Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya
alam yang tersebar di seluruh wilayah, salah satunya adalah perkebunan tebu.
Dapat dilihat gambar 1.1 dan 1.2 pada tahun 2018 luas perkebunan tebu di
Indonesia yaitu 478.108 Ha dengan produksi tebu 2.591.687 ton (Dirjen
Perkebunan, 2018). Dalam satu ton tebu yang diolah biasanya menyisakan
ampas sebanyak 30-34% atau sekitar 300-340 kg. Ampas tebu ini merupakan
limbah dari industri gula yang biasanya hanya digunakan sebagai bahan bakar
boiler untuk keperluan pabrik atau juga dapat digunakan dalam pembuatan
pulp. Padahal ampas tebu memiliki kandungan yang masih dapat
dimanfaatkan dan bernilai harga, salah satunya sebagai bahan baku pembuatan
xylitol. Komponen hemiselulosa (xylan) dapat diuraikan menjadi xylosa yang
nantinya akan dikonversi menjadi xylitol setelah melalui beberapa proses
(Setiadi, 2013).

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, Kementrian Pertanian, 2018


Gambar 1.1 Luas Areal Perkebunan Tebu di Indonesia Tahun 2011-2018

1
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, Kementrian Pertanian, 2018
Gambar 1.2 Volume Produksi Perkebunan Tebu di Indonesia Tahun 2011-2018
Proses prehidrolisa dilakukan untuk menghidrolisa yang terkandung
pada ampas tebu menjadi xylose yang berupa cairan sehingga dapat
dipisahkan. Xylose ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan xylitol.
Xylitol merupakan gula alkohol yang rendah kalori, sehingga sering
digunakan sebagai pemanis alami yang aman dengan kadar kalori 40 persen
lebih rendah dari gula pasir tetapi mempunyai tingkat kemanisan yang sama
(Handini, 2015). Xylitol dapat dikonsumsi sebagai pemanis untuk penderita
diabetes. Xylitol juga digunakan sebagai bahan baku pada industri farmasi,
pemanis dalam industri permen karet dan penunjang industri pangan lainnya.
Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) dan
World Health Organization (WHO), terdapat 382 juta orang yang hidup
dengan diabetes di dunia pada 2013. Pada tahun 2035, jumlah tersebut
diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382
juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga
terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa
pencegahan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Beberapa sumber mengatakan
bahwa xylitol aman untuk dikonsumsi. WHO (World Health Organization) dan
FAO (Food and Agriculture Organization) pada tahun 1983 dan FDA (Food
and Drug Administration) pada tahun 1986 mengeluarkan rekomendasi bahwa
xylitol sangat tepat bagi penderita diabetes karena mengkonsumsi xylitol dapat
menghasilkan 40% kalori dan 75% karbohidrat yang lebih rendah dari
sukrosa. Xylitol merupakan gula alkohol dengan rumus C5H12O5 yang memiliki
rasa manis setara dengan sukrosa dan dua kali lebih manis dari sorbitol
(Ullman, 1984).

Gambar 1.3 Struktur Bangun Xylitol


Hingga saat ini kebutuhan akan xylitol dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia

2
masih mengandalkan impor xylitol untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
dari beberapa negara seperti Canada dan China. Mengingat belum adanya
produsen xylitol di Indonesia, maka perlu dibangun pabrik xylitol yang
nantinya digunakan untuk mencukupi 100% kebutuhan xylitol dalam negeri
dan ekspor ke luar negeri. Dengan orientasi ke pasar ekspor maka diharapkan
hasil penjualan yang diperoleh bisa menambah devisa negara. Selain itu,
pendirian pabrik ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru untuk
mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
1.2. Penentuan Kapasitas Rancangan
Penentuan kapasitas produksi suatu pabrik akan mempengaruhi
perhitungan teknis maupun ekonomis dalam perancangan pabrik. Pada
prinsipnya, semakin besar kapsitas produksi suatu pabrik, maka kemungkinan
besar juga keuntungan yang akan diperoleh dari suatu pabrik. Namun ada
beberapa faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kapasitas produksi suatu pabrik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan kapasitas produksi yaitu sebagai berikut:
1. Kebutuhan pasar
2. Kapasitas pabrik dengan proses sejenis
3. Ketersediaan bahan baku
1.2.1. Kebutuhan pasar terhadap xylitol
Indonesia pada saat ini belum memiliki pabrik xylitol,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan xylitol dalam negeri masih
bergantung pada impor xylitol. Data impor xylitol di Indonesia dapat
dilihat pada tabel 1.1 dan gambar 1.4.
Tabel 1.1. Data Impor Xylitol di Indonesia
Tahun Impor xylitol di Indonesia (ton/tahun)
2010 189,11
2011 287,34
2012 456,56
2013 619,34
579,464
2014
891,788
2015
2016 900,598
2017
856,537
2018
990,266
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018)

3
Pabrik ini dirancang untuk didirikan pada tahun 2021 dan
diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023, sehingga dapat
diperkirakan kebutuhan impor pada tahun 2023 dengan menggunakan
persamaan regresi linear.

Gambar 1.4 Grafik Impor Xylitol di Indonesia


Pada gambar 1.4 terlihat bahwa pada tahun 2010 hingga
2018, jumlah impor xylitol cenderung mengalami kenaikan karena
kebutuhan xylitol dalam negeri semakin meningkat. Berdasarkan
Gambar 1.1 dapat diperoleh persamaan : y = 101,15(x) – 203066; dan
kebutuhan xylitol pada tahun 2023 diprediksi sebesar: y= 101,15
(2023) – 203066= 1561 ton/tahun. Sehingga dapat diperkirakan
kebutuhan xylitol di Indonesia paada tahun 2023 sebagai berikut:
Kebutuhan xylitol pada tahun 2023
= [ F(impor) – F(ekspor) + F(produksi)]2023 ton/tahun
= [1561– 0 + 0] ton/tahun
= 1561 ton/tahun
1.2.2. Kapasitas pabrik dengan proses sejenis
Kapasitas pabrik xylitol yang sudah ada di dunia dapat dilihat
pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Kapasitas Pabrik Xylitol di dunia
Pabrik Lokasi Kapasitas (Ton/tahun)
Immy International Sourcing Limited China 10.000
SunOpta BioProcess Inc. Canada 10.000
Futaste Pharmaceutical Co., Ltd. China 40.000
Qingdao Bright Moon Seaweed Group Co., Ltd. China 60.000
Qingdao Terio Corporation China 70.000
Shangqiu Kangmeida Bio-Technology Co.,Ltd. China 80.000
A&Z Food Additives Co.,Ltd. China 100.000

Berdasarkan data tabel 1.2 diatas, kapasitas terkecil pabrik


xylitol yang telah berdiri adalah 10.000 ton/tahun sedangkan kapasitas
terbesar adalah 100.000 ton/tahun. Berdasarkan kapasitas pabrik
xylitol yang sudah ada di berbagai negara kapasitas pabrik yang akan

4
didirikan harus berada di atas kapasitas minimal atau paling tidak
sama dengan pabrik yang sedang berjalan.
Berdasarkan kebutuhan pasar terhadap xylitol, ketersediaan
bahan baku, dan kapasitas pabrik xylitol yang telah berdiri dapat
ditentukan kapasitas pabrik xylitol. Pabrik akan didirikan dengan
kapasitas 10.000 ton/tahun dimana pabrik akan beroperasi selama 24
jam sehari, 330 hari per tahun. yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri serta sisanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan di dunia (pasar luar negeri/ekspor).
1.2.3. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan xylitol adalah
xylose. Xylose adalah produk hidrolisa dari xylan, yang mana
xylan dapat diperoleh dari berbagai sumber salah satunya adalah
ampas tebu. Produksi tebu di Indonesia terdapat di berbagai wilayah
seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, dll.
Namun, produksi tebu terbesar pada tahun 2018 berada di Provinsi
Jawa Timur sebesar 1.048.840 ton (Direktorat Jendral Perkebunan,
2018). Ketersediaan bahan baku inilah yang akan memudahkan dalam
pendirian pabrik xylitol di Indonesia
1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi suatu pabrik merupakan permasalahan utama
dalam menunjang keberlangsungan suatu pabrik. Lokasi pabrik secara
geografis memberikan pengaruh yang besar terhadap usaha dan
kegiatan industri. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam
memilih lokasi pabrik, sehingga diperoleh keuntungan jangka panjang
dan mempermudah dalam mengambil perkiraan akan adanya
kemungkinan ekspansi pabrik di masa yang akan datang. Setiap orang
akan selalu berusaha untuk memilih tempat yang terbaik yang akan
memberikan efisiensi tertinggi sehingga akan memberikan keuntungan
yang maksimal. Pemilihan lokasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut:
a. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu
pabrik, karena suatu pabrik dapat beroperasi atau tidak bergantung pada

5
ketersediaan bahan baku. Faktor terpenting dalam pemilihan lokasi suatu
pabrik yang menggunakan bahan baku dalam jumlah besar yaitu sumber
dari bahan baku yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan agar dapat
mengurangi biaya transportasi dan biaya penyimpanan karena semakin
dekat sumber bahan baku dengan lokasi pabrik yang dipilih.
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan xylitol adalah
xylose. Xylose adalah produk hidrolisa dari xylan, dimana xylan
dapat diperoleh dari berbagai sumber salah satunya adalah ampas
tebu. Produksi tebu di Indonesia terdapat di berbagai wilayah seperti
Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, dll. Namun,
produksi tebu terbesar pada tahun 2018 berada di Provinsi Jawa Timur
sebesar 1.048.840 ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2018).
Ketersediaan bahan baku inilah yang akan memudahkan dalam pendirian
pabrik xylitol di Indonesia. Lokasi ini dipilih berdasarkan hal tersebut,
sehingga nantinya dapat dengan mudah mengakses penyediaan bahan
baku yang akan digunakan serta tersedianya sarana transportasi yang baik
mulai dari fasilitas pelabuhan hingga transportasi darat ke lokasi pabrik.
Disamping itu, gas hidrogen disediakan oleh PT. Samator Gas Industri.
Dengan demikian bahan baku cukup tersedia dan mudah
memperolehnya.
Tabel 1.3. Data Provinsi dengan Kontribusi Produksi Tebu Terbesar
di Indonesia
No. Provinsi Produksi Tebu (Ton)
1. Jawa Timur 1.048.840
2. Lampung 671.536
3. Jawa Tengah 171.670
4. Sumatera Selatan 106.834
5. Jawa Barat 79.918
6. Sulawesi Selatan 43.179
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017)
b. Sarana Transportasi
Sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk proses penyediaan
bahan baku dan pemasaran produk. Kawasan Industri merupakan
daerah yang mudah dijangkau oleh sarana transportasi dan
telekomunikasi antara lain karena dekat dengan pelabuhan, rel kereta

6
api dan sarana jalan raya yang memadai. Dengan adanya fasilitas jalan
raya, rel kereta api dan pelabuhan laut yang memadai tentunya akan
mempermudah dalam pengiriman bahan baku dan penyaluran produk.
c. Letak Pasar
Lokasi yang dipilih berhubungan dengan letak pasar yang
membutuhkan produk tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pemasaran
produk mudah dilakukan serta biaya dapat ditekan. Selain itu,
pemasaran ke luar negeri juga mudah dilakukan. Produk xylitol yang
dihasilkan diutamakan untuk menopang kebutuhan xylitol dalam
negeri yang direncanakan akan dipasarkan di daerah Jabodetabek. Hal
ini disebabkan di daerah Jabodetabek tumbuh industri- industri pasta
gigi dan permen karet yang menggunakan xylitol sebagai bahan
bakunya. Produk xylitol setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi,
selebihnya akan didistribusikan ke Sulawesi, Papua dan Maluku serta
ke mancanegara melalui jalur laut.
d. Utilitas
Untuk kelancaran operasi pabrik, perlu diperhatikan sarana-sarana
utilitas dapat terpenuhi diantaranya energi, air, dan bahan bakar.
Penyediaan energi berupa tenaga listrik bisa berasal dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) setempat dan juga dari generator set yang
dibangun sendiri. Penyediaan bahan bakar didapat dari Pertamina.
Industri membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Air digunakan
dalam proses antara lain sebagai air poeses, pendingin, bahan baku
steam dan lain-lain. Oleh sebab itu, sebaiknya pabrik terletak dekat
dengan sumber air untuk menjaga keberlangsungn pabrik.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan syarat mutlak bagi berdirinya sebuah
perusahaan untuk menjalankan mesin – mesin produksi serta bagian
lain. Pendirian pabrik diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan
mengurangi pengangguran. Tenaga kerja ahli (skilled labour) tidak
mudah didapatkan di setiap daerah tetapi biasanya berada di daerah
yang dekat dengan pusat pendidikan. Hal – hal lain yang harus
dipertimbangkan adalah upah minimum di daerah tersebut, jumlah dan
waktu kerja, serta keberadaaan industri lain di daerah tersebut.
f. Faktor Pendukung Lainnya

7
1) Faktor Lahan
Penentuan suatu kawasan industri terkait masalah tanah,
yaitu tanahnya cukup stabil, tidak rawan terhadap longsor, gempa
bumi maupun banjir. Jadi pemilihan lokasi untuk mendirikan
pabrik diperlukan kajian lebih lanjut terkait masalah tanah sebelum
mendirikan pabrik. Sedangkan kondisi alam tidak memberikan
pengaruh yang besar terhadap jalannya produksi dan iklim yang
cukup stabil setiap tahunnya juga sangat menguntungkan.
2) Kemungkinan Perluasan Pabrik
Apabila permintaan akan xylitol terus bertambah maka
dapat dilakukan perluasan pabrik untuk meningkatkan kapasitas
produksi. Dalam meningkatkan kapasitas produksi tentunya akan
membutuhkan tempat atau lahan kosong yang mana lokasinya tidak
jauh dari lokasi pabrik sebelumnya. Ketersediaan lahan kosong di
sekitar pendirian suatu pabrik harus diperhatikan. Selain itu harga
pembelian tanah disekitar lokasi untuk keperluan perluasan pabik
juga harus dipertimbangkan dalam jangka panjang..
3) Prasarana dan Fasilitas Sosial
Prasarana seperti jalan dan sarana transportasi lainnya harus
tersedia demikian juga fasilitas sosial seperti sarana pendidikan,
ibadah, hiburan, bank dan rumah sakit, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Oleh
karena itu, pemilihan lokasi lebih menguntungkan di daerah
kawasan industri.
Dengan mempertimbangkan faktor- faktor diatas, terdapat tiga
alternative dalam penentuan lokasi pabrik yang dapat dipilih sebagai berikut :

Tabel 1.4 Alternatif Pemilihan Lokasi Pabrik


Pertimbangan Gresik Tuban Cilegon
Bahan Baku 9 9 6
Sarana Transportasi 8 8 8
Letak Pasar 7 8 8
Utilitas 10 10 10
Tenaga Kerja 8 9 7
Faktor Lahan 8 8 8
Perluasan Pabrik 7 10 9

8
Prasarana dan Fasilitas Sosial 8 8 8
Skor rata - rata 8,13 8,63 8,13

Berdasarkan tabel 1.4 alternatif pemilihan lokasi pabrik diatas, maka


dipilih Kawasan Industri Tuban sebagai lokasi untuk mendirikan pabrik
karena memiliki fasilitas lengkap dan mendukung berlangsungnya
operasional pabrik berdasarkan kriteria yang ditentukan.
1.4. Tinjauan Proses
Xylitol merupakan salah satu karbohidrat alami yang memiliki 5
struktur karbon, yang ditemukan pertama kali oleh seorang kimiawan Jerman,
E.Fischer pada tahun 1891 dalam bentuk sirup hasil dari D-xylose dengan
sodium amalgamate. Xylitol umumnya digunakan sebagai pemanis untuk
mensubtitusi gula. Xylitol ditemukan secara alami pada:
a. Buah-buahan,sayuran, jagung, jamur, dan gandum. Kandungan
xylitol dalam sayuran dan buah-buahan sekitar 0,3-0,9 gram per 100
gram
b. Tubuh manusia : proses metabolisme orang-orang dewasa
menghasilkan xylitol 5-15 gram per hari
(”Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry”, 1984)
1.4.1. Macam-macam Proses
Proses yang tersedia dalam pembuatan xylitol dari ampas
tebu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Hidrogenasi xylose dan
Fermentasi xylose.
1. Hidrogenasi xylose (Jaffe, dkk., 1974).
Xylosa dapat dihasilkan dari proses hidrolisis
hemiselulosa (xylan) baik secara enzimatis maupun secara asam.
Hidrolisis hemiselulosa secara enzimatis tidak menghasilkan
produk yang beracun, namun proses ini tidak efektif dalam
memproduksi xylosa, selain karena harga enzim xulanase sangat
mahal, proses hidrolisis xylan secara enzimatis hanya
menghasilkan monosakarida (xylosa) dalam jumlah yang sedikit
dan menghasilkan oligosakarida dalam jumlah yang lebih tinggi
(rendemen rendah), serta membutuhkan waktu hidrolisis yang
lama, yaitu pada umumnya lebih dari 24 jam.

9
Metode menghidrolisa xylitol telah banyak dilakukan
karena metode ini telah dibakukan oleh Asian dan Pacific Center
for Transfer of Technology (APCTT). Bahan baku yang
digunakann dapat meliputi tongkol jagung, kulit gandum, tandan
kosong kelapa sawit, dan juga ampas tebu karena kandungan xylan
yang tinggi.
Adapun bahan baku yang digunakan pada perancangan
pabrik ini adalah ampas tebu, dimana prosesnya meliputi ampas
tebu dihancurkan pada potongan- potongan kecil kemudian
dimasukkan pada ekstraktor untuk mengekstraksi kandungan
xylan yang terdapat pada ampas tebu. Pada proses ekstraksi
kandungan ampas tebu yang terekstrak yaitu xylan , xylosa serta
gula monosakarida lainnya. Proses selanjutnya adalah purifikasi
hasil dari ekstraksi. Pada tahap purifikasi ini yaitu pemisahan
ampas tebu dari larutan. Larutan hasil purifikasi ini lalu
dimasukkan pada mixer untuk mencampurnya dengan katalis HCl
sebelum masuk reaktor hidrolisis. Pada proses hidrolisis terjadi
perubahan senyawa xylan menjadi xylosa. Proses selanjutnya
adalah purifikasi hasil dari hidrolisis. Pada tahap purifikasi ini
dibagi menjadi 3 proses yaitu penghilangan bubur pulp,
penghilangan kandungan asam, dan penghilangan gula selain
xylose yang terbentuk dengan cara chromatographic separation.
Campuran xylosa kemudian diumpankan ke reaktor
hidrogenasi, dimana didalam reaktor terjadi reaksi antara xylosa
dengan gas hydrogen sehingga akan menghsilkan xylitol dengan
nilai konversi 92-99%. Proses selanjutnya adalah purifikasi hsil
hidrogenasi. Purifikasi ada 2 tahap, yang pertama adalah
penghilangan warna yang ditimbulkan selama proses hidrogenasi
dan kedua pemisahan gula alkohol selain xylitol yang juga
terbentuk dengan cara chromatographic separation.
Setelah itu adalah tahap evaporasi yang bertujuan
memekatkan larutan xylitol. Proses terakhir yaitu kristalisasi yang
dilakukan untuk menghasilkan xylitol dengan bentuk kristal yang
Ekstraksi Bahan Baku Purifikasi Mix larutan dan HCl Hidrolisis

10
Pemekatan Purifikasi Hidrogenasi Purifikasi

Kristalisasi Kristal Xylitol


selanjutnya akan dikeringkan dan di screening sebelum masuk
pengemasan.

(US Patent 3784408)


Gambar 1.5 Tahapan Proses Hidrogenasi Xylosa
2. Fermentasi xylose (Kim,1999)
Dalam proses fermentasi ini, produk yang dihasilkan tidak
hanya xylitol tapi turunan-turunan dari produk xylitol. Proses ini
juga menggunakan bahan baku ampas tebu dengan pertimbangan
kadar pentosan yang cukup tinggi untuk diproses lebih lanjut
menghasilkan xylitol. Bahan baku yang digunakan dipotong
terlebih dahulu menjadi potongan kecil diumpankan ke dalam
reaktor dengan penambahan katalis H2SO4 pada kondisi
temperatur 100oC. Untuk menghilangkan adanya zat berbahaya
ditambahkan juga kalsium karbonat (CaCO3).
Keluaran dari reaktor dimasukkan ke evaporator untuk
menghilangkan air dalam campuran xylose. Oleh karena
campuran masih mengandung ion sulfat (SO 42-) maka perlu
ditambahkan resin ion exchange dengan alat ion exchanger
yang bertujuan untuk menghilangkan ion sulfat tersebut.
Campuran xylose kemudian dijernihkan warnanya dengan
penambahan karbon aktif (activated carbon). Maka didapatkan
xylose yang murni dan bebas dari zat berbahaya karena ion sulfat
telah dihilangkan. Dari xylose yang murni diumpankan ke dalam
bioreaktor yang menggunakan proses fermentasi dengan
menambahkan ragi dan nutrients.
Pada bioreaktor perlu dijaga agar kondisi operasi stabil
pada 30oC selama 170 jam. Keluaran dari biorekator ini berupa
campuran etanol dan xylitol. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemisahan pada campuran tersebut dengan menggunakan flash
drum dengan keadaan operasi 100oC dan 1 atm. Setelah

11
didapat xylitol maka xylitol didinginkan dengan cooler sampai
temperatur xylitol berada pada 90oC, kemudian dilanjutkan
dengan proses kristalisasi dengan kristalizer pasa temperature
30oC dan tekanan 1 atm. Kristal xylitol lalu dikeringkan dengan
menggunakan dryer. Keluaran dari dryer inilah yang berupa
xylitol dengan kemurnian xylitol 65%.

Ampas Tebu Reaktor Evaporator Ion Exchanger

Cooler Flash Drum Bioreaktor Xylosa

Crystallizer Dryer Kristal Xylitol

Gambar 1.6 Tahapan Proses Fermentasi Xylosa


Perbandingan antara proses hidrogenasi dan fermentasi dapat dilihat
pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Perbandingan antara Proses Hidrogenasi dan Fermentasi pada
Pembuatan Xylitol
Perbandingan Hidrogenasi Fermentasi
Suhu Operasi (oC) 80-130 30
Tekanan Operasi (atm) 39,44 1
- Konversi
mencapai 92-99% - Tidak
- Waktu operasi menggunakan katalis
Kelebihan Proses
lebih singkat - Produk yang
- Hasil yang dihasilkan bervarisi
diperoleh banyak
- Menggunakan
- Waktu operasi lebih
tekanan tinggi
lama sekitar 170 jam
Kekurangan Proses - Alat yang
- Kemurnian xylitol yang
digunakan lebih
dihasilkan hanya 65%
kompleks

Seperti yang telah dijelaskan diatas, terdapat dua cara proses


pembuatan xylitol. Dengan membandingkan kedua proses yang

12
tersedia, maka proses yang lebih efektif untuk diterapkan dalam
pembuatan xylitol dari ampas tebu yaitu hidriogenasi xylosa.
1.4.2. Kegunaan Produk
 Industri Makanan
Xylitol adalah bahan yang digunakan sebagai pemanis
alternatif pengganti sukrosa yang aman dan tidak menimbulkan
efek buruk bagi kesehatan. Xylitol sebagai pemanis pengganti
mempunyai beberapa kelebihan dibadingkan dengan sukrosa (gula
pasir). Tingkat kemanisannya sama dengan sukrosa, tetapi
memiliki tingkat energi yang lebih rendah yaitu 2,4 kal/g
sedangkan sukrosa adalah 4 kal/g (Granstrom, 2007). Karena
hal inilah sukrosa berpotensi menimbulkan penyakit diabetes,
obesitas, jantung, dan karies gigi bagi yang mengkonsumsi.
Oleh karena itu, xylitol dapat digunakan sebagai pengganti gula
pasir dalam industri makanan seperti dalam permen, cokelat, roti,
es krim, syrup atau juga dalam industri minuman.
 Industri Farmasi
Xylitol dapat digunakan dalam industri obat-obatan
karena xylitol dapat meningkatkan aktifitas sel darah putih yang
berguna untuk melawan berbagai infeksi. Juga dapat untuk
mencegah Infeksi telinga (otitis) dengan mengunyah permen
karet yang diberi pemanis xylitol. Hal ini disebabkan karena
xylitol menghambat pertumbuhan bakteri di tuba Eustachio,
yang menghubungkan hidung dengan telinga (Shellman, 2014).
Xylitol juga dapat digunakan dalam pembuatan pasta gigi
karena xylitol mempunyai sifati non-cariogenic yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Streprococcus mutans yang
menimbulkan karies gigi (Agustina, 2007 ). Selain itu xylitol
mempunyai indeks glisemik yang rendah (IG=7) dimana itu
tidak meningkatkan gula darah dalam tubuh dan metabolismenya
tidak membutuhkan insulin (Ansarikimia, 2014).

13
14

Anda mungkin juga menyukai