrove Primer 665.896 3%
Hutan Konservasi Hutan Mangrove Sekunder 123.109 1%
Hutan Tanaman 103.932 0%
17,49 4,39 Kawasan Konservasi Tidak Berhutan 4.769.336 22%
juta hektare juta hektare Belukar Rawa 1.358.469 6%
luas berhutan luas tidak berhutan
Pertanian Lahan Kering Campur 856.716 4%
Belukar 624.958 3%
Savanna/ Padang rumput 609.816 3%
Rawa 394.419 2%
Badan Air 280.057 1%
Tanah Terbuka 229.251 1%
Perkebunan 175.185 1%
Pertanian Lahan Kering 147.426 1%
Tambak 47.836 0%
Sawah 22.453 0%
Pemukiman 12.418 0%
Pertambangan 9.718 0%
Transmigrasi 372 0%
Bandara/ Pelabuhan 243 0%
Luas Kawasan Konservasi 22.071.274 100%
Lima Agenda Nasional 2020-2024 Pengelolaan Kawasan Konservasi Dan Kehati

01 National Biodiversity Inventory

Peningkatan Pengelolaan Kawasan


02 Konservasi Bersama Desa/Masyarakat

03 Perlindungan Spesies Prioritas Nasional

Kawasan Konservasi sebagai


04 Destinasi Wisata Prioritas Nasional

Pengembangan Balai Kliring Nasional


05 dan Pendanaan Berklanjutan
3 Indikator Utama Pembangunan Kehutanan 2020-2024

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk


1 Pertumbuhan yang Berkualitas

Menetapkan dan melindungi 65 juta ha Kawasan


1 Lindung Nasional dengan kehati dan karbon stok
2 Mengembangkan Wilayah untuk
Mengurangi Kesenjangan tinggi serta tidak melampaui DDDT

Mengatasi pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat


2 dengan memberikan akses dan/atau asset kepada
3 Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas dan Berdaya Saing masyarakat 10 juta ha

Memenuhi pasokan/permintaan produksi kayu nasional


Membangun Lingkungan Hidup, 3
6 Meningkatkan Ketahanan Bencana dan minimal 60 juta m3/tahun
Perubahan Iklim
Program Konservasi Sumber Daya Alam Dan Ekosistem Dalam RPJMN 2020-2024

Indikasi Target
No PROYEK K/L (Satuan) PN RPJMN Major Project
2020 2024
1 Inventarisasi dan verifikasi kawasan dengan nilai keanekaragaman tinggi partisipatif (juta ha) 70 70 01, 06
2 Pemantapan (prakondisi) status dan fungsi serta penilaian efektivitas kawasan konservasi (unit KK) 552 552 01, 06
3 Pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi (desa) 500 4.500 01, 06
4 Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Esensial (unit KEE) 11 55 01, 06
5 Penanganan permasalahan di kawasan Konservasi (opened area) (juta ha) 1,8 1,8 01, 06
6 Pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi (air, panas bumi, dan karbon) (unit) 20 100 01
7 Pengembangan entitas pemanfaatan keanekaragaman hayati (unit) 1.800 1.800 01, 06
8 Pengembangan Ekowisata dan wisata bahari pada Kawasan Konservasi (Bahari: TN Wakatobi, TN 3 3 01 10 Destinasi
Bunaken, TN Takabonerate) (unit) Pariwisata
Prioritas (DPP)
9 Pengembangan Ekowisata dengan konsep SAVE (Science, Academic, Voluntary, Education) = TN Komodo, 7 7 01 10 DPP
TN Alas Purwo, TN Baluran, TWA Kamojang, TN Gunung Leuser (unit)
10 Pengembangan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam sebagai dukungan destinasi wisata prioritas 15 15 01 10 DPP
(unit)
11 Mekanisme Pendanaan Konservasi Keanekaragaman Hayati (sistem) 1 1 06
12 Pengembangan entitas perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati (unit) 1.000 1.000
13 Perlindungan dan Penyelamatan Satwa Liar (unit) 5 5 06
14 Pengembangan Balai Kliring Keanekaragaman Hayati (simpul data) 4 5 06
15 Rehabilitasi Hutan dan Lahan serta Pemulihan Ekosistem pada kawasan IKN (ha) 1.200 1.200 02 Ibu Kota Negara
(IKN)
16 Luas kawasan yang diverifikasi sebagai Perlindungan Keanekaragaman Spesies dan Genetik TSL 10 10 06
Penyelarasan IKU/IKP/IKK Lingkup KSDAE Dalam Rancangan RENSTRA KLHK
dengan RPJMN Bidang Kehutanan

