Anda di halaman 1dari 13

DIFRAKSI

Difraksi cahaya atau lenturan cahaya adalah peristiwa pembelokkan arah rambat
cahaya oleh suatu penghalang. Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa kisi, yaitu
celah sempit. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa
diterangkan oleh prinsip Huygens. Difraksi dapat terjadi jika muka gelombang bidang tiba
pada suatu celah sempit yang menyebabkan gelombang ini mengalami lenturan sehingga
terjadi gelombang-gelombang setengah lingkaran yang melebar di belakang celah tersebut.
Difraksi ini ditunjukkan dengan pola terang gelap silih berganti. Jika dalam perjalanan
menemui kendala. Antara transparan atau buram, suatu daerah di muka gelombang diubah
amplitudo atau fase. akan terjadi difraksi. Berbagai segmen muka gelombang yang merambat
di luar rintangan mengganggu, menyebabkan distribusi kepadatan energi tertentu disebut
sebagai pola difraksi. Tidak ada yang signifikan perbedaan fisik antara interferensi dan
difraksi

Kita dapat melihat gejala difraksi ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya
lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang
cukup jauh.

1. DIFRAKSI FRESNEL DAN DIFRAKSI FRAUNHOFER


Terdapat dua macam difraksi cahaya yaitu:
a) Difraksi Fresnel : pola difraksi diamati di tempat yang tidak jauh dari sumber.
Sinar yang terlibat dalam proses difraksi tidak sejajar.
b) Difraksi Fraunhofer : pola difraksi diamati di tempat yang jauh dari sumber. Sinar
yang terlibat dalam proses difraksi semuanya sejajar.
Prinsip Huygens-Fresnel yang bersesuaian menyatakan bahwa setiap titik tidak
terhalang dari muka gelombang, pada saat tertentu, berfungsi sebagai sumber gelombang
sekunder berbentuk bola (dengan frekuensi yang sama dengan bahwa dari gelombang
primer). Amplitudo bidang optik pada titik manapun di luar adalah superposisi dari semua
gelombang (mempertimbangkan amplitudo dan fase relatifnya).

Sebagai pendekatan awal untuk masalah ini, mari kita pertimbangkan kembali Prinsip
Huygens. Setiap titik di muka gelombang bisa dibayangkan sebagai sumber dari gelombang-
gelombang bola sekunder. Itu penerusan melalui ruang muka gelombang, atau bagiannya,
kemudian dapat ditentukan.
a. Difraksi Fresnel

Sumber cahaya dan layar secara relatif dekat dengan penghalang. Situasi ini disebut
sebagai difraksi medan dekat atau difraksi Fresnel yang dilafalkan “Freh-nell” untuk
menghormati ilmuan Perancis agustin Jean Fresnel, 1788-1872.
b.Difraksi Fraunhofer

To point
on distant
viewing
screen
From
distant
source

Diffraction
slit

Jika sumber cahaya,celah dan layar cukup jauh sehingga semua garis dari sumber ke
celah dapat dianggap sejajar dan semua garis dari rintangan ke sebuah titik dalam pola itu
dianggap sejajar. Fenomena ini dinamakan difraksi medan jauh atau difraksi Fraunhofer
untuk menghormati Fisikawan Jerman Joseph von Fraunhofer, 1787-1826.

2. DIFRAKSI CELAH TUNGGAL


Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian Huygens.
Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya
dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Difraksi dengan sumber cahaya dan layar penerima berada pada jarak tak terhingga
dari benda penyebab difraksi, sehingga muka gelombang tidak lagi diperlakukan sebagai
bidang sferis, melainkan sebagai bidang datar. Dengan kata lain, difraksi ini melibatkan
berkas cahaya sejajar.
Kondisi untuk interferensi destruktif oleh cahaya dari titik-titik yang terpisah sejauh a/2:

a 
sin  
2 2
Kondisi untuk interferensi destruktif oleh cahaya dari titik-titik yang terpisah sejauh a/4:

a 
sin  
4 2

Kondisi untuk interferensi destruktif oleh cahaya dari titik-titik yang terpisah sejauh a/2m
(m = non-zero integer) :

a 
sin  
2m 2
Sehingga, kondisi umum untuk interferensi destruktif :


sin   m
a

dengan : m = +1, +2, +3, …..


a = lebar celah (mm)

 = sudut antara garis tegak lurus terhadap celah (radian)

 = panjang gelombang (nm)

Setiap sumber titik yang memancarkan medan listrik (radiasi) yang memiliki jarak r
terhadap titik amat/ observasi. Masing-masing sumber memancarkan medan listrik yang sama
:

𝐸0 (𝑟1 ) = 𝐸0 (𝑟2 ) = 𝐸0 (𝑟3 ) = 𝐸0 (𝑟𝑁 ) = 𝐸0 (𝑟)

