Diterbitkan Oleh:
Kantor Lingkungan Hidup Kota Cirebon
Jl. Dr. Wahidin No. 06 Kota Cirebon
Telp/Fax: (0231) 203988
Isi dan materi yang ada dalam buku ini dapat diproduksi dan disebarluaskan dengan
tidak mengurangi isi dan arti dari dokumen ini. Diperbolehkan mengutip isi buku ini
dengan menyebutkan sumbernya.
Penanggung Jawab:
Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Cirebon
Koordinator:
Dhoni Cachyadi, ST
Tim Penyusun/Kontributor:
Fina Amalia, ST.M.Si; Minkhatul, Maula, SKM;
Listianingrum, ST,M.Si; Dhoni Cahhyadi, ST.
Editor:
Dhian D Prayuda
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON
TAHUN 2016
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Profil Kota Cirebon 2
1.3 Tujuan, Manfaat dan Sasaran 9
1.3.1 Tujuan 9
1.3.2 Manfaat 9
1.3.3 Sasaran 10
1.4 Isu Prioritas dan Alasan Penetapan Isu Priorias 11
1.5 Analisis Status, Tekanan dan Respon 13
1.6 Prioritas Pembangunan Kota Cirebon 17
BAB 2. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA 21
2.1 Lahan dan Hutan 21
2.1.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama 22
2.1.2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya 25
2.1.3 Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya 28
2.1.4 Luas Penutupan Lahan Dalam Kawasan dan Luar Kawasan Hutan 30
2.1.5 Luas Lahan Kritis 30
2.1.6 Evaluasi Kerusakan Tanah 32
2.1.7 Perkiraan Luas Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya 35
2.1.8 Pelepasan Kawasan Hutan yang Dikonversi Menurut Peruntukan 36
2.2 Keanekaragaman Hayati 36
2.2.1 Kondisi Umum Keanekaragaman Hayati 37
2.2.2 Kecenderungan Perubahan Status Flora dan Fauna yang Dilindungi 40
2.3 Air 41
ii
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
iii
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
iv
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
v
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Isu – Isu Prioritas Lingkungan Hidup di Kota Cirebon ........................ 15
Tabel 2.1. Perbandingan Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Lahan .... 23
Tabel 2.2. Luas Kawasan Hutan Kota Cirebon Menurut Fungsi/Status ............ 25
Tabel 2.3. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan30
Tabel 2.6. Luas Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya di Kota Cirebon ..... 35
Tabel 2.12. Hasil Uji Kualitas Air Laut di Muara Sungai Kesenden ..................... 69
Tabel 2.13. Hasil Uji Kualitas Air Laut di Muara Sungai Sukalila .......................... 70
Tabel 2.14. Hasil Uji Kualitas Air Laut di Muara Sungai Kalijaga ......................... 71
Tabel 2.15. Luas dan Kerapatan Tutupan Manggrove di Kota Cirebon ............. 77
Tabel 2.16. Bencana Banjir, Korban dan Kerugian di Kota Cirebon ................... 83
Tabel 2.17. Bencana Kekeringan, Luas dan Kerugian di Kota Cirebon .............. 84
vi
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 2.19. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban dan
Kerugian di Kota Cirebon 86
Tabel 3.2. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kota Cirebon ................................ 94
Tabel 3.3. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kota Cirebon ................................ 97
Tabel 3.4. Jumlah Rumah Tangga dan Akses Air Minum di Kota Cirebon ........ 99
Tabel 3.5. Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar ......................101
Tabel 3.7. Volume Limbah Cair dan Limbah Padat Rumah Sakit .......................107
Tabel 3.8. Luas Lahan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman dan Pupuk .......108
Tabel 3.10. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Kota Cirebon 110
Tabel 3.14. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan
Galian ...............................................................................................................................................117
Tabel 3.15. Jumlah Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar Yang Digunakan ........118
Tabel 3.16. Jumlah Konsumsi BBM Pada Sektor Industri Menurut Jenis Bahan
Bakar ................................................................................................................................................119
vii
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 4.1. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi di Kota Cirebon ...128
Tabel 4.2. Kegiatan Fisik Lainnya oleh instansi dan masyarakat .......................131
viii
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Daftar Gambar
Gambar 2-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kota Cirebon .......... 22
Gambar 2-2. Persentase Luas Guna Lahan di Kota Cirebon Tahun 2016 ............ 24
Gambar 2-10. Titik Lokasi Pengambilan Sampel Uji Kualitas Air Sungai ............ 47
ix
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Gambar 2-24. Grafik Parameter NO3 dan NO2 Pada Kualitas Air Sumur ............. 62
Gambar 2-27. Grafik Tingkat Kecerahan Air Laut di Perairan Kota Cirebon..... 72
Gambar 2-28. Konsentrasi Kandungan NH3 di Perairan Laut Kota Cirebon ...... 73
Gambar 2-29. Grafik Luasan Tutupan Lahan Manggrove di Kota Cirebon ......... 77
Gambar 2-31. Jumlah Curah Hujan Di Kota Cirebon Tahun 2015-2016 .............. 80
Gambar 2-32. Suhu Rata-Rata di Kota Cirebon Sepanjang Tahun 2016 .............. 81
Gambar 3-4. Jumlah Penduduk Kota Cirebon Menurut Jenis Kelamin Ditinjau
Secara Spasial dan Temporal .................................................................................................... 92
Gambar 3-5. Penduduk dan Rumah Tangga di Wilayah Pesisir Kota Cirebon. . 94
x
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Gambar 3-8. Grafik Rumah Tangga Dengan Akses Air Minum PDAM................ 100
Gambar 3-9. Grafik Rumah Tangga Dengan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
.............................................................................................................................................................. 101
Gambar 3-15. Persentase Jumlah Ternak Unggas Menurut Jenisnya ................. 114
Gambar 3-16. Persentase Konsumsi Bahan Bakar Untuk Rumah Tangga ....... 120
Gambar 3-17. Persentase Timbulan Limbah Padat Pada Objek Wisata............ 123
xi
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek lingkungan merupakan bagian terpenting dalam konsep
pembangunan, karena menyangkut faktor penentu sekaligus faktor
pembatas. Selain itu, pentingnya pengelolaan lingkungan hidup juga sebagai
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Dalam pelaksanaan pembangunan di era Otonomi Daerah, pengelolaan
lingkungan hidup tetap mengacu pada Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
didalamnya menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, kedalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
Paradigma pembangunan berkelanjutan membutuhkan kemitraan
dalam semangat saling memahami dan saling percaya yang positif
konstruktif di antara berbagai stakeholder demi menjamin lingkungan hidup
menjadi bagian integral dari keseluruhan proses pembangunan. Maka dari
itu, setiap kegiatan tidak hanya layak secara ekonomis dan teknologis, tetapi
juga layak secara lingkungan. Dengan demikian pembangunan yang
dilakukan selain meningkatkan kualitas hidup manusia, juga harus dapat
mendukung prinsip-prinsip kehidupan berkelanjutan.
Kondisi lingkungan yang beragam karena adanya perpaduan kondisi
lingkungan fisik dan budaya dapat mencerminkan variabilitas potensi
pembangunan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan sekaligus mendukung berkembangnya berbagai sistem
kehidupan.
1
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
(d) Air
Potensi air di Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air tanah dalam,
air permukaan, dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman
5 – 10 meter untuk dataran rendah dan mencapai 20 – 30 meter untuk
dataran tinggi (di Wilayah Argasunya). Namun, kondisi air tanah pada
umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih
masyarakat untuk keperluan air minum sebagian besar dipasok dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber mata
airnya berasal dari Kabupaten Kuningan.