No INDIKATOR RENSTRA KLHK INDIKATOR RPJMN 2020-2024 KETERANGAN


1 Luas kawasan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai Luas kawasan yang diinventarisasi dan diverifikasi Perbedaan target per
keanekaragaman tinggi secara partisipatif dengan target 7,6 dengan nilai keanekaragaman tinggi secara partisipatif tahun
juta ha (2020), 11,5 juta ha (2021), 15, 5 juta ha (2022) dst dengan target 70 juta hektar per tahun
2 Jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan pemantapan Jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan Perbedaan target per
(prakondisi) status dan fungsi (kumulatif) dengan target pemantapan (prakondisi) status dan fungsi dengan target tahun
kumulatif 30 unit KK (2020), 60 unit KK (2021), dst 552 unik KK setiap tahun
3 Tidak ada Luas Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Konservasi Indikator tidak tertuang
Tahura Bukit Soeharto (yang menjadi lokasi IKN) dalam renstra
dengan target 1.200 ha tiap tahun
4 Jumlah mekanisme balai kliring keanekaragaman hayati dengan Jumlah simpul data Keanekaragaman Hayati yang Perbedaan nomenklatur,
target 1 mekanisme per tahun dikembangkan (simpul data) dengan target 4 simpul nilai dan satuan target
data per tahun
5 Luas kawasan hutan yang diinventarisasi dan diverifikasi Jumlah luas kawasan yang diverifikasi sebagai Perbedaan nomenklatur,
dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi secara partisipatif Perlindungan Keanekaragaman Spesies dan Genetik nilai dan satuan target
dengan target 15,6 juta ha (2020), 29,4 juta ha (2021) dst TSL (juta ha) dengan target 10 juta ha per tahun
6 Jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan pemantapan Tidak ada Pembahasan lebih lanjut
(prakondisi) status dan fungsi (kumulatif)
7 Jumlah Kawasan Konservasi yang ditingkatkan Efektivitas Tidak ada Pembahasan lebih lanjut
Pengelolaannya
8 Jumlah Ijin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Non Wisata Alam Tidak ada Pembahasan lebih lanjut

9 Luas Kawasan sebagai penyediaan Data, Informasi dan Tidak ada Pembahasan lebih lanjut
Rencana Konservasi Nasional di luar Kawasan Konservasi
Isu Pembangunan
KSDAE

13
Pertanyaan 2
Kontribusi Ekonomi Kehutanan : Jasa Lingkungan dan TSL
❏ Wisatawan mengunjungi kawasan konservasi
akan memberikan kontribusi pada Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari
penerimaan tiket orang dan kendaraan,
pariwisata kegiatan, rumah tamu, film
komersial, dan kegiatan penelitian di dalamnya
kawasan konservasi
❏ Secara sektoral, aktivitas pariwisata di kawasan
konservasi telah menjadi sumber pertumbuhan
khususnya dalam pembentukan PDB (Nilai
Tambah Bruto) setiap sektor perekonomian.
❏ Secara agregat aktivitas pariwisata di kawasan
konservasi memberikan kontribusi sekitar 0,02
persen terhadap pertumbuhan Nilai Tambah
Bruto (NTB) atau PDB nasional, dan
berkontribusi sekitar 0,13 persen terhadap
pertumbuhan PDB sektor kehutanan.
❏ Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
selama tahun 2015-2019 di kawasan konservasi
sebanyak 2.059.343 orang (melebihi target
sebesar 37,29 persen) dan jumlah kunjungan
wisatawan domestik sebesar 31.873.624 orang
(melebihi target sebesar 59,37 persen).
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Kehadiran Satwa Liar di luar Kawasan Ancaman Penurunan Luas Kawasan dan Tutupan Hutan
Konservasi di Kawasan Konservasi & Lindung pada kelestarian Jenis Dilindungi

