Disusun Oleh :
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................2
1.5 Hipotesis Penelitian..................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Salmonella typhi.......................................................................................................3
2.1.1 Patogenitas dan Gejala Klinis S. typhi...............................................................4
2.2 Demam Tifoid..........................................................................................................6
2.3 Uji Widal..................................................................................................................8
2.4 Uji Tubex (IMBI)...................................................................................................10
2.6 Kerangka Konsep...................................................................................................13
III. METODE PENELITIAN........................................................................................14
3.1 Jenis penelitian.......................................................................................................14
3.2 Desain penelitian....................................................................................................14
3.3 Sampel...................................................................................................................14
3.4 Tempat & waktu Penelitian....................................................................................15
3.5 Prosedur Kerja........................................................................................................16
3.6 Pengolahan data.....................................................................................................18
IV JADWAL KEGIATAN DAN RINCIAN BIAYA...................................................19
4.1 Jadwal kegiatan.....................................................................................................19
4.2 Rincian Biaya.........................................................................................................19
LAMPIRAN...................................................................................................................20
I. PENDAHULUAN
Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya,
sedangkan di negara berkembang demam tifoid mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang
per tahun(CDC, 2013 dalam Batubuaya, 2017).
Dalam hal ini peneliti melakukan uji korelasi terhadap positifitas hasil
pemeriksaan widal dan IMBI atau dibandingkan hasil kultur.
Phylum: Proteobacteria
Class : Gammaprotobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Gambar 2.1 Penampilan Bakteri Salmonella typhi dengan Pewarnaan Gram Secara
Mikroskopis.
Sumber: Dept. Medical Microbiology and Infectious diseases at University of Medical
Center Rotterdam, 2017.
Pada umumnya, bakteri Salmonella typhi (S.typhi) bersifat patogen dan dapat
menginfeksi manusia dan hewan. Di alam bebas S.typhi dapat tahan hidup lama dalam
air, tanah atau pada bahan makanan. Dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2
bulan. Dalam air susu dapat berkembang biak dan hidup lebih lama, hal ini dikarenakan
didalam air susu terdapat protein lemak dan gula yang merupakan substrat saprofit
(Monica et al, 2013).
S.typhi tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15- 41 0C
(suhu optimum 37,50C) dan pada pH pertumbuhan 6-8. Pada umunya isolat
kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat; gerak positif, reaksi fermentasi terhadap
manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin
deaminase, urease, Voger Proskauer, rekasi fermentasi terhadap sukrosa dan laktosa.
Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik yang menghasilkan
H2S. Akan tetapi S. typhi hanya membentuk sedikit H2S
dan tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa. Pada agar SS, Endo, EMB dan
MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwarna, pada agar Wilson-
Blair koloni kuman berwarna hitam (Staff FKUI 1993).
2.1.1 Patogenitas dan Gejala Klinis S. typhi
Salmonella typhi, Salmonella choleraesuis, dan mungkin Salmonella paratyphi
A dan Salmonella paratyphi B terutama menginfeksi manusia, dan infeksi oleh
organisme tersebut menunjukkan sumber infeksi dari manusia. Namun sebagian besar
Salmonella bersifat patogen terutama bagi hewan yang menjadi reservoar untuk infeksi
manusia: unggas,babi, hewan pengerat, hewan ternak, hewan peliharaan (dari kura-kura
hingga burung beo) dan lain sebagainya. Organisme ini hampir selalu masuk melalui
jalur oral, biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dosis infeksi
rata-rata untuk menghasilkan infeksi klinis atau subklinik adalah 105 - 108 Salmonella
(tetapi mungkin hanya 103 untuk Salmonella typhi). Faktor pada pejamu yang berperan
dalam perlawanan infeksi Salmonella antara lain asam lambung, flora mikroba usus
normal, dan imunitas lokal pada usus (Brooks et al, 2013).
Salmonella menyebabkan 3 tipe penyakit utama pada manusia diantaranya
(Brooks et al. 2013):
1. Demam Enterik (Demam tifoid)
Sindrom ini ditimbulkan hanya oleh beberapa Salmonella, tetapi yang
terpenting adalah Salmonella typhi (demam tifoid). Salmonella yang tertelan
akan mencapai usus halus, dari usus halus Salmonella memasuki saluran
limfatik dan kemudian masuk kealiran darah. Salmonella dibawa ke berbagai
organ oleh darah, salah satunya usus. Organisme inimemperbanyak diri di
jaringan limfoid usus dan diekskresi dalam feses. Setelah periode inkubasi 10-14
hari, timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia.
Demam sangat tinggi, serta limpa dan hepar membesar. Meski jarang, pada
beberapa kasus terlihat bintik- bintik merah (rose spots) yang timbul sebentar.
Biasanya pada kulit perut atau dada. Hitung sel darah putih normal atau rendah.
Pada masa sebelum ditemukannya antibiotik, komplikasi utama demam enterik
adalah perdarahan dan perforasi usus, dan angka mortaliltasnya adalah 10-15 %.
Terapi antibiotik menurunkan angka mortalitas hingga kurang dari 1 %. Lesi
utama adalah hiperplasia dan nekrosis jaringan limfoid (misalnya, plak peyeri),
hepatitis, nekrosis fokal di hati, serta inflamasi pada kandung empedu,
periosteum, paru dan organ lainnya.
2. Bakteremia dengan lesi fokal
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh Salmonella choleraesuis,tetapi
juga dapat disebabkan oleh setiap serotipe Salmonella. Setelah infeksi melalui
mulut, terjadi invasi dini ke aliran darah (dapat disertai lesi fokal diparu, tulang,
meninges, dan sebagainya), tetapi sering tanpa manifestasi di saluran cerna.
