Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN I-1

Pra Rancangan Pabrik Asetilen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing


dengan negara lain dalam bidang industri. Perkembangan industri di Indonesia sangat
berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Sektor industri kimia banyak
memegang peranan dalam memajukan perindustrian di Indonesia. Inovasi proses
produksi maupun pembangunan pabrik yang baru yang berorientasi pada pengurangan
ketergantungan kita pada produk luar negeri maupun untuk menambah devisa negara
sangat diperlukan, salah satunya dengan penambahan pabrik Acetylene.
Asetilena merupakan hidrokarbon yang tergolong dalam gugus alkuna, dengan
rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri
dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen dan memiliki nilai kalor tinggi. Pada
asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom
karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Asetilen merupakan bahan
organik yang diproduksi dari hasil reaksi eksotermis antara kalsium karbida dan air.
Baik dalam fase gas maupun fase cair, asetilen sangat mudah meledak dikarenakan
merupakan bahan endotermis yang memecah menjadi elemen – elemen nya yaitu
karbon dan hidrogen.
Asetilen digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia lain seperti
vinil klorida yang merupakan bahan yang digunakan untuk pembuatan PVC, 1,4 –
Butandiol, vinil asetat dan lainnya. Gas asetilen banyak digunakan dalam pengelasan,
asetilen jika dibakar dengan oksigen akan menghasilkan api dengan temperatur tinggi
(35000C) yang dapat digunakan untuk memotong dan menyambung bahan – bahan
metal pada fabrikasi industri.
Konsumsi bahan baku gas asetilen yang dihasilkan industri kimia hulu terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini tercermin dari terus meningkatnya
jumlah gas asetilen yang diimpor dan diekspor.

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-2
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

1.2 Penentuan kapasitas produksi


Dalam perencanaan pembangunan suatu pabrik selain ketersediaan bahan baku
yang murah dan mudah perlu juga diperhatikan perkembangan pasar dari barang yang
akan diproduksikan dalam hal ini adalah gas asetilen. Oleh karena itu, dibutuhkan
analisa pasar yang meliputi perkembangan produksi, ekspor, impor dan konsumsi.

1.2.1 Perkembangan Produksi


Di Indonesia saat ini pabrik yang memproduksi Asetilen yaitu PT. Aneka Gas
(Samator Group), Tbk. Produksi Asetilen di Indonesia dapat dilihat pada Tabel I.1.
sebagai berikut.
Tabel I.1 Perkembangan Produksi Asetilene di Indonesia
Tahun produksi (kg) Pertumbuhan (%)
2012 190.271.200 0
2013 316.801.548 66,50
2014 527.474.577 66,50
2015 878.245.171 66,50
2016 1.462.278.210 66,50
Jumlah 266,00
Rata-rata 0,53
Sumber : Samator, 2016
Pada Tabel I.1 memperlihatkan bahwa produksi asetilen pada setiap tahun
mengalami peningkatan. Jumlah produksi diambil dari kapasitas produksi ekonomis
gas asetilen PT. Samator Group sebesar 160 kg/jam. Pada tahun 2014 jumlah gas
diproduksi adalah sebesar 527.474.577. Di tahun 2015 jumlah gas yang diproduksi
adalah sebesar 878.245.171 meningkat dibandingkan jumlah gas yang diproduksi
tahun 2014. Sedangkan ditahun 2016 jumlah gas yang diproduksi adalah sebesar
1.462.278.210 dengan meningkat sebesar dibandingkan dengan gas yang diproduksi di
tahun 2015.

1.2.2 Perkembangan Ekspor


Meskipun industri penghasil asetilen di Indonesia terbilang sedikit, namun
tidak menutup kemungkinan terjadi ekspor, dikarenakn ekspor dilakukan dengan
menjual kembali asetilen yang dibeli dari Negara lain. Perkembangan ekspor dapat
dilihat pada tabel I.2. sebagai berikut :

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-3
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

Tabel I.2 Perkembangan Ekspor Asetilene di Indonesia

Tahun Ekspor (kg) Pertumbuhan (%)


2012 67.272 0
2013 8.008 -88,10
2014 5.000 -37,56
2015 2.639 -47,22
2016 5.950 125,46
Jumlah -47,41
rata-rata -0,09
Sumber : Badan Pusat statistik, 2017
Dari data yang terdapat pada tabel I.2 diatas, dapat dilihat bahwa ekspor di
Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2012 hingga 2015 namun pada tahun 2016
kembali mengalami peningkatan kembali dari 2.639 kg menjadi 5.950 kg. Hal ini
disebabkan konsumsi asetilen yang terus meningkat dengan terus bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2017) sehingga produksi asetilen lebih diutamakan
untuk kebutuhan dalam negeri dari pada untuk ekspor.