Kondisi air permukaan berupa air yang mengalir melalui sungai dan
anak-anak sungai. Di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar
merata di seluruh wilayah yaitu Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai
Kesunean (Kriyan) dan Sungai Kalijaga. Sungai berfungsi sebagai batas
wilayah antara Kabupaten Cirebon dan sebagai saluran pembuangan air.
Untuk kondisi air laut khususnya di kawasan pantai, air berwarna
coklat karena pengaruh pendangkalan oleh lumpur yang dibawa oleh 4
sistem sungai dan sungai-sungai dari wilayah Kabupaten Cirebon. Sungai-
sungai primer yang melewati Kota Cirebon termasuk dalam Wilayah Sungai
5
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
(f) Pemerintahan
Dari data toponimi Cirebon daerah ini dinamakan “Caruban”, artinya
“campuran”, karena banyak didatangi berbagai etnis. Bukan hanya etnis yang
bercampur, tapi agama juga bercampur. Menurut Pustaka Jawadwipa, pada
tahun 1447 M, kaum pendatang yang kemudian menjadi penduduk Cirebon
saat itu, berjumlah sekira 346 orang yang mencakup sembilan rumpun etnis,
seperti Sunda, Jawa, Sumatera, Semenanjung, India, Parsi, Syam (Siria), Arab,
dan Cina.
Pada abad ke-13 peran dan kehidupan di kawasan ini masih tradisional
dan pada tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran Islam
terutama di wilayah Jawa Barat. Kota Cirebon telah berdiri sejak 647 tahun
lalu, setelah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyatakan merdeka
dari kerajaan Pajajaran (Galuh) dengan cara tidak memberikan lagi upeti
kepada Prabu Siliwangi. Berdirinya Kesultanan Cirebon menandai diawalinya
Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati sebagai bandar
perdagangan yang aktivitasnya berkembang sampai ke kawasan Asia
Tenggara.
Pertumbuhan kota berkaitan dengan perkembangan dan terbentuknya
tiga kraton di kota ini, yaitu: (1) Kesultanan Kasepuhan, awalnya diperintah
6
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
7
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
8
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
1.3.1 Tujuan
Penyusunan dokumen Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota
Cirebon tahun 2016 merupakan suatu laporan mengenai kondisi lingkungan
hidup yang ada di wilayah Kota Cirebon yang bertumpu pada basis data
lingkungan yang berisi keadaan lingkungan pada periode waktu satu tahun
terakhir, aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi kondisi dan tanggapan
atas perubahan kondisi melalui kebijakan pemerintah maupun peran serta
masyarakat. Dengan demikian, penyusunan buku laporan SLHD ini bertujuan
untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi
lingkungan di Kota Cirebon dalam jangka pendek.
Pelaporan secara rutin dan akurat diharapkan akan menjamin akses
informasi lingkungan yang terkini (update) secara ilmiah bagi masyarakat
umum termasuk juga beberapa kelompok masyarakat dengan kepentingan
tertentu, sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut, kelompok industri,
pengambil keputusan, perencana dan pengelola sumber daya alam, media
cetak dan elektronik, serta lembaga-lembaga nasional maupun internasional.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat secara umum yang diperoleh dari penyusunan
dokumen SLHD ini adalah:
a) Tersedianya referensi dan data dasar, tentang kondisi dan
kecenderungan perubahan lingkungan hidup di Kota Cirebon, sebagai
bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan pada semua
tingkat dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
b) Meningkatnya mutu informasi lingkungan hidup sebagai bagian dari
sistem pelaporan publik dan bentuk akuntabilitas yang merupakan
amanah dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
9
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
1.3.3 Sasaran
Penyusunan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
Kota Cirebon ini memiliki sasaran sebagai berikut:
a) Tersusunnya buku laporan dan buku data Status Lingkungan Hidup Kota
Cirebon sebagai acuan dalam evaluasi dan pemantauan kinerja
pengelolaan lingkungan hidup pada periode satu tahun terakhir di Kota
Cirebon;
b) Terbentuknya persepsi yang sama antar masyarakat, pemerintah dan
stakeholder lainnya terkait kondisi lingkungan di Kota Cirebon;
c) Tersedia data dan informasi trend kondisi lingkungan Kota Cirebon dari tahun
ke tahun yang dapat memberi gambaran faktual terkait pengelolaan
sumberdaya dan lingkungan serta sebagai rekomendasi dan referensi
penyusunan kebijakan, program serta kegiatan yang mendorong partisipasi
aktif seluruh stakeholder dalam upaya pengelolaan lingkungan secara
berkelanjutan.
10
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
11
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Harjamukti. Melihat kondisi saat ini di TPA Kopiluhur yang memiliki luas
area sebesar 9 Ha dengan daya tampung 750 m3/hari, maka dapat
diperkiranan dalam jangka waktu dua tahun ke depan TPA Kopiluhur juga
tidak akan mampu lagi menampung volume sampah Kota Cirebon yang terus
meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini tentu akan menjadi permasalahan
besar yang akan dihadapi oleh pemerintah kota Cirebon dimasa mendatang
terlebih dengan luas wilayah kota yang sangat terbatas.
Dalam rencana strategis (Renstra) 2013-2018 Pemerintah Kota
Cirebon telah menetapkan arah kebijakannya untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan persampahan melalui peran serta masyarakat dan penyediaan
sarana prasarana, kerjasama pelayanan persampahan serta penggalangan
CSR, mengoptimalkan pengelolaan di TPA Kopiluhur serta meningkatkan
koordinasi regional dalam rangka operasional TPA regional.
12
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
13
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
14
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
A. Pengembangan Timbulan Sampah Kepadatan & Aktivitas Pemerintah Kota Cirebon sudah
Kinerja Data Dinas Kebersihan dan Penduduk berupaya mulai menerapkan
Pengelolaan Pertamanan Kota Cirebon, volume Luas kota Cirebon yang hanya 38.1 konsep pengelolaan sampah
Persampahan sampah yang dihasilkan setiap km2 dan berpenduduk 388.854 jiwa secara terpadu, yaitu dengan
harinya diperkirakan berasal dari dengan tingkat kepadatan rata-rata meminimalisasi sampah serta
permukiman, jalan dan pasar serta 10.206,14 jiwa/km2 menjadi faktor memaksimalisasi daur ulang
daerah industri dan perhotelan yang memberikan tekanan besar dan pengomposan disertai
mencapai ± 1.166,56 m3/hari. terhadap lingkungan, khususnya dengan penerapan pengelolaan
Sedangkan volume sampah yang aktivitas masyarakat yang dapat TPA yang ramah lingkungan.
dapat terangkut atau dibuang di menyebabkan timbulan sampah di Adapun aktifitas kegiatan yang
TPA Kopiluhur sebesar 972 m3/hari. Kota Cirebon. sudah dilaksanakan antara lain:
Sisanya dibakar, ditimbun sendiri
Daya Tampung TPA - Melakukan sosialisasi dan
dengan cara membuat lubang atau
menggali tanah, dibuang secara Sistem pengolahan sampah TPA pembinaan pada masyarakat
sembarangan di tempat-tempat Kopiluhur masih dilakukan dengan & sekolah terkait pengelolaan
tertentu secara liar dan lain cara Open Dumping. TPA Kopiluhur sampah 3R;
sebagainya (illegal dumping) memiliki luas ± 9 Ha dan - Membangun Bank Sampah di
merupakan lahan bekas tambang tingkat RW;
galian C. Jangka waktu 5 tahun - Membangun Rumah Kompos
kedepan, TPA ini diperkirakan dan Membagikan Komposter
akan mengalami over capacity dan pada masyarakat;
tidak akan mampu menampung - Membangun TPST
volume sampah dari aktivitas - Pengolahan Sampah di TPA
pendudukan Kota Cirebon yang menjadi Biogas.
terus meningkat setiap tahunnya.
