Anda di halaman 1dari 10

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 1

ANALISIS KERUSAKAN MANGROVE AKIBAT AKTIVITAS PENDUDUK DI


PESISIR KOTA CIREBON

Ari Luqman, Wanjat Kastolani, Iwan Setiawan


Departemen Pendidikan Geografi, FPIPS - UPI
email: ariluqman24@gmail.com

ABSTRAK

Luas kawasan mangrove di Jawa Barat bagian utara tidak diimbangi oleh pengelolaan
kawasan mengrove secara berkelanjutan akibatnya kondisi mangrove di Kota Cirebon
mengelami kerusakan.. Selain itu, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan
pembangunan di Kota Cirebon, maka fungsi lingkungan pantai telah menurun yang
menyebabkan kawasan mangrove mengalami perlakuan yang melebihi kemapuan untuk
mengadakan permudaan, pengalihan penggunaan lahan dari tanah timbul menjadi pemukiman.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi mangrove di Pesisir Kota Cirebon pada tahun
2013, menganalisis faktor penyebab kerusakan mangrove akibat aktivitas penduduk, dan
menganalisis partisipasi penduduk terhadap mangrove di Pesisir Kota Cirebon.Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara dan tinjauan literatur.
Penelitian ini diawali membagi lokasi penelitian menggunakan plot pada setiap zonasi
mangrove berdasarkan purposivesampling dengan metode kuadrat menggunakan ukuran (5x5)
m2 yang berjumlah 24 buah atau 8 transek dengan jarak 0-5 m, 10-15 m, dan 20-25 m dari garis
pantai. Tahap selanjutnya survey lapangan dilakukan pendataan dan mengindentifikasi jenis
spesies mangrove, observasi dilakukan untuk mengetahui adanya faktor penyebab kerusakan
mangrove, dan wawancara dilakukan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan mangrove.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat jenis mangrove
Avicenniamarina yang tumbuh dan tersebar secara alami dan Rhizoporamucronata yang
tumbuh dari rehabilitasi. Luas kawasan mangrove di Pesisir Kota Cirebon mengalami
penurunan luas sekitar 10% per tahun dengan kondisi mangrove yang tidak membentuk
kawasan mangrove secara utuh atau terpencar-pencar. Faktor kerusakan mangrove terjadi
akibat aktivitas penduduk di Pesisir Kota Cirebon seperti konversi lahan mangrove untuk
pemukiman, konversi lahan mangrove untuk tambak, pengambilan kayu, penangkapan fauna,
dan pencemaran. Partisipasi penduduk terhadap pelestarian mangrove rendah sehingga
menyebabkan kerusakan mangrove di Pesisir Kota Cirebon. Pemerintah seharusnya
memberikan perhatian dan arahan kebijakan untuk pelestarian mangrove dan penduduk dituntut
untuk meningkatkan keperdulian dan kesadaran akan pelestarian lingkungan sekitar mangrove.
Kerjasama antara penduduk dengan pemerintah setempat perlu ditingkatkan untuk lebih
mengembangkan kondisi dan pelestarian mangrove di Pesisir Kota Cirebon.

Kata kunci: Kondisi Mangrove, Kerusakan Mangrove, Partisipasi Penduduk


2 | Ari Luqman, dkk.
Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir Kota Cirebon

ANALYSIS OF DAMAGE MANGROVE CAUSED RESIDENT ACTIVITIES IN


COASTALCIREBON CITY

ABSTRACT

Large mangrove areas in the northern part of West Java is not offset by the sustainable
management of mangrove areas, consequently the condition of mangroves in Cirebon City is
destroyed. Fungctionof the coastal environment that have Decrease cause mangrove areas are
treatment experience in excess of capability for regeneration, land conversion from land arise
Become residental. This research aims for charted the condition of mangroves in Coastal City
of Cirebon on the year 2013, analyze factor of cause of damage to mangroves by the caused by
the resident activity, and analyze participation of residents against the mangroves in Coastal
City of Cirebon.The method used in this research is descriptive method. Data collection
techniques used in this research is the the field observations interviews and a literature review.
This research was begin with divides the research location using the plot at each of mangrove
zonation based on purposive sampling method using the square with size (5x5) m2 roomates
amount 24 pieces or 8 transects with a distance of 0-5 m, 10-15 m, and 20-25 m from the coastal
line. The next stage, the field survey to collect the data and indentify mangrove species,
observation was conducted to Determine the by the caused of damage mangroves, and
interviews to know resident participation in the management of mangroves.This research
showed that there are species of Avicennia marina mangrove which grew and spread naturally,
and Rhizopora mucronata which grew out of rehab. Mangrove area in coastal cirebon city was
decreased wide of about 10% every year with conditions that do not form a mangrove region
as a whole or scattered. Factors mangrove damage the caused by the activities resident of the
coastal city of Cirebon such as conversion to residential, conversion to ponds, timber extraction,
catching animals, and pollution. Participation of residents of the low against mangrove
conservation so that causing mangrove damage in coastal city of Cirebon. The government
should give attention and policy direction for the consevation of mangroves and resident
residents are asked to raise concern and consciousness over the preservation of the environment
around the mangroves. Cooperation between the residents and the local government needs to
be improved to further develop the condition and preservation of mangrove coastal city of
Cirebon.