Kultur darah positif.
Demam tifoid dapat juga ditularkan dari orang yang terkena demam tifoid dan
makanan yang terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhi. Di negara berkembang,
Salmonella typhi ditularkan melalui makanan dan air yang memiliki sanitasi yang
kurang baik seperti di warung-warung pinggir jalan dan menginfeksi berbagai bahan
makanan seperti air, es batu, sayuran mentah dan buah-buahan (Crump, dkk., 2015).
Sedangkan pada negara maju, demam tifoid didapatkan akibat ditularkan oleh traveler
yang telah berpergian dari daerah endemik dengan demam tifoid(WHO,2018).
Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya,
sedangkan di negara berkembang demam tifoid mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang
per tahun(CDC, 2013 dalam Batubuaya, 2017).
Menurut profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2012 yang diliris oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat angka pola penyakit penderita rawat inap dirumah sakit
semua golongan umur pada penderita demam tifoid dengan jumlah kasus yaitu 40.760
kasus dengan persentase kasus yaitu 6,20% dari total jumlah semua penyakit yaitu
657.579 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2012).
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap Salmonella typhi. Pada uji
widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella typhi dengan antigen
yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan adalah suspensi Salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dilaboratorium.
Tes widal adalah tes yang menggunakan antigen Salmonella jenis O (somatic)
dan H (Flagella) untuk menetukan tinggi rendahnya titer antibodi titer antibodi pada
penderita infeksi tifus akan meningkat pada minggu ke 2. Titer antibodi O akan
menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H akan menetap sampai beberapa
tahun (2 tahun). Titer antibodi O meningkat setelah demam, menunjukan adanya infeksi
Salmonella strain O, demikian juga untuk H (Kalma, dkk., 2014).
Maksud uji widal adalah untuk menetukan adanya aglutinin dalam serum
penderita tersangka demam tifoid yaitu :
Antigen H terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari bakteri. Antigen ini tahan
terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol (Handojo,
2004).
Antigen H seperti ini beraglutinasi dengan antibodi H, terutama IgG. Antigen ini
bersifat sangat imunogenik dan antibodi yang dibentuk adalah IgG (Jawetz et al,
2008).
Interprestasi hasilnya adalah sebagai berikut : (1) titer O yang tinggi atau
meningkat (≥1:60) menandakan adanya infeksi aktif; (2) titer H yang tinggi (≥1:60)
menunjukan riwayat imunisasi atau infeksi masa lampau; dan (3) titer antigen yang
tinggi terdapat antigen Vi timbul pada beberapa carrier. Hasil pemeriksaan serologi
pada infeksi salmonella harus dinterprestasikan dengan hati-hati. Kemungkinan adanya
antibodi yang bereaksi silang, membatasi penggunaan serologi dalam diagnosis infeksi
salmonella (jawets, dkk., 2008).
Tes TUBEX dapat dijadikan sebagai pemeriksaan ideal dan digunakan secara
rutin karena cepat, dan mudah. Kelebihan tes TUBEX dibandingkan tes lain diantaranya
adalah mendeteksi infeksi akut Salmonella typhi secara dini karena antibodi IgM
muncul pada hari ke‐3 terjadinya demam, mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap
kuman Salmonella, membutuhkan sampel darah yang sedikit, serta hasil yang dapat
diperoleh secara cepat.
Tes TUBEX merupakan prosedur yang tercepat memberikan hasil. Berdasarkan
urutannya, tes TUBEX (5 menit), SD Bioline (15‐30 menit), Mega Salmonella (2,5 ‐3,0
jam), dan Typhidot memerlukan waktu 2,5 jam (Agdamag, dkk., 2007).
Tes TUBEX ini tidak dapat digunakan pada spesimen yang sangat hemolitik
atau ikterik. Selain itu, kadang‐kadang sulit untuk menginterpretasikan hasil positif
lemah (Chan, dkk., 2008).
Gambar 2.3 Reasi dalam Tubex test (hasil negatif (kiri), hasil positif (kanan)). Sumber:
Cheong, dkk., 1998.
Kuantitatif
Stop
Titer
4 pq
n=
d2
4 × 0,062× 0,938
n=
0,052
0.233
n=
0,0025
n=93,2
p = Proposi penderita ( nilai p dari data profil kesehatan provinsi jawa barat
q = (1-p)
3.3 Sampel
Jenis Sampel
Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah serum darah, sampel
diambil dari pasien yang terindikasi menderita demam tifoid menurut dokter
yang memeriks. Dengan jumlah sampel yaitu 30 sampel yang sebelumnya telah
diperiksa oleh laboratorium di rumah sakit/klinik.
Kriteria Sampel
Pada penelitian ini adalah sampel darah yang didiagnosa terkena demam
tifoid, dengan ciri-ciri gejala yaitu:
Demam yang meningkat secara bertahap tiap hari hingga mencapai
39°C–40°C dan akan lebih tinggi pada malam hari
Nyeri otot
Sakit kepala
Merasa tidak enak badan
Pembesaran ginjal dan hati
Kelelahan dan lemas
Berkeringat
Batuk kering
Penurunan berat badan
Sakit perut
Kehilangan nafsu makan
Anak-anak sering mengalami diare
Sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi
Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah
muda, dan linglung
Merasa tidak tahu sedang berada di mana dan apa yang sedang terjadi di
sekitar dirinya.
B. Uji Tubex
Metode : Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (IMBI).
Prosedur :
LAMPIRAN
Gambar 1. Prosedur widal Gambar 2. Skema dari langkah kerja uji Tubex
Sumber : Handojo, 2014. Sumber : Lab. Nikki Medika, 2008.