PENDAHULUAN
35000000
30000000
25000000
kL/tahun
20000000
5000000
Gambar
1.1 Prediksi kebutuhan Automotive Diesel Oil (ADO) di Indonesia
Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan ADO di Indonesia hingga tahun 2030 akan
terus
mengalami peningkatan. Solusi untuk memperlambat dan mengurangi ketergantungan
terhadap minyak bumi tersebut adalah dengan upaya konservasi dan diversifikasi energi.
Diversifikasi energi atau penganekaragaman pemakaian energi yaitu dengan meningkatkan
pemanfaatan energi, salah satunya adalah biofuel. Biofuel merupakan bahan bakar ramah
lingkungan karena dapat mereduksi hingga 62 % emisi gas yang dapat mencemari lingkungan
bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil (Van Zutphen, 2007). Gambar 1.1 menunjukkan
bahwa kebutuhan ADO terus meningkat hingga 33,7 juta
kL/tahun pada tahun 2030. Dengan begitu kebutuhan biofuel dapat diproyeksikan juga akan
meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan kebutuhan ADO, diperkuat dengan
saat ini telah berkembang menjadi salah satu energi alternatif dari bahan bakar fosil. Sebagai
salah satu sumber energi terbarukan, biofuel adalah alternatif yang tepat untuk menggantikan
bahan
bakar fosil.
Kapasitas terpasang biodiesel sebagai salah satu jenis biofuel saat intelah mencapai
5,6 juta kL/tahun dari 25 produsen biodiesel yang telah memiliki izin usaha niaga BBN.
Sebesar 4,5 juta kL/tahun diantaranya telah siap berproduksi (Kementrian ESDM, 2015).
Prediksi kebutuhan Automotive Diesel Oil (ADO) yang semakin meningkat yang
diperkirakan pada tahun 2030 mencapai 271 Million Metric Barrel Stream per Year
(MMBSY), dan adanya Peraturan Pemerintah yang memberikan kebijakan untuk
pencampuran BBM jenis solar dengan Bahan Bakar Nabati atau Biodiesel yang bertujuan
untuk menekan impor bahan bakar fosil, serta ketersediaan bahan baku Crude Palm Oil
(CPO) untuk membuat Biodiesel yang cukup melimpah, maka sangat berpeluang dan
berpotensi jika mendirikan pabrik Biodiesel yang berbahan baku CPO untuk mencapai
Indonesia mandiri energi.
Biofuel dapat menghasilkan bioavtur sebagai bahan bakar pesawat. Ditinjau dari
prospek bisnis dan pangsa pasar bioavtur memiliki potensi yang cukup besar karena didukung
oleh kebijakan IATA (International Air Transportation Association) yang menargetkan agar
seluruh maskapai penerbangan di dunia yang tergabung didalamnya untuk melakukan
substitusi bahan bakar konvensional sebesar 8% dengan bioavtur pada tahun 2020 (IATA,
2017). Kebijakan ini juga didukung oleh Kemenhub dan Kementerian ESDM yang telah
menandatangani MoU mengenai aviation biofuel dan renewable energy dan ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No. 201 Tahun 2013 yang antara lain mencakup
implementasi Aviation Biofuel dengan bauran 2% pada tahun 2016, 3% pada tahun 2020, dan
5% pada tahun 2025 (Dephub, 2017).
Bahan baku Palm Sludge Oil didapat dari dalam negeri yang setidaknya ada 20 pabrik
yang memproduksi Crude Palm Oil di Kutai Timur sehingga secara tidak langsung dihasilkan
limbah berupa Palm Sludge Oil. Jarak yang dekat dengan sumber
bahan baku akan menekan biaya transportasi dan akan memudahkan dalam penyediaanya
sehingga dapat terhindar dari keterlambatan suplai bahan baku. Bahan baku Palm Sludge Oil
diperoleh dari Dharma Satya Nusantara (DSN) Group yang memilik lima anak perusahaan
untuk mendukung kegiatan operasional perkebunan dan pabrik di wilayah Muara Wahau
Kabupaten Kutai Timur yakni PT Swakarsa Sinarsentosa (SWA), PT Dharma Agrotama
Nusantara (DAN), PT Dharma Intisawit Nugraha (DIN), PT Dewata Sawit Nusantara
(DWT), dan PT Karya Prima AgroSejahtera (KPS) dengan total kapasitas produksi mencapai
330 ton per jam atau ekuivalen dengan 1.980.000 ton/tahun.
Hidrogen yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan biofuel diperoleh dari
pabrik penghasil hidrogen di Indonesia yaitu PT. Samator Gas Industri yang
berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi 1.000 Nm3/jam.
Pendirian pabrik Biofuel di KIPI Maloy Kutai Timur, Kalimantan Timur yang dekat dengan
sumber bahan baku Palm Sludge Oil dan hidrogen dapat mengurangi biaya transportasi dan
kemungkinan keterlambatan suplai bahan baku.
1.3.3 Kebutuhan Utilitas
Kawasan Industri KIPI Maloy telah menyediakan air untuk kebutuhan dari industry di
dalam kawasan tersebut, sehinnga tidak sulit untuk mendapatkan air untuk keperluan pabrik.
Sementara untuk kebutuhan listrik akan disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara.
1.3.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting untuk keberlangsungan proses
produksi pembuatan biofuel dari Palm Sludge Oil. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten
Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar 4,08%
dan pada tahun 2010, tercatat jumlah penduduk sebanyak 253.847 jiwa dengan kepadatan
penduduk ±4,74 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik, 2016). Data statistik pertumbuhan
penduduk tersebut menunjukkan sangat potensial apabila tenaga kerja diambil dari sekitar
Kutai Timur bertujuan untuk memberdayakan penduduk sekitar, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan perkapita dan perekenomian penduduk sekitar. Selain itu, dengan
mengambil tenaga kerja setempat untuk membantu dalam pengolahan Palm Sludge Oil
menjadi biofuel dapat menekan biaya pekerja yang dikeluarkan.