1.2.3 Perkembangan Impor


Untuk memenuhi kebutuhan Asetilen dalam negeri, masih perlu dilakukan
impor. Perkembangan impor asetilen dapat dilihat pada Tabel I.3. sebagai berikut :

Tabel I.3 Perkembangan Impor Asetilen di Indonesia


Tahun Impor (kg) Pertumbuhan (%)
2012 425.785 0
2013 200.709 -52,86
2014 160.330 -20,12
2015 230.645 43,86
2016 285.549 23,80
Jumlah -5,32
Rata-rata -0,01
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Dari Tabel I.3 dapat diketahui bahwasanya Indonesia mengalami jumlah impor
yang fluktuatif atau naik turun. Hal ini disebabkan kebutuhan Asetilen akan meningkat
seiring dengan meningkatnya pembangun infrastrukur dan properti di Indonesia.

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-4
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

1.2.4 Perkembangan Konsumsi


Konsumsi Asetilene dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut dikarenakan jumlah populasi Indonesia cukup tinggi untuk pembangunan
infrastruktur dan properti yang mengakibatkan kebutuhan Asetilene dalam negeri kian
meningkat. Selain itu perusahaan yang bergerak dibidang produksi Asetilen masih
tergolong sedikit jumlahnya di Indonesia. Perkembangan konsumsi tersebut dapat
dilihat pada Tabel I.4 berikut :
Tabel I.4 Perkembangan Asetilen di Indonesia
Tahun Konsumsi Pertumbuhan (%)
2012 190,629,713 0
2013 316,994,249 66.29
2014 527,629,907 66.45
2015 878,473,177 66.49
2016 1,462,557,809 66.49
Jumlah 265.72
Rata-rata 0.53
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Dari Tabel I.4 diatas, terjadi peningkatan konsumsi Asetilen setiap tahunnya
dimana persen kenaikan relative stabil setiap tahunnya.

1.2.5 Prospek Pasar Asetilen di Indonesia


Berdasarkan perkembangan data produksi, ekspor, impor, dan konsumsi setiap
tahunnya, maka dapat diproyeksikan nilai untuk produksi, ekspor, impor, dan
konsumsi untuk lima tahun berikutnya. Proyeksi data tersebut dapat dilihat pada Tabel
I.5.
Tabel I.5. Proyeksi Produksi, Ekspor, Impor, dan Konsumsi Asetilene di Indonesia
Demand (ton/tahun) Supply (ton/tahun)
Tahun
Ekspor Konsumsi Impor Produksi
2017 5.386 2,239,815 283 2,240,210
2018 4.875 3,430,136 280 3,432,002
2019 4.413 5,253,038 277 5,257,827

Berdasarkan Tabel I.5. maka peluang pasar Asetilen dapat ditentukan dengan
rumus berikut.

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-5
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

Supply < Demand


Peluang = demand – supply
= (Konsumsi + Ekspor) – (Produksi + Impor)
= 5.253.042,282 – 5.258.103,681
= 5.061 ton/tahun
Dari data di atas diketahui bahwa total supply lebih besar dibandingkan total
demand. Hal ini menunjukan bahwa jumlah supply asetilen yang berlebih dipasarkan
untuk memenuhi kebutuhan asetilen di dunia dimana proyeksi kebutuhan asetilen pada
tahun 2019 sebesar 21.233,53 ton/tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pabrik Asetilen yang akan didirikan memiliki peluang sebesar ± 5.061 ton/tahun.
Berdasarkan peluang pasar tersebut dapat diambil kapasitas pabrik yang akan didirikan
sebesar 5.061 ton/tahun dibulatkan sebesar 5.000 ton/tahun dengan
mempertimbangkan kapasitas ekonomis dari PT. Samator yang memiliki kapasitas
1.267,20 ton/tahun.

