Anda di halaman 1dari 30

Pengelolaan dan Konservasi

Gambut di Riau terkait kebakaran


dan ekonomi masyarakat

Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Gambut


Meulaboh, 18 Mei 2022
Gambut Riau

Gambut Coklat
Pulau Gambut Riau

1 3
Sumatra
2

3
1 Sumatra Island
4 5
2
1. Tanah lahan kering (mineral) Strait
2. Sedimen mineral (terbawa sungai)
3. Gambut dan kubahnya
4. Terbentuk selat (air laut) akibat perubahan muka air laut. 3
Zonasi Gambut
A

D
Masalah Pengelolaan Gambut

Gambut adalah belum dikelola dan dimanfaatkan secara


Secara ekonomi, ekologi dan sosial. Karena:
1. Tanaman gambut belum mampu menyaingi Sawit dan Akasia;
2. Kebakaran lahan gambut belum mampu dikendalikan;
3. Pengelolaan lahan ramah gambut belum maksimal karena:
(a) Agroforestry belum diterapkan secara ramah gambut,
(b) Paludikultur belum diterapkan dengan baik
(c) Kelembagaan masyarakat belum kuat
Model Ekonomi Pengelolaan Gambut

1. Menguntungkan seperti Sawit


2. Mendukung Ketahanan Pangan
3. Praktis dan tidak rumit
4. Dapat dikembangkan untuk perkebunan skala besar dan
petani kecil
5. Beragam jenis untuk meminimalkan resiko terkait harga pasar
1. Sagu Kendala pengolahan dan pemasaran:
(1) Pemanfaatan dan pengolahan
Keuntungan limbah; (2) Sistem ijon ; (3)
• Menguntungkan (> US 1000/ha/year) Ketersediaan, distribusi dan
• Minim Perawatan dan mudah dikelola segmentasi pasar; (4) Tata kelola air,
• Pasar sudah ada (Tepung, Bioplastic) (5) Pengolahan produk turunan dan
• Teknologi sudah ada desain kemasan; dan (6) Stabilitas
harga
Kendala
• Hanya cocok untuk gambut < 2.5 m Kulit sagu bisa diolah menjadi Bahan
• Butuh 8-10 tahun untuk panen Bakar dan Ampas Sagu menjadi
pertama, selanjutnya panen tiap bahan baku pakan ternak
tahun
• Tanah liat > 70% dan bahan organik
30% dipengaruhi pasang surut
Peluang dan tantangan Sagu
Kekuatan
1. Luasan Eksisting dan Potensi lahan
2. Pengalaman dan Waktu Luang
3. Pasar lokal yang mendukung
4. Sagu dapat menggantikan beras

Kelemahan
1. Teknologi budidaya dan pengolahan Sagu lemah
2. Kelembagaan Lemah
3. Kebun Kurang Terawat
4. Terbatasnya Modal Pengolahan Produk
5. Pasar terbatas Lokal
6. Ancaman Abarasi dan Kebakaran
2. Kelapa Potensi Pengembangan Produk: (1)
Gula Kelapa; (2) Tempurung; (3)
Keuntungan
Sabut; (4) Air Kelapa, (5) Kayu
• Pohon kelapa menghasilkan banyak
Kelapa; dan (6) Stabilitas harga
produk
• Tumpangsari dgn tanaman lain
• Cepat berbuah dilahan pasang surut

Kendala
• Persaingan dengan Harga Sawit
• Umur kelapa sudah tua
• Bibit local
• Biaya transport mahal
• Hama Kumbang
• Mudah Roboh
• Kandungan hara rendah dan pirit
• Draenase buruk
Pemanfaatan Gambut Oleh Masyarat Riau
Berbasis Lahan Berbasis Jasa
1. Sawit 1. Buruh Panen Kelapa
2. Sagu 2. Buruh Kilang Sagu
3. Kelapa 3. Buruh Panen Sagu
4. Karet 4. Pedagang
5. Kopi 5. TKI
6. Hortikultura 6. Gula Kelapa
7. Pinang
8. Padi Berbasis Ekosistem
1. Nelayan
2. Pembalak
3. Kulit Medang
4. Madu Kelulut

Mayoritas pengeluaran pangan > 50% sehingga tergolong Miskin


Pengembangan Korporasi Petani

1. Aspek Teknis; a. Inovasi dan Teknologi, b. Produktifitas, c.


Keberlanjutan
2. Kelembagaan dan Managerial; a. Badan Usaha, b.
Manajemen internal/eksternal
3. Keberlanjutan bisnis; a. Skala Usaha, b. Pendapatan Usaha,
c. Aset Usaha
Pemanfaatan Gambut Dangkal
Pola pemanfaatan lahan gambut pulau Padang oleh masyarakat

sagu rakyat (8794 Ha)