15
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 1. (Lanjutan)
ISU Status Tekanan Respon
B. Pengelolaan - Sesuai Peraturan Mentri - Luas lahan di Kota Cirebon sangat - Sejak 2015, Pemerintah Kota
Ruang Pekerjaan Umum Nomor 05 terbatas, disisi lain laju Cirebon terus berupaya untuk
Terbuka Hijau Tahun 2008. “Setiap Pemerintah pertumbuhan penduduk dan menambah RTH publik
(RTH) daerah Wajib menyediakan pembangunan infrastruktur terus menjadi 12 persen dengan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) meningkat; melakukan penganggaran
Minimal 30 persen dari luas - Dibutuhkan biaya yang cukup setiap tahun untuk
wilayah yang terdiri dari 20 tinggi dengan anggaran miliyaran pembebasan lahan baru atau
persen RTH Publik (yang harus rupiah untuk pembebasan lahan memanfaatkan aset milik
disediakan Pemerintah) dan RTH yang berada di tengah kota pemerintah;
Privat (milik masyarakat).” Saat (lokasi strategis), maka untuk - Melakukan optimalisasi area
ini Kota Cirebon hanya memiliki 9 memenuhi target persentase RTH sempadan jalan, sungai, rel
persen atau 3,43 Km2 RTH Publik sering menyasar lokasi-lokasi kerata api dan laut serta ruang
eksisting, dari luas wilayah lahan di pinggiran kota atau terbuka lainnya melalui
keseluruhan seluas 38,10 Km2. daerah terpencil yang kurang penanaman pohon sebagai
- Sebenarnya Kota Cirebon telah strategis untuk dijadikan RTH. peneduh;
memiliki 50 persen Ruang - Penguatan kelembagaan yang
terbuka Hijau yang dimiliki oleh menangani aset fasos/fasum
masyarakat Kota Cirebon namun dalam rangka peningkatan
itu milik masyarakat dan RTH itu RTH.
tidak masuk dalam hitungan - Penertiban izin lingkungan dan
Permen No 5 Tahun 2008. memperketat pengawasan
Pemerintah harus tetap mengejar terhadap izin-izin lingkungan
11 persen Kekurangan RTH.
yang diterbitkan.
16
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
17
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
1. Bidang Pemerintahan
Fenomena alam berupa tanah timbul di pesisir pantai Kota Cirebon perlu
segera diambil langkah-langkah konkret dalam penetapan status hukum
berupa kepemilikan/pengelolaan atas tanah tersebut dan agar Setda,
Bappeda, DPUPESDM, Camat membuat kajian dan konsultasi ke Pemerintah
Pusat.
18
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
19
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4. Bidang Ekonomi
Pagu Anggaran khususnya SKPD lingkup Bidang Ekonomi diprioritaskan
untuk:
20
BAB 2
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP
DAN KECENDERUNGANNYA
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
21
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
adalah semakin sempitnya lahan kota yang tersisa untuk kawasan ruang
terbuka hijau.
Lahan Sawah,
272 Ha (7,14%)
Lahan Non
Pertanian, 2,712
Ha (71,18%)
22
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
23
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Gambar 2-2. Persentase Luas Guna Lahan di Kota Cirebon Tahun 2016
24
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
25
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
26
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
beringin, dan pohon-pohon lain yang mungkin berusia ratusan tahun. Namun
secara yuridis hutan ini tidak ditetapkan sebagai hutan Kota oleh Pemerintah
Kota Cirebon tetapi sebagai benda cagar budaya karena terkait status
kepemilikan lahan hutan tersebut yang merupakan milik keraton.
27
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
28
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
b). Kawasan Rawan Bencana, dengan total luas 54,37 Ha, terdiri dari:
- Kawasan rawan gelombang pasang = 4 Ha
- Kawasan rawan genangan banjir = 3 Ha
- Kawasan rawan kebakaran = 47,37 Ha
c). Kawasan Suaka dan Cagar Budaya, dengan total luas 68 Ha, terdiri dari:
- Kawasan Keraton Kasepuhan = 19 Ha
- Kawasan Keraton Kanoman = 18 Ha
- Kawasan Keraton Kacerebonan = 5 Ha
- Kawasan Gua Sunyaragi = 2 Ha
- Kawasan Etnis Arab = 10 Ha
- Kawasan Etnis Cina = 14 Ha
d). Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota,
Total luas RTH publik eksisting seluas 341,46 Ha, terdiri dari:
- di Kawasan RTH Kecamatan Harjamukti = 93,85 Ha
- di Kawasan RTH Kecamatan Lemahwungkuk = 126,36 Ha
- di Kawasan RTH Kecamatan Pekalipan = 15,76 Ha
- di Kawasan RTH Kecamatan Kesambi = 76,01 Ha
- di Kawasan RTH Kecamatan Kejaksan = 29,48 Ha
Total luas RTH privat eksisting seluas 563,61 Ha, yang meliputi:
- di Kawasan Kecamatan Harjamukti = 380 Ha
- di Kawasan Kecamatan Lemahwungkuk = 86 Ha
- di Kawasan Kecamatan Pekalipan = 15 Ha
- di Kawasan Kecamatan Kesambi = 75 Ha
- di Kawasan Kecamatan Kejaksan = 10 Ha
Rencana pengembangan RTH publik seluas 421,31 Ha, yang meliputi:
- di Kawasan Kecamatan Harjamukti = 226,30 Ha
- di Kawasan Kecamatan Lemahwungkuk = 70,25 Ha
- di Kawasan Kecamatan Pekalipan = 42,03 Ha
- di Kawasan Kecamatan Kesambi = 46,38 Ha
- di Kawasan Kecamatan Kejaksan = 36,36 Ha
29
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2.1.4 Luas Penutupan Lahan Dalam Kawasan dan Luar Kawasan Hutan
Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan dan luar kawasan hutan
meliputi Kawasan Suaka Alam-Kawasan Pelestarian Alam, Hutan Lindung,
Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi Konversi dan
Areal Penggunaan Lain. Pada Tabel 2-3 menunjukkan luas penutupan
kawasan hutan di Kota Cirebon tidak terdapat luas penutupan kawasan
hutan sebagaimana dimaksud pada tabel tersebut.
Tabel 2.3. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan
30
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
31
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
32
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Zona pencucian
unsur hara oleh air.
Zona akumulasi
Zona pelapukan
Zona batuan
induk
Zona Pencucian unsur hara oleh air (leaching zone) meliputi horison O dan
A, dimana Horizon O, yang merupakan lapisan tanah permukaan, pada lapisan
tersebut terdapat banyak akar tanaman dan jasad renik tanah. Horizon O berwarna
gelap dan sangat kaya akan humus sehingga sangat memungkinkan untuk
33
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
34
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
35
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
36
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
37
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
38
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
39
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
40
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2.3 Air
Air merupakan bagian dari sumberdaya alam sekaligus juga sebagai
bagian dari ekosistem. Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu
tertentu tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan
dan tujuan.
41
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
42
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
43
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
44
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara
operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan
menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman
ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
Keberadaan situ atau embung menjadi kebutuhan bagi Kota Cirebon
untuk mengantisipasi masalah kekeringan dan banjir yang kerap terjadi.