Kawasan Konservasi Darat dan Laut dalam 5 tahun terakhir trennya menurun.
Proyeksi baseline BAU Bappenas menunjukan degradasi dan deforestasi seluas
2,47 Juta hektar pada tahun 2045 akan berdampak pada meningkatnya ancaman
kepunahan tumbuhan dan satwa liar serta kehilangan jasa ekosistem yang
esensial bagi tersedianya fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
sumber ekonomi, & perubahan iklim.
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Klasifikasi Keanekaragaman Genetik di Indonesia
(LIPI, 2014)

Ancaman Penurunan Keanekaragaman Hayati


Potret Pengelolaan Kawasan Konservasi
Distribusi Anggaran

1. Terdapat beberapa tipe kawasan


konservasi yang membutuhkan
pengelolaan dan dukungan finansial
yang berbeda-beda.
• Terestrial hingga laut
Rata-rata di • Dataran rendah hingga
Indonesia (2007)
1,57USD/hektar
dataran tinggi
• Proteksi ekosistem hingga
spesies
Rata-rata di
Indonesia (2017) 2. Terdapat kekurangan dan
4,48USD/hektar
ketidakseimbangan sumber-sumber
pendanaan.

3. Alokasi budget masih berfokus di


region Jawa. Papua mendapat
alokasi paling kecil.
Potret Pengelolaan Kawasan Konservasi
DISTRIBUSI SUMBER DAYA MANUSIA
1. Mobilisasi sumber daya manusia masih timpang.
2. Sumber daya manusia masih terkonsentrasi di Jawa.
3. Polisi hutan di Papua memiliki tanggung jawab paling
besar, 1 orang harus meng-cover 30.000 hektar.
4. Rata-rata di Indonesia → 1 polisi hutan meng-cover 4.500
hektar.
Potret Pengelolaan Kawasan Konservasi
Pengelolaan Ekowisata

Penanganan perilaku
pengunjung dalam hal sampah
Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Kehati
ISU

1. Kebakaran hutan 1. Meningkatnya Invasive Alien Species (IAS) → menurunkan spesies lokal dan
2. Kurangnya pendanaan konservasi kawasan endemik diakibatkan kompetisi, dimangsa, penyakit, perkawinan
3. Lemahnya kapasitas SDM penggiat konservasi 2. Polusi dan rusaknya habitat (degradasi hutan dan lahan) akibat aktivitas
(monitoring, penegakan hukum, inventarisasi, pembukaan kawasan hutan untuk perkebunan, pertanian, tambang
penggunaan teknologi) 3. Perburuan ilegal (eksploitasi sumber daya hutan dan kehati yang berlebihan) →
4. Rendahnya kesadaran berbagai sektor antara sektor international demand, konsumsi daging lokal
publik dan industri tentang integrasi perencanaan 4. kurangnya kesadaran di antara masyarakat, sektor swasta dan publik tentang
lanskap risiko yang ditimbulkan oleh keanekaragaman hayati dan hilangnya ekosistem.

TANTANGAN

Koservasi Kawasan Konservasi Kehati Pengembangan Jasa Lingkungan

● Pemekaran wilayah administratif ● Pengelolaan TSL langka dan terancam ● Optimalisasi pemanfaatan jasa
● Landscape approach (meliputi area konservasi punah lingkungan
Pemanfaatan TSL berkelanjutan (wildlife ● Inklusi konservasi ke dalam sektor
di luar kawasan konservasi dan kawasan ●
trading, online trading) dan nilai pembangunan - strategi mainstreaming
lindung)
tambahnya ● Strategi mitigasi dan adaptasi
● Pemanfaatan kawasan
Bioprospeksi konservasi kawasan dan konservasi
● Pengembangan wisata alam berkelanjutan ●
Keamanan hayati keanekaragaman hayati
● Tata kelola kawasan ●
Evaluasi dan Arah
Pembangunan KSDAE