Maka medan listrik di titik P merupakan penjumlahan medan-medan yang


dipancarkan setiap sumber osilator.
𝐸0 = 𝐸0 (𝑟)𝑒 𝑖(𝑘𝑟1 −𝜔𝑡) + 𝐸0 (𝑟)𝑒 𝑖(𝑘𝑟2 −𝜔𝑡) + 𝐸0 (𝑟)𝑒 𝑖(𝑘𝑟3 −𝜔𝑡) + ⋯ + 𝐸0 (𝑟)𝑒 𝑖(𝑘𝑟𝑁 −𝜔𝑡)

𝐸0 = 𝐸0 (𝑟)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑒 𝑖𝑘𝑟1 [1 + 𝑒 𝑖𝑘(𝑟2 −𝑟1 ) + 𝑒 𝑖𝑘(𝑟3 −𝑟1 ) + ⋯ + 𝑒 𝑖𝑘(𝑟𝑁 −𝑟1 ) ]

Medan listrik di titik P adalah :

𝑠𝑖𝑛𝑁𝛿/2
𝐸0 = 𝐸0 (𝑟)𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝑒 𝑖[𝑘𝑟1 +(𝑁−1)𝛿/2] ( )
𝑠𝑖𝑛𝛿/2

Intensitas/ rapat fluks di titik P :

1
𝐼𝑝 ~|𝐸|2 = 𝐸𝐸 ∗
2
Nδ Nδ
sin2 ( ) sin2 ( )
Ip = E0 2 2 2δ = I0 2
2
δ
sin ( ) sin ( )
2 2

I0 adalah rapat fluks/ intensitas dari berbagai sumber di titik P.

4. INTENSITAS DIFRAKSI CELAH TUNGGAL

Bayangkan bahwa celah dibagi ke dalam n zona kecil, masing-masing dengan lebar
y. Setiap zona berlaku sebagai suatu sumber cahaya koheren. Untuk  tertentu, beda fasa
dari medan listrik pada titik P untuk dua zona berdekatan adalah:

2 2
   y sin 
 
Jika kita asumsikan bahwa besarnya medan listrik dari masing-masing zona adalah
E, maka fasor dari gelombang dari zona-zona ini dapat ditulis sebagai:

E1  E sin( t )

E2  E sin( t   )
En  E sin( t  (n  1) )

 
EP  ER  sin t  
 2

2 2
    (y ) sin   a sin 
 

   2nE   
ER  2 R sin    sin  
2  2

2nE  sin(  / 2) 
EP  sin  / 2sin t   / 2  nE   sin t   / 2
   /2 

nE 2  sin(  / 2) 
2

I  EP 
2
  / 2 
2 


2
 
 sin(  a sin  ) 
2
 sin(  / 2) 
I  I max    I max   
  /2   a sin  
  

 sin( 3 / 2) 
2
I1 4
   2  0.045
I max  3 / 2  9

Keterangan:
I1 = intensitas dalam arah yang lurus ke depan
Imax = intensitas maksimum

Λ = panjang gelombang

 = selisih fasa total antara pita gelombang atas dan bawah


Ep = amplitudo medan listrik resultan di P
ER = amplitudo medan listrik R

Bagaimana medan listrik ER bervariasi dengan  dapat dilihat dari diagram fasor berikut.

5. DIFRAKSI OLEH CELAH GANDA

Jika ada 2 celah, difraksi dan interferensi terjadi sekaligus. Distribusi intensitas
karena kombinasi dari kedua efek ini dapat diperoleh dengan menggabungkan 2 fungsi
distribusi intensitas yang telah diturunkan sebelumnya.


2
 
 sin( a sin  ) 
2  
I  I max cos ( d sin  )   
 
 a sin  
  

Pada pola intensitas gelombang interferensi semua titik terang mempunyai amplitudo
yang sama. Pola intensitas pada difraksi mempunyai amplitudo yang makin lama makin
lemah. Kombinasi dari kedua amplitudo ini menghasilkan pola campuran antara difraksi dan
interferensi. Dalam gambar di bawah ini dilakukan percobaan dengan menggunakan jarak
antar celah d = 18 μm dan lebar celah a = 3μm. Pola yang diproleh adalah seperti gambar di
bawah ini :
Terjadi gabungan antara difraksi celah dengan interferensi dari kedua buah celah.
Interferensi masuk dalam pola difraksi sehingga pada suatu tempat terdapat pola interferensi
maksimum yang tidak terlihat disebut orde yang hilang (missing orde’s)

Jika jarak celah ke layar (R) >> lebar celah (D), maka r (y) linier dan (𝜀𝐿 /𝑅) pada
titik amat P konstan sepanjang elemen dy. Dan didapatkan hasil :

