Anda di halaman 1dari 10

BAB II

BASIS DESAIN DATA

II.1 Kapasitas Produksi


Salah satu faktor penting dalam pendirian pabrik adalah
penentuan kapasitas produksi pabrik. Pra Desain Pabrik Olein
(Minyak Goreng) dengan Proses Physical Refining Dan Dry
Fractionation direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2023
dengan mengacu pada kebutuhan nasional terhadap Olein
(Minyak Goreng) di Indonesia.
Perhitungan kapasitas Pabrik Olein (Minyak Goreng) ini
mempertimbangkan data ekspor, impor, produksi, dan konsumsi
Olein (Minyak Goreng) pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut
data yang diperoleh dari tahun 2013-2017 :
Tabel II.1 Jumlah Ekspor Olein (Minyak Kelapa Sawit) Tahun
2013-2017
Tahun Ekspor (Ton) Kenaikan (%)
2013 14.050.642,013 -
2014 15.630.921,844 11,247
2015 18.072.052,699 15,617
2016 15.541.766,599 -14,001
2017 18.395.402,198 18,361
(Badan Pusat Statistik, 2018)

Tabel II.2 Jumlah Impor Olein (Minyak Kelapa Sawit) Tahun


2013-2017
Tahun Import (Ton) Kenaikan (%)
2013 172.459,576 -
2014 93.031,500 -46,056
2015 240.461,676 158,473
2016 190.976,429 -20,579
2017 286.412,068 49,972
(Badan Pusat Statistik, 2018)

II-1
Tabel II.3 Jumlah Produk Olein (Minyak Kelapa Sawit) Tahun
2013-2017
Tahun Produksi (Ton) Kenaikan (%)
2013 4.721.439 -
2014 4.127.166 -12,587
2015 2.948.906 -28,549
2016 6.851.889 132,354
2017 5.487.646 -19,910
(Pusdatin, 2017)

Tabel II.4 Jumlah Konsumsi (Minyak Kelapa Sawit) Tahun


2013-2017
Tahun Konsumsi (Ton) Kenaikan (%)
2013 2.218.569 -
2014 2.421.854 9,163
2015 2.868.031 18,423
2016 2.706.071 -5,647
2017 2.824.908 4,391
(Pusdatin, 2017)

Dari data data diatas dapat dilakukan perhitungan untuk


memprediksi nilai kebutuhan olein (minyak kelapa sawit) pada
tahun 2023 dengan persamaan:
F = Fo (1+i)n …………………...…………………. (1)
Dimana:
F = Perkiraan kebutuhan Olein (Minyak Goreng) pada tahun 2023
Fo = Kebutuhan Olein (Minyak Goreng) pada tahun terakhir
i = Perkembangan rata-rata
n = Selisih waktu
(Timmerhaus, 2004)
Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat diprediksi
kapasitas produksi, konsumsi, impor dan ekspor dalam Ton/tahun
pada tahun 2023 sebagai berikut :

II-2
Tabel II.5 Proyeksi ekspor, impor, produksi, dan konsumsi olein
(minyak kelapa sawit) tahun 2023
Proyeksi Olein (Ton)
Ekspor 26.787.092,875
Impor 1.305.956,228
Produksi 12.462.584
Konsumsi 3.885.395

Dari hasil prediksi perkembangan minyak goreng


sawit/Olein di Indonesia pada tabel diatas, kebutuhan pasar
Indonesia dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
S = (Ekspor+Konsumsi) – (Produksi+Impor)
= (26.787.092,875 + 3.885.395) – (12.462.584 +
1.305.956,228)
= 16.903.947,315 Ton/tahun
Berdasarkan perhitungan maka kebutuhan olein (minyak
kelapa sawit) pada tahun 2023 akan mencapai 16.903.947,315
Ton/Tahun. Dikarenakan Industri hilir minyak kelapa sawit yang
masih minim (terbukti bahan baku CPO yang digunakan untuk
diproses menjadi minyak goreng hanya sekitar 24% dari total
produksi), maka untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi
Minyak Goreng (Olein) direncanakan memasok 2% dari
kebutuhan pasar pada tahun 2023 sehingga diperoleh :
Kapasitas produksi pasar domestik
= 2% × 16.903.947,315 Ton/tahun
= 338.078,946 Ton/tahun
= 340.000 Ton/tahun (dibulatkan)