23
Capaian Sementara Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024
No Sasaran/Indikator Baseline 2019 Target 2024 Capaian 2022 Notifikasi
Perkiraan
Capaian Sampai
2024
1 Peningkatan kuantitas atau ketahanan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
a Luas minimal kawasan berfungsi lindung (juta ha) 55 65 - Tidak Tercapai
b Kawasan hutan produksi (juta ha) 33,9 34,7 68,83 Tercapai
2 Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor riil dan industrialisasi
a Produksi kayu terutama dari hutan produksi (juta 45 60 55,5 Tercapai
m3/tahun)
b Destinasi wisata alam berkelanjutan berbasiskan 9 25 25 Tercapai
kawasan hutan prioritas (destinasi)
3 Jumlah kawasan pusat pertumbuhan yang difasilitasi dan dikembangkan
a Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) (destinasi) 3 10 9 Tercapai
b Luas area pembangunan ibu kota negara (hektare) 0 5.600 1.500 Tercapai
4 Terwujudnya pengentasan kemiskinan
a Luas kawasan yang dikelola oleh masyarakat (juta ha) 5,5 12,1 0 Tidak Tercapai
b Luas kawasan hutan yang dilepaskan untuk TORA (juta 1,5 4,1 0,258 Tidak Tercapai
ha)
c Luas kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat 4 8 4,901 Tidak Tercapai
dalam skema HD, HKm, HTR, IPHPS, dan kemitraan
kehutanan (juta ha)
d Jumlah kelompok tani hutan (KTH) mandiri 100 500 165 Tidak Tercapai
Capaian Sementara Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024

No Sasaran/Indikator Baseline 2019 Target 2024 Capaian 2022 Notifikasi


Perkiraan
Capaian
Sampai 2024
5 Meningkatnya produktivitas dan daya saing
a Jumlah lulusan pelatihan vokasi (orang) 780.000 2.800.000 1.338 Tidak Tercapai
6 Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
a Luas area dengan nilai konservasi tinggi (high 52 70 24,25 Tercapai
conservation value/HCV) yang dipertahankan secara
nasional (juta ha)
b Luas kawasan konservasi yang dikelola (juta ha) 27 27 27 Tercapai
c Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola (juta 22,68 22,90 4,3 Tidak Tercapai
ha)
7 Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
a Jumlah spesies TSL terancam punah yang ditingkatkan 25 25 0 Tidak Tercapai
populasinya (jenis)
8 Pemulihan lahan berkelanjutan
a Luas tutupan hutan dan lahan yang ditingkatkan 206 420.000 457.036 Tercapai
secara nasional (ha/tahun)
Capaian Luas Area dengan Nilai Konservasi Tinggi

▪ Target sampai tahun 2024 secara kumulatif mencapai 70 juta hektare meliputi seluruh area dengan nilai konservasi
tinggi di dalam dan di luar kawasan konservasi;
▪ Capaian Tahun 2020 dan 2021 belum maksimal sesuai dengan target yang diharapkan namun sisa target yang belum
dilaksanakan akan ditambahkan pada target tahun 2022, 2023 dan 2024 sehingga diperkirakan akan tercapai
keseluruhan target di tahun 2024.
Bioekonomi Berbasis Hutan Konservasi (Bioprospecting)
Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui kegiatan
bioprospecting dapat memenuhi kebutuhan bahan baku obat,
sandang, pangan, rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna
dan lain-lain. Di samping itu, diversifikasi produk primer
tumbuhan obat menjadi produk sekunder memiliki nilai tambah
ekonomi yang tinggi.
(RPJMN 2020 – 2024)
Program/Kegiatatan/Proyek Prioritas yang terkait dengan bioprospecting dalam RPJMN 2020-2024

Instansi Program/Kegiatan/Proyek Indikasi belanja


Pelaksana Prioritas nonoperasional (Miliar
Rupiah)
Kementerian Implementasi IPTEK hasil 16
Lingkungan hutan, jasa lingkungan, dan
Hidup dan keanekaragaman hayati
Kehutanan
Pengembangan balai kliring 5
keanekaragaman hayati

Mekanisme pendanaan 15
konservasi keanekaragaman
hayati Salah satu contoh penerapan biosprospecting di hutan konservasi
Perlindungan dan 2.635 yaitu mikroba di Taman Nasional Gunung Ciremai untuk
pengembangan hutan adat meningkatkan produktivitas pertanian sehat tanpa pupuk kimia dan
(beberapa kegiatan) pestisida.
Arah Pembangunan Konservasi dan Perlindungan Hutan