𝜀𝐿 𝐷 sin 𝛽 𝜀𝐿 𝐷
𝐸= ( ) sin(𝜔𝑡 − 𝑘𝑅) = 𝑠𝑖𝑛𝑐(𝛽)sin(𝜔𝑡 − 𝑘𝑅)
𝑅 𝛽 𝑅

Distribusi Intensitas :

1 𝜀𝐿 𝐷 2 1
𝐼(𝜃) = 〈𝐸 2 〉 𝑇 = ( ) 𝑠𝑖𝑛𝑐 2 𝛽 = 𝐼(0)𝑠𝑖𝑛𝑐 2 𝛽〈𝑠𝑖𝑛2 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑅)〉 =
2 𝑅 2

Jika jarak antara dua celah adalah d dan lebar celah adalah a maka diperoleh:
𝑑 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑚 𝜆
=
𝑎 sin 𝜃 𝜆
𝑑
=𝑚
𝑎
Oleh karena itu pada gambar di atas
𝑑 1,8𝜇𝑚
= =6=𝑚
𝑎 3𝜇𝑚
Sehingga garis terang orde ke 6 tidak terlihat.
Untuk diraksi dua celah berlaku:
Syarat difraksi minimum

𝑎 sin 𝜃 = 𝑚 𝜆
m= +1,+2,….
Syarat interferensi maksimum

𝑑 sin 𝜃 = 𝑚 𝜆
m= 0,+1,+2,…. m=0 adalah pusat terang

Jika masing-masing celah memiliki dimensi lebar b dan panjang l (b<< l), dan
kedua celah dipisahkan oleh jarak a, maka medan :

2𝜀𝐿 𝑏
𝐸=( ) 𝑠𝑖𝑛𝑐𝛽 cos 𝛼 sin(𝜔𝑡 − 𝑘𝑅 + 𝛼)
𝑅

Distribusi intensitas menjadi :

𝐼 (𝜃) = 4𝐼0 𝑠𝑖𝑛𝑐 2 𝛽 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼

 Celah Banyak (Fraunhofer)

𝑏/2 𝑎+𝑏/2 2𝑎+𝑏/2


𝐸 = (𝜀𝐿 /𝑅) ∫−𝑏/2 𝐹 (𝑧)𝑑𝑧 + (𝜀𝐿 /𝑅) ∫𝑎−𝑏/2 𝐹 (𝑧)𝑑𝑧 + (𝜀𝐿 /𝑅) ∫2𝑎−𝑏/2 𝐹 (𝑧)𝑑𝑧 +
(𝑁−1)𝑎+𝑏/2
⋯ + (𝜀𝐿 /𝑅) ∫(𝑁−1)𝑎−𝑏/2 𝐹 (𝑧)𝑑𝑧 + ⋯ +

2
sin 𝑁𝛼 2
𝐼(𝜃) = 𝐼0 sin 𝑐 𝛽 ( )
sin 𝛼

6. DAYA PISAH
Suatu sistem optik dikatakan dapat membedakan dua sumber titik jika pola difraksi
yang bersesuaian cukup kecil dan masih dapat dibedakan. Metode numerik untuk mengukur
kemampuan sistem untuk membedakan dua titik seperti ini dikenal sebagai daya pisah
(resolving power) atau resolusi.
Just Well Not

Jika maksimum pusat dari suatu pola difraksi jatuh pada minimum pertama dari pola
difraksi yang lain, pola-pola ini dikatakan mulai dapat dipisahkan. Batas kondisi resolusi
ini dikenal sebagai Kriteria Rayleigh

Resolusi dari celah tunggal

Tinjau cahaya dari dua sumber yg melewati suatu sudut  pada suatu celat ( disebut juga
sebagai separasi angular dari dua sumber) sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. Separasi
angular dari maksimum pusat pola-pola difraksi yang dihasilkan sumber pada layar adalah
juga . Syarat untuk kedua sumber supaya mulai dapat dipisahkan (based on Rayleigh’s
criterion) adalah:


sin  
a

dimana  adalah panjang gelombang cahaya dan a adalah lebar celah. Jika  << a, kasus
yang umum terjadi, sin   . Sehingga separasi angular untuk kedua sumber supaya mulai
dapat dipisahkan adalah:


a
Resolusi dari celah lingkaran

Banyak sistem optik menggunakan bukaan (apertures) lingkaran dibandingkan celah. Pola
difraksi dari suatu sumber titik yg dibentuk oleh suatu bukaan lingkaran terdiri dari piringan
terang pusat yang dikelilingi cincin gelap terang secara berkelanjutan. Pengembangan kriteria
Rayleigh untuk resolusi pola difraksi dari bukaan lingkaran, dua pola dikatakan mulai dapat
dipisahkan jika maksimum pusat salah satu pola jatuh pada cincin gelap pertama dari pola
yang lain. Penentuan sudut ambang untuk resolusi bagi bukaan lingkaran secara matematik
cukup rumit. Hasilnya adalah:


dm  1.22
D

dimana D adalah diameter bukaan


λ = panjang gelombang (nm)
Δλ = beda panjang gelombang (nm)
N = banyaknya celah
d = jarak antar celah (mm)
D = diameter celah (mm)
dm = daya urai (mm)