II.2 Lokasi Pabrik


Lokasi suatu pabrik dapat mempengaruhi kedudukan
pabrik dalam persaingan maupun penentuan kelancaran
produksinya. Tujuan dari penentuan lokasi suatu pabrik adalah
untuk menunjang proses produksi suatu pabrik agar dapat
berjalan lancar, efektif, dan effisien. Hal ini berarti dalam
menentukan lokasi pabrik perlu adanya faktor-faktor yang

II-3
mempengaruhi besarnya biaya produksi dan biaya distribusi dari
produk yang akan dihasilkan serta faktor-faktor pendukung
lainnya. Pabrik minyak goreng sawit/olein ini akan didirikan di
daerah Musi Banyuasin, Kota Sekayu, Sumatera Selatan terletak
diantara garis lintang 1,3° - 4° dan 103° - 105° garis bujur.

Gambar II.1 Peta Lokasi Daerah Musi Banyuasin, Kota


Sekayu
Pemilihan lokasi suatu pabrik merupakan sqalah satuhal
yang harus diperhatikan. Pabrik minyak goreng sawit ini
direncanakan dibangun di daerah Musi Banyuasin, Kota Sekayu,
Sumatera Selatan melalui pertimbangan-pertimbangan berikut :
 Jarak dengan Bahan Baku
Sumber bahan baku adalah salah satu faktor penting dalam
penentuan lokasi pabrik. Indonesia memiliki ketersedian
CPO yang berlimpah. Ketersediaan CPO tertinggi berada di
Riau, Sumatra, dan Kalimantan. Dari data yang sudah
diperoleh maka pabrik MGS/olein ini akan didirikan di
daerah Sumatera Selatan, khususnya di daerah Musi
Banyuasin. Sumatera Selatan memiliki 70 pabrik kelapa
sawit yang berkapasitas 3.950 ton per jam sebagai pemasok
(GAPKI:2017). Salah satunya dari PT. Lonsum yang
memiliki kapasitas antara 10-60 ton/jam.

II-4
 Jarak dengan Pasar (Market)
Peluang pemasaran produk minyak goreng cukup terbuka
karena permintaan minyak goreng cenderung meningkat tiap
tahunnya. Peningkatan permintaan minyak goreng tersebut
terjadi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Namun produksi MGS/olein hanya terpusat di pulau Jawa
sedangakan produksi MGS/olein di luar jawa belum mampu
mengimbangi permintaan pasar didaerahnya. Oleh karena itu
pendirian pabrik minyak goreng sawit diluar pulau Jawa.
sangat dibutuhkan. Menurut BPS, pasokan minyak goreng
yang diperdagangkan di wilayah di luar jawa ini sebagian
besar didatangkan dari Provinsi Jawa Timur. Hanya sebagian
kecil sisanya yang diperoleh pedagang dari dalam wilayah
sendiri maupun didatangkan dari Provinsi DKI Jakarta.
Seluruh pasokan tersebut kemudian hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan MGS/olein di wilayah
Sumatera Selatan sendiri. Peta persebaran luas lahan dan
produksi kelapa sawit secara lengkap dapat dilihat pada
Gambar II.2.

Gambar II.2 Peta Persebaran Luas Lahan dan Produksi


Kelapa Sawit

II-5
 Jalur Transportasi
Jalur transportasi bisa dilakukan melalui darat maupun laut.
Pada jalur darat, daerah Musi Banyuasin dekat dengan jalan
tol yang dapat memudahkan akses transportasi bahan baku
CPO dan juga pemasaran Produk Olein. Sementara pada jalur
laut, daerah Musi Banyuasin dekat dengan pelabuhan
Tanjung Api-api yang memudahkan dalam proses penyaluran
produk.
 Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja merupakan faktor vital dalam pendirian
sebuah pabrik. Tenaga Kerja sebagian besar akan diambil dari
penduduk sekitar. Karena lokasinya cukup dekat dengan
pemukiman penduduk, selain dapat memenuhi kebutuhan
tenaga kerja, juga dapat membantu meningkatkan taraf hidup
masyarakat sekitar. Didaerah Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan sendiri terdapat total 51 SMA, 10 SMK, dan 216
perguruan tinggi yang merupakan gabungan dari Universitas,
Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Politeknik. Dengan
melihat data tersebut dapat diketahui bahwa daerah
Kalimantan Timur memiliki SDM yang cukup untuk direkrut
menjadi pegawai perusahaan.
 Utilitas
Faktor tenaga kerja merupakan faktor vital dalam pendirian
Sarana – sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik, dan
sarana lainnya juga harus diperhatikan agar proses produksi
dapat berjalan dengan baik. Di Kota Musi Banyuasin tersedia
fasilitas yang lengkap meliputi aliran listrik dari PLN dan
sumber air yang memadai. Untuk sumber air didapatkan dari
PDAM kota Sekayu dan juga dari sungai musi.
 Kondisi Geografis
Kondisi wilayah suatu daerah juga merupakan hal yang cukup
penting dalam menentukan lokasi pendirian Pabrik Olein
(Minyak Goreng) dari Crude Palm Oil (CPO). Berdasarkan
data Badan Meteorologi dan Geofisika daerah Musi