1.3 Penentuan Lokasi Pabrik


Penentuan Lokasi pabrik sangat penting dalam menunjang keberhasilan dari
pabrik tersebut, karena lokasi pabrik dapat mempengaruhi kedudukan pabrik maupun
penentuan kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi pabrik yang tepat, ekonomis dan
menguntungkan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebaiknya lokasi yang dipilih harus
dapat memberikan kemungkinan perluasan atau memperbesar pabrik dan memberikan
keuntungan jangka panjang.
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik.
Faktor ini dapat dibagi menjadi faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
terdiri dari sumber bahan baku, transportasi dan daerah pemasaran. Faktor sekunder
terdiri dari unit pendukung, tenaga kerja, komunitas masyarakat, lahan dan sarana dan
prasarana. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pabrik yang akan didirikan
berlokasi di Kawasan Industri Kabupaten Gresik - Jawa Timur yaitu daerah yang
dekat dengan sumber bahan baku Kalsium Karbida.

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-6
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

Gambar 1.1 Lokasi Pabrik di Kawasan Industri Gresik


Faktor primer yang menyebabkan Gresik dipilih menjadi lokasi pabrik Asetilen
dari kalsium karbida ini karena :
a. Dekat dengan sumber bahan baku
Pabrik memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi suatu produk dan
perlu diangkut dari sumbernya ke lokasi pabrik. Berorientasi pada daerah sumber
bahan baku dalam rangka menghindari biaya bahan baku yang lebih mahal dari
pada pengangkutan produk. Lokasi pabrik dekat dengan pabrik penghasil kalsium
karbida yaitu PT. Emdeki Utama. Pabrik memperoleh jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dengan mudah, harga yang tidak terlalu tinggi serta biaya
pengangkutan yang rendah, sehingga apabila diolah biaya produksinya dapat
ditekan dan kualitas produk yang dihasilkan dapat optimum.
b. Transportasi
Transportasi biasanya meliputi pengangkutan dan pemindahan sampai
ditempat tujuan baik untuk bahan baku maupun produk, dan di usahakan dengan
biaya seminim munkin. Pabrik ini direncanakan mengambil lokasi di daerah
Gresik karena dekat dengan lokasi bahan baku dan dekat dengan lokasi pelabuhan

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-7
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

yang strategis, sehingga memudahkan distribusi produk sampai ke tempat tujuan


tepat waktu.
c. Letak Pasar
Semua pabrik atau industri yang didirikan berdasarkan atas adanya
permintaan akan barang yang dihasilkan atau diharapkan dapat diciptakan
permintaan akan barang yang dihasilkan, sehingga apabila pabrik tersebut sudah
didirikan dekat dengan pemasaran hasil produksinya maka akan dengan cepat
dapat melayani konsumen, atau barang hasilnya dapat cepat sampai ke pasar.
Berorientasi pada daerah pemasaran dalam rangka menghindari biaya angkutan
produk lebih mahal dari biaya angkutan bahan baku.
Sedangkan faktor sekunder yang menyebabkan terpilihnya Kawasan Industri
Gresik menjadi lokasi pendirian pabrik asetilen dari kalsium karbida adalah :
a. Unit Pendukung ( Utilitas)
Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti ketersediaan air,
listrik, bahan bakar dan sarana-sarana lain untuk menujang proses produksi agar
berjalan dengan baik.
b. Lahan
Faktor ini berkaitan dengan renana pengembangan pabrik lebih lanjut dan
wilayah sekitar Gresik masih terdapat wilayah kosong, sehingga lahan didaerah
tersebut dapat disiapkan untuk pendirian atau pengembangan pabrik lebih lanjut.
c. Komunitas Masyarakat
Suatu pabrik dapat berjalan tidak lepas dari faktor penerimaan lingkungan
masyarakat terhadap pendirian dan pengembangan pabrik. Masyarakat Gresik
akan menyambut industri asetilen dengan antusias pasalnya industri tersebut
menciptakan lapangan kerja baru.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terampil mutlak dibutuhkan dalam proses suatu pabrik.
Untuk kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi karena terdapat sumber daya
manusia yang berkualitas yang sebagian besar diambil dari penduduk yang tinggal
di sekitar lokasi pabrik.
e. Sarana dan Prasarana

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-8
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

Pendirian pabrik juga perlu mempertimbangkan sarana dan prasarana


seperti jaringan telekomunikasi dan fasilitas lainnya. Fasilitas-fasilitas penunjang
sudah tersedia di kawasan tersebut. Fasilitas tersebut dapat meningkatkan kinerja
karyawan, fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah rumah sakit/poliklinik,
rumah ibadah, sekolah, sarana olah raga dan lain-lain.

