Anda di halaman 1dari 9

DEPARTEMEN PERTANIAN

Juni 2006
PENDAHULUAN

• Upaya Pemerintah untuk menurunkan pengangguran


dengan RPJM 2004-2009

• Adanya penurunan pertumbuhan sektor riil walaupun


adanya upaya penguatan indikator makro seperti
penguatan sahan dan nilai tukar rupiah.

• Melemahnya sektor riil ini diakibatkan melemahnya


tiga sektor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan
PDB yaitu sektor pertanian, perdagangan dan industri
manufaktur.

• Hal tersebut diatas diusahakan perbaikan melalui


penumbuhan sektor riil pertanian yaitu melalui
pengembangan perkebunan
PERAN DAN PROSPEK KOMODITI PE RKEBUNAN
(K.SAWIT, KARET, KAKAO)
No Kelapa Sawit Karet Kakao
1 Areal 5.447 ribu ha (PR Areal 3.262 ribu ha Areal 992 ribu ha (PR
35%), produksi 12 juta ton (PR 85%), produksi 89%), produksi 651
2 juta ton ribu ton
2 Terluas, produksi kedua Terluas, produksi Terluas areal dan
setelah Malaysia kedua setelah Produksi ketiga dunia
Thailand
3 Pesaing Malaysia Pesaing Thailand, Pesaing Ghana,
Malaysia Pantai Gading,
4 Petani terlibat : 2,7 juta Petani terlibat 1,4 Petani terlibat 500
KK juta KK ribu KK
5 Ekspor 2005 : US$ 4,3 Ekspor 2005 : US$ Ekspor 2005: US$ 488
milyar (11,5 juta ton) 2,2 milyar (2 juta juta (317 ribu ton)
t )
6 Minyak makan, Bahan baku Industri coklat
oleochemical, biofuel industri ban, dan
produk karet
7. Kayu hasil peremajaan kayu hasil
peremajaan
Catatan: ekspor primer perkebunan US$ 10,9 milyar, dimana sekitar 70% berasal dari sawit, karet dan kakao
POKOK-POKOK PERMASALAHAN

• Produktivitas rendah dibawah potensi normal


(tanaman tua/rusak, bahan tanaman asalan)

• Industri hilir tidak/belum berkembang (ekspor dalam


bentuk produk primer).

• Tidak tersedia lagi pendanaan khusus untuk


perkebunan

• Berbagai kebijakan yang kurang mendukung


pembangunan perkebunan (antara lain berbagai
bentuk pungutan, PPN, pajak ekspor)
TUJUAN REVITALISASI PERKEBUNAN

• Meningkatkan kesempatan kerja melalui


pengembangan perkebunan

• Meningkatkan daya saing melalui


pengembangan industri hilir berbasis
perkebunan

• Meningkatkan penguasaan ekonomi nasional


dengan mengikutsertakan masyarakat dan
pengusaha lokal
PENDEKATAN PENGEMBANGAN

a. Pola pengembangan yang dilakukan harus melibatkan


masyarakat, baik melalui pola PIR maupun kemitraan, dan
langsung Petani (untuk yang tidak mempunyai mitra).
b. Bunga kredit 10% flat dengan pemberian subsidi bunga dari
pemerintah, untuk kelapa sawit dan kakao 5 th, karet 7 th
Pemerintah memberikan Penjaminan Kredit (melalui PT
ASKRINDO).
c. Untuk pengembangan baru/perluasan, kepemilikan lahan untuk
petani peserta diharapkan maksimal 4 ha/KK Îpendapatan
US$ 1.500-2.000/KK/th.
d. Masyarakat yang terlibat diutamakan adalah masyarakat
lokal, sedangkan kekurangannya bisa mendatangkan dari
daerah lan (transmigrasi).
e. Setiap unit pengembangan harus terintegrasi dengan unit
pengolahan, dan secara bertahap petani plasma memiliki
saham di UPH
f. Pemanfaatan tenaga Sarjana Pertanian untuk mengawal
pengembangan perkebunan.
RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN

No Tanaman Perluasan Peremajaan

1 Kelapa -PR sekitar PB - Eks PIR


Sawit -IUP Pusat tidak aktif
-IUP Daerah

2 Karet - PR sekitar PB - Eks PIR


- Eks Proyek
-Swadaya

3 Kakao -Integrasi dg Kelapa - Peremajaan PR


-PR - Rehabilitasi PR
TARGET PENGEMBANGAN AREAL (1000 Ha)

No Tanaman Kegiatan 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah

1 K. Sawit Perluasan 0 350 350 350 325 1.375

Peremajaan 40 18 20 29 18 125

2. Karet Perluasan 0 20 10 10 10 50

Peremajaan 26 64 50 50 60 250

3. Kakao Perluasan 14 18 21 21 21 95

Peremajaan 12 13 13 13 13 64

Rehabilitasi 6 8 9 9 8 41

Jumlah Perluasan 14 388 381 381 356 1.520

Peremajaan 79 95 83 92 91 440

Rehabilitasi 6 8 9 9 8 40

Total 99 491 473 482 456 2.000

Catatan: ekspor primer perkebunan US$ 10,9 milyar, dimana sekitar 70% berasal dari sawit, karet dan kakao

Anda mungkin juga menyukai