Berdasarkan kajian, Kota Cirebon paling tidak membutuhkan empat embung
di empat titik yang berbeda. Empat titik tersebut diantaranya berada si
Kelurahan Kalijaga, Kelurahan Larangan, Kelurahan Argasunya dan kawasan
Jalan Ciptomangunkusumo. Sebagai wilayah perkotaan, tentu kendala utama
yang dihadapi untuk membangun embung adalah proses pembebasan lahan
yang sangat tebatas. Tabel 2.6 merupakan data inventarisasi
Danau/Waduk/Situ/Embung di Kota Cirebon. Dari tabel tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2016, di Kota Cirebon belum memiliki
Danau/Waduk/Situ/Embung sebagaimana yang dimaksud pada tabel
tersebut.
45
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
46
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Gambar 2-10. Titik Lokasi Pengambilan Sampel Uji Kualitas Air Sungai
47
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
48
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Jika dibandingkan dengan data hasil pengujian tahun 2015 diperoleh data
sebagai berikut:
- Nilai TDS sebesar 390 mg/Lt; (standart baku mutu: 1000 mg/L)
- Nilai BOD sebesar 18 mg/Lt (standart baku mutu: 6 mg/L)
7000
6000
Nilai Parameter (Mg/L)
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 1000 1000 1000
Nilai TDS 229 390 6286.8
49
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Selain itu, pada sistem sungai Kedungpane pada dari tahun 2014
hingga 2016 juga terus mengalami peningkatan kadar BOD yang dipengaruhi
oleh aktivitas buangan limbah rumah tangga. Indikator Nilia BOD yang tinggi
menunjukkan kebutuhan oksigen yang tinggi pula di perairan tersebut. Hal
ini menjadi salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat
pencemaran air, dimana BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan
oksigen Biologi merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
zat organik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di dalam
air.
25
20
Nilai Parameter (Mg/L)
15
10
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 6 6 6
Nilai BOD 9 18 20
b) Sungai Kesunean
Kali Kasunean merupakan kali terbesar yang ada di Kota Cirebon. Kali
Kasunean mengalir dari Desa Randu Bawagirang yang berada di Gunung
Cireme Kabupaten Cirebon di ketinggian 2.950 DPL, bagian hulu Kali
Kasunean adalah Sungai Cikurutug.
Pada aliran Kali Kasunean terdapat beberapa anak sungai yaitu Kali
Lingga yang berasal dari Desa Pakembangan bermuara di Sumgai Cikurutug
Desa Sumba Keling, Kali Cimuhara di Desa Sampora bermuara di Sungai
50
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
51
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
- Nilai TDS sebesar 467 mg/Lt; (standart baku mutu: 1000 mg/L)
- Nilai BOD sebesar 13 mg/Lt (standart baku mutu: 6 mg/L)
- Nilai Chloride (Cl) sebesar 4.436,3 Mg/Lt (standart baku mutu: 0 mg/L)
7000
6000
Nilai Parameter (Mg/L)
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 1000 1000 1000
Nilai TDS 467 392 6287
52
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Selain itu, pada sistem sungai Kedungpane dari tahun 2014 hingga
2016 juga terus mengalami peningkatan kadar BOD. Sama halnya dengan
kondisi di sungai Kedung Pane, peningkatan nilai BOD di sungai Kesunean
juga di pengaruhi oleh buangan limbah aktivitas manusia atau rumah tangga.
Nilai BOD yang tinggi ini juga mengindikasikan bahwa lingkungan air sungai
dan air laut di lokasi tersebut sudah tercemar.
30
25
Nilai Parameter (Mg/L)
20
15
10
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 6 6 6
Nilai BOD 13 27 18
53
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Kadar Cl dalam kualitas air sungai yang diuji pada tahun 2014 sebesar
128 Mg/Lt. Peningkatan secara drastis terjadi pada tahun 2015 dimana kadar
Cl yang di uji pada sampel mencapai nilai 4.436 Mg/Lt, tetapi pada tahun
2016 kadal Cl sedikit menurun pada angka 4.312 Mg/Lt seperti yang
ditampilkan pada Gamabr 18 berikut di bawah ini.
5000
4500
4000
Nilai Parameter (Mg/L)
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 0 0 0
Nilai CL 128 4436 4312
c) Sungai Kalijaga
Kalijaga merupakan kali kedua terbesar setelah Kali Kasunean yang
ada di Kota Cirebon. Sungai ini mengalir dari arah selatan di Desa Wanayasa
pada elevasi + 400 DPL ke utara ke Desa Durajaya Kecamatan Beber sampai
ke Desa Kondang Sari dan bermuara di Laut Jawa atau di Desa Mundu Pesisir.
Sungai Kalijaga bermuara beberapa anak kali yaitu Kali Cipariuk, Kali Cisiluk,
Kali Cigodeg, Kali Lunyu, Kali Cikalong. Kali Cikalong mempunyai anak kali
yaitu Kali Kedungjomblang dan Kali Cikalong. Kali Cikalong mempunyai anak
kali yaitu Kali Cilempeng, Kali Pengasinan dan Kali Kedungampar. Kali
Kedungampar mempunyai anak kali yaitu Kali Cicombay.
54
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
55
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2015 hanya 221 Mg/Lt dan 287 Mg/Lt. Sumber utama bagi TDS dalam
penerimaan air adalah limpasan pertanian dan perumahan, pencucian
kontaminasi tanah dan titik sumber polusi debit air dari instalasi pengolahan
industri atau limbah.
10000
9000
8000
Nilai Parameter (Mg/L)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 1000 1000 1000
Nilai TDS 221 287 9232
56
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
120
100
Nilai Parameter (Mg/L)
80
60
40
20
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 6 6 6
Nilai BOD 14 107 21
57
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
6000
5000
Nilai Parameter (Mg/L)
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016
Baku Mutu 0 0 0
Nilai CL 1291 2880 4968
d) Sungai Sukalila
Hulu Kali Sukalila berawal di dalam wilayah Kota Cirebon, yaitu di
Kelurahan Pekiringan, mengalir ke arah utara dan bermuara di Laut Jawa di
sebelah utara pelabuhan Cirebon. Kali Sukalila secara umum telah diberi
pasangan dan dilengkapi dengan jetty di bagian muaranya. Kali ini berfungsi
sebagai saluran drainase primer kota yang menerima limpahan/outlet 50%
drainase sekunder dan tersier Kota Cirebon.
58
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
10
9
Nilai Parameter (Mg/L)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2015 2016
Baku Mutu 0 0
Nilai NH3 9 3.34
59
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
60
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Dari hasil analisa kualitas air sumur yang dilakukan di tiga lokasi
seperti yang disebutkan pada Tabel 2.11 di atas menunjukkan bahwa kualitas
air sumur yang berlokasi di RT.01/RW.07 Kelurahan Argasunya diidentifikasi
tercemar total coliform yang sangat tinggi dengan nilai 7900 per 100 ml air.
Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis,
ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar,
patogen, dan penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya
bakteri pencemar tinja (coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi
kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah tangga).
Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan
sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Sedangkan hasil uji kualitas air di RT.02/RW.08 Keluraha Argasunya
diidentifikasi memiliki nilai parameter nitrate (NO3) dan nitrite (NO2) yang
melebihi nilai baku yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa
nilai parameter NO3 sebesar 13,83 Mg/Lt (baku mutu NO3 = 10 mg/lt) dan
nilai NO2 sebesar 1,26 mg/lt (baku mutu NO2 = 1 ml/lt).