Keyword : Conditions Mangrove, Mangrove Damage, Residents Participation


Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 3

PENDAHULUAN pantai dan pasang surut air laut, terutama


Menurut Gunarto (2000) mangrove salinitas. Selain itu, proses dekomposisi
tumbuh subur di daerah muara sungai atau serasah bakau yang terjadi mampu
estuari yang merupakan daerah tujuan akhir menunjang kehidupan makhluk hidup
dari partikel-partikel organik ataupun didalamnya. Keunikan lainya adalah fungsi
endapan lumpur yang terbawa dari daerah mengrove sebagai sumber penghasilan
hulu akibar adanya erosi. Kesuburan daerah masyarakat pesisir yang dapat
ini juga ditentukan oleh adanya pasang dikembangkan sebagai wisata, pertanian /
surut yang mentransportasi nutrient. pertambakan, dan sebagai bahan baku
Nybakken (1992) berpendapat hutan arang dan kayu bakar akibatnya hutan
mangrove adalah sebutan umum yang mangrove saat ini telah mengalami
digunakan untuk menggambarkan suatu degradasi. Hutan mangrove yang
varietas komunitas pantai tropik yang terdegradasi akan mengganggu
didominasi oleh beberapa spesies pohon- keseimbangan ekosistem mangrove
pohon yang khas atau semak-semak yang sehingga fungsi alaminya terganggu.
mempunyai kemampuan untuk tumbuh Berdasarkan data Kementrian Lingkungan
dalam perairan asin. Hutan mangrove Hidup Republik Indonesia (2008)
terdiri atas 12 genus tumbuhan berbunga : berdasarkan Direktorat Jendral Rehabilitas
Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen
Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, RLPS) luas hutan mangrove di Indonesia
Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, pada tahun 1999 diperkirakan mencapai
Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus 8.204.840,32 hektar dengan kondisi baik
(Indriyanto, 2006). 2.548.209,42 hektar dan 6.656.630,9
Ekosistem mangrove memiliki hektar dalam keadaan rusak sedang dan
fungsi ekologi, fisik dan sosial-ekonomi rusak parah. Menurut Dinas Kelutan dan
yang penting dalam pembangunan, Perikanan Provinsi Jawa Barat (2008), luas
khusunya di wilayah pesisir. Menurut hutan mangrove di Jawa Barat saat ini
Pramudji (Kordi, 2001), mangrove mencapai 38,834 Ha dimana 48,7 %
merupakan ekosistem daerah peralihan (18,902 Ha) dalam keadaan rusak. Pada
antara darat dan laut, yang banyak Tabel 1. tentang luas dan sebaran hutan
dipengaruhi oleh gelombang, topografi mangrove di Jawa Barat.
Tabel 1. Luas dan Sebaran Kawasan Mangrove Di Jawa Barat
Kondisi Hutan Mangrove (Ha)
KabupatenBe
No
rpesisir Rehabi- Berubahan
Luas Baik Sedang Rusak
litasi Fungsi
1. Ciamis 237,58 97,08 60,75 79,75 2,00 29,99
2. Tasikmalaya 45,50 15,10 - 30,40 38,00 9,00
3. Garut 50,90 24,40 16,60 9,90 1,20 12,00
4. Cianjur 2,00 - 1,00 1,00 0,50 2,50
5. Sukabumi 6,50 0,30 1,60 4,30 0,30 2,10
6. Bekasi 12.354,00 3.570,00 5.205,00 3.579,00 69,00 -
7. Karawang 6.099,00 575,90 - - - 1,801,50
8. Subang 946,00 125,00 160,00 661,00 403,00 -
9. Indramayu 17.782,06 82,00 4.210,71 13.489,35 4.115,00 136,06
10 Kab.Cirebon 1.384,56 347,00 - 1.037,56 896,30 -
11 Kota Cirebon 20,00 10,00 - 10,00 5,00 -
38.834,10 4.846,78 9.655,66 18.902,26 5.530,30 1.993,17
Sumber : Dikutip dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2008.
Berdasarkan Tabel 1.01. dapat Cirebon dan Kota Cirebon. Hal ini
diketahui bahwa luas kawasan mangrove disebabkan oleh karakteristik Laut Jawa
di Jawa Barat lebih banyak terdapat di yang relatif tenang, landal, serta jenis
pantai utara yang meliputi Bakasi, pantai yang berlumpur, sehingga wilayah
Karawang, Subang, Indramayu, Kab.
4 | Ari Luqman, dkk.
Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir Kota Cirebon

