5. Industri semen nasional mempunyai daya saing yang tinggi dan termasuk
kelompok komoditi yang diperdagangkan tanpa hambatan tarif (BM = 0%)
sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas hambatan (FTA).
2
Meskipun dengan laju pertumbuhan yang fluktuatif, namun kebutuhan semen
terus meningkat terutama di Jawa dan Sumatera. Peningkatan kebutuhan
semen diasumsikan 5%/tahun didasarkan pada 2 faktor penting yaitu:
• Pertumbuhan Ekonomi Nasional (PDB) yang diestimasi sekitar 4 – 5%;
• Kebutuhan semen per kapita masih relatif rendah (150 kg/kapita) di
antara negara ASEAN.
Gambar 2. Proyeksi Kapasitas, Produksi dan Konsumsi Tahun 2010 – 2020
3
1.3.3. Analisis Terhadap Kecenderungan Yang Telah dan Akan Terjadi Dalam
Perkembangan Industri Semen
Pengembangan industri semen perlu segera diambil langkah-langkah
pengamanan sejak dini, supaya kemungkinan terjadinya kekurangan suplai
semen pada tahun 2018 bisa dihindari. Meskipun pada saat ini utilisasi
pemanfaatan kapasitas pabrik baru mencapai sekitar 70 %, dengan
memperhatikan pertumbuhan permintaan yang diperkirakan mencapai sekitar 5
% akan menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan semen bila tidak ada
penambahan kapasitas/pembangunan pabrik baru.
4
BAB II
FAKTOR DAYA SAING
5
Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Semen Tahun 2000-2008
Tahun Ekspor (Ton) Nilai Ekspor (USD) Impor (Ton) Nilai Impor (USD)
6
2005 3,289,000 225,781,762 1,055,000 72,423,156
2006 2,245,000 182,412,343 1,213,000 98,559,542
2007 2,500,000 244,500,109 1,200,000 117,360,052
2008 1,640,991 168,908,174 0 0
Sumber : Biro Pusat Statistik
2. Apabila ditinjau dari aspek suplai dan kebutuhan semen, ditemui bahwa
industri nasional yang mempunyai kapasitas 44,89 juta ton telah mampu
memenuhi kebutuhan domestik yaitu 32 juta ton (2008). Meskipun
kebutuhan semen akan meningkat, namun hal tersebut telah diantisipasi
oleh pabrikan semen melalui program optimalisasi maupun perluasan.
Dengan demikian maka dalam hal pengamanan kebutuhan semen di
dalam negeri akan dapat dipenuhi oleh produsen nasional.
7
2. Mengingat pertumbuhan permintaan semen terus mengalami peningkatan,
maka perlu diupayakan peningkatan kapasitas nasional melalui
optimalisasi maupun pembangunan pabrik baru supaya suplai semen ke
pasar tetap terjaga, sehingga kemungkinan terjadinya gejolak harga bisa
dihindari.
Bahan baku utama industri semen adalah batu kapur yang banyak terdapat di
luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan
demikian dalam penyebaran industri semen perlu dipertimbangkan potensi
dan kontinuitas bahan baku.
8
Cadangan Cadangan
No Lokasi No Lokasi
(Juta Ton) (Juta Ton)
• Indarung Ratusan • Kab.Lombok Tengah Ratusan
• Kab. Tanah Datar Ribuan
4 Jambi Ratusan Nusa Tenggara Timur
12
5 Sumatera Selatan Puluhan • Kab. Kupang Puluhan
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
• Kab. Pangkep Ribuan
6 • Cibinong Ratusan 13
• Kab. Sopeng Ratusan
• Cibalong,Tasikmalaya Ratusan
• Kab. Barru Ratusan
Jawa Tengah
Sulawesi Utara
7 • Kab. Cilacap 14 Ribuan
Ratusan • Kab. Bolang Mangondow
• Kab. Kebumen
Jawa Timur
Irian Jaya
• Kab. Tuban Puluhan
• Kab. Sorong Ratusan
8 • Kab. Lamongan Ratusan 15
• Kab. Jayapura Ratusan
• Kab. Bojonegoro Ratusan
• Kab. Biak Ratusan
• Kab. Bangkalan Ratusan
Tenaga Kerja
No Nama Perusahaan
(orang)
1 PT.S. Andalas Indonesia 625
2 PT.S. Padang 2.464
3 PT.S. Baturaja 436
4 PT.Indocement T.P. 7.401
5 PT.S. Holcim Indonesia 2.258
6 PT.S. Gresik 2.377
7 PT.S. Tonasa 1.727
8 PT.S. Bosowa Maros 800
9 PT.S. Kupang 251
Total 15.667
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
2. Sebagian SDM bidang persemenan telah mempunyai kemampuan dalam
pengoperasian maupun pemeliharaan (maintenance) mesin/peralatan
utama.