61
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
16 1.4
14 1.2
12
1
10
0.8
8
0.6
6
0.4
4
2 0.2
0 0
Baku RT. 01 RT. 02 RT. 06 Baku RT. 01 RT. 02 RT. 06
NO3 10 2.01 13.83 0.32 NO2 1 0.03 1.26 0.03
Gambar 2-24. Grafik Parameter NO3 dan NO2 Pada Kualitas Air Sumur
62
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2.4 Udara
Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan
perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan
daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran
udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai
kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat
disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung
meletus, gas alam beracun,dan lain-lain. Dampak dari pencemaran udara
tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia.
Di Indonesia, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian
Ozon dan Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat polusi udara tertinggi di
Indonesia. Dari semua penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi
terbukti sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia,
yakni sekitar 85 persen. Pada subbab ini akan membahas terkait kualitas
udara ambien dan kualitas air hujan di wilayah Kota Cirebon.
63
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
64
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
65
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
66
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
67
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
68
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 2.12. Hasil Uji Kualitas Air Laut di Muara Sungai Kesenden
Environmental
Parameter Unit Test Result Quality Methods
Standard*)
Physical :
Odour - Odourless Odourless APHA 2150 B 2012
Brightness m 2.5 >3 APHA 2130 B 2012
Total Suspended
mg/L 15 80 APHA 2540 C 2012
Solid, TSS
Ambient Temp
Temperature °C 30.6 APHA 2550 B 2012
± 3 C
Oil Film - Negative Negative Visual
Floating Mass - Negative Negative Visual
Chemical :
pH - 8.40 6.5 – 8.5 APHA 4500-H+ 2012
Salinity 0/
00 29.9 - APHA 2520 B 2012
Ammonia mg/L 0.741** 0.3 SNI 06-0689.30-2005
Hydroden Sulfide mg/L <0.01 0.03 APHA 4500-S2-D 2012
Phenols mg/L <0.001 0.002 APHA 5530 C 2012
Detergen mg/L <0.01 1 APHA 5540 C 2012
Oil and Grease mg/L <1.0 5 SNI 6989.10:2011
Mercury mg/L <0.0002 0.003 APHA 3112 B 2012
Cadmium mg/L <0.01 0.01 APHA 3111 B 2012
Copper mg/L <0.01 0.05 SNI 6989.6:2009
Lead mg/L <0.03 0.05 SNI 6989.8:2009
Zinc mg/L <0.012 0.1 SNI 6898.7:2009
Microbiological :
Total Coliform per 100 mL 76 1000 APHA 9222 B 2012
*) Comply to Regulation of The Minister of Environment Decree No. 51/MENLH/2004 Attachment 1
**) Parameter that exceeds environmental quality standard
69
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 2.13. Hasil Uji Kualitas Air Laut di Muara Sungai Sukalila
Environmental
Parameter Unit Test Result Quality Methods
Standard*)
Physical :
Odour - Odourless Odourless APHA 2150 B 2012
Brightness m 2.5 >3 APHA 2130 B 2012
Total Suspended
mg/L 13 80 APHA 2540 C 2012
Solid, TSS
Ambient Temp.
Temperature °C 30.6 APHA 2550 B 2012
± 3 C
Oil Film - Negative Negative Visual
Floating Mass - Negative Negative Visual
Chemical :
pH - 8.05 6.5 – 8.5 APHA 4500-H+ 2012
Salinity 0/00 31.4 - APHA 2520 B 2012
Ammonia mg/L 0.160 0.3 SNI 06-0689.30-2005
Hydroden Sulfide mg/L <0.01 0.03 APHA 4500-S2-D 2012
Phenols mg/L <0.001 0.002 APHA 5530 C 2012
Detergen mg/L <0.01 1 APHA 5540 C 2012
Oil and Grease mg/L <1.0 5 SNI 6989.10:2011
Mercury mg/L <0.0002 0.003 APHA 3112 B 2012
Cadmium mg/L <0.01 0.01 APHA 3111 B 2012
Copper mg/L <0.01 0.05 SNI 6989.6:2009
Lead mg/L <0.03 0.05 SNI 6989.8:2009
Zinc mg/L <0.012 0.1 SNI 6898.7:2009
Microbiological :
Total Coliform per 100 mL 59 1000 APHA 9222 B 2012
*) Comply to Regulation of The Minister of Environment Decree No. 51/MENLH/2004 Attachment 1
70
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 2.14. Hasil Uji Kualitas Air Laut di Muara Sungai Kalijaga
Environmental
Parameter Unit Test Result Quality Methods
Standard*)
Physical :
Odour - Odourless Odourless APHA 2150 B 2012
Brightness m 3.0 >3 APHA 2130 B 2012
Total Suspended
mg/L 14 80 APHA 2540 C 2012
Solid, TSS
Ambient Temp.
Temperature °C 31.0 APHA 2550 B 2012
± 3 C
Oil Film - Negative Negative Visual
Floating Mass - Negative Negative Visual
Chemical :
pH - 8.27 6.5 – 8.5 APHA 4500-H+ 2012
Salinity 0/00 31.6 - APHA 2520 B 2012
Ammonia mg/L 0.007 0.3 SNI 06-0689.30-2005
Hydroden Sulfide mg/L <0.01 0.03 APHA 4500-S2- D 2012
Phenols mg/L <0.001 0.002 APHA 5530 C 2012
Detergen mg/L <0.01 1 APHA 5540 C 2012
Oil and Grease mg/L <1.0 5 SNI 6989.10:2011
Mercury mg/L <0.0002 0.003 APHA 3112 B 2012
Cadmium mg/L <0.01 0.01 APHA 3111 B 2012
Copper mg/L <0.01 0.05 SNI 6989.6:2009
Lead mg/L <0.03 0.05 SNI 6989.8:2009
Zinc mg/L <0.012 0.1 SNI 6898.7:2009
Microbiological :
Total Coliform per 100 mL 68 1000 APHA 9222 B 2012
*) Comply to Regulation of The Minister of Environment Decree No. 51/MENLH/2004 Attachment 1
71
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2.9
Tingkat Kecerahan Air Laut (m)
2.8
2.7
2.6
2.5
2.4
2.3
2.2
Muara Sungai Muara Sungai Muara Sungai
Kesenden Sukalila Kalijaga
Kecerahan 2.5 2.5 3
Baku Mutu 3.01
>3 3.01
>3 3.01
>3
Gambar 2-27. Grafik Tingkat Kecerahan Air Laut di Perairan Kota Cirebon
72
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Amoniak
Sama halnya dengan uraian mengenai kualitas air sungai, bahwa
Amonia (NH3+) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang
dihasilkan oleh ikan. Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil
jika dalam perairan kandungan oksigen terlarut tinggi. Sehingga kandungan
amonia dalam perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Mengacu pada standar baku mutu air laut, kandungan NH3. Maksimal
sebesar 0,3 Mg/Lt. Tetapi Berdasar hasil pemeriksaan terhadap kualitas air
laut pada tiga titik yang dilakukan di perairan laut Kota Cirebon diketahui
bahwa air laut di Muara Sungai Kesenden mengandung kualitas/kandungan
NH3 yang melebihi ambang batas yang ditetapkan. Dimana hasil uji
menunjukan angka sebesar 0,741 Mg/Lt.
0.800
0.700
Konsentrasi (mg/Lt)
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
Muara Sungai Muara Sungai Muara Sungai
Kesenden Sukalila Kalijaga
NH3 0.741 0.160 0.007
Baku Mutu 0.3 0.3 0.3
73
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
74
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
diletakkan di dasar laut yang mendatar, berdasar pasir halus atau lumpur,
dengan tujuan untuk merubah habitat dasar laut yang berpasir halus dan
miskin ikan itu menjadi habitat yang keras dan kaya akan ikan-ikan
komersial serta biota lainnya.