ini sangat untuk tumbuhnya dan Pesisir Kota Cirebon. menganalisis


kembangnya mangrove. partisipasi penduduk terhadap mangrove
Kota Cirebon yang terletak di di Pesisir Kota Cirebon.
pesisir utara Provinsi Jawa Barat bagian
timur dan memiliki garis pantai METODE PENELITIAN
sepanjang 7 KM dengan morfologi dan Metodepenelitian yang
topografi pantai yang mengalami digunakan dalam penelitian ini adalah
abrasi/erosi pantai, intrusi air laut, metode penelitian deskriptif dengan cara
degradasi dan terdapat juga tanah timbul. mengumpulkan data melalui wawancara,
Maka dari itu, fungsi mangrove pengamatan (observasi), dan tinjauan
khususnya fungsi sebagai penahan abrasi literatur. Dengan menggunakan metode
dan penahan sedimentasi. deskriptif ini, diharapkan dapat
Seiring dengan laju pertumbuhan mengungkap kondis kawasan mangrove,
penduduk dan pembangunan, maka faktor kerusakan mangrove, dan
fungsi lingkungan pantai di beberapa partisipasi masyarakat serta untuk
daerah telah menurun atau rusak dimana memberikan gambaran yang lebih detail
banyaknya kepentingan yang mengenai penelitian ini.
menyebabkan kawasan mangrove Variabeldalam penelitian ini
mengalami perlakuan yang melebihi diturunkan dari rumusan masalah
kemapuan untuk mengadakan penelitian sebagai berikut :
permudaan, pengalihan penggunaan 1) Kondisi mangrove pada tahun 2013
lahan dari tanah timbul menjadi yang meliputi jenis mangrove, luas
pemukiman. Selain itu, kurang adanya mangrove, kerapatan mangrove, dan
usaha yang signifikan dalam melakukan ketinggian mangrove.
rehabilitasi mangrove yang telah 2) Faktor penyebab kerusakan mangrove
mengalami kerusakan. akibat aktivitas penduduk yang
Rumusan Masalah meliputi korversi untuk pemukiman,
Berdasarkan latar belakang konversi untuk tambak, pengambilan
tersebut, maka dikemukakan persoalan kayu, penangkapan fauna, dan
yang menjadi sasaran penelitian ini, yaitu percemaran,
: “Bagaimana Kerusakan Mangrove 3) Partisipasi Masyarakat yang meliputi
Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir tingkat partisipasi masyarakat (tinggi,
Kota Cirebon”. Berdasarkan rumusan rendah, dan rendah). Tingkat
masalah dalam penelitian ini lebih partisipasi penduduk dikemukakan
ditekankan kepada hal-hal yang berdasarkan bentuk partisipasi
menyangkut 1) Bagaimanakah kondisi penduduk dalam pelestarian
mangrove di Pesisir Kota Cirebon pada mangrove di Kota Cirebon dapat
tahun 2013 berdasarkan jenis, luas, dibedakan menjadi 5 bentuk yaitu
ketinggian, dan kerapatan?, 2) Apakah partisipasi uang, partisipasi tenaga,
yang menjadi faktor penyebab kerusakan partisipasi keterampilan, partisipasi
mangrove akibat aktivitas penduduk di buah pikiran / ide, dan partisipasi
Pesisir Kota Cirebon? 3) Bagaimanakah sosial.
partisipasi penduduk terhadap mangrove Desain penelitian ini diawali
di Pesisir Kota Cirebon? dengan melakukan survey pendahuluan
Tujuan Penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap
Penelitian ini bertujuan untuk kondisi lokasi penelitian dan melakukan
memetakan kondisi mangrove di Pesisir wawancara dengan nelayan setempat
Kota Cirebon pada tahun 2013, mengenai masalah dan kondisi mangrove
menganalisis faktor penyebab kerusakan di Pesisir Kota Cirebon. Selain itu.
mangrove akibat aktivitas penduduk di
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 5