3. Keberadaan Institut Semen Beton Indonesia (ISBI) telah mampu
meningkatkan kompetensi SDM persemenan melalui program–program
pendidikan dan pelatihan tingkat operator hingga diploma (D1).
4. Selain itu SDM Indonesia telah mampu melakukan kegiatan pabrikasi
peralatan tertentu termasuk dalam hal pemeliharaan (maintenance).
2.2.4. Infrastruktur
10
1. Kondisi infrastruktur memegang peranan penting dalam pembangunan
pabrik semen, karena prasarana pelabuhan dan jalan, maupun sarana
transportasi sangat dibutuhkan dalam pengangkutan bahan baku,
batubara maupun produk jadi semen. Hal ini merupakan salah satu
pertimbangan utama bagi calon investor dalam rangka pembangunan
pabrik baru;
2. Kondisi prasarana di Jawa, Sumatera dan Sulawesi sudah baik dan relatif
memenuhi syarat untuk transportasi sektor semen. Itulah sebabnya
pembangunan pabrik baru cenderung berlokasi di ketiga pulau tersebut;
3. Dalam hal administrasi bidang investasi semen telah diserahkan
sepenuhnya kepada Badan koordinasi Penanaman Modal baik Pusat dan
Daerah, termasuk Pemerintah Daerah;
4. Dokumen penting lain yang dibutuhkan adalah Analisis Dampak
Lingkungan dan kegiatan pengawasan (UKL/UPL) yang dipersyaratkan
dalam kegiatan pembangunan dan pengoperasian pabrik semen,
mengingat industri semen menggunakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui yaitu pemanfaatan gunung batu kapur dan batubara,
serta dampak polusi CO2 yang ditimbulkan akibat pembakaran batubara;
5. Teknologi industri semen pada umumnya masih mengacu pada FL Smidth,
namun terus mengalami inovasi–inovasi terutama berkaitan dengan
diversifikasi produk, efisiensi energi, penggunaan alternatif bahan bakar
selain batubara kalori tinggi dan inovasi teknologi pada peralatan giling
semen (cement mill).
11
1. Yang menjadi industri pendukung adalah industri pengolahan bahan baku
yang sebenarnya sudah terintegrasi dalam satu unit proses produksi
semen. Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan adalah batu
kapur, tanah liat, pasir silika, pasir besi dan gipsum. Khusus gipsum
sampai saat ini masih diimpor dari Thailand;
2. Sebagai bahan bakar digunakan batubara kalori tinggi (6.000 kkal/kg),
namun telah mengalami inovasi menjadi batubara kalori rendah (4.000
kkal/kg) bahkan sebagian sudah disubstitusi oleh ban bekas;
3. Bahan penolong lain adalah kertas kraft yang dulu sepenuhnya dipasok
oleh PT. Kertas Kraft Aceh, namun tidak beroperasi lagi sehingga
pemenuhan kebutuhan kertas kraft adalah melalui impor.
2.4. Strategi Pengusaha dan Perusahaan
1. Produsen semen nasional harus berdaya saing tinggi agar mampu
menguasai pasar dalam negeri, atau paling tidak di wilayah sekitar pabrik
semen tersebut berada. Pada kenyataannya kondisi menguntungkan adalah
adanya pengenalan terhadap produk tertentu di wilayah tersebut atau brand
image, seperti halnya merek Tiga Roda di Jawa bagian Barat dan merek
Semen Gresik di Jawa Timur;
2. Untuk mempertahankan pangsa pasar, maka setiap perusahaan semen
terus melakukan efisiensi dalam penggunaan energi maupun penghematan
lainnya;
3. Dalam hal pengembangan kapasitas, maka setiap perusahaan terus
melakukan kajian dan pengamatan mengenai saat yang tepat untuk
membangun pabrik semen dengan tetap memperhatikan bahwa
pembangunan pabrik semen membutuhkan dana besar (capital intensive),
waktu pengembalian modal (ROI) sekitar 15 tahun dan waktu konstruksi
paling cepat 3 (tiga) tahun.