Terumbu karang buatan ini awalnya bertujuan untuk meningkatkan
hasil ikan sehingga dapat meningkatkan penghasilan nelayan-nelayan kecil
yang tidak mampu menangkap ikan di lautan terbuka. Berdasarkan catatan
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), selama kurun waktu 14 tahun,
luas rumpon kini sudah mencapai 5.076 meter persegi dan telah
menyumbang 6 milyar biota laut.
Program rumpon atau terumbu karang buatan itu menjadi harapan
baru dalam menjaga kelesatrian laut. Sebab, selama ini banyak alat tangkap
yang digunakan nelayan justru merusak terumbu karang yang ada di dasar
laut. Saat ini setidaknya ada tiga titik kelompok nelayan skala kecil yang
berada di Kota Cirebon, yakni Kesenden, Pesisir dan Cangkol, namun hanya
nelayan cangkol yang mengadopsi konsep rumponisasi.
75
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
76
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
6.00
Luas (Ha) 2016 Luas (Ha) 2015
5.00
4.00
Luas Lahan (Ha)
3.00
2.00
1.00
0.00
Kel. Kesenden Kel. Kb. Baru Kel. Kasepuhan Kel. Pegambiran
77
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Kerapatan Vegetasi
Perubahan kerapatan vegetasi tentu berbanding lurus dengan
perubahan luas lahan yang tersedia. Adanya degradasi luas lahan manggrove
di Kota Cirebon tentu berdampak pada berkurangnya kerpatan
vegetasi/pohon manggrove. Data DKPPP Kota Cirebon menunjukkan bahwa
kerapatan vegtasi manggrove pada tahun 2016 di Kota Cirebon mengalami
degradasi mencapai 50% dari jumlah kerapan vegetasi manggrove pada
tahun 2015. Jumlah kerapatan yang mengalami degradasi
tertinggi/maksimum terjadi di Kelurahan Pegambiran dan Kebon Baru yang
mencapai 20 ribu pohon/ha, sedangkan degradasi vegetasi
terkecil/minimum terjadi si Kelurahan Kesenden dan Kasepuhan yaitu
sebanyak 10 ribu pohon/ha. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 31
berikut ini.
40000
35000
Kerapan (Pohon/Ha)
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Kel. Kesenden Kel. Kb. Baru Kel. Kasepuhan Kel.
Pegambiran
78
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2.6 Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim
di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat
beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis.
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman merupakan
dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai
adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat
spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Unsur iklim yang sering dan menarik
untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah
Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang
mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat
diuraikan berdasarkan pola masing-masing
Disisi lain, pemanasan global juga akan meningkatkan temperatur,
memperpendek musim hujan, dan meningkatkan intensitas curah hujan.
Kondisi ini dapat mengubah kondisi air dan kelembaban tanah yang akhirnya
akan memengaruhi sektor pertanian dan ketersediaan pangan. Perubahan
iklim dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah sebesar 2-8 %.
Pada sub-bab ini akan dibahas kondisi lingkungan hidup dan
kecenderungannya terkait dengan pola keragaman iklim di Kota Cirebon
sepanjang tahun 2016, khususnya unsur iklim curah hujan dan suhu udara
rata-rata bulanan yang diuraikan sebagai berikut.
79
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
480
440
Jumlah Curah Hujan (mm)
400
360
320
280
240
200
160
120
80
40
0
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
2015 145 161 358 176 164 236 190 1 30 74 136 386
2016 484 402 377 193 144 77 55 42 26 62 0 0
80
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
81
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
82
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
83
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
16.85 Ha
8.01 Ha
5.74 Ha
4.76 Ha
2.5 Ha
84
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2.7.4 Bencana Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban dan Kerugian
Wilayah Kota Cirebon hanya sebahagian kecil yang rawan terhadap
bencana longsor yaitu di Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti.
Kerawanan longsor ini diakibatkan dampak adanya aktivitas penambangan
galian C di wailayah tersebut. Berdasarkan data Badan Penanggulangan
Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kota Cirebon, sepanjang tahun
2016 tidak ada kejadian longsor yang terjadi di kawasan tersebut sehingga
tidak ada data dimaksud yang dapat di tunjukkan pada laporan ini seperti
yang dapat terlihat pada Tabel 2.19 .
85
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 2.19. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban dan
Kerugian di Kota Cirebon
86
BAB 3
TEKANAN TERHADAP
LINGKUNGAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.1 Kependudukan
Lingkungan hidup baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan
dipengaruhi manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan
oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup, karena lingkungan
memiliki daya dukung. Menurut UU Nomor 4 Tahun 1982, daya dukung
lingkungan atau wilayah adalah kemampuan lingkungan atau wilayah untuk
mendukung perikehidupan di dalamnya dan makhluk hidup lainnya. Dalam
87
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
88
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cirebon, pada tahun
2016 mencata penduduk Kota Cirebon meningkat menjadi 392.651 Jiwa,
yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah penduduk dengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 198.395 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
berjumlah194.256 jiawa. Dari data tersebut jika dibandingkan dengan luas
kota Cirebon 3.810 Ha atau 38,10 Km 2 maka tingkat kepadatan penduduk
rata-rata di Kota Cirebon pada tahun 2016 ini sebesar 10.306 jiwa/km2.
25,000
20,000
Jumlah Penduduk (Jiwa)
15,000
10,000
5,000
0
Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan
% 11.49 13.81 34.65 16.34 23.71
Jiwa/Km2 7,858 9,444 23,694 11,178 16,212
89
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
90
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Perempuan, Laki-Laki,
194,256 Jiwa, 198,395 Jiwa,
(49%) (51%)
91
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
penduduk laki-laki. Dari rasio ini dapat disimpulkan bahwa antara penduduk
laki-laki dan penduduk perempuan tidak memiliki perbedaan yang
signifikan.
80,000
70,000
Jumlah Penduduk (Jiwa)
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan
2015 Laki-Laki 69,761 34,285 18,522 44,769 28,839
2015 Perempuan 67,283 33,617 18,318 44,341 29,119
2016 Laki-Laki 70,575 34,625 18,786 45,440 28,969
2016 Perempuan 67,807 33,940 18,414 44,540 29,555
Gambar 3-4. Jumlah Penduduk Kota Cirebon Menurut Jenis Kelamin Ditinjau
Secara Spasial dan Temporal
92
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
93
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
pesisir Kota Cirebon. Data rinci penduduk wilayah pesisir Kota Cirebon dapat
ditunjukkan pada Tabel 3.2.
80000
60000
40000
20000
0
Jlh. Penduduk
Rumah Tangga
Jlh. Penduduk Rumah Tangga
Kejaksan 44424 11812
Lemahwungkuk 68565 18331
Gambar 3-5. Penduduk dan Rumah Tangga di Wilayah Pesisir Kota Cirebon.
94
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Merujuk pada data Tabel 3.2 dan Grafik 3.5 di atas menunjukkan
sekitar 28,78% penduduk Kota Cirebon bermukim di wilayah pesisir, ini
artinya ada potensi besar yang dapat memberi tekanan terhadap lingkungan
dan ekosistem pesisir sebagaimana dijelaskan di awal bahwa ada 4 (empat)
persoalan pokok yang dapat memberikan andil terhadap tingginya tingkat
kerentanan serta tekanan lingkungan pada kawasan pesisir.