Tahap selanjutnya adalah pra- Observasi dilakukan untuk


penelitian. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor penyebab
memperkirakan lokasi yang cukup kerusakan mangrove antara lain konversi
representatif untuk melakukan penelitian. untuk pemukiman, konversi untuk
Dalam tahap pra-penelitian ini membagi tambak, pengambilan kayu, penangkapan
lokasi penelitian menggunakan plot. Plot fauna, pertambangan, pencemaran,
ditempatkan pada setiap zona sedimentasi, bencana alam, dan
berdasarkan purposive sampling dengan perubahan iklim. Sedangkan wawancara
metode kuadrat. Metode kuadrat adalah dilakukan untuk mengetahu bentuk
persegi dengan berbagai ukuran dari 10 partisipasi masyarakat dalam
m2 sampai 100 m2 (Fachrul, 2007). pengelolaan mangrove.
Dalam penelitian ini peneliti Selanjutnya tahap analisis, teknik
menggunakan ukuran (5x5) m2 yang analisis yang dalam penelitian ini
berjumlah 24 buah atau 8 transek. menggunakan statistika deskriptif.
Menurut Fachrul (2007 : 40) metode Statistik deskriptif adalah statistika yang
transek adalah jalur sempit melintang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
pada lahan yang akan diperajari atau memberi gambaran terhadap objek yang
diselidiki dengan tujuan mengetahui diteliti melalui data sampel atau populasi
hubungan perubahan vegetasi dan sebagai adanya, tanpa melakukan analisis
perubahan lingkungan atau untuk dan membuat kesimpulan yang berlaku
mengetahui jenis vegetasi yang ada di untuk umum (Sugiyono, 2012).
suatu lahan secara tepat. Masing-masing Analisis data yang digunakan
transek terdiri atas 3 metode kuadrat pada tidak terbatas pada teknik pengelolaan
jarak 0-5 meter, 10-15 meter, dan 20-25 datanya seperti pada pengecekan data
meter dari garis pantai. dan tabulasi. Namun hasil analisis
Tahan penelitian ini disajikan dalam bentuk angka pesentase
menggunakan analisi citra yang yang kemudian dijelaskan dan
dilanjutkan survey lapangan, observasi diinterpretasikan dalam bentuk suatu
dan wawancara. Analisi citra untuk uraian.
mencari luas dan kerapatan mangrove
sedangkan survey lapangan dilakukan HASILDAN PEMBAHANSAN
dengan obesevasi pada mangrove melalui
plot metode kuadrat dan wawancara Kondisi Mangrove
kepada pihak yang terkait. Dalam penelitian ini penulis
Survay lapangan pada setiap plot melakukan obeservasi lapangan dan
melakukan pendataan dan terdapat 2 jenis spesies mangrove yaitu
mengindentifikasi jenis spesies Rhizopora mucronata dan Avicennia
mangrove, ketinggin mangrove dan marina. Menurut Dinas Keluartan,
kondisi mangrove. Parameter yang ingin Perikanan, Perternakan, dan Pertanian
diketahui adalah jenis, kerapatan, (DKP3) Kota Cirebon menyebutkan
ketinggian dan keadaan mangrove. bahwa spesies Avicennia marina tumbuh
Dalam mengindentifikasi jenis dan menyebar secara alami di kelurahan
menggunakan daftar identifikasi Kasepuhan dan Pergambiran, sedangkan
mengenai jenis-jenis mangrove. spesies Rhizopora mucronata tumbuh di
Kerapatan dapat ketahui dengan jumlah Kelurahan Kesenden dan Kelurahan
mangrove dibagi dengan luas petak Kebonbaru dan tumbuh dari rehabilitasi
mengamatan (ha). Ketinggian dapat mangrove yang dilakukan Pemerintah
diukur dengan mengukuran langsung Kota Cirebon. Untuk lebih jelas dapat
dengan menggunakan busur derajat dan dilihat pada gambar 1.
bandul (Klinometer). Berdasarkan data dari Dinas
Keluatan, Perikanan, Perternakan, dan
6 | Ari Luqman, dkk.
Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir Kota Cirebon