Arah Pembangunan Arah Pembangunan


o Konservasi perlu berfokus pada tingkat genetik, tetap o Pemerataan akses data dan informasi yang inklusif;
meningkatkan populasi suatu spesies, walaupun tanpa o Perlu adanya baseline terkait keanekaragaman hayati yang
target numerik; dimonitoring secara rutin sebagai evidence dalam penentuan
o Pendanaan kawasan konservasi yang self-funded, kebijakan;
berkolaborasi dengan entitas lokal. Pemerintah o Pendekatan Minimum Viable Population dapat digunakan
berperan dalam pengawasan; sebagai dasar argumentasi dalam mempertahankan suatu
o Kolaborasi dalam pengumpulan data, biodiversity status, kawasan konservasi dalam kurun waktu tertentu;
pendanaan, pengambilan kebijakan, dan pelaksanaan o Pentingnya identifikasi basis data yang dimiliki dan service
kegiatan, termasuk dengan masyarakat umum, yang diinginkan (target penggunaan data, sistem visualisasi
masyarakat adat dan dengan peneliti (“collaborative data);
management mechanism”); o Dalam menentukan key biodiversity areas hingga 2045 perlu
o Menerapkan konsep conservation, sustainable use dan dipertimbangkan juga relevansinya dengan populasi;
sharing of benefits; o Ada corrective action dalam pengendalian karhutla dimana
o Perlunya Long term research untuk melakukan lebih difokuskan untuk pencegahan daripada penanganan;
forecasting dan modeling terkait konservasi; o Perlunya valuasi ekonomi terhadap keanekaragaman hayati di
o Pendekatan “Land Sparing” dan “Land Sharing” untuk Indonesia baik terkait sektor kesehatan, perubahan iklim, dan
pengelolaan protected area; pengentasan kemiskinan
o Key Performance Indicator yang terukur, seperti
peningkatan awareness
Pertanyaan 3
Strategi Pendanaan
Kawasan Konservasi

30
Kebijakan Konservasi Kehati Dan Pengelolaan Kawasan Konservasi 2020-2024

• Kebutuhan pendanaan (tanpa belanja


operasional) = Rp7,3 trilliun atau Rp1,5
trilliun/tahun
Pendanaan dan National • Kebutuhan pendanaan (dengan belanja
clearing house
mechanism untuk biodiversity operasional*) = Rp11,3 trilliun atau
kehati inventory Rp2,26 trilliun/tahun
Rp20 miliar Rp2 triliun
* Belanja operasional diasumsikan Rp800 Miliar per tahun

Penyelamatan &
Pengembangan pengawetan
ekowisata Tumbuhan dan
Rp1,4 triliun Satwa Liar
Rp114 miliar
Pengelolaan
kawasan
konservasi
berbasis
masyarakat
Rp3,7 triliun
Tipologi Pendanaan Konservasi Berkelanjutan

Penerapan mekanisme pasar Perancangan skema pendanaan Pengumpulan dan


untuk layanan barang/jasa untuk mendorong aktivitas pengelolaan dana eksternal
ekosistem dari kawasan konservasi dari luar kawasan konservasi
konservasi

Model bisnis HHBK Sharing biaya


Donasi

DANA PRIVAT
Fee pemanfaatan SDA
kolaboratif Tarif Wisata Dana Investasi, Kredit, dan Usaha individu/swasta
Fee Bioprospecting
Skema Pinjam-pakai d an
konsesi untuk swasta d an Dana Lingkungan
Pembayaran Jasa Lingkungan Mekanisme Hidup
masyarakat, untuk
terkait pengelolaan la han,
mengelola Hibah
sumber daya, dan fasilitasi di dana Debt for
kawasan konservasi NGO
Kredit Karbon Nature
Swaps
Pembagian keuntungan/biaya
Model bisnis SBSN manfaat

DANA PUBLIK
Instrumen fiskal
Anggaran
pemerintah
perdagangan karbon dan donor
Badan Layanan Umum (BLU)
Mainstreaming konservasi dan
tujuan pembangunan non-konservasi

Bersumber dari kawasan Bersumber dari


konservasi luar kawasan konservasi Sumber: Emerton et al (2006)
Strategi Pendanaan Berkelanjutan Kawasan Konservasi

Jangka Pendek
1. Efektivitas dan Efisiensi (Dana Publik dan Nonpublik)
a) Pengarusutamaan konservasi dalam pembangunan
b) Sinkronisasi pendanaan kawasan konservasi
c) Conservation Results Based Orientation
PENDEKATAN PENGEMBANGAN d) Efektivitas dan Efisiensi
STRATEGI PENDANAAN
e) Transparansi