7. KISI DIFRAKSI
Suatu kisi difraksi terdiri dari sejumlah besar celah sejajar yg serba
sama. Kisi transmisi (Transmission grating) – Suatu kisi dengan
celah yang memugkinkan cahaya dapat melewatinya. Hal ini dapat
dilakukan dengan memotong garis sejajar di atas piring kaca. Ruang
antara garis potong yang transparan terhadap cahaya dan karenanya bertindak sebagai celah
terpisah.

Kisi Refleksi (Reflection grating) – Suatu kisi dengan celah yang memantulkan cahaya
Hal ini dapat dilakukan dengan memotong garis paralel pada bahan refleksi. Lampu bahwa
insiden pada garis potong longgar dan ruang antara dua garis dipotong memantulkan
cahaya.Sebuah kisi khas memiliki beberapa celah per sentimeter. Pemisahan celah kisi-kisi
yang memiliki 5000 celah per cm adalah 20000 A.
Pola distribusi cahaya oleh kisi

Jika suatu kisi transmisi disinari dari belakang, tiap celah bertindak sebagai suatu
sumber cahaya koheren. Pola cahaya yg diamati pada layar dihasilkan dari kombinasi efek
interferensi dan difraksi. Tiap celah menghasilkan difraksi, dan berkas difraksi ini
berinterferensi dengan yang lain untuk menghasilkan pola akhir. Kita telah melihat pola dari
efek kombinasi ini untuk kasus 2 celah:

Perhatikan bagaimana pola difraksi bertindak sebagai suatu “envelop” dan


mengontrol intensitas interferensi maksimum secara teratur.
Pengaruh memperbesar jumlah celah

Diagram menunjukkan pola interferensi yang dibungkus oleh


frinji interferensi pusat untuk setiap kasus. Jarak celah sama
untuk 5 kasus tersebut. Hal yang penting adalah:

• Posisi angular dari maksimum utama (primary maxima)


untuk N yang berbeda adalah sama.

• Jumlah maksimum sekunder antara dua maksimum


primer meningkat dengan N dan sama dengan N-2.

• Intensitas maksimum sekunder melemah dibandingkan


d maksimum primer.
• Lebar maksimum primer berkurang dengan naiknya N
Kondisi untuk maksimum primer dari kisi

Kondisi untuk interferensi konstruksi untuk kisi adalah bahwa perbedaan antara jalur
sinar dari celah yang berdekatan sama dengan satu panjang gelombang λ yaitu :

d sin   m m = 0, 1, 2, 3 . .

Maksimum pada  = 0 (m = 0) disebut maksimum orde nol. Maksimum di  jarak


sudut yang d sin  = λ (m = 1) disebut maksimum orde pertama. Maksimum m orde pada
jarak sudut dimana d sin m = m . Dengan keterangan :
d = jarak antara dua celah berdekatan (mm)

m = sudut deviasi atau pembelokan (rad)


 = panjang gelombang (nm)
N = banyaknya celah
R = daya pisah kisi

Kondisi minimum untuk kisi

Untuk kisi difraksi yang memiliki celah N, ada N-2 maximum sekunder dan N-1
minimum antara dua maximum yang berdekatan. Kondisi minimum adalah ketika jumlah dari
fasor untuk gelombang cahaya dari celah N mempunyai besar nol, sesuai dengan keadaan di
mana

n
d sin   m 
N

m = 1, 2, 3, . . . n = 1, 2, 3, . . . . , N – 1
Lebar maximum utama

Lebar maksimum primer diatur oleh jarak sudut  minimum yang berdekatan di salah
satu dari dua sisinya. Biarkan m menjadi posisi sudut maksimum order m dan m + 
menjadi posisi sudut minimum yang berdekatan dengan maksimal ini. kemudian


d sin(  m   )  d sin  m 
N

d sin(  m   )  d sin  m  d cos  m 


Untuk  << m,


 
Nd cos  m

Daya pisah difraksi kisi

Jika kisi hanya bisa nyaris tidak membedakan dua gelombang cahaya dari panjang
gelombang hampir sama ( 1 and 2), maka daya pemisahannya didefinisikan sebagai:
(1  2 )
2 
R 
2  1 

Jadi kisi yang memiliki daya pisah tinggi dapat membedakan perbedaan kecil dalam panjang
gelombang.

Anda mungkin juga menyukai