Rencana Pembangunan
Nasional Bidang KSDAE
Tahun 2020-2022
Disampaikan pada Rapat Koordinasi Evaluasi Kinerja Ditjen KSDAE Tahun 2023
13 Maret 2023
OUTLINE
2
Pembangunan
Kehutanan dalam
RPJMN 2020 - 2024
3
Pertanyaan 1
Kawasan Hutan di Indonesia
Tutupan Hutan dan Lahan 2020
22 jt 29,87 0,49
hektare juta ha juta ha per tahun
Tumpang tindih penggunaan kawasan hutan tidak tutupan hutan hilang (1990-
kawasan hutan berhutan 2020)
Kawasan Hutan di Indonesia
Indikasi Target
No PROYEK K/L (Satuan) PN RPJMN Major Project
2020 2024
1 Inventarisasi dan verifikasi kawasan dengan nilai keanekaragaman tinggi partisipatif (juta ha) 70 70 01, 06
2 Pemantapan (prakondisi) status dan fungsi serta penilaian efektivitas kawasan konservasi (unit KK) 552 552 01, 06
3 Pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi (desa) 500 4.500 01, 06
4 Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Esensial (unit KEE) 11 55 01, 06
5 Penanganan permasalahan di kawasan Konservasi (opened area) (juta ha) 1,8 1,8 01, 06
6 Pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi (air, panas bumi, dan karbon) (unit) 20 100 01
7 Pengembangan entitas pemanfaatan keanekaragaman hayati (unit) 1.800 1.800 01, 06
8 Pengembangan Ekowisata dan wisata bahari pada Kawasan Konservasi (Bahari: TN Wakatobi, TN 3 3 01 10 Destinasi
Bunaken, TN Takabonerate) (unit) Pariwisata
Prioritas (DPP)
9 Pengembangan Ekowisata dengan konsep SAVE (Science, Academic, Voluntary, Education) = TN Komodo, 7 7 01 10 DPP
TN Alas Purwo, TN Baluran, TWA Kamojang, TN Gunung Leuser (unit)
10 Pengembangan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam sebagai dukungan destinasi wisata prioritas 15 15 01 10 DPP
(unit)
11 Mekanisme Pendanaan Konservasi Keanekaragaman Hayati (sistem) 1 1 06
12 Pengembangan entitas perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati (unit) 1.000 1.000
13 Perlindungan dan Penyelamatan Satwa Liar (unit) 5 5 06
14 Pengembangan Balai Kliring Keanekaragaman Hayati (simpul data) 4 5 06
15 Rehabilitasi Hutan dan Lahan serta Pemulihan Ekosistem pada kawasan IKN (ha) 1.200 1.200 02 Ibu Kota Negara
(IKN)
16 Luas kawasan yang diverifikasi sebagai Perlindungan Keanekaragaman Spesies dan Genetik TSL 10 10 06
Penyelarasan IKU/IKP/IKK Lingkup KSDAE Dalam Rancangan RENSTRA KLHK
dengan RPJMN Bidang Kehutanan
9 Luas Kawasan sebagai penyediaan Data, Informasi dan Tidak ada Pembahasan lebih lanjut
Rencana Konservasi Nasional di luar Kawasan Konservasi
Isu Pembangunan
KSDAE
13
Pertanyaan 2
Kontribusi Ekonomi Kehutanan : Jasa Lingkungan dan TSL
❏ Wisatawan mengunjungi kawasan konservasi
akan memberikan kontribusi pada Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari
penerimaan tiket orang dan kendaraan,
pariwisata kegiatan, rumah tamu, film
komersial, dan kegiatan penelitian di dalamnya
kawasan konservasi
❏ Secara sektoral, aktivitas pariwisata di kawasan
konservasi telah menjadi sumber pertumbuhan
khususnya dalam pembentukan PDB (Nilai
Tambah Bruto) setiap sektor perekonomian.
❏ Secara agregat aktivitas pariwisata di kawasan
konservasi memberikan kontribusi sekitar 0,02
persen terhadap pertumbuhan Nilai Tambah
Bruto (NTB) atau PDB nasional, dan
berkontribusi sekitar 0,13 persen terhadap
pertumbuhan PDB sektor kehutanan.
❏ Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
selama tahun 2015-2019 di kawasan konservasi
sebanyak 2.059.343 orang (melebihi target
sebesar 37,29 persen) dan jumlah kunjungan
wisatawan domestik sebesar 31.873.624 orang
(melebihi target sebesar 59,37 persen).