Pertanian Kota Cirebon menyebutkan Ketinggianmangrove di Pesisir


bahwa luas mangrove pada tahun 2008 Kota Cirebon sangat beragam dengan
adalah 20 ha, dimana 10 ha dalam ketinggian mulai dari ketinggian 0 meter
keadaan rusak dan 5 ha dalam keadaan sampai ketinggian 4 meter ditemukan
direhabilitasi. mulai pada transek Kesepuhan
Dalam luas mangrove dapat (Kesunean Tengah) sampai transek
menggunakan citra satelit sehingga Pegambiran (PPN Jawanan). Ketinggian
diperoleh luas keseluruhan ekosistem 0 – 1 meter ditemukan sepanjang pesisir
mangrove di Pesisir Kota Cirebon pada transek Kesenden sampai transek
tahun 2013 yaitu kurang dari 11 ha. Luas Kebonbaru dan pada transek Pegambiran
mangrove di Pesisir Kota Cirebon tidak (belakang P3GL). Untuk lebih jelas dapat
terdapat di semua garis pantai atau 62,5% dilihat di Gambar 3.
dari garis pantai Kota Cirebon sudah
beralih fungsi untuk aktivitas masyarakat Faktor Kerusakan Mangrove Akibat
seperti pemukiman, jalan, dan tambak. Kegiatan Penduduk
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada 1. Konversi untuk pemukiman
gambar 1. Dalam persebaran mangrove di Pesisir
Kerapatanmangrove di Pesisir Kota Cirebon tidak semua garis pantai
Kota Cirebon yang termasuk kedalam ditemukan ekosistem mangrove atau
kategori jarang terdapat di setiap transek 62,5% dari garis pantai Kota Cirebon
terutama di sepanjang pesisir dimulai sudah beralih fungsi untuk aktivitas
transek Kesenden sampai transek masyarakat seperti pemukiman (tempat
Kesepuhan (Kesunean Tengah), dan pada tinggal) dan aksesbilitasi tersebar di
transek Pegambiran (Samping Pelabuhan Kelurahan Lemahwungkuk, pelabuhan
Perikanan Nusantara Jawanan). Kategori baik pelabuhan untuk perhubungan
sedang terpadat di transek Pegambiran (transportasi) di Kelurahan Panjunan
(Belakang Kantor Pusat Pendidikan, maupun pelabuhan untuk aktivitas
Pelatihan Geologi Kelautan) pada plot nelayan di Kelurahan Pegambiran, dan
8.1 dan 8.2. Sedangkan kategori rapat tempat rekreasi Taman Ade Irma
ditemukan pada transek Kesepuhan Sunyani di Kecamatan Lemahwungkuk.
(Kesunean Selatan), Pegambiran (PPN Untuk lebih jelas dapat dilihat di Gambar
Jawanan), dan pada plot 8.3 Pegambiran 4.05. Peta Jenis Mangrove Kota Cirebon.
(Belakangan P3GL).
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 7

Gambar 1. Jenis Mangrove Gambar 2. Ketingian Mangrove

2. Konversi untuk tambak membuka lahan pemukiman serta untuk


Faktorkarusakan mangrove jalur penangkapan fauna yang berada di
akibat konversi untuk lahan tambak lahan mangrove.
Pesisir Kota Cirebon sedang, 4. Penangkapan Fauna
dikarenakan konversi untuk tambak Kerusakanmangrove diakibatkan dari
54,17% yang terjadi di sepanjang Pesisir penangkapan fauna di lahan mangrove
Kota Cirebon. Lahan tambak sering oleh masyarakat di Pesisir Kota Cirebon
dijumpai disela-sela pemukimanan masih rendah, terlihat pada gambar
disebabkan untuk memenuhi kebutuhan diagram masih rendahnya persentase
ekonomis penduduk setempat. yang sering melakukan pengambilan
3. Pengambilan Kayu kayu mangrove sebesar 14,08%
Kerusakanmangrove diakibatkan dari responden di Pesisir Kota Cirebon.
pengambilan kayu oleh masyarakat di Penangkapan banyak dilakukan akibat
Pesisir Kota Cirebon masih rendah, dari kegiatan masyarakat untuk
terlihat pada gambar diagram masih kebutuhan ekonomi masyarakat dan
rendahnya persentase yang sering keamanan dari binatang buas yang
melakukan pengambilan kayu mangrove berada di dekat lahan mangrove.
sebesar 14,08% responden di Pesisir 5. Pemcemaran
Kota Cirebon. Pegambilan kayu banyak Pencemarandikategorikan tinggi, hal ini
dilakukan pada Kelurahan Pegambiran dikarenakan terjadi pencemaran sebesar
dan Kesepuhan diakibatkan kegiatan 66,67% di Pesisir Kota Cirebon akibat
masyarakat untuk urug-urug dalam
8 | Ari Luqman, dkk.
Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir Kota Cirebon