Karet rakyat (7931 Ha)

kelapa rakyat (1766 Ha)

sawit rakyat (200Ha)


kayu
nelayan
Berdasarkan Hotspot MODIS
2014, 90% Hotspot di Riau
terletak pada Lahan gambut.
Indikasi Kerusakan Gambut

PEMERINTAH
PROVINSI RIAU
15
HOTSPOT DAN HUJAN
30000 Year
3300
27000 3000
24000 2700

Number of hotspots (point/year)


21000 2400

Rainfall (mm/year) 18000 2100


1800
15000
1500
12000
1200
9000
900
6000 600
3000 300
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

MODIS HOTPSOT
35000

30000

25000

20000

15000

10000

PEMERINTAH
5000

PROVINSI RIAU
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
16
INDEX KUALITAS UDARA 2019
MASALAH UTAMA KEBAKARAN GAMBUT
• Lahan gambut yang tidak dikelola sumber utama kebakaran
• Perlu inventarisasi lahan untuk mengidentifikasi kepemilikan, klaim, dan perselisihan
• Pemantauan satelit membutuhkan penyelesaian klaim lahan yang tumpang tindih

The study area ( (a) The


404,713 ha burned area (red)
(b) Land occupancy in
pulpwood (acacia)
concessions.(c) Land Perambahan dalam Konsesi HTI
occupancy in oil palm
concessions

Source : Gaveau et al., 2017 Source : Vetrita et al., 2019


Pemilik Lahan Orang Luar Desa/Konsesi
Vegetation setelah terbakar
1. Sekat kanal
berada di
perkampungan yg
tak pernah
terbakar
2. Semak dan
Mahang Rawan
terbakar
3. Setelah terbakar
tumbuh jagung
dan sawit atau
Kembali jadi
semak
Case study:Rupat
• Tak semua hutan dilindungi
• Kebakaran parah 2019 berada pada
lahan bekas terbakar 2014 berupa
semak dan tegakan Mahang.
• Aliran aliran berhenti dikanal batas
• Puncak kubah gambut tidak cukup
mencegah deficit air
Case study:Rangsang

• Puncak Kubah Gambut hanya


7.7% KHG
• Abrasion bertambah parah
karena kanalisasi
STRATEGI DALKARHUTLA
Pengorganisasian dan Pengelolaan Sumberdaya Manusia
Pengelolaan Sarpras Dalkarhutla
Pencegahan dan Deteksi Dini
Pemadaman Kebakaran
Penanganan Pasca Kebakaran
Tata Kelola Air
Peat failure
Kanalisasi Peat island menyebabkan
• Gambut kering
• Kebakaran Berulang
• Subsidence
• Banjir

Source : Yamamoto et al., 2018


Pengelolaan Gambut berkelanjutan
• (1) Air harus tersedia cukup di musim kemarau pada peat dome sehingga
mengalir melalui aliran bawah muka gambut sehingga tidak mudah terbakar,
(2) Air perlu dikonservasi agar nutrisi tanaman tidak hanyut.

• Data yang diperlukan


• Peta kontur dan kanal dari inlet sampai outlet
• Data hujan dan klimatologi
• Perhitungan neraca air pada Kesatuan Hidrologi

• Perhitungan neraca air pada lahan yang dikelola dengan Peta skala detil (1 :
5.000) atau LiDAR (skala 1 : 2.000)

• Delineasi kubah gambut sebagai cadangan air


• Satuan hidrologis dijadikan dasar Zonasi (Lindung- Penyangga-
Budidaya), densitas saluran yang makin sedikit ke arah kubah
dengan jenis yang semakin adaptif;
• Kubah: hutan alami –
• zona penyangga: Perkebunan Sawit dan Akasia
• zona tanggul alam dan pasang surut: Tanaman pangan/semusim
• Inputan secukupnya agar tidak dimanfaatkan oleh kegiatan jasad
renik yang dapat mempercepat laju emisi
• Air tanah tetap segar bergerak, tidak stagnasi/lack O2
• Pemanfaatan gambut kepulauan dengan minimal usikan  Selain
Sawit dan Akasia.
• Water sharing antara Konsesi dan masyarakat dalam Kesatuan
Hidrologis.
• Minimalkan pemanfaatan Lahan Gambut Tipologi C dan D karena
lebih fragile.
• Peat dome telah rusak sehingga diperlukan restorasi hidrologi
dengan jenis yang toleran terhadap muka air tanah dangkal.
• Pengaturan muka air stabil sepanjang tahun hanya dapat
diterapkan bila sumber air tetap tersedia dalam menghadapi
musim kemarau (El Nino).
• Pemerataan kesempatan akses terhadap lahan gambut
http://gambutindonesia.menlhk.go.id/sippeg/

TERIMA KASIH

https://www.researchgate.net/profile/Prayoto_Tonoto
ballroom31

Anda mungkin juga menyukai