1.4 Pemilihan Proses Pembuatan Asetilen Proses Komersial yang Tersedia

1.4.1 Proses Komersial yang tersedia


Proses komersial yang tersedia saat ini ada beberapa teknologi untuk
memproduksi gas asetilen yaitu : melalui reaksi kalsium karbida dengan air dengan
proses basah, BASF proses, melalui hasil samping steam cracking.
A. Reaksi Kalsium Karbida dengan Air ( Patent No. : US 6,294,148 B1 )
Teknologi ini didasarkan pada reaksi antara kalsium karbid dengan air. Pada
proses basah untuk memproduksi gas asetilen dari kalsium karbida, partikel
kalsium karbida direaksikan dengan air yang berlebih didalam reaktor pada basis
kontinyu atau semi-kontinyu. Air ditambahkan secara kontinyu kedalam reaktor
dan gas asetilen beserta hydrated carbide lime slurry diambil dari reaktor secara
kontinyu. Sebuah sistem pengaduk ditambahkan untuk mencampurkan kalsium
karbida dengan air dan untuk menjaga keseragaman slurry dari hydrated carbide
lime. Dikarenakan reaksi antara kalsium karbida bersifat eksotermik, suhu reaktor
harus dijaga, biasanya dengan mengatur laju alir air yang masuk kedalam reaktor.
Reaksi dilakukan pada tekanan dari 1.05 sampai 2.3 bar dan suhu 20-90oC, Air
dengan kapasitas 3.78 L per 0.454 Kg karbida. Dua buah reaktor disusun dimana air
dan kalsium karbida dicampur dan dialirkan. Reaksi berlangsung dalam fase liquid
dengan waktu tinggal dan reaksi berjalan 60 – 90 % direaktor pertama. Aliran
produk dan material umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari fase padat menuju
reaktor ke dua tengan tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang dihasilakn
diendapkan dan dipisahkan dari bagian awah reaktor. Air yang tak bereaksi
dipisahkan dari kalsium hidroksida dan kemudian didaur ulang menuju reaktor
pertama. Yield yang dihasilakn dari proses ini antara 96 %.

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-9
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

B. BASF Process ( Patent No. : US 2009/0023970 A1 )

Gambar 1. 1. BASF Burner untuk produksi asetilen dari metana atau nafta
Teknologi ini menggunakan tunggu pembakaran yang terbentuk dari mild steel
dan menggunakan air sebagai media pendingin. Umpan yang digunakan bisa
berupa gas metana, LPG atau nafta, yang dipanaskan secara terpisah dan kemudian
dicampurkan dengan oksigen.
Self-Ignition terjadi jika metana dipanaskan terlebih dahulu hingga 650oC dan
nafta hingga 320 oC. Oksigen dan umpan gas hidrokarbon dicampurkan didalam
venturi dan diteruskan ke burner block dengan lebih dari 100 channels. Kecepatan
campuran gas didalam channel dijaga cukup tinggi untuk menghindari backfiring
tetapi cukup rendah untuk menghindari blowout. Kestabilan flame di perkuat
dengan penambahan sejumlah oksigen yang mengalir turun diantara channels.
Sekitar sepertiga dari umpan metana yang terpecah menjadi asetilen dan sisa nya
terbakar.
Reaksi gas didinginkan dengan cepat dengan memasukan sejumlah air pada
titik optimum yield dari asetilen, yang secara bersamaan berkeseuaian dengan titik
tertinggi dari produksi jelaga. Ampas jelaga akan mengendap pada dinding
pamanas dan harus dihilangkan dari waktu ke waktu dengan menggunakan
pengikis.
Komposisi dari gas yang terpecah antara metana dan nafta dan umpan masukan
dan jumlah energi yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel dibawah. Secara

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-10
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

keseluruhan, yield asetilen dari metana adalah sampai dengan 24%. Sebuah
pemanas dengan bahan baku metana dapat menghasilkan 25 ton/hari gas asetilen
dan dengan bahan baku nafta atau LPG dapat menghasilkan 30 ton/hari. Gas
asetilen dimurnikan dengan menggunakan N – metilpirolidinon.