dari hasil sisa dari kegiatan masyarakat penebangan kayu untuk urug-
yang membuang limbanhnya pada urug/penimbunan dalam membuka lahan
sungai-sungai yang melintasi Kota pemukiman atau lahan tambak.
Cirebon. Sungai yang tercemaran dari
hasil kegiatan masyarakat (limbah Kondisi Mangrove
perkotaan, limbah cair pemukiman dan 1. Partisipasi Harta/Benda
indrustri) terdapat pada Kali Tangkil Partisipasipenduduk di Pesisir Kota
yang mencemarkan pada transek Cirebon dalam menyumbang uang/harta
Kesenden, Kali Sukalila dan Saluran dan benda masih rendah, terlihat pada
Gelpagas yang mencemarkan transek diagram, rendahnya partisipasi
Kebonbaru, serta Kali Padu dan penduduk memberikan sumbangan
Kesunean yang membawa pencemaran berupa uang/harta dan benda sebesar
pada transek Kesepuhan (Kesunean 1,41 % (1 reponden) dari jumlah
Tengah dan Kesunean Selatan) dan responde 71. Hal ini dikarenakan
transek Pegambiran (Samping PPN penduduk di Pesisir Kota Cirebon
Jawanan). Adapun pencemaran pada sebagian besar masih dibawah taraf
transek Kesenden-Kebonbaru hidup dan masih kekurangan untuk
diakibatkan dari limbah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
tambak/perikanan budidaya dan limbah sehingga penduduk setempat tidak
rumahtangga. Untuk lebih jelas data yang perduli tentang mangrove. Untuk
diperoleh dapat dilihat pada diagram pengelolaan mangrove di Pesisir Kota
berikut ini. Cirebon diperoleh dari dana Dinas
Penelitian ini memperoleh Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan
tingkat kerusakan melalui observasi Perternakan Kota Cirebon (Dinas KP3
lapangan, menunjukan bahwa tingkat Kota Cirebon).
kerusakan mangrove di Pesisir Kota
Cirebon Sedang. Hal ini disebabkan oleh 2. Partisipasi Tenaga
faktor pencemaran, faktor konversi lahan Partisipasipenduduk di Pesisir Kota
untuk tambak dan pemukiman, serta Cirebon dalam penanaman mangrove
faktor pengambilan kayu mangrove dan baik dilakukan oleh kelompok kerja atau
penangkapan fauna.Faktor pencemaran dari Dinas KP3 Kota Cirebon maupun
hasil kegiatan masyarakat seperti limbah penanaman mangrove dilakukan sendiri
perkotaan, limbah cair pemukiman dan masih rendah. Terlihat pada diagram
indrustri yang terbawa oleh sungai yang rendahnya persentase yang sering
berada di Kota Cirebon. Kerusakan melakukan penanaman mangrove
mangrove lainnya akibat konversi untuk sebesar 5,63% (4 reponden). Penduduk
tambak dan pemukiman dalam di Pesisir Kota Cirebon yang sebagian
persebaran mangrove di Pesisir Kota besar masih dibawah taraf hidup dan
Cirebon tidak terdapat di semua garis masih kekurangan untuk memenuhi
pantai atau 62,5% dari garis pantai Kota kebutuhan hidup sehari-hari
Cirebon sudah beralih fungsi untuk mengakibatkan penduduk setempat
aktivitas masyarakat seperti pemukiman, tidak perduli tentang mangrove sehingga
jalan, dan tambak.Faktor pengambilan mengabaikannya dan berpendapat
kayu mangrove dan penangkapan fauna bahwa mangrove tumbuh dengan
di lahan mangrove salah satu sendirinya. Untuk pengelolaan
penyumbang kerusakan mangrove akibat mangrove di Pesisir Kota Cirebon
kegiatan masyarakat untuk memenuhi diperoleh dana dari Dinas Kelautan,
kebutuhan ekonomi masyarakat dan Perikanan, Pertanian, dan Perternakan
keamanan dari binatang buas yang Kota Cirebon (Dinas KP3 Kota
berada di dekat lahan mangrove, serta Cirebon).
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 9