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Kehadiran Satwa Liar di luar Kawasan Ancaman Penurunan Luas Kawasan dan Tutupan Hutan
Konservasi di Kawasan Konservasi & Lindung pada kelestarian Jenis Dilindungi
Kawasan Konservasi Darat dan Laut dalam 5 tahun terakhir trennya menurun.
Proyeksi baseline BAU Bappenas menunjukan degradasi dan deforestasi seluas
2,47 Juta hektar pada tahun 2045 akan berdampak pada meningkatnya ancaman
kepunahan tumbuhan dan satwa liar serta kehilangan jasa ekosistem yang
esensial bagi tersedianya fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
sumber ekonomi, & perubahan iklim.
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Klasifikasi Keanekaragaman Genetik di Indonesia
(LIPI, 2014)
Penanganan perilaku
pengunjung dalam hal sampah
Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Kehati
ISU
1. Kebakaran hutan 1. Meningkatnya Invasive Alien Species (IAS) → menurunkan spesies lokal dan
2. Kurangnya pendanaan konservasi kawasan endemik diakibatkan kompetisi, dimangsa, penyakit, perkawinan
3. Lemahnya kapasitas SDM penggiat konservasi 2. Polusi dan rusaknya habitat (degradasi hutan dan lahan) akibat aktivitas
(monitoring, penegakan hukum, inventarisasi, pembukaan kawasan hutan untuk perkebunan, pertanian, tambang
penggunaan teknologi) 3. Perburuan ilegal (eksploitasi sumber daya hutan dan kehati yang berlebihan) →
4. Rendahnya kesadaran berbagai sektor antara sektor international demand, konsumsi daging lokal
publik dan industri tentang integrasi perencanaan 4. kurangnya kesadaran di antara masyarakat, sektor swasta dan publik tentang
lanskap risiko yang ditimbulkan oleh keanekaragaman hayati dan hilangnya ekosistem.
TANTANGAN
● Pemekaran wilayah administratif ● Pengelolaan TSL langka dan terancam ● Optimalisasi pemanfaatan jasa
● Landscape approach (meliputi area konservasi punah lingkungan
Pemanfaatan TSL berkelanjutan (wildlife ● Inklusi konservasi ke dalam sektor
di luar kawasan konservasi dan kawasan ●
trading, online trading) dan nilai pembangunan - strategi mainstreaming
lindung)
tambahnya ● Strategi mitigasi dan adaptasi
● Pemanfaatan kawasan
Bioprospeksi konservasi kawasan dan konservasi
● Pengembangan wisata alam berkelanjutan ●
Keamanan hayati keanekaragaman hayati
● Tata kelola kawasan ●
Evaluasi dan Arah
Pembangunan KSDAE
23
Capaian Sementara Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024
No Sasaran/Indikator Baseline 2019 Target 2024 Capaian 2022 Notifikasi
Perkiraan
Capaian Sampai
2024
1 Peningkatan kuantitas atau ketahanan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
a Luas minimal kawasan berfungsi lindung (juta ha) 55 65 - Tidak Tercapai
b Kawasan hutan produksi (juta ha) 33,9 34,7 68,83 Tercapai
2 Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor riil dan industrialisasi
a Produksi kayu terutama dari hutan produksi (juta 45 60 55,5 Tercapai
m3/tahun)
b Destinasi wisata alam berkelanjutan berbasiskan 9 25 25 Tercapai
kawasan hutan prioritas (destinasi)
3 Jumlah kawasan pusat pertumbuhan yang difasilitasi dan dikembangkan
a Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) (destinasi) 3 10 9 Tercapai
b Luas area pembangunan ibu kota negara (hektare) 0 5.600 1.500 Tercapai
4 Terwujudnya pengentasan kemiskinan
a Luas kawasan yang dikelola oleh masyarakat (juta ha) 5,5 12,1 0 Tidak Tercapai
b Luas kawasan hutan yang dilepaskan untuk TORA (juta 1,5 4,1 0,258 Tidak Tercapai
ha)
c Luas kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat 4 8 4,901 Tidak Tercapai
dalam skema HD, HKm, HTR, IPHPS, dan kemitraan
kehutanan (juta ha)
d Jumlah kelompok tani hutan (KTH) mandiri 100 500 165 Tidak Tercapai
Capaian Sementara Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024
▪ Target sampai tahun 2024 secara kumulatif mencapai 70 juta hektare meliputi seluruh area dengan nilai konservasi
tinggi di dalam dan di luar kawasan konservasi;
▪ Capaian Tahun 2020 dan 2021 belum maksimal sesuai dengan target yang diharapkan namun sisa target yang belum
dilaksanakan akan ditambahkan pada target tahun 2022, 2023 dan 2024 sehingga diperkirakan akan tercapai
keseluruhan target di tahun 2024.