12
BAB III
ANALISA SWOT
3.1. Kekuatan
1. Tersedianya potensi bahan baku terutama batu kapur di hampir setiap
provinsi di tanah air. Hal ini tercermin dari persebaran lokasi pabrik semen
yang mendekati bahan baku yang jumlahnya memadai dan kualitasnya
memenuhi persyaratan;
2. Cukup prospektifnya pengembangan industri semen di tanah air yang
didukung oleh tendensi meningkatnya konsumsi per kapita dan program–
program pembangunan infrastruktur serta pembangunan perumahan
rakyat;
3. Tersedianya batubara dalam jumlah yang cukup besar yang produksinya
rata–rata 110 juta ton per tahun, sedangkan industri semen hanya
membutuhkan sekitar 6 juta ton per tahun atau 120 kg per ton klinker;
4. Adanya kekuatan “brand image” bagi produk semen nasional yang selalu
diingat oleh tukang–tukang bangunan;
5. Adanya kemampuan desain pabrik baru oleh PT. Rekayasa Industri dan
kemampuan pabrikasi oleh PT. Semen Padang;
13
6. Tingginya biaya transportasi semen terutama impor yang menyebabkan
tingginya harga jual semen impor yang kualitasnya tidak lebih baik dari
semen yang diproduksi di dalam negeri.
3.2. Kelemahan
1. Tingginya ketergantungan pada transportasi darat dan laut untuk
mengangkut semen, sehingga pada kondisi cuaca tidak bersahabat
(terutama musim hujan) sulit melakukan distribusi semen seperti ke wilayah
Kalimantan Barat, Kalimantan timur, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua;
2. Belum adanya jaminan pasokan batubara mengingat posisi ekspor yang
cukup menguntungkan.
3.3. Peluang
1. Masih rendahnya konsumsi semen per kapita yaitu sekitar 150
kg/kapita/tahun jika dibandingkan dengan negara–negara Asia seperti
Singapore, Jepang, Korea (rata–rata di atas 600 kg/kapita);
2. Mulai jenuhnya keberadaan pabrik semen di negara Asia seperti China
(sudah melampaui 1 milyar ton), Jepang (lahan terbatas) dan negara
ASEAN lain terutama yang lahannya terbatas.
3.4. Ancaman/Tantangan
1. Adanya isu lingkungan terutama karena Indonesia telah meratifikasi “Kyoto
Protocol” berkenaan dengan pencemaran CO2;
2. Tidak adanya hambatan tarif Bea Masuk (BM=0%) terutama setelah
ditandatangninya kesepakatan perdagangan bebas hambatan tarif (FTA)
antara ASEAN–China di mana semen termasuk di dalamnya.
14
BAB IV
SASARAN
15
BAB V
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
16
3. Makin mandirinya dalam pembangunan pabrik baru.
17
BAB VI
PROGRAM / RENCANA AKSI
18
c. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dalam penggunaan bahan
baku, emisi debu dan efisiensi energi, melalui program CDM secara
berkesinambungan;
d. Meningkatkan kerjasama kemitraan antara produsen batubara dan semen;
e. Mendorong pengembangan teknologi yang lebih efisien melalui peningkatan
kerjasama dengan NEDO maupun perusahaan permesinan dunia.
19
Industri Inti Industri Pendukung Industri Terkait
Industri Semen Mesin dan Peralatan; Batubara, Kertas Kraft, Gypsum, Transportasi Bahan Bangunan
Strategi
Sektor : Mendukung upaya pemenuhan pasokan semen di seluruh tanah air pada tingkat harga yang wajar dan terjangkau.
Teknologi : Pengembangan teknologi proses produksi yang efisien.
20
P e m e rin ta h P us a t : Pem d a:
D e p p e r in , De p d a g , Fo r u m D a y a S a in g D in a s In d a g
D e p h u b , De p ke u , W o rki n g G r o u p Din a s
D e p PU , De p Fa s ilita to r K la s te r Pe r ta m b a n g a n
ES D M ,
B K P M, B S N
S e m e n P o r tla n d PASAR
B AH AN B A K U :
E k s p o rt ir LU AR
B a tu Ka pu r N E G E RI
Ta n ah Li at
P asi r S ilik a S e m e n P u ti h
G y psu m
K e rt as K ra ft S e m e n M a s o n d ry
M ix e dc em e n t PASAR
D ist rib u to r
M e sin d an Pe r ala tan D ALAM
S e m e m P os o l a n N E G E RI
O i l We l l C em e n t
Le m b a g a L itb a ng /P T JA SA : A S I, IS B I
BB IK , B4T T r a n s p o r ta s i, P e rb a n k a n
21
VII. KELEMBAGAAN
Dept. Perindustrian
Dept. Perdagangan (impor gypsum)
ESDM (listrik, batubara)
Dept. Keuangan (stimulus moneter)
Dept. Perhubungan (transportasi)
BKPM (pengadaan mesin)
Pemerintah
Kement. Ristek
BSN / KAN (penerapan SNI)
Dept. Pekerjaan Umum
Kementerian Perumahan Rakyat
Pemerintah Daerah
Peningkatan daya
Asosiasi, ASI Saing
Perguruan B4T Bandung
Tinggi,
Perbankan & Perguruan Tinggi (ISBI)
Lembaga Litbang Perbankan (soft loan)
22