3. Partisipasi Keterampilan sering sebesar 2,54%, baik partisipasi


Partisipasipenduduk di Pesisir Kota dalam bentuk dana/barang, tenaga,
Cirebon dalam keterampilan mengajak keterampilan, buah pikiran / ide, dan
pihak/orang lain menjaga mangrove dan sosial. Hal ini disebabkan oleh penduduk
menegur pihak/orang lain menebang di Pesisir Kota Cirebon sebagian besar
mangrove masih rendah, terlihat pada masih hidup dibawah taraf hidup layak
diagram masih rendahnya persentase sehingga sulit memenuhi kebutuhan
yang tidak pernah mengajak pihak/orang hidup sehari-hari. Rendahnya
lain menjaga mangrove dan menegur pengetahuan penduduk dan
pihak/orang lain menebang mangrove ketidakpedulian penduduk setempat
sebesar 2,82% (2 responde) dari jumlah terhadap mangrove sehingga penduduk
responde 71 orang. Hal ini dikarenakan tidak pernah mengikuti rapat dan
rendahnya penduduk tentang seminar/forum/sosialisasi yang diadakan
pengetahuan tentang mangrove serta oleh pemerintah setempat.
ketidakpedulian tentang mangrove di
Pesisir Kota Cirebon. KESIMPULAN
4. Partisipasi Buah Pikiran/Ide Kondisi mangrove di Pesisir
Partisipasipenduduk di Pesisir Kota Kota Cirebon berdasarkan penelitian
Cirebon dalam memberikan ide (buah ditemukan 2jenis spesies mangrove yaitu
pikiran) dalam pengelolaan mangrove Avicennia marina dan
masih rendah, terlihat pada diagram Rhizoporamucronata. Spesies Avicennia
masih rendah persentase yang sering marina tumbuh dan menyebar secara
memberikan ide (buah pikiran) saat alami di kelurahan Kasepuhan dan
rapat atau obrolan tentang mangrove Pergambiran, sedangkan spesies
sebesar 1,41% (1 responde) dari jumlah Rhizoporamucronata tumbuh di
responde 71 orang. Hal ini dikarenakan Kelurahan Kesenden dan Kelurahan
penduduk tidak pernah mengikut rapat Kebonbaru yang tumbuh akibat
disebabkan oleh undangan rapat yang rehabilitasi mangrove yang dilakukan
tidak tersebar dan penduduk merasa Pemerintah Kota Cirebon. Luas
tidak mengetahui tentang pengetahuan ekosistem mangrove di Pesisir Kota
tentang mangrove di Pesisir Kota Cirebon sudah mengalami penurunan
Cirebon. luas diperkirakan sekitar 10% per tahun,
dengan analisis yang dilakukan melalui
5. Partisipasi Sosial citra satelit 2013 yang luas semula 20 ha
partisipasi penduduk di Pesisir Kota (Dinas Kelautan, Perikanan, Perternakan,
Cirebon dalam manghadiri seminar atau dan Pertanian Kota Cirebon, 2008)
sosialisasi/penyuluhan masih rendah, menjadi 11 ha dengan kondisi mangrove
terlihat pada diagram masih rendah yang tidak membentuk kawasan
persentase yang sering manghadiri mangrove secara utuh atau terpencar-
seminar atau sosialisasi/penyuluhan pencar. Dimana kondisi rapat ditemukan
sebesar 1,41% (1 orang) dari 71 orang. di Kelurahan Kesepuhan (Kesunean
Hal ini dikarenakan tidak merata Selatan) dan Kelurahan Pegambiran
undangan seminar atau dengan ketinggian mangrove 0 – 4 meter,
sosialisasi/penyuluhan serta ditemukan juga kondisi jarang ditemukan
ketidakpedulian tentang mangrove dan di Kelurahan Kesenden dan Kelurahan
kesibukan penduduk di Pesisir Kota Kebonbaru yang masing-masing
Cirebon. memiliki ketinggian 0 – 1 meter, serta
Tingkatpartisipasi penduduk di kondisi jarang ditemukan di Kelurahan
Pesisir Kota Cirebon masih rendah, Kesepuhan (Kesunean Tengah) dan
terlihat masih rendah persentase yang Kelurahan Pegambiran (Samping Utara
10 | Ari Luqman, dkk.
Analisis Kerusakan Mangrove Akibat Aktivitas Penduduk di Pesisir Kota Cirebon

