1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
e-mail: *annisanovitarinaldi@gmail.com
Abstrak
Ekosistem Mangrove di Teluk Buo Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang
mengalami kerusakan akibat penebangan liar dan aktivitas manusia. Kondisi tersebut
dapat mempengaruhi penurunan fungsi ekologi hutan sebagai tempat pemijahan dan
pembesaran biota akuatik seperti bivalvia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis dan kelimpahan bivalvia yang terdapat pada kawasan hutan mangrove yang ada di
Teluk Buo Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Agustus 2020. Metode penelitian dilakukan menggunakan metode transek kuadran
dan transek garis. Setiap stasiun diletakkan 3 plot berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran 10 m x 10 m dan setiap plot diletakkan transek kuadran ukuran 1m x 1m sebanyak
tiga buah. Pengambilan bivalvia dilakukan secara manual setiap 2 minggu selama 1
bulan. Hasil penelitian ini ditemukan 7 jenis ekosistem mangrove yaitu Rhizophora api
culata, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Scyphiphora
hydrophyllacea, Sonneratia ovate and Lumnitzera littorea dengan nilai indeks penting
sebesar 18,622 – 433,333. Jenis bivalvia yang ditemukan pada ekosistem mangrove di
teluk buo berjumlah 6 spesies yaitu Mysia undata, Gafrarium tamidum, Lutraria lutraria,
Isognomon alatus, Myrtea spinifera, Barbati reevean dengan nilai kelimpahan berkisar
antara 15.000 – 32.222 ind/ha.
Kata kunci: Penebangan Liar, Stasiun, Plot, Mysia undata
Abstract
The mangrove ecosystem in the Teluk Buo, Bungus Teluk Kabung District, Padang has
been damaged duo to illegal logging and human activities. This condition may declines
the ecological function of the forests, and thus negatively affects the life of aquatic
organisms such as bivalves. A research aims to determine type and abundance of bivalves
in that area has been conducted in July - August 2020. There were 3 stations, in each
station there were 3 plots (10 m x 10 m) and there were 3 quadrants (1m x 1m) in each
plot. Bivalve collection was conducted by manually, every 2 weeks for 1 month period.
Results shown that there were 7 types of mangroves, namely Rhizophora api culata,
Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Scyphiphora
hydrophyllacea, Sonneratia ovate and Lumnitzera littorea. The mangrove Importance
Index ranged from 18,622 – 433,333. Bivalves found in the study areas consisted of 6
types, namely Mysia undata, Gafrarium tamidum, Lutraria lutraria, Isognomon alatus,
Myrtea spinifera, Barbati reevean. The bivalve abundance ranged from 15,000 –
32,222 organisms/ha.
Keywords: Illegal Logging, Stations, Plot, Mysia undata
215
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
1. PENDAHULUAN
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang memiliki
ekosistem yang unik dan khas dibandingkan ekosistem lainnya. Salah satu
ekosistem wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove
merupakan tipe hutan daerah tropis yang khas tumbuh disepanjang pantai atau
muara sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Bila
dibandingkan dengan ekosistem hutan yang lain, ekosistem mangrove memiliki
flora dan fauna yang spesifik serta memiliki keanekaragaman yang tinggi mulai
dari berbagai jenis ikan, bivalvia, gastropoda, udang dan kepiting serta berbagai
jenis burung yang bersarang di dahan mangrove.
Menurut Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang (2004), luas
hutan mangrove di Teluk Buo dulunya sekitar 120 ha dan saat ini hanya tersisa ±
10 ha. Sehingga ekosistem mangrove di Teluk Buo saat ini telah mengalami
degradasi (Simamora et al., 2017). Berdasarkan hasil Penelitian
Mahmuddin et al., (2017) tentang Identifikasi dan Analisis Perubahan Hutan
Mangrove dengan Pemanfaatan Data Penginderaan Jarak Jauh di Kecamatan
Bungus Teluk Kabung Kota Padang, menunjukan terdapat 13 titik lokasi hutan
mangrove di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang yang mengalami
penurunan luas (degradasi) sejak tahun 1989 ke tahun 2007 sebesar 31,94 ha,
kemudian dari tahun 2007 ke tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 13,82 ha,
secara keseluruhan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang mengalami
penurunan sebesar 45,76 ha
Berkurangnya mangrove di pesisir pantai Kecamatan Bungus Teluk Kabung
Kota Padang diindikasikan oleh aktifitas manusia seperti konversi lahan pada
beberapa daerah dari hutan mangrove menjadi daerah pertanian dan permukiman
penduduk. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi organisme di
dalamnya, seperti bivalvia.
Secara ekologis bivalvia penghuni kawasan mangrove memiliki peranan
yang besar terhadap rantai makanan di kawasan hutan mangrove. Bivalvia
merupakan organisme pemakan detritus dan memiliki peran dalam proses
dekomposisi serasah mangrove (Sari, Pratomo dan Yandri, 2013). Kelimpahan
bivalvia pada ekosistem mangrove dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
ketersediaan makan (Hartoni dan Agussalim, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan bivalvia
yang terdapat pada kawasan hutan mangrove yang ada di Teluk Buo Kecamatan
Bungus Teluk Kabung Kota Padang.
2. METODE PENELITIAN
216
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
K=
Keterangan :
K : Kelimpahan Bivalvia (ind/ha )
P : Jumlah individu spesies ke-i
217
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
1 cm
218
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
Vegetasi Mangrove
219
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
220
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
250 200,000
200
150,000
150 Pohon Pohon
100,000
100 Pancang Pancang
Semai 50,000 Semai
50
0 0,000
Ra Bg Ct Sh Ra Ll Ct
(a) (b)
200,000
150,000
Pohon
100,000
Pancang
50,000 Semai
0,000
Ra Ct Sh Ac So
(c)
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah suatu indeks yang dihitung
berdasarkan jumlah yang didapatkan untuk menentukan tingkat dominasi jenis
dalam suatu komunitas tumbuhan. Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting pada
pohon vegetasi mangrove dapat diperoleh dari penjumlahan frekuensi relatif,
kerapatan relatif dan penutupan relatif suatu vegetasi yang dinyatakan dalam
persen (%) (Indriyanto, 2006). Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada
ketiga stasiun pengamatan menunjukan bahwa secara ekologi jenis mangrove
Rhizophora apiculata memiliki peranan dalam struktur komunitas mangrove di
Teluk Buo, INP untuk jenis ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan jenis-jenis
lain. Jenis mangrove ini menyebar dan ditemukan hampir diseluruh petak contoh
pengamatan sehingga ini menandakan adanya jenis mangrove yang apabila
mengalami kerusakan maka ekosistem mangrove juga mengalami kerusakan dan
mempengaruhi keberadaan hewan asosiasi salah satunya adalah bivalvia.
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan kisaran Indeks yang
menggambarkan struktur komunitas dan pola penyebaran mangrove
(Supriharyono, 2007). Perbedaan indeks nilai penting vegetasi mangrove ini
dikarenakan adanya kompetisi pada setiap jenis untuk mendapatkan unsur hara
dan sinar cahaya matahari pada lokasi penelitian. Selain dari unsur hara dan
matahari, faktor lain yang menyebabkan perbedaan kerapatan vegetasi mangrove
ini adalah jenis substrat dan pasang surut air laut.
221
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
Saran
Diharapkan bahwa perlu adanya kebijakan dari pihak yang berwenang
yang mengatur tentang pemanfaatan mangrove yang baik agar dapat menjaga
kelestarian ekosistem mangrove serta biota yang hidup di dalamnya.
UCAPAN ERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rinaldi dan ibu Nurmita
yang terus memberi dukungan moril dan finansial. Kemudian penulis juga
mengucapkan terikasih kepada pembimbing yaitu Dr. Ir. Adriman, M.Si dan
Dr. M. Fauzi, S.Pi., M.Si yang telah memberi arahan dan bimbingan selama
menyelesaikan penelitian. Ucapan terimakasih kepada semua dosen yang
mengajar di jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau. Tak pula lupa saya ucapkan terimakasih kepada
teman-teman seperjuangan dan kepada orang-orang baik yang saya temui selama
ini.
222
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D. G. 2000. Pedoman Teknis: Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove (2 ed.). Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
(PKSPL), Institut Pertanian Bogor (IPB).
English, S., Wilkinson, C., & Baker, V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Resource. Townsville: Australia Institute Of Manrine Science.
Hartoni, & Agussalim, A. 2013. Komposisi dan Kelimpahan Moluska
(Gastropoda dan Bivalvia) di Ekosistem Mangrove Muara Sungai Musi
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal, 5(1),
6-15.
Haya, N. 2015. Keanekaragaman Makrozoobenthos pada Ekosistem Mangrove di
Pulau Damar Maluku Utara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor . Bogor: (tidak diterbitkan).
Mahmuddin, Kamal, E., & Bulanin, U. 2017. Analisis Perubahan Hutan
Mangrove dengan Pemanfaatan Data Penginderaan Jarak Jauh di
Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Jurnal Program
Pascasarjana, 11(1).
Sari, S., Pratomo, A., & Yandri, F. 2013. Hubungan Kerapatan Mangrove
Terhadap Kelimpahan Pelecypoda Di Pesisir Kota Rebah Kota Tanjung
Pinang. Akuatiklestari, 4(2).
223