Bioekonomi Berbasis Hutan Konservasi (Bioprospecting)
Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui kegiatan
bioprospecting dapat memenuhi kebutuhan bahan baku obat,
sandang, pangan, rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna
dan lain-lain. Di samping itu, diversifikasi produk primer
tumbuhan obat menjadi produk sekunder memiliki nilai tambah
ekonomi yang tinggi.
(RPJMN 2020 – 2024)
Program/Kegiatatan/Proyek Prioritas yang terkait dengan bioprospecting dalam RPJMN 2020-2024
Mekanisme pendanaan 15
konservasi keanekaragaman
hayati Salah satu contoh penerapan biosprospecting di hutan konservasi
Perlindungan dan 2.635 yaitu mikroba di Taman Nasional Gunung Ciremai untuk
pengembangan hutan adat meningkatkan produktivitas pertanian sehat tanpa pupuk kimia dan
(beberapa kegiatan) pestisida.
Arah Pembangunan Konservasi dan Perlindungan Hutan
30
Kebijakan Konservasi Kehati Dan Pengelolaan Kawasan Konservasi 2020-2024
Penyelamatan &
Pengembangan pengawetan
ekowisata Tumbuhan dan
Rp1,4 triliun Satwa Liar
Rp114 miliar
Pengelolaan
kawasan
konservasi
berbasis
masyarakat
Rp3,7 triliun
Tipologi Pendanaan Konservasi Berkelanjutan
DANA PRIVAT
Fee pemanfaatan SDA
kolaboratif Tarif Wisata Dana Investasi, Kredit, dan Usaha individu/swasta
Fee Bioprospecting
Skema Pinjam-pakai d an
konsesi untuk swasta d an Dana Lingkungan
Pembayaran Jasa Lingkungan Mekanisme Hidup
masyarakat, untuk
terkait pengelolaan la han,
mengelola Hibah
sumber daya, dan fasilitasi di dana Debt for
kawasan konservasi NGO
Kredit Karbon Nature
Swaps
Pembagian keuntungan/biaya
Model bisnis SBSN manfaat
DANA PUBLIK
Instrumen fiskal
Anggaran
pemerintah
perdagangan karbon dan donor
Badan Layanan Umum (BLU)
Mainstreaming konservasi dan
tujuan pembangunan non-konservasi
Jangka Pendek
1. Efektivitas dan Efisiensi (Dana Publik dan Nonpublik)
a) Pengarusutamaan konservasi dalam pembangunan
b) Sinkronisasi pendanaan kawasan konservasi
c) Conservation Results Based Orientation
PENDEKATAN PENGEMBANGAN d) Efektivitas dan Efisiensi
STRATEGI PENDANAAN
e) Transparansi
Jangka Panjang
2. Diversifikasi Pendanaan
PES, PPP, biofriendly product, incentive contract, co-investment,
co-management, self financing
Investasi instrumen
+ - +
perbankan
Multi-organisasi (pemerintah/non,
Pengelolaan dana Non-pemerintah Pemerintah
nasional/asing) professional
Peran sudah direpresentasikan Badan Pembina bersifat individual Peran sudah direpresentasikan
Catatan
pada BPDLH Perlu badan usaha tambahan pada BPDLH
BLU Sebagai Strategi Pendanaan Berkelanjutan
• Pola pengelolaan keuangan melalui mekanisme Badan Layanan Umum sudah cukup lama
dikembangkan di Indonesia.
• Sebagai BLU, suatu unit instansi pemerintah memiliki fleksibilitas untuk mengelola
layanan secara otonom untuk menghasilkan pelayanan publik kepada masyarakat
melalui penyediaan barang dan/jasa dengan tujuan not-for profit
• Pengelola kawasan konservasi, seperti Balai Taman Nasional, juga memiliki peluang
untuk memanfaatkan mekanisme BLU untuk memanfaatkan potensi dan mengelola
keuangannya sendiri untuk membiayai pengelolaan kawasan konservasi
Transformasi Menuju BLU
Proses transformasi BBTN/BTN menjadi BLU membutuhkan komitmen yang besar dari Menteri
LHK dan Dirjen KSDAE. Komitmen yang dimaksud adalah dukungan program dan anggaran
serta konsensus bersama antara KLHK dan Kementrian Keuangan. Pada tingkat UPT
dibutuhkan komitmen untuk peningkatan kinerja pengelolaan.
Catatan Penutup
38