95
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4%
31%
34%
31%
3.2 Permukiman
Menurut UU No. 4 Tahun 1992, permukiman mengandung pengertian
sebagai bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Aktifitas pembangunan, dalam proses pengembangan permukiman,
secara umum dapat menimbulkan dampak pada lingkungan. Dampak ini bisa
positif ataupun negatif. Dampak positif akan menguntungkan pembangunan,
sementara dampak negatif, menimbulkan resiko bagi lingkungan. Oleh
karena itu dibutuhkanlah pembangunan yang berwawasan pada lingkungan.
96
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
97
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
20000
15,273
Jumlah RT Miskin
15000
7,250
10000
5673 4581 3,469
5000 4295 4252
2695 2,357
1,352
0
Kecamatan
98
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 3.4. Jumlah Rumah Tangga dan Akses Air Minum di Kota Cirebon
Ledeng/
Kecamatan Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya
PDAM
Harjamukti 12.403 11.644 0,00 0,00 0,00 3.379
99
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
20,000
10,000
5,000
Gambar 3-8. Grafik Rumah Tangga Dengan Akses Air Minum PDAM
100
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 3.5. Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Kecamatan Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
Harjamukti 27.522 0 154 0,00
Lemahwungkuk 10.972 2.710 31 0,00
Pekalipan 7.316 0 124 0,00
Kesambi 17.943 0 53 0,00
Kejaksan 11.107 430 168 0,00
Gambar 3-9. Grafik Rumah Tangga Dengan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
101
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Timbulan Sampah
Kecamatan Jumlah Penduduk
(m3/hari)
Harjamukti 138,382 411.13
102
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Kejaksan,
173.87m3/hr ,
(15%)
Harjamukti,
411.13 m3/hr ,
(35%)
Kesambi,
267.33 m3/hr ,
(23%)
Pekalipan, Lemahwungkuk,
110.52 m3/hr , 203.71 m3/hr,
(10%) (17%)
103
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.3 Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang
sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan
kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar
masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab
itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan
cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat
sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
Status kesehatan merupakan refleksi dari hasil akhir interaksi
kompleks antara sistem biologis internal dan sistem lingkungan eksternal
secara keseluruhan. Status kesehatan seseorang atau suatu komunitas
merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal manusia
maupun eksternal manusia.
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara
garis besar faktor-faktor tersebut adalah: (1) faktor lingkungan, yaitu
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
serta flora/fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. (2)
gaya hidup/perilaku yang merupakan cara/pemikiran hidup seseorang, (3)
ketersediaan pelayanan kesehatan yang memadai, mencukupi, dan mudah
diakses, dan (4) genetik atau keturunan. Contohnya seperti penyakit yang
sifatnya turunan dan mempengaruhi sumber daya masyarakat. Diantara
faktor–faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik
kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar. Lingkungan hidup
sendiri dapat berperan sebagai faktor kecenderungan, penyebab, media
transmisi, dan faktor penunjang suatu penyakit.
104
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
TB
Masalah Persalinan dan Nifas
Penyakit Jantung Iskemik Lainnya
DM Tidak Tergantung Insulin
Gangguang Refraksi Akomodasi
Tukak Lambung
Penyakit Kulit dan Jaringan
Demam Berdarah Dengue
Dispepsia
Hipertensi Primer
Diare
Nasofaringitis Akuta
Myalgia
ISPA
Thypoid
0 30,000 60,000 90,000 120,000
Dari data grafis di atas, menunjukkan bahwa ada 38% kasus gangguan
pernafasan yang dialami penduduk Kota Cirebon, kemudian diikuti dengan
penyakit hipertensi primer sebanyak 10% dan serta penyakit kulit dan
jaringan sebanyak 9,8% serta pola dan jenis-jenis penyakit lainnya. Kondisi
105
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
ini tentu tidak bisa dianggap sederhana, data menunjukkan bahwa ada
ketidakseimbangan lingkungan di wilayah Kota Cirebon apakah itu dampak
yang ditimbulkan oleh polusi udara, limbah industri/usaha kecil atau
kepadatan dan penataan ruang wilayah kota, maka untuk membuktikan dan
menyimpulkan hal tersebut tentu diperlukan kajian lebih lanjut.
106
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 3.7. Volume Limbah Cair dan Limbah Padat Rumah Sakit
Volume Volume
Tipe/Kelas Volume Volume
Limbah Limbah B3
No Nama Rumah Sakit Rumah Limbah Padat Limbah Cair
3 3
Padat B3 Cair
Sakit (m /hari) (m /hari)
(m3/hari) 3
(m /hari)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 RSUD. Gunung Jati B 1,214 125.00 0.00 0.00
2 RS. Ciremai B 1,198 0.00 0.00 0.00
3 RS. Medimas C 0 0.45 0.00 0.00
4 RS. Muhammadiyah C 0 0.48 0.00 0.00
5 RS. Pelabuhan Cirebon C+ 0 0.73 0.00 0.00
6 RSIA Sumber Kasih C 0 0.00 0.00 0.00
7 RSIA Cahaya Bunda C 3,964 0.00 0.00 0.00
107
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.4 Pertanian
Tabel 3.8. Luas Lahan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman dan Pupuk
Luas
Produksi
No Jenis Tanaman Lahan Urea SP.36 ZA NPK Organik
(Ton)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)
1 Karet 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 Kelapa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 Kelapa Sawit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 Kopi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5 Cokelat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6 The 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
7 Cengkeh 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
8 Tebu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
9 Tembakau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
10 Kapas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
11 Jarak 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
12 Kapuk 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
13 Kina 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
14 Jambu Mete 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
15 Pala 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
16 Kayu Manis 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
17 Lainnya (sebutkan) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
108
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
109
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
110
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3 Kali Tanam,
15 Ha
1 Kali Tanam,
66 Ha
2 Kali Tanam,
191 Ha
196.0
200.0
150.0
100.0
48.0
50.0 28.0
0.0
Harjamukti
Lemahwungkuk
Kesambi
111
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
112
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
0.29% 0.01%
2.52% 12.83%
0.07%
84.29%
113
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
0.08%
37.57%
59.31%
3.05%
Ayam Kampung Itik Ayam Pedaging Ayam Petelur
114
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.5 Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri. Industri mempunyai peran penting dalam
perkembangan ekonomi suatu wilayah. Berdasarkan pasal 3 UU RI No. 5
Tahun 1984 menyebutkan tujuan pembangunan industri adalah
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya
serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan
hidup.
115
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.6 Pertambangan
Pertambangn adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangltutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang.
Sumber daya pertambangan merupakan sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui, maka dari itu kegiatan pertambangan harus berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
Pemerintah telah mengatur kegiatan penambangan dengan
mengeluarkan Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 yang kemudian diganti
dengan keberadaan Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batu bara. Kedua Undang-undang tersebut sama-
sama mengatur tentang pengelolaan bahan galian dan sistem
pengelolaannya. Penggolongan bahan galian dalam UU No.4 Tahun 2009
diatur berdasarkan pada kelompok usaha pertambangan yaitu
pertambangan mineral dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral
digolongkan menjadi empat jenis yaitu pertambangan mineral radioaktif,
mineral logam, mineral bukan logam, dan pertambangan batuan.
116
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 3.14. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan
Galian
No Nama Perusahaan Jenis Bahan Galian Luas Areal (Ha) Produksi (Ton/Thn)
1 0.00 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00 0.00
3 0.00 0.00 0.00 0.00
4 0.00 0.00 0.00 0.00
5 0.00 0.00 0.00 0.00
3.7 Energi
Energi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat karena energi merupakan parameter penting bagi pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi. Hampir semua sektor kehidupan (industri,
rumah tangga, transportasi, jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari
sektor energi. Pada sektor rumah tangga, energi berfungsi untuk penerangan,
memasak, pemanas dan pendingin ruangan serta berbagai kegiatan rumah
tangga yang lain.