PPN Jawanan) dengan ketinggian DAFTAR PUSTAKA


beragam sekitar 0 – 4 meter.
Kerusakan Mangrove di Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kota Cirebon terjadi akibat aktivitas Jawa Barat. 2008.
penduduk setempat seperti konversi Dinas Kelautan, Perikanan, Perternakan,
lahan mangrove untuk pemukiman, dan, Pertanian Kota Cirebon. 2008.
konversi lahan mangrove untuk tambak, Fachrul, Melati Ferianita. (2007). Metode
pengambilan kayu, penangkapan fauna, Sampling Bioekologi. Jakarta : PT.
pencemaran. Kerusakan mangrove akibat Bumi Aksara.
konversi untuk pemukiman dan tambak Gunarto dan A. Hanafi. (2000).
dalam persebaran mangrove di Pesisir Pengembangan Budi Daya Ikan dan
Kota Cirebon tidakterdapat di semua Kepiting Bakau dalam Kawasan
garis pantai atau 62,5% dari garis pantai Mangrove. Jurnal Penelitian dan
Kota Cirebon sudah beralih fungsi untuk Penegmbangan Pertanian 19 (1) : 33-
aktivitas masyarakat seperti pemukiman, 38.
jalan, dan tambak. Faktorpenangkapan Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan.
fauna dan pengambilan kayu salah satu Jakarta : PT Bumi Aksara
penyumbang kerusakan mangrove akibat Kementrian Lingkungan Hidup. (2008).
kegiatan masyarakat untuk memenuhi Status Lingkungan Hidup Indonesia
kebutuhan ekonomi masyarakat dan 2007. Jakarta : Kementrian Negara
keamanan dari binatang buas yang Lingkungan Hidup RI.
berada di dekat lahan mangrove, serta Kordi K, Guhufran H. (2012). Ekosistem
penebangan kayu untuk urug- Mangrove, Potensi, Fungsi, dan
urug/penimbunan dalam membuka lahan Pengelolaan. Jakarta : Rineka Cipta.
pemukiman atau tambak. Faktor Kusmana, Cecep. (2009). Pengelolaan
pencemaran hasil kegiatan masyarakat Sistem Mangrove Secara Terpadu.
seperti limbah perkotaan, limbah cair Bandung : Workshop Pengelolaan
pemukiman dan indrustri yang terbawa Ekosistem Mangrove di Jawa Barat
oleh sungai yang berada di Kota Cirebon. di Hotel Khatulistiwa – Jatinangor,
Partisipasi penduduk Pesisir 18 Agustus 2009.
Kota Cirebon masih rendah terhadap Kustanti, Asihing. (2011). Manajemen
pelestarian mangrove, baik partisipasi Hutan Mangrove. Bogor : IPB Press.
dalam bentuk dana/barang, tenaga, Mangrove Centre Swadaya (2013).
keterampilan, buah pikiran / ide, dan Mangrove Cirebon.
sosial. Hal ini disebabkan oleh penduduk Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut
di Pesisir Kota Cirebon sebagian besar Suatu Pendekatan Ekologis. Alih
masih hidup dibawah taraf hidup layak bahasa oleh M. Eidman.,
sehingga sulit memenuhi kebutuhan Koesoebiono., D.G. Bengen., M.
hidup sehari-hari. Rendahnya Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia
pengetahuan penduduk dan Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.
ketidakpedulian penduduk setempat Sugianto, G. (2009). Partisipasi
terhadap mangrove sehingga penduduk Masyarakat Dalam Mengatasi
tidak pernah mengikuti rapat dan Pencemaran Ci Kapundung Di
seminar/forum/sosialisasi yang diadakan Kecamatan Coblong Kota Bandung.
oleh pemerintah setempat. Hal ini Bandung : Universita Pendidikan
mengakibatkan kerusakan mangrove di Indonesia.
Pesisir Kota Cirebon. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
Kulitatif. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai