PENDAHULUAN
1
7457,75 ton pada tahun 2025. Menurut pasar global, berdasarkan CAGR
(Compound Annual Growth Rate) konsumsi xylitol pada tahun 2025 diperkirakan
akan tumbuh sebesar 6% dari tahun 2022–2025, sehingga akan mencapai 282.490
ton. Selain itu, berdasarkan data (Grand View Research,2021) pasar global xylitol
juga diperkirakan akan mencapai $1,37 milliar pada tahun 2025. Hal ini
membuktikan bahwa xylitol memiliki peluang yang besar dibidang ekspor.
Kebutuhan xylitol di Indonesia yang terus meningkat tidak diiringi dengan
ketersediaan industrinya. Padahal bahan baku di indonesia cukup melimpah,
xylitol dihasilkan dari xylan yang diperoleh dari hemiselulosa yang berasal dari
berbagai tanaman seperti serat kayu, tongkol jagung, ampas tebu, kulit gandum
dan sekam padi. Dari beberapa bahan baku tersebut, sekam padi memiliki
ketersediaan yang paling besar di Indonesia. Hal ini karena, tanaman padi sangat
berlimpah dan menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia, serta limbahnya
belum dimanfaatkan secara maksimal. Dimana, sekitar 20% dari berat padi
merupakan sekam padi. Sekam padi ialah limbah dari tanaman padi yang
merupakan bahan berlignoselulosa yang mengandung xylan sebanyak 29,91%
yang dapat dikonversi menjadi xylosa untuk memproduksi xylitol. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019, Indonesia dapat memproduksi
padi sebanyak 54.604.033,34 ton dengan sentra tanaman padi yang menyebar
hampir di seluruh provinsi. Di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri yang
merupakan lokasi untuk pendirian pabrik, memproduksi padi sebesar 1.342 861,82
ton. Sehingga, terdapat sekitar 268.572,36 ton sekam padi di Kalimantan Selatan
yang belum dimanfaatkan dan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
xylitol.
Berdasarkan manfaat yang dihasilkan xylitol dan ketersediaan sekam padi
di Indonesia, maka pendirian pabrik xylitol perlu dipertimbangkan. Pemenuhan
kebutuhan xylitol di Indonesia juga masih bergantung pada impor karena belum
terdapat pabrik yang memproduksi xylitol di Indonesia. Selain dapat mengurangi
ketergantungan impor dan menambah devisa negara yang dapat memperbaiki
defisit neraca perdagangan di Indonesia. Pendirian pabrik xylitol ini juga
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia dengan
2
mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia karena tersedianya lapangan
pekerjaan.
1.2 Analisis Pasar
Kebutuhan xylitol untuk keperluan beberapa industri di Indonesia masih
bergantung impor dari negara luar seperti Jepang, Kanada dan China. Data impor
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1
2500
2000
y = 444,71x - 893080
R² = 0,8004
1500
Jumlah
1000
500
0
2009 2010 2011 2012
Tahun
3
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diperkirakan kebutuhan xylitol pada tahun
2025 di pasar global sebesar 282.490 ton. Adapun data pabrik xylitol yang telah
berdiri di beberapa negara pada Tabel 1.2 yang dijadikan pertimbangan tambahan
dalam menentukan kapasitas pabrik xylitol ini
4
Tabel 1. 3 Produksi Padi di Indonesia
Provinsi Produksi (Ton)
Sumatera 10.931.055,97
Jawa 30.328.885,14
Bali 579.320,53
Nusa Tenggara Barat 1.402.182,39
Nusa Tenggara Timur 811.724,18
Kalimantan Barat 847.875,13
Kalimantan Tengah 443.561,33
Kalimantan Selatan 1.342 861,82
Kalimantan Timur 253.818,37
Sulawesi 7.227.907,83
Maluku 166.143,95
Papua 265.283,07
Indonesia 54.604.033,34
(Badan Pusat Statistik, 2019)
5
1.3 Pemilihan Lokasi
Dalam mendirikan suatu pabrik atau industri, pemilihan lokasi merupakan
salah satu faktor penting untuk dipertimbangkan. Pendirian pabrik xylitol ini akan
dibangun di Provinsi Kalimantan Selatan tepatnya di Kecamatan Kuala Lupak,
Kabupaten Barito Kuala. Pemilihan lokasi pabrik ini merupakan upaya untuk
mengoptimalkan SDA lokal dan meningkatkan strategi pembangunan industri di
Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan. Adapun lokasi pabrik dapat dilihat
pada Gambar 1.2
6
diperoleh dari penggilingan padi Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T)
Salat Makmur.
2. Utilitas
Utilitas merupakan sarana penunjang untuk mendukung proses produksi
yang meliputi air dan listrik. Dikarenakan lokasi pabrik berada di pinggir laut,
maka dapat memanfaatkan air laut untuk kebutuhan pabrik. Kemudian untuk
kebutuhan listrik dapat dipenuhi oleh PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pengendalian Pembangkitan Barito (UPDK BARITO).
3. Infrastruktur
Sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Barito Kuala dapat melalui
jalur air dengan memanfaatkan sungai dan laut dalam pendistribusian barang baik
untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, perdagangan antar pulau hingga
perdagangan internasional. Sedangkan untuk transportasi jalur darat dapat melalui
jalan trans antar provinsi Kalimantan.
7
4. Kondisi Geografis
Secara astronomis, Kabupaten Barito Kuala terletak antara 2˚29’50” -
3˚30’18” Lintang Selatan dan 114˚20’50” - 114˚50’18” Bujur Timur. Berdasarkan
posisi geografisnya, kabupaten ini memiliki batas-batas : sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar
dan Kota Banjarmasin dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas
Provinsi Kalimantan Tengah.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat dipenuhi dari SDM yang terdapat di Provinsi
Kalimantan Selatan. Menurut Data Badan Pusat Statistik tahun 2019, di
Kalimantan Selatan terdapat sekitar 65.819 siswa SMA dan 55.793 siswa SMK
serta terdapat 49 perguruan tinggi yang 3 diantaranya merupakan perguruan tinggi
negeri. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang
akan terjun ke dunia kerja. Sedangkan untuk tenaga kerja ahli yang tidak tersedia
dapat diperoleh dari luar daerah.
Berdasarkan Tabel 1.5, dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja pada
tahun 2020 di Provinsi Kalimantan Selatan terjadi peningkatan dan diperkirakan
akan terus meningkat hingga tahun 2025.
8
tahun, sehingga harga tanah pada tahun 2025 adalah sebesar Rp.487.179/m 2.
Kemudian untuk upah minimum kerja tahun 2019 di Kalimantan Selatan sebesar
Rp.2.651.781/bulan pada tahun 2019. Berdasarkan keputusan Gubernur
Kalimantan Selatan Nomor 188.44/0734/KUM/2020, pada tahun 2021 ditetapkan
Upah Minimum Provinsi (UMP) Kalimantan Selatan sebesar Rp.2.877.448. Upah
karyawan di proyeksi mengalami kenaikan maksimal tiap tahun sebesar 8,5%
menurut peraturan pemerintah (PP) nomor 78 pasal 44 Ayat 1 dan ayat 2 tahun
2015 tentang pengupahan, sehingga upah karyawan pada tahun 2025 adalah
sebesar Rp.3.987.368. Sedangkan untuk harga tanah pada tahun 2025 di lokasi
pendirian pabrik yaitu Kabupaten Barito Kuala diperkirakan adalah sebesar
Rp.531.468/m2. Lalu untuk upah karyawan pada tahun 2025 sebesar
Rp.3.987.368, dimana nilainya sama dengan besarnya upah karyawan di Provinsi
Kalimantan Selatan. Kabupaten Barito Kuala memiliki harga tanah dan upah
karyawan yang rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Tabalong
dan Banjarmasin, dimana Kabupaten Tabalong memiliki harga tanah sebesar Rp.
3.865.224/m2 dan upah karyawan sebesar Rp.4.469.818. Sedangkan Kabupaten
Banjarmasin memiliki harga tanah sebesar Rp. 2.657.342/m2 dan upah karyawan
sebesar Rp.4.388.010. Sehingga dengan harga tanah dan upah karyawan yang
rendah, perusahaan dapat mempertahankan biaya operasional dan investasi modal
yang rendah.