C. Produksi Asetilen Sebagai Produk Samping Steam Cracking ( Patent No : US


2007/0191664 A1 )
Didalam steam cracking, hidrokarbon jenuh dikonversi menjadi produk olefin
seperti etilena dan propilena. Selain itu masih banyak produk yang dihasilkan
seperti asetilena sebagai produk samping. Konsentrasi asetilena tergantung pada
jenis umpan, waktu tinggal, dan temperatur. Konsentrasi asetilen dalam gas
keluaran dari furnace antara 0.25 – 1.25 %wt. Pabrik etilen yang memproduksi
400.000 ton/tahun menghasilkan 45.000 – 11.0000 ton/tahun asetilen. Pada
produksi etilen, asetilen yang dihasilkan dipisahkan dengan hidrogenasi katalitik
yang selektif atau dengan ekstraksi.
Hidrogenasi asetilena
Kebanyakan produk etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi dengan bantuan
katalitik Pd. Kondisi operasi meliputi suhu sekitar 40-120 0C, tekanan 15 – 40 bar,
dan kecepatan antara 1.000 – 120.000 kg/L.h. kondisi ini bergantung pada jenis
umpan yang digunakan.
Recovery asetilen
Asetilen diekstrak dari frasi C2 steam cracker dengan bantuan solven. Solven
yang paling sesuai adalah DMF. Campuran gas C2 yang terdiri dari etilen, etana,
dan asetilen, diumpankan ke absorber asetilen, aliran gas dihubungkan dengan
counterflowing DMF pada tekanan 0,8 – 3,0 MPa. Seluruh asetilen dan beberapa
etilen dan etana terlarut oleh pelarut. Fraksi C2 yang telah dimurnikan, mengandung
<1 ppm asetilen, diumpankan ke C2 splitter. Aliran yang kaya akan pelarut dikirm
ke stripper etilen, yang beroperasi sedikit diatas tekanan atmosfer. Etilen dan etana
yang terpisah didaur ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked gas.
Asetilen keluaran kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian atas splitter.
Dalam stripper asetilen, asetilen murni terisolasi dari bagian atas kolom. Setelah

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)
BAB I PENDAHULUAN I-11
Pra Rancangan Pabrik Asetilen

pendinginan dan heat recovery , asetilen bebas pelarut didaur ulang ke absorber dan
etilen stripper. Produk asetilen memiliki kemurnian >99,8% dan kandungan DMF
kurang dari 50 ppm dan tersedia pada tekanan 10 kPa dan suhu ambien.
Untuk kelebihan dan kekurangan dari masing – masing proses dapat dilihat
dari table berikut :
Tabel I.6 Perbandingan Proses pembuatan Asetilen
Patent
No. Parameter
US 2001/6,294,148 B1 US 2007/0191664 A1 US 2009/0023970 A1
Methane, Natural Gas,
1 Bahan Baku CaC2, Water Natural Gas, Hidrogen
Water

2 Konversi 0,96 0,500 -

Kondisi Proses
Reaktor:
a. Tekanan 14,7 psia 50 - 250 psia 217 - 580 psia
b. Suhu 90°C 1500 - 1900 °C 40-120 °C
3 c. Waktu tinggal 220 detik 0,1 - 0,5 detik 1 - 240 detik

CFSTR (Constant Flow 1. Packed bed 2. Furnace/Combutiom


d. Jenis Reaktor
Stirred Tank Reactor) Reverse flow Chamber

1.3.2 Pemilihan Proses Yang Digunakan


Dari uraian proses di atas serta bahan baku yang akan membentuk gas asetilen,
proses pembuatan yang sering digunakan adalah proses dengan kalsium karbida.
Hal ini dikarenakan proses karbida sangat sederhana, ekonomis, dan dapat
terjangkau oleh investor-investor menengah ke atas. Pemilihan proses didasarkan
atas beberapa pertimbangan-pertimbangan lain, antaranya adalah :
1. Konversi dan yield yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan proses
lainnya yakni 96 %.
2. Proses reaksi dalam reaktor terjadi pada suhu dan tekanan rendah yakni 90°C
dan 1 atm.
3. Produk samping yang dihasilkan (Ca(OH)2) bernilai ekonomis.
4. Proses karbida merupakan yang banyak digunakan pada berbagai industri
asetilen lainnya, sehingga memudahkan dalam sharing problem/hal konsultan
dan merupakan sparing partner dalam kompetisi merebut pasar.

Teknik Kimia Adam Malik (114132001)


Institut Teknologi Indonesia Resi Gifrianto Saian (114132033)

Anda mungkin juga menyukai