Secara umum peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan
erat dengan kian berkembang kegiatan ekonomi dan kian bertambah jumlah
penduduk. Dengan jumlah penduduk yang mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun dan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung yang
ditunjukkan oleh kian bertambah output serta beragam aktivitas ekonomi
yang dilakukan oleh masyarakat, maka peningkatan kebutuhan energi adalah
suatu hal yang tak bisa dihindari.
117
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Tabel 3.15. Jumlah Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar Yang Digunakan
No Jenis Kendaraan Bensin Solar
1 Beban 0 6
2 Penumpang Pribadi 20,181 3,016
3 Penumpang Umum 4,616 0
4 Bus Besar Pribadi 0 29
5 Bus Besar Umum 0 74
6 Bus Kecil Pribadi 0 198
7 Bus Kecil Umum 0 130
8 Truk Besar 0 5,157
9 Truk Kecil 200 9,474
10 Roda Tiga 2,594 0
11 Roda Dua 174,445 0
118
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.7.2 Konsumsi BBM untuk Sektor Industri Menurut Jenis Bahan Bakar
Tabel 3.16. Jumlah Konsumsi BBM Pada Sektor Industri Menurut Jenis Bahan
Bakar
Minyak Minyak Minya
No Jenis Industri LPG Solar Gas Batubara Biomassa
Bakar Diesel Tanah
119
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.7.3 Jenis Bahan Bakar dan Konsumsi Bahan Bakar untuk Keperluan
Rumah Tangga
10.42%
89.58%
LPG Lainnya
120
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
3.8 Transportasi
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat
dua unsur penting yaitu pemindahan atau pergerakan (movement) dan
secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke
tempat lain. Pengangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia
tidak terdapat disembarang tempat, sehingga terjadi kesenjangan jarak
antara lokasi sumber, lokasi produksi dan lokasi konsumen, oleh karenanya
hal tersebut melahirkan pengangkutan dan didalam pengangkutan terdapat
lima unsur pokok yaitu manusia yang membutuhkan, barang yang
dibutuhkan, kendaraan sebagai alat angkut, jalan sebagai prasarana angkutan
dan organisasi yaitu pengelola angkutan.
Sistem transportasi yang sehat dan ramah lingkungan adalah solusi
bagi mobilitas penduduk di perkotaan. Transportasi sehat dan ramah
lingkungan adalah sistem transportasi yang bisa meningkatkan efisiensi
energi, menggunakan bahan bakar bersih dan mobilitas yang ramah
lingkungan.
121
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
2 Stasiun KA Cirebon Kejaksan Sta. Besar Jl. Siliwangi, Kejaksan - Cirebon - 2.00
3.9 Pariwisata
Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat
ditentukan oleh baik dan buruknya lingkungan. Sektor wisata sebagai
industri jasa merupakan sektor yang sangat peka terhadap lingkungan.
Kerusakan lingkungan seperti pencemaran limbah domestik, kumuh,
kesemerautan lalulintas, kriminalitas, dan lain-lain, akan dapat mengurangi
jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Oleh
karena itu pengembangan pariwisata harus menjaga kualitas lingkungan
122
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
45% 42%
40%
35%
30% 25%
25%
20% 17% 17%
15%
10%
5%
0%
Taman Ade Irma Keraton Keraton Taman Gua
Kasepuhan Kanoman Sunyaragi
123
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Bintang Lima,
0.33%
Bintang Empat,
0.76%
Bintang Satu,
2.26%
Bintang Tiga,
0.18%
Bintang Dua,
0.13%
124
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
125
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
126
BAB 4
UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
127
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Luas Realisasi
Realisasi
No Kecamatan Penghijauan
Jumlah Pohon
(Ha)
1 Harjamukti 0,7100 300
2 Lemahwungkuk 0,0012 10
3 Pekalipan 0,0000 0
4 Kesambi 0,0000 0
5 Kejaksan 0.1036 90
Sumber: Buku Data SLHD Kota Cirebon 2016
Keterangan: (0) Tidak ada realisasi kegiatan di kecamatan tersebut.
128
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
129
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Disisi lain, jumlah realisasi pohon yang ditanam memang lebih sedikit
dari jumlah realisasi tahun 2015, hal ini lebih disebabkan faktor anggaran,
dan luasan lahan yang tersedia serta faktor alam seperti iklim yang
perkembangan bibit pohon.
130
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
131
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4.2 AMDAL
Sesuai dengan PP No.27/1999, AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan. Dengan adanya AMDAL
diharapkan sebagai studi kelayakan lingkungan yang menjadi masukan bagi
pemerintah untuk mengambil keputusan terhdap suatu usaha atau kegiatan.
Adapun keputusan yang diambil pemerintah dapat berupa tidak diijinkannya
usaha atau kegiatan untuk dilaksanakan, boleh dilaksanakan sesuai usulan,
atau boleh dilaksanakan tetapi dengan penyesuaian tertentu.
132
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
AMDAL, 1%
UKL/UPL, 14%
SPPL, 85%
133
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
AMDAL
70 UKL/UPL
SPPL
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016
134
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
135
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
lengkap status pengaduan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut
ini.
136
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
137
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
138
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
139
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4.5 Kelembagaan
Kelembagaan dapat dilihat dari instansi pemerintah dan LSM,
perangkat hukum dan peraturan perundang-undangan, serta program-
program yang dijalankan pemerintah dalam rangka menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
Kelembagaan lingkungan hidup saat ini sudah cukup berkembang dan
kesadaran berlingkungan juga meningkat dan meluas namun masih bersifat
pasif karena hanya berkembang di daerah-daerah tertentu. Penaatan hukum
juga masih tetap lemah, sedangkan instrumen alternatif untuk menjerat
perusahaan yang merusak lingkungan hidup juga tidak dapat dilaksanakan.
Kepentingan-kepentingan lingkungan hidup hanya diperjuangkan oleh
kelompok kecil kelas menengah dengan hampir tanpa ada kekuatan politik.
Oleh karena itu, perlu pembenahan kelembagaan sehingga pengelolaan
lingkungan hidup dapat mempunyai kekuatan politik serta dapat tercipta
mekanisme yang lebih menyuarakan aspirasi masyarakat.
140
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
APBN (DAK)
44%
APBD
56%
141
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4,000,000,000.00
3,500,000,000.00
3,000,000,000.00
2,500,000,000.00
2,000,000,000.00
1,500,000,000.00
1,000,000,000.00
500,000,000.00
-
2014 2015 2016
142
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
Laki-Laki Perempuan
10
9
8
7 6
6 5
5
4 3
3 2 2
2 1
1 0 0 0 0
0
Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Diploma SLTA
(D3/D4)
143
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
4.5.4 Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan Hidup dan Staf yang
Telah Mengikuti Diklat.
SDM merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan suatu
organisasi. Mereka yang menjadi penggerak roda organisasi dalam mencapai
dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Karena itu,
produktivitas organisasi sangat ditentukan oleh produktivitas SDM yang
bersangkutan.
Pengembangan pola karir PNS salah satunya dapat di tempuh melalui
jabatan fungsional, karena melalui jabatan fungsional peningkatan
kompetensi dan sikap kemandirian serta profesionalisme dapat dicapai, Hal
ini dapat terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejabat
fungsional dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi.
144
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KOTA CIREBON - 2016
145
PEMERINTAH KOTA CIREBON
KANTOR LINGKUNGAN HIDUP
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 16
Telp/Fax. (0231) 20398
Kota Cirebon