II-6
Banyuasin, Kota Sekayu, Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2018, didapatkan data kondisi wilayah sebagai berikut :
sumber air yang memadai. Untuk sumber air didapatkan dari
PDAM kota Sekayu dan juga dari sungai musi.
 Kelembapan udara rata-rata = 50-90%
 Suhu udara rata-rata = 23-34 oC
 Curah hujan rata-rata = 87,83-391,6 mm
 Gempa = -
 Potensi Banjir = Sedang
 Kecepatan Angin = 9-19 km/jam
(http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/propinsi/2018)

II.3 Kualitas Bahan Baku Dan Produk


Bahan baku yang digunakan dalam produksi pabrik minyak
goreng sawit/Olein dibagi menjadi dua, yaitu :
II.3.1 Bahan Baku Utama
CPO merupakan bahan baku utama dalam pengolahan
Olein. CPO sendiri diperoleh dari perebusan dan pengepresan
buah kelapa sawit, yang selanjutnya disebut dengan minyak sawit
mentah. Berikut spesifikasi CPO :

II-7
Tabel II.6 Komposisi Crude Palm Oil (CPO)
Komponen Komposisi (%)
Trigliserida (TGA) 93,60
Monoglyceride 0,5
Diglyceride 1,75
Asam lemak bebas 4,00
Phosphatida 0,06
Karoten 0,03
Tocopherols 0,06
(Gupta, 2008)

II.3.2 Bahan Baku Pendukung


a. Phosporic Acid
Phosporic Acid merupakan bahan baku pendukung dalam
pengiolahan Olein. Berikut spesifikasi Phosporic Acid yang
dibeli dari PT. Petrokimia Gresik :
Rumus molekul : H3PO4
Berat molekul : 98 gr/mol
Spesific gravity : 1,834 (pada T= 28,2 oC)
Titik didih : 261oC
Bentuk : Cair
Bau : Tidak berbau
Warna : Tidak berwarna/transparan
Sifat : korosif terhadap logam besi dan
Paduannya
(Kirk-Othmer,1984)
b. Bleaching Earth
Bleaching Earth merupakan bahan baku pendukung dalam
pengolahan olein yang dibeli dari Clariant Adsorbent
Indonesia, Berikut sepesifikasi dari Bleaching Earth :

II-8
Tabel II.7 Spesifikasi Bleaching Earth
Komponen Komposisi (%)
SiO2 55-80
Al2O3 5-20
Fe2O3 2-10
CaO 0-5
MgO 0-8
Na2O 0-2
(Taiko Clay Marketing SDN.BHD, 2017)

II.3.3 Kualitas Produk


Karakter utama yang dapat menjelaskan Minyak Goreng
sebagai produk komersial ditentukan oleh beberapa parameter
fisik dan kimia. Dengan adanya standar mutu RBD palm Olein
Indonesia dengan standar mutu yang umum dipakai dalam
perdagangan minyak sawit di pasar internasional, sehingga
produk Indonesia bisa bersaing dengan produk sejenis dari
Negara pengekspor lainnya dan juga agar produk yang beredar di
pasaran dapat terjamin mutu dan keamanannya bagi konsumen.
Standar yang mengatur mengenai hal ini adalah SNI 01-0018-
2006 yang ditunjukkan pada Tabel II.8

Tabel II.8 Standar kualitas Minyak Goreng menurut SNI 01-


0018-2006
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Warna - 3R maks
(lovibond 5 ¼” cell)
o
Titik Leleh C 24 maks
Air dan Kotoran %, Fraksi Massa 0,1 maks
Asam Lemak bebas %, Fraksi Massa 0,1 maks
(sebagai asam palmitat)
Bilangan yodium G yodium/1000 g 56 min

II-9
Halaman ini sengaja dikosongkan

II-10

Anda mungkin juga menyukai