Jangka Panjang
2. Diversifikasi Pendanaan
PES, PPP, biofriendly product, incentive contract, co-investment,
co-management, self financing

3. Conservation Trust Fund


Strategi Pendanaan Berkelanjutan Kawasan Konservasi

IDENTIFIKASI POTENSI KELEMBAGAAN


Lembaga Wali Amanah Yayasan BLU
Landasan hukum + (nasional/pusat) + (pusat, daerah) + (pusat, daerah)
Kontribusi pihak swasta, publik
Sumbangan, wakaf, hibah, hibah
Sumber pendanaan Hibah asing Fleksibel, prinsip bisnis sehat
wasiat, perolehan lain
Hibah pengalihan hutan
Maksud dan tujuan sosial,
Pelayanan masyarakat
Dana perwalian oleh Pemerintah keagamaan, dan kemanusiaan
Mandat berupa barang dan jasa
Pusat Nirlaba
tanpa
Memiliki kekayaan
Penghimpun (+++),
Penghimpunan, pemupukan, Penghimpun (++), penyaluran dana
Fungsi pemupukan (++), penyaluran
penyaluran dana (+), pelaksanaan program (+++)
(++)

Investasi instrumen
+ - +
perbankan

Multi-organisasi (pemerintah/non,
Pengelolaan dana Non-pemerintah Pemerintah
nasional/asing) professional

Peran sudah direpresentasikan Badan Pembina bersifat individual Peran sudah direpresentasikan
Catatan
pada BPDLH Perlu badan usaha tambahan pada BPDLH
BLU Sebagai Strategi Pendanaan Berkelanjutan

• Pola pengelolaan keuangan melalui mekanisme Badan Layanan Umum sudah cukup lama
dikembangkan di Indonesia.

• Sebagai BLU, suatu unit instansi pemerintah memiliki fleksibilitas untuk mengelola
layanan secara otonom untuk menghasilkan pelayanan publik kepada masyarakat
melalui penyediaan barang dan/jasa dengan tujuan not-for profit

• Pengelola kawasan konservasi, seperti Balai Taman Nasional, juga memiliki peluang
untuk memanfaatkan mekanisme BLU untuk memanfaatkan potensi dan mengelola
keuangannya sendiri untuk membiayai pengelolaan kawasan konservasi
Transformasi Menuju BLU

Transformasi menuju BLU bukan sekedar transformasi


Visi Transformasi:
kelembagaan dalam rangka untuk mendapatkan fleksibilitas Balai Taman Nasional
saja namun merupakan bagian dari transformasi menuju yang mandiri dan
pengelolaan Taman Nasional yang profesional. profesional, didukung
oleh SDM yang
profesional, dan
SATKER mampu
Perubahan BLU memanfaatkan
Komitmen Proses kinerja pada peluang/sumber daya
SATKER perubahan tingkat tapak untuk pendanaan
pada tiap
KONVENSIONAL organisasi berkelanjutan
tingkatan

Proses transformasi BBTN/BTN menjadi BLU membutuhkan komitmen yang besar dari Menteri
LHK dan Dirjen KSDAE. Komitmen yang dimaksud adalah dukungan program dan anggaran
serta konsensus bersama antara KLHK dan Kementrian Keuangan. Pada tingkat UPT
dibutuhkan komitmen untuk peningkatan kinerja pengelolaan.
Catatan Penutup

• Konservasi di Masa Depan (RPJPN 2025-2045):


• Megatren 2045: perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, serta pencemaran
dan kerusakan lingkungan (berkurangnya daya dukung dan daya tampung).
• Penetapan kawasan konservasi dan area di luar kawasan hutan konservasi yang menjadi
kawasan lindung nasional untuk masuk dalam RTRWN 2025-2045 dan turunannya.
UNCBD: 30 by 30.
• Penyesaian permasalahan tingkat tapak.
• Penerapan pembangunan berkelanjutan untuk mengoptimalkan pengelolaan konservasi →
bioekonomi.
• Kerangka Regulasi – Kelembagaan (SDM) – Pendanaan yang mendukung.
TERIMA KASIH
Kementerian PPN/Bappenas
Jl. Taman Suropati 2, Menteng, Jakarta Pusat
Telp. 021 3193 6207/ Fax 021 3145 374

38

Anda